Professional Documents
Culture Documents
BLOK REPRODUKSI
VULVITIS
Oleh:
Kelompok 1
A. Naesaburi Sahid
G1A013026
G1A013089
G1A013096
Asisten:
Marlina Jaya Diputri
G1A012009
Oleh :
Kelompok 1
A. Naesaburi Sahid
G1A013026
G1A013089
G1A013096
DAFTAR ISI
I.
Pendahuluan
2
II.
III.
A. LatarBelakang...........................................................................................1
B. Tujuan........................................................................................................1
Tinjauan Pustaka
A. Definisi.......................................................................................................2
B. Etiologi.......................................................................................................2
C. Epidemiologi..............................................................................................3
D. Faktor resiko...............................................................................................3
E. Tanda dan gejala.........................................................................................3
F. Penegakan diagnosis...................................................................................4
G. Patogenesis.7
H. Patofisiologis..............................................................................................7
I. Gambaran histopatologi..............................................................................8
J. Penatalaksanaan..9
K. Komplikasi................................................................................................11
L. Prognosis...................................................................................................11
Kesimpulan.....................................................................................................12
Daftar Pustaka13
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah Swt. yang telah melimpahkan
segala rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Referat
Praktikum Patologi Anatomi ini. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada
Nabi Muhammad Saw. beserta keluarga, sahabat, dan juga seluruh umatnya yang
senantiasa taat menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya.
Hambatan dan kesulitan banyak kami jumpai dalam penyusunan Referat
Praktikum Patologi Anatomi ini. Namun, berkat bimbingan, petunjuk, dan
bantuan dari berbagai pihak, semua hambatan tersebut dapat diatasi. Untuk itu
dalam kesempatan ini Tim Penyusun menyampaikan rasa hormat dan terimakasih
yang tulus dan ikhlas, serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua
pihak yang telah membantu kelancaran penyusunan Referat Praktikum Patologi
Anatomi ini terutama kepada Mba Marlina Jaya Diputri selaku asisten yang
membimbing kelompok kami.
Kami menyadari dari segi isi, bahasa, dan teknik, penyusunan laporan ini
masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, Tim Penyusun sangat mengharapkan
adanya kritik dan saran yang membangun untuk laporan ini.
Akhir kata, Tim Penyusun berharap semoga Referat Praktikum Patologi
Anatomi ini dapat bermanfaat khususnya bagi Tim Penyusun dan umumnya bagi
pihak
yang
berkepentingan
serta
dapat
memberikan
sumbangsih
bagi
Kelompok 1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Vulvitis adalah peradangan vulva, lipatan kulit lembut di luar
vagina. Vulvitis bukanlah penyakit, tetapi mengacu pada peradangan pada
lipatan kulit lembut di bagian luar alat kelamin wanita, vulva. Iritasi dapat
disebabkan oleh infeksi, reaksi alergi, atau cedera. Kulit vulva sangat
rentan terhadap iritasi karena kelembaban dan kehangatan (Sarwono,
2011).
Vulva normal terdiri dari kulit dengan epitel skuamosa
terstratifikasi mengandung kelenjar-kelenjar lemak, keringat dan apokrin,
4
A. Definisi
Vulvitis adalah peradangan pada alat kelamin perempuan eksternal,
disebut vulva. Hal ini dapat disebabkan oleh vulva berkontak dengan
iritasi yang dapat menyebabkan dermatitis, eksim atau reaksi alergi.
Dikenal alergen seperti sabun mandi dan wewangian. Seorang wanita juga
bisa mengalami peradangan vulva akibat infeksi. Hal ini lebih sering
terlihat pada wanita pascamenopause dan praremaja karena tingkat
estrogen yang lebih rendah dalam tubuh mereka dibandingkan dengan
wanita-wanita yang mengalami menstruasi (whg pc, 2013).
B. Etiologi
situ (kanker stadium awal yang belum menyebar ke daerah lain) (Sudung,
2010).
Luka terbuka yang menimbulkan nyeri di vulva bisa disebabkan
oleh infeksi herpes atau abses. Luka terbuka tanpa rasa nyeri bisa
disebabkan ole kanker atau sifilis. Kutu kemaluan (pedikulosis pubis) bisa
menyebabkan gatal-gatal di daerah vulva (Sudung, 2010).
F. Penegakan Diagnosis
1. Anamnesa
Anamnesis didapatkan (Lin dkk., 2010) :
a. Ekstrim dan konstan gatal.
b. Sebuah sensasi terbakar di daerah vulva
2. Pemeriksaan Fisik (Lin dkk., 2010) :
a. Keputihan
b. Retak kecil pada kulit vulva
c. Kemerahan dan pembengkakan pada vulva dan labia (bibir vagina)
d. Lecet pada vulva
e. Bersisik, patch keputihan tebal di vulva
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan
leukosit
esterase
dengan
dipstik
merupakan
pemeriksaan
skrining
yang
cepat
dalam
dapat
mengidentifikasi
trikomonas,
kandida,
dan
kasus
vulvitis
primer
nonspesifik
tidak
Pengukuran pH
Penentuan pH dengan kertas indicator (N: 3.0-4.5)
Hasil pengukuran pH cairan vagina
-
b.
c.
Perwarnaan Gram
-
d.
Kultur
Pemeriksaan serologis
Pemeriksaan ini dapat digunakan untuk mendeteksi Herpes
Genitalis dan Human Papiloma Virus dengan pemeriksaan
ELISA.
f.
G. Patogenesis
Meskipun penyebab dari bakterial vaginosis belum diketahui dengan
pasti, kondisi ini diduga karena perubahan keseimbangan flora normal di
vagina akibat peningkatan Phlokal yang mungkin merupakan akibat dari
berkurangnya Lactobacillus yang memproduksi hydrogen peroksida.
Normalnya, di dalam vagina terdapat Lactobacillus dalam jumlah yang
banyak. Sedangkan hampir semua bakteri anaerob hanya memiliki enzim
katalase
peroksidase
dalam
jumlah
sedikit
sehingga
tidak
bisa
10
perlekatan secret pada dinding vagina. Organisme ini tidak invasive dan
respons inflamasi lokal yang terbatas dapat dibuktikan dengan sedikitnya
jumlah
leukosit
dalam
sekret
vagina
dan
dengan
pemeriksaan
tertentu
yang
menarik
leukosit
termasuk
11
Vulva biopsi :
a. Sel abnormal pada epidermis terkonsentrasi di lapisan basal tetapi
mungkin juga hadir dangkal dan dalam pelengkap kulit
b. Sel tumor Intraepithelial tunggal atau dalam kelompok-kelompok
kecil
c. Sel besar dengan inti bulat sering mengandung nukleolus besar
Sitoplasma pucat atau vakuolisasi terutama sel cincin metera
J. Penatalaksanaan
a. Terapi lama
1. Jika cairan yang keluar dari vagina normal, kadang pembilasan
dengan air bisa membantu mengurangi jumlah cairan.
2. Cairan vagina akibat vaginitis perlu diobati secara khusus sesuai
dengan penyebabnya.
3. Jika penyebabnya adalah infeksi, diberikan antibiotik, anti-jamur
atau anti-virus, tergantung kepada organism penyebabnya.
4. Untuk mengendalikan gejalanya bisa dilakukan pembilasan vagina
dengan campuran cuka dan air. Tetapi pembilasan ini tidak boleh
dilakukan terlalu lama dan terlalu sering karena bisa meningkatkan
resiko terjadinya peradangan panggul.
12
5. Jika akibat infeksi labia (lipatan kulit di sekitar vagina dan uretra)
menjadi menempel satu sama lain, bisa dioleskan krim estrogen
selama 7-10 hari.
6. Selain antibiotik, untuk infeksi bakteri juga diberikan jeli asam
propionat agar cairan vagina lebih asam sehingga mengurangi
pertumbuhan bakteri.
7. Pada infeksi menular seksual, untuk mencegah berulangnya infeksi,
kedua pasangan seksual diobati pada saat yang sama.
8. Penipisan lapisan vagina pasca menopause diatasi dengan terapi
sulih estrogen. Estrogen bisa diberikan dalam bentuk tablet, plester
kulit maupun krim yang dioleskan langsung ke vulva dan vagina.
b. Terapi baru
Jenis infeksi
Pengobatan
Jamur
atau
metronidazole
(tablet).
Klamidia
Trikomonas
Metronidazole (tablet)
Virus
papiloma
manusia
(kutilgenitalis)
(dioleskan kekutil)
Virus herpes
13
14
III.KESIMPULAN
1. Vulvitis adalah peradangan pada alat kelamin perempuan eksternal,
disebut vulva. Hal ini dapat disebabkan oleh vulva berkontak dengan
iritasi yang dapat menyebabkan dermatitis, eksim atau reaksi alergi.
2. Seorang wanita juga bisa mengalami peradangan vulva akibat infeksi. Hal
ini lebih sering terlihat pada wanita pascamenopause dan praremaja karena
tingkat estrogen yang lebih rendah dalam tubuh mereka dibandingkan
dengan wanita-wanita yang mengalami menstruasi.
3. Gatal atau rasa panas di vulva merupakan kurang lebih 10% dari alasan
untuk memeriksakan diri ke petugas kesehatan.
15
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah,
Rozi.
2015.Vaginitis
dan
http://bukusakudokter.org/2012/10/07/vaginitis-vulvitis/
Vulvitis
diakses
pada
2015].
Diunduh
dari URL:http://www.whg-
pc.com/webdocuments/Menopause/Vulva-Vulvitis.pdf
Wijayanti, Wakhidah Ummi.Vulvovaginitis Pada Remaja.Jurnal Kebidanan, Vol.
VI, No. 01, Juni 2014
16