You are on page 1of 22

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Tekanan Darah


Tekanan Darah adalah jumlah tenaga darah yang ditekan terhadap
dinding Arteri (pembuluh nadi) saat Jantung memompakan darah ke seluruh
tubuh manusia.Tekanan darah merupakan faktor yang amat penting pada
sistem

sirkulasi. Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada

dinding arteri. Tekanan puncak terjadi saat ventrikel berkontraksi dan disebut
tekanan sistolik.

Tekanan diastolik adalah tekanan terendah yang terjadi

saat jantung beristirahat.

Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai

rasio tekanan sistolik terhadap

tekanan diastolik, dengan nilai dewasa

normalnya berkisar dari 100/60 sampai

140/90. Rata-rata tekanan darah

normal biasanya 120/80Peningkatan atau penurunan tekanan darah

akan

mempengaruhi homeostatsis di dalam tubuh. Dan jika sirkulasi darah


menjadi tidak memadai lagi, maka terjadilah gangguan pada sistem
transport oksigen, karbondioksida, dan hasil-hasil metabolisme lainnya. Di
lain pihak fungsi organ-organ tubuh akan mengalami gangguan seperti
gangguan pada proses pembentukan air seni di dalam ginjal ataupun
pembentukan cairan cerebrospinalis dan lainnya. Sehingga mekanisme
pengendalian tekanan darah penting dalam rangka memeliharanya sesuai
dengan batas-batas normalnya, yang dapat empertahankan sistem sirkulasi
dalam tubuh.

Terdapat beberapa system yang mengawasi dan mengatur perubahan


tekanan darah, yaitu
1. Sistem syaraf yang terdiri dari pusat-pusat yang terdapat di batang otak,
misalnya pusat vasomotor dan diluar susunan syaraf pusat, misalnya
baroreseptor dan kemoreseptor.
2. Sistem humoral atau kimia yang dapat berlangsung lokal atau sistemik,
misalnya rennin-angiotensin, vasopressin, epinefrin, norepinefrin, asetilkolin,
serotonin, adenosine dan kalsium, magnesium, hydrogen,
kalium, dan sebagainya.
3. Sistem hemodinamik yang lebih banyak dipengaruhi oleh volume darah,
susuna kapiler, serta perubahan tekanan osmotik dan hidrostatik di bagian
dalam dan di luar sistem vaskuler.

2.2. Sistem buffer darah


Dalam keadaan normal pH dari cairan tubuh termasuk darah kita
adalah antara 7.35-7.5. walaupun sejumlah besar ion H + selalu ada sebagai
hasil metabolisme dari zat-zat tetapi keadaaan setimbang harus selalu di
pertahankan dengan jalan membuang kelebihan asam tersebut, sebab
penurunan pH sedikit saja menujukkan keadaan sakit misalnya pada diabetic
coma dimana pH darah turun sampai 6.82 sehingga harus selalu ada
kesetimbangan asam basa dalam tubuh kita.
Buffer dalam tubuh manusia adalah darah. Jika darah tidak memiliki
buffer maka ketika minum jus jeruk yang kecut, tubuh kita dapat mengalami

asidosis ( pH darah asam ). Buffer dalam darah adalah jenis buffer yang
terdiri dari asam lemah dan garamnya. Asam lemah nya adalah asam
karbonat H2CO3 ( asam lemah ) dan garamnya adalah HCO3-.
Ada beberapa faktor yang terlibat dalam pengendalian pH darah,
diantaranya penyangga karbonat, penyangga hemoglobin dan penyangga
fosfat.
a. Sistem buffer Karbonat
Penyangga karbonat berasal dari campuran asam karbonat (H 2CO3) dengan
basa konjugasi bikarbonat (HCO3).
H 2 CO 3 (aq) > HCO 3(aq) + H +

(aq)

Penyangga karbonat sangat berperan penting dalam mengontrol pH


darah. Pelari maraton dapat mengalami kondisi asidosis, yaitu penurunan pH
darah

yang

meningkatkan

disebabkan
produksi

oleh
ion

metabolisme

bikarbonat.

yang

Kondisi

tinggi

asidosis

sehingga
ini

dapat

mengakibatkan penyakit jantung, ginjal, diabetes miletus (penyakit gula) dan


diare. Orang yang mendaki gunung tanpa oksigen tambahan dapat
menderita alkalosis, yaitu peningkatan pH darah. Kadar oksigen yang sedikit
di gunung dapat membuat para pendaki bernafas lebih cepat, sehingga gas
karbondioksida yang dilepas terlalu banyak, padahal CO
air menghasilkan H

CO

dapat larut dalam

. Hal ini mengakibatkan pH darah akan naik.

Kondisi alkalosis dapat mengakibatkan hiperventilasi (bernafas terlalu


berlebihan, kadang-kadang karena cemas dan histeris).
b. Sistem Buffer Hemoglobin

Pada darah, terdapat hemoglobin yang dapat mengikat oksigen untuk


selanjutnya dibawa ke seluruh sel tubuh. Reaksi kesetimbangan dari larutan
penyangga oksi hemoglobin adalah:
HHb + O 2 (g) HbO 2 - + H +
Asam hemoglobin ion aksi hemoglobin
Keberadaan

oksigen

pada

reaksi

di

atas

dapat

memengaruhi

konsentrasi ion H +, sehingga pH darah juga dipengaruhi olehnya. Pada reaksi


di atas O

mengikat H

bersifat basa. Hemoglobin yang telah melepaskan O


+

dan membentuk asam hemoglobin. Sehingga ion H

2
+

dapat
yang

dilepaskan pada peruraian H 2 CO 3 merupakan asam yang diproduksi oleh CO


2

yang terlarut dalam air saat metabolisme.

c. Sistem Buffer Fosfat


Pada cairan intra sel, kehadiran penyangga fosfat sangat penting
dalam mengatur pH darah. Penyangga ini berasal dari campuran dihidrogen
fosfat (H 2 PO 4 - ) dengan monohidrogen fosfat (HPO 3
H 2 PO 4

H 2 PO 4

(aq)

+ H+

(aq)

+ OH -

(aq)

2-

).

> H 2 PO 4(aq)

(aq)

> HPO 4

2-

(aq) )

+ H 2 O (aq)

Penyangga fosfat dapat mempertahankan pH darah 7,4. Penyangga di


luar sel hanya sedikit jumlahnya, tetapi sangat penting untuk larutan
penyangga urin.
Adanya kelainan pada satu atau lebih mekanisme pengendalian ph diatas,
bisa menyebabkan salah satu dari 2 kelainan utama dalam keseimbangan
asam basa, yaitu asidosis atau alkalosis.

asidosis adalah suatu keadaan dimana darah terlalu banyak mengandung


asam (atau terlalu sedikit mengandung basa) dan sering menyebabkan
menurunnya

ph

darah.

alkalosis adalah suatu keadaan dimana darah terlalu banyak mengandung


basa (atau terlalu sedikit mengandung asam) dan kadang menyebabkan
meningkatnya ph darah.

2.3 Kelainan Pada Keseimbangan Darah


Asidosis Respiratorik
Defenisi :
Asidosis Respiratorik adalah keasaman darah yang berlebihan karena
penumpukan karbondioksida dalam darah sebagai akibat dari fungsi paruparu yang buruk atau pernafasan yang lambat. Kecepatan dan kedalaman
pernafasan mengendalikan jumlah karbondioksida dalam darah. Dalam
keadaan normal, jika terkumpul karbondioksida, pH darah akan turun dan
darah

menjadi

asam.

Tingginya

kadar

karbondioksida

dalam

darah

merangsang otak yang mengatur pernafasan, sehingga pernafasan menjadi


lebih cepat dan lebih dalam.
Penyebab : Asidosis respiratorik terjadi jika paru-paru tidak dapat
mengeluarkan karbondioksida secara adekuat. Hal ini dapat terjadi pada
penyakit-penyakit berat yang mempengaruhi paru-paru, seperti:
Emfisema
Bronkitis kronis

Pneumonia berat
Edema pulmoner
Asma.
Asidosis respiratorik dapat juga terjadi bila penyakit-penyakit dari saraf atau
otot dada menyebabkan gangguan terhadap mekanisme pernafasan. Selain
itu, seseorang dapat mengalami asidosis respiratorik akibat narkotika dan
obat tidur yang kuat, yang menekan pernafasan.
Asidosis Metabolik
Defenisi :
Asidosis Metabolik adalah keasaman darah yang berlebihan, yang ditandai
dengan

rendahnya

kadar

bikarbonat

dalam

darah.

Bila

peningkatan

keasaman melampaui sistem penyangga pH, darah akan benar-benar


menjadi asam. Seiring dengan menurunnya pH darah, pernafasan menjadi
lebih dalam dan lebih cepat sebagai usaha tubuh untuk menurunkan
kelebihan asam dalam darah dengan cara menurunkan jumlah karbon
dioksida. Pada akhirnya, ginjal juga berusaha mengkompensasi keadaan
tersebut dengan cara mengeluarkan lebih banyak asam dalam air kemih.
Tetapi kedua mekanisme tersebut bisa terlampaui jika tubuh terus menerus
menghasilkan terlalu banyak asam, sehingga terjadi asidosis berat dan
berakhir dengan keadaan koma.
Penyebab :
Penyebab asidosis metabolik dapat dikelompokkan kedalam 3 kelompok
utama:

1. Jumlah asam dalam tubuh dapat meningkat jika mengkonsumsi suatu


asam atau suatu bahan yang diubah menjadi asam.
Sebagian besar bahan yang menyebabkan asidosis bila dimakan
dianggap beracun.
Contohnya adalah metanol (alkohol kayu) dan zat anti beku (etilen
glikol).
Overdosis aspirin pun dapat menyebabkan asidosis metabolik.
2. Tubuh dapat menghasilkan asam yang lebih banyak melalui
metabolisme.
Tubuh dapat menghasilkan asam yang berlebihan sebagai suatu akibat
dari beberapa penyakit; salah satu diantaranya adalah diabetes
melitus tipe I.
Jika diabetes tidak terkendali dengan baik, tubuh akan memecah lemak
dan menghasilkan asam yang disebut keton.
Asam yang berlebihan juga ditemukan pada syok stadium lanjut,
dimana asam laktat dibentuk dari metabolisme gula.
3. Asidosis metabolik bisa terjadi jika ginjal tidak mampu untuk
membuang asam dalam jumlah yang semestinya.
Bahkan jumlah asam yang normalpun bisa menyebabkan asidosis jika
ginjal tidak berfungsi secara normal.
Kelainan fungsi ginjal ini dikenal sebagai asidosis tubulus renalis, yang
bisa terjadi pada penderita gagal ginjal atau penderita kelainan yang
mempengaruhi kemampuan ginjal untuk membuang asam.

Penyebab utama dari asidois metabolik:


Gagal ginjal
Asidosis tubulus renalis (kelainan bentuk ginjal)
Ketoasidosis diabetikum
Asidosis laktat (bertambahnya asam laktat)
Bahan beracun seperti etilen glikol, overdosis salisilat, metanol,
paraldehid, asetazolamid atau amonium klorida
Kehilangan basa (misalnya bikarbonat) melalui saluran pencernaan
karena diare, ileostomi atau kolostomi.
Alkalosis Respiratorik
Defenisi :
Alkalosis Respiratorik adalah suatu keadaan dimana darah menjadi basa
karena

pernafasan

karbondioksida

yang

dalam

cepat

darah

dan

menjadi

dalam

menyebabkan

kadar

rendah.

Penyebabnya

adalah

Pernafasan yang cepat dan dalam disebut hiperventilasi, yang menyebabkan


terlalu banyaknya jumlah karbondioksida yang dikeluarkan dari aliran darah.
Penyebab hiperventilasi yang paling sering ditemukan adalah kecemasan.
Penyebab lain dari alkalosis respiratorik adalah:
rasa nyeri
sirosis hati
kadar oksigen darah yang rendah
demam
overdosis aspirin.

Pengobatan :
Biasanya satu-satunya pengobatan yang dibutuhkan adalah memperlambat
pernafasan.
Jika penyebabnya adalah kecemasan, memperlambat pernafasan bisa
meredakan penyakit ini. Jika penyebabnya adalah rasa nyeri, diberikan obat
pereda nyeri. Menghembuskan nafas dalam kantung kertas (bukan kantung
plastik)

bisa

penderita

membantu

menghirup

meningkatkan

kembali

kadar

karbondioksida

karbondioksida
yang

setelah

dihembuskannya.

Pilihan lainnya adalah mengajarkan penderita untuk menahan nafasnya


selama mungkin, kemudian menarik nafas dangkal dan menahan kembali
nafasnya selama mungkin. Hal ini dilakukan berulang dalam satu rangkaian
sebanyak

6-10

kali.

Jika

kadar

karbondioksida

meningkat,

gejala

hiperventilasi akan membaik, sehingga mengurangi kecemasan penderita


dan menghentikan serangan alkalosis respiratorik.
Alkalosis Metabolik
Defenisi :Alkalosis Metabolik adalah suatu keadaan dimana darah dalam
keadaan basa karena tingginya kadar bikarbonat. Penyebabnya adalah
Alkalosis metabolik terjadi jika tubuh kehilangan terlalu banyak asam.
Sebagai contoh adalah kehilangan sejumlah asam lambung selama periode
muntah yang berkepanjangan atau bila asam lambung disedot dengan
selang lambung (seperti yang kadang-kadang dilakukan di rumah sakit,
terutama setelah pembedahan perut). Pada kasus yang jarang, alkalosis
metabolik terjadi pada seseorang yang mengkonsumsi terlalu banyak basa

dari bahan-bahan seperti soda bikarbonat. Selain itu, alkalosis metabolik


dapat terjadi bila kehilangan natrium atau kalium dalam jumlah yang banyak
mempengaruhi kemampuan ginjal dalam mengendalikan keseimbangan
asam basa darah. Penyebab utama akalosis metabolik:
1. Penggunaan diuretik (tiazid, furosemid, asam etakrinat)
2. Kehilangan asam karena muntah atau pengosongan lambung
3. Kelenjar adrenal yang terlalu aktif (sindroma Cushing atau akibat
penggunaan kortikosteroid).

2.4. Analisis Gas Darah (AGD)


2.3.1. Tujuan Analisis Gas Darah
Sebuah analisis AGD mengevaluasi seberapa efektif paru-paru yang
memberikan oksigen ke darah . Tes ini juga menunjukkan seberapa baik
paru-paru dan ginjal yang berinteraksi untuk menjaga pH darah normal
(keseimbangan asam-basa). Peneliatian ini biasanya dilakukan untuk menilai
penyakit khususnya pernapasan dan kondisi lain yang dapat mempengaruhi
paru-paru, dan sebagai pengelolaan pasien untuk terapi oksigen (terapi
pernapasan). Selain itu, komponen asam-basa dari uji tes dapat memberikan
informasi tentang fungsi ginjal.Adapun tujuan lain dari dilakukannya
pemeriksaan analisa gas darah,yaitu :
1) Menilai fungsi respirasi (ventilasi).
2) Menilai kapasitas oksigenasi
3)

Menilai keseimbangan asam-basa

4) Mengetahui keadaan O2 dan metabolisme sel


5) Efisiensi pertukaran O2 dan CO2.
6) Untuk mengetahui kadar CO2 dalam tubuh
7) Memperoleh darah arterial untuk analisa gas darah atau test
diagnostik yang lain.
Adapun manfaat pada pemeriksaan analisa gas darah yaitu untuk
menegakkan diagnosis, menentukan terapi, maupun untuk mengikuti
perjalanan penyakit setelah mendapat terapi,sertamengkaji gangguan
keseimbangan asam-basa yang disebabkan oleh gangguan pernafasan
dan/atau gangguan metabolic dalam tubuh. Analisis gas darah digunakan
untuk diagnosa dan pengelolaan :

Penyakit pernafasan

Pemberian oksigen

Kadar oksigenasi dalam darah

Kadar CO2

Keseimbangan asam-basa

Ventilasi

2.3.2. Pengambilan sampel darah


Sampel darah untuk pemeriksaan Analisa Gas Darah dapat dilakukan pada
arteri radialis, arteri tibialis posterior, arteri dorsalis pedis, dan lain-lain.
A. Kriteria pemilihan lokasi
a.

Ada tidaknya sirkulasi kolateral

b.

Seberapa besarnya arteri

c.

Jenis jaringan yang mengelilinginya


B. Bagian yang tidak boleh dipilih :

a.

Adanya peradangan

b.

Adanya iritasi

c.

Adanya Oedema

d.

Dekat dengan luka

e.

Percabangan arteri dengan Fistula

C. Lokasi pengambilan darah :


1. Radial Artery (RA) / Arteri Radialis
Merupakan pilihan pertama yang paling aman dipakai untuk fungsi arteri
kecuali terdapat banyak bekas tusukan atau hematome juga apabila Allen
test negatif. Arteri yang berada di pergelangan tangan pada posisi ibu jari.
Terdapat sirkulasi kolateral (suplai darah dari beberapa arteri). Kesulitannya
ukuran arteri kecil, sulit memperoleh kondidi pasien dengan curah jantung
yang rendah.

2.

Brachial Artery / Arteri Brachialis

Arteri yang berada pada medial anterior bagian antecubital fossa, terselip
diantara otot bisep. Ukuran arteri besar sehingga mudah dipalpasi dan
ditusuk. Sirkulasi kolateral cukup, tetapi tidak sebanyak RA. Kesulitannya
letak arteri lebih dalam, letaknya dekat dengan basillic vein dan syaraf
median, kemungkinan terjadi hematoma.

3.

Femoral Artery / Arteri Femoralis


Arteri yang paling besar untuk AGD. Berada pada permukaan paha dalam

di dalam, di sebelah lateral tulang pubis. Dapat dlakukan AGD sekalipun


pada pasien dengan curah jantung yang rendah. Kesulitannya sirkulasi
kolateral sedikit sehingga mudah terjadi infeksi pada tempat pengambilan,
sulit untuk bekerja aseptis, pada orang tua (gangguan pada dinding arteri
sebelah dalam), letaknya dekat dengan vena paha (salah tusuk).

4.

Pada bayi : Arteri kulit kepala dan arteri tali pusat.

5.

Pada orang dewasa : Arteri dorsalis pedis.

2.3.3. Instrument Blood Gas Analyzer (BGA)


A. Teori Dasar Blood Gas Analyzer
Sebuah alat yang digunakan untuk mengukur tekanan parsial gas yang
ada di dalam darah seperti CO2 dan O2, mengukur pH dan mengukur
elektrolit seperti potasium, natrium, zat kapur serta klorid.

Komponen-komponen :
Standar elektroda :
1.

pH modules

Memproduksi berbagai tingkatan keluaran yang sebanding dengan pH


sampel yang sedang dianalisa
2.

pCO2 modules

Memproduksi voltase yang sebanding dengan konsentrasi CO2 pada


sampel.
3.

pO2 modul

Menghasilkan voltase yang sebanding dengan konsentrasi O2 pada sampel.


4.

Acuan Electroda

Menyediakan potensial elektrik yang konstan dan stabil (756mV) yang


digunakan sebagai petunjuk untuk mengukur potensial elektrik yang
diproduksi oleh setiap pengukuran elektroda.
5.

Heater

Menjaga/mempertahankan standar elektroda pada suhu 370C

6.

Sensor suhu

Menunjukan temperatur ketika suhu turun atau naik 2 derajat di atas 370C
7.

Udara Alir detector

Berada di tempat masuk atau keluar dari standar elektrooda. Memeriksa


adanya udara atau cairan di dalam tabung sampel.

Faktor- faktor yang mempengaruhi hasil BGA:


1. Gelembung udara
Tekanan oksigen udara adalah 158 mmHg. Jika terdapat udara dalam sampel
darah maka ia cenderung menyamakan tekanan sehingga bila tekanan
oksigen sampel darah kurang dari 158 mmHg, maka hasilnya akan
meningkat.
2. Antikoagulan
Antikoagulan

dapat

Pemberian heparin

mendilusi
yang

konsentrasi

berlebihan

gas

darah

dalam

tabung.

akan menurunkan tekanan CO 2,

sedangkan pH tidak terpengaruh karena efek penurunan CO2 terhadap pH


dihambat oleh keasaman heparin.
3. Metabolisme
Sampel darah masih merupakan jaringan yang hidup.Sebagai jaringan hidup,
ia membutuhkan oksigen dan menghasilkan CO2. Oleh karena itu, sebaiknya
sampel diperiksa dalam 20 menit setelah pengambilan. Jika sampel tidak
langsung diperiksa, dapat disimpan dalam kamar pendingin beberapa jam.
C. Cara Pengoperasian
1.
Nyalakan power ON
2.

Setiap pertama kali menghidupkan alat, lalu kalibrasi dengan cara tekan
calibrate kemudian enter. alat akan melakukan kalibrasi secara otomatis.

3.

Apabila ada sample pemeriksaan sebelum melakukan pemeriksaan tekan


status untuk mengetahui kondisi apakah PH, Pco2 dan Po2 kondisinya OK.
Jika OK sample langsung dapat diperiksa. Apabila kondisinya UC (Un
Caliblasi) lakukan kalibrasi yaitu tekan calibrate kemudian enter.

4.

Apabila alat sudah dalam kondisi ready for analysa berarti alat sudah siap
melakukan pemeriksaan, tekan Analyzer. Selang pengisap sample akan
keluar secara otomatis kemudian masukan sample bersamaan tekan lagi
analyzer sampai sample terhisap secara otomatis selang akan masuk sendiri.

5.

Lakukan daftar isian seperti yang terlihat dilayar monitor, sample ID , HB,
suhu badan, jenis sample (0 arteri, 1 vena, 2 kapiler), F102 (volume oksigen
yang dilorelasi dengan persen lihat daftar), kemudian clear 2x.

6.

Alat akan menghitung secara otomatis dalam waktu yang relatif cepat
hasil akan keluar melalui printer

2.3.4. Interpretasi Hasil Analisa Gas Darah


A. Interpretasi Hasil Pemeriksaan pH
Serum pH menggambarkan keseimbangan asam basa dalam tubuh. Sumber
ion hidrogen dalam tubuh meliputi asam volatil dan campuran asam (seperti
asam laktat dan asam keto).
Nilai normal pH serum :

Nilai normal

Nilai kritis

Implikasi Klinik

: 7.35 - 7.45
: < 7.25 - 7.55

1. Umumnya

nilai

pH

akan

menurun

dalam

keadaan

asidemia

(peningkatan pembentukan asam)


2. Umumnya nilai pH meningkat dalam keadaan alkalemia (kehilangan
asam)
3. Bila melakukan evaluasi nilai pH, sebaiknya PaCO2 dan HCO3 diketahui
juga untuk memperkirakan komponen pernafasan atau metabolik yang
mempengaruhi status asam basa

B. Interpretasi Hasil Tekanan Parsial Karbon Dioksida (PaCO2 )


PaCO2 menggambarkan tekanan yang dihasilkan oleh CO2 kyang terlarut
dalam plasma. Dapat digunakan untuk menetukan efektifitas ventilasi dan
keadaan asam basa dalam darah.
Nilai Normal : 35 - 45 mmHg

SI

: 4.7 - 6.0 kPa

Implikasi Klinik :
1. Penurunan

nilai

PaCO2

dapat

terjadi

pada

hipoksia,

anxiety/

nervousness dan emboli paru. Nilai kurang dari 20 mmHg perlu


mendapatkan perhatiaan khusus.
2. Peningkatan nilai PaCO2 dapat terjadi pada gangguan paru atau
penurunan fungsi pusat pernafasan. Nilai PaCO2 > 60 mmHg perlu
mendapat perhatian khusus.
3. Umumnya

peningkatan

PaCO2

dapat

terjadi

pada

sedangkan penurunan nilai menunjukkan hiperventilasi.

hipoventilasi

4. Biasanya penurunan 1 mEq HCO3 akan menurunkan tekanan PaCO2


sebesar 1.3 mmHg.

C. Interpretasi Hasil Tekanan Parsial Oksigen (PaO2 )


PaO2 adalah ukuran tekanan parsial yang dihasilkan oleh sejumlah oksigen
yang terlarut dalam plasma. Nilai ini menunjukkan kemampuan paru-paru
dalam menyediakan oksigen bagi darah.
Nilai Normal (suhu kamar, tergantung umur) ; 75 - 100 mmHg

SI

: 10 -

13.3 kPa

Implikasi Klinik
1. Penurunan nilai PaO2 dapat terjadi pada penyakit paru obstruksi kronik
(PPOK),

penyakit

obstruksi

paru,

anemia,

hipoventilasi

akibat

gangguan fisik atau neoromuskular dan gangguan fungsi jantung. Nilai


PaO2 kurang dari 40 mmHg perlu mendapatkan perhatian khusus.
2. Peningkatan nilai PaO2 dapat terjadi pada peningkatan penghantaran
O2 oleh alat bantu (contoh; nasal prongs, alat ventilasi mekanik)
hiperventilasi dan polisitemia (peningkatan sel darah merah dan daya
angkut oksigen)

D. Interpretasi Hasil Saturasi Oksigen (SaO2)


Jumlah oksigen yang diangkut oleh hemoglobin, ditulis sebagai persentasi
total oksigen yang terikat pada hemoglobin.

Nilai Normal : 95 - 99 % O2
Implikasi Klinik
1. Saturasi oksigen digunakan untuk mengevaluasi kadar oksigenasi
hemoglobin dan kecakupan oksigen pada jaringan
2. tekanan parsial oksigen yang terlarut di plasma menggambarkan
jumlah oksigen yang terikat pada hemoglobin sebagai ion bikarbonat
E. Interpretasi Hasil Pemeriksaan Karbon Dioksida (CO2)
Dalam plasma normal, 95% dari total CO2 terdapat sebagai ion bikarbonat,
5% sebagai larutan gas CO2 terlarut dan asam karbonat. Kandungan CO2
plasma terutama adalah bikarbonat, suatu larutan yang bersifat basa dan
diatur oleh ginjal. Gas CO2 yang larut ini terutama bersifat asam dan diatur
oleh paru-paru. Oleh karena itu nilai CO2 plasma menunjukkan konsentrasi
bikarbonat.
Nilai Normal Karbon Dioksida (CO2)

: 22 - 32 mEq/L

SI

: 22 - 32

mmol/L
Kandungan CO2 plasma terutama adalah bikarbonat, suatu larutan yang
bersifat basa dan diatur oleh ginjal. Gas CO2 yang larut ini terutama yang
bersifat asam dan diatur oleh paru-paru. oleh karena itu nilai CO2 plasma
menunjukkan

konsentrasi

bikarbonat.

Implikasi Klinik :
1. Peningkatan kadar CO2 dapat terjadi pada muntah yang parah,
emfisema, dan aldosteronisme

2. Penurunan kadar CO2 dapat terjadi pada gagal ginjal akut, diabetik
asidosis dan hiperventilasi
3. Peningkatan

dan

penurunan

dapat

terjadi

pada

penggunaan

nitrofurantoin

F.Anion Gap (AG)


Anion gap digunakan untuk mendiagnosis asidosis metabolik. Perhitungan
menggunakan elektrolit yang tersedia dapat membantu perhitungan kation
dan anion yang tidak terukur. Kation dan anion yang tidak terukur termasuk
Ca+ dan Mg2+. Anion yang tidak terukur meliputi protein, posfat sulfat dan
asam organik. Anion gap dapat dihitung menggunakan dua pendekatan yang
berbeda.
Na+ - (Cl-

HCO3) atau Na + K - (Cl + HCO3) = AG

Nilai Normal Pemeriksaan Anion Gap : 13 - 17 mEq/L

Implikasi Klinik

1. Nilai anion gap yang tinggi (dengan pH tinggi) menunjukkan penciutan


volume ekstraseluler atau pada pemberian penisilin dosis besar.

2. Anion gap yang tinggi dengan pH rendah merupakan

yaitu akibat

asupan metanoll, uremia, asidosis laktat, etilen glikol, paraldehid,


intoksikasi aspirin dan ketoasidosis.
3. Anion gap rendah dapat terjadi pada hipoalbuminemia, dilution,
hipernatremia, hiperkalsemia yang terlihat atau toksisitas litium.
4. Anion gap yang normal dapat terjadi pada metabolik asidosis akibat
diare, asidoses tubular ginjal atau hiperkalsemia.

You might also like