Professional Documents
Culture Documents
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama
: An.EP
Umur
: 6 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Alamat
: Kp.Neglasari
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Pelajar
Pendidikan
: SD
ANAMNESIS
(Alloanamnesis, Tgl: 28 Oktober 2014)
Keluhan utama
Nyeri menelan dan rasa ada yang mengganjal ditenggorokan.
Riwayat perjalanan penyakit
Pasien datang dibawa oleh ibunya ke poli THT RSUD Soreang
dengan keluhan nyeri menelan dan rasa ada yang mengganjal
ditenggorokan sejak 1 tahun yang lalu. Dalam satu bulan pasien
merasaakan nyeri dua kali. Bila nyeri timbul, pasien merasakan badannya
mulai panas.Amandel nyeri setelah pasien mengkonsumsi es krim dan
minuman dingin.Pasien juga tidur mendengkur,tetapi hal ini dirasakan sejak
5 bulan terakhir ini.
Sejak + 2 bulan sebelum masuk rumh sakit, nyeri saat menelan
semakin sering dirasakan os. Selain keluhan nyari menelan, os. juga
mengeluh susah menelan, baik makanan biasa ataupun makanan lunak.
Tenggorokan terasa berlendir (+), terasa kering (-), sulit membuka mulut
(-). Demam (+). Demam hilang timbul tanpa disertai menggigil. Batuk
berdahak (+), pilek (+).
: Compos mentis
Tekanan darah
: 120/70 mm/Hg
Pernafasan
: 20 x/menit
Suhu
: 36,5 0C
Nadi
: 96 x/menit
Anemia
: (-)
Sianosis
: (-)
Stridor inspirasi
: (-)
Pemeriksaan fisik
a) Telinga
Telinga
Kanan
Kiri
Merah muda
Merah muda
Seperti mutiara
Seperti mutiara
Jam 7
Jam 5
Daun Telinga
Liang Telinga
- Atresia
- Serumen prop
- Epidermis prop
- Korpus alineum
- Jaringan granulasi
- Exositosis
- Osteoma
- Furunkel
Membran timpani
- Warna
- Reflek cahaya
- Hiperemis
- Retraksi
- Bulging
- Atropi
- Perforasi
- Bula
- Sekret
Minimal
Minimal
Retro auricular
- Fistel
- Kista
- Abses
Pre auricular
- Fistel
- Kista
- Abses
b) Hidung
Hidung
- Vestibulum Nasi
Kanan
Rinoskopi anterior
Lebar lubang
Kiri
Lebar lubang
hidung normal,
hidung normal,
sekret (-),
sekret (-),
- Selaput Lendir
rambut (+)
Hiperemis (-),
rambut (+)
Hiperemis (-),
- Septum Nasi
edema (-)
Deviasi (-), massa
edema (-)
Deviasi (-), massa
(-)
Licin, massa (-)
Hiperemis (-),
(-)
Licin, massa (-)
Hiperemis (-),
edema (-),
edema (-),
- Kavum Nasi
permukaan licin
Meatus nasi inferior
Sekret (-)
Konka media
Sulit dinilai
Meatus nasi media
Sekret (-), polip (-)
Polip
Korpus alienum
Massa tumor
Fenomena palatum mole
Sulit dinilai
Rinoskopi posterior
6
permukaan licin
Sekret (-)
Sulit dinilai
Sekret (-), polip (-)
Sulit dinilai
c)
Kavum Nasi
Selaput Lendir
Koana
Septum nasi
Konka superior
Meatus nasi media
Muara tuba
Adenoid
Massa tumor
Polip
Hiperemis (-)
Hiperemis (-)
Lendir (-)
Lendir (-)
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Deviasi (-)
Deviasi (-)
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Transluminasi sinus
Sinus maksilaris
Kanan
Tampak bayangan
Kiri
Tampak bayangan
Sinus frotal
Mulut
Hasil
Selaput lendir mulut
Bibir
Lidah
Gigi
Kelenjar ludah
d) Faring
Uvula
Hasil
Ditengah, hiperemis (-), edema (-), ulkus
Palatum molle
Palatum durum
Plika anterior
Tonsil
benjolan (-).
Hiperemis (-), edema (-)
Ukuran : T3 T3
Hiperemis (-/-), kripta melebar (+/+),
detritus (-/-)
Plika posterior
Mukosa orofaring
e)
f)
Tes Audiologi
Tes pendengaran
Kanan
Kiri
Rinne
+
+
Weber
Tidak ada lateralisasi
Scwabach
normal
Normal
Kesimpulan : Fungsi pendengaran normal
DIAGNOSIS
Tonsilitis Kronis
PENATALAKSANAAN
a. Diagnostik
Rontgen Thoraks
Ekspertise Rontgen thoraks posisi PA :
Cor
Aorta normal
Pulmo
Tampak corakan
bronkovaskular meningkat,
b. Terapi
Pro Tonsilektomi
Ceftriaxone 2 x 1 gr (IV)
c. KIE
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II. 1. ANATOMI CINCIN WELDEYER
EMBRIOLOGI
Pada permulaan pertumbuhan tonsil, terjadi invaginasi kantong brakial ke
II ke dinding faring akibat pertumbuhan faring ke lateral. Selanjutnya terbentuk
fosa tonsil pada bagian dorsal kantong tersebut, yang kemudian ditutupi epitel.
Bagian yang mengalami invaginasi akan membagi lagi dalam beberapa bagian,
sehingga terjadi kripta. Kripta tumbuh pada bulan ke 3 - 6 kehidupan janin,
berasal dari epitel permukaan. Pada bulan ke 3 tumbuh limfosit di dekat epitel
tersebut dan terjadi nodul pada bulan ke 6, yang akhirnya terbentuk jaringan ikat
limfoid. Kapsul dan jaringan ikat lain tumbuh pada bulan ke 5 dan berasal dari
mesenkim, dengan demikian terbentuklah massa jaringan tonsil.
ANATOMI
Cincin waldeyer merupakan jaringan limfoid yang mengelilingi faring.
Bagian terpentingnya adalah tonsil palatina dan tonsil faringeal (adenoid). Unsur
yang lain adalah tonsil lingual, gugus limfoid lateral faring dan kelenjar-kelenjar
limfoid yang tersebar dalam fosa Rosenmuller, di bawah mukosa dinding
posterior faring dan dekat orifisium tuba eustachius.
Tonsil adalah massa yang terdiri dari jaringan limfoid yang terdapat di
dalam faring, diliputi epitel skuamosa dan ditunjang oleh jaringan ikat dengan
kriptus didalamnya . Terdapat 3 macam tonsil yaitu tonsila faringeal (adenoid),
10
11
sehingga jarang sekali dijumpai pada orang dewasa. Ukuran adenoid bervariasi
pada masing-masing anak. Pada umumnya adenoid akan mencapai ukuran
maksimal antara usia 3-7 tahun kemudian akan mengalami regresi.
Apabila adenoid membesar maka akan tampak sebagai sebuah massa yang
terdiri dari 4-5 lipatan longitudinal anteroposterior serta mengisi sebagian besar
atas nasofaring. Berlainan dengan tonsil, adenoid mengandung sedikit sekali
kripta dan letak kripta tersebut dangkal. Tidak ada jaringan khusus yang
memisahkan adenoid ini dengan m. konstriktor superior sehingga pada waktu
12
13
dengan panjang 2-5 cm. Permukaan tonsil merupakan permukaan bebas dan
mempunyai lekukan yang merupakan muara dari kripta tonsil. Jumlah kripta
tonsil berkisar antara 20-30 buah, berbentuk celah kecil yang dilapisi oleh epitel
berlapis gepeng. Beberapa kripta ada yang berjalan kearah dalam substansia tonsil
dan berakhir dibawah permukaan kapsul.. Kripta dengan ukuran terbesar terletak
pada pole atas tonsil dan disebut kripta superior, normalnya mengandung sel-sel
epitel, limfosit, bakteri, dan sisa makanan. Kripta superior sering menjadi tempat
pertumbuhan kuman karena kelembaban dan suhunya sesuai untuk pertumbuhan
kuman, juga karena tersedianya substansi makanan di daerah tersebut.Tonsil tidak
selalu mengisi seluruh fosa tonsilaris, daerah yang kosong diatasnya dikenal
sebagai fosa supratonsilar
Tonsil terletak di lateral orofaring. Dibatasi oleh:
Anterior : M. palatoglosus
Posterior : M. palatofaringeus
Secara mikroskopik tonsil terdiri atas 3 komponen yaitu jaringan ikat, folikel
germinativum (merupakan sel limfoid) dan jaringan interfolikel (terdiri dari
jaringan limfoid).
Fossa tonsilaris di bagian depan dibatasi oleh pilar anterior (arkus plalatina
anterior), sedangkan di bagian belakang dibatasi oleh pilar posterior (arkus
palatina posterior), yang kemudian bersatu di pole atas dan selanjutnya bersamasama dengan m. Palatina membentuk palatum molle. Bagian atas fossa tonsilaris
kosong dinamakan fossa supratonsiler yang merupakan jaringan ikat longgar.
Permukaan lateral tonsil ditutupi oleh kapsula fibrosa yang kuat dan
berhubungan dengan fascia faringobasilaris yang melapisi M. konstriktor
faringeus. Kapsul tonsil tersebut masuk ke dalam jaringan tonsil, membentuk
septa yang mengandung pembuluh darah dan saraf tonsil.
14
Kutub bawah tonsil melekat pada lipatan mukosa yang disebut plika
triangularis, dimana pada bagian bawahnya terdapat folikel yang kadang-kadang
membesar. Plika ini penting karena sikatrik yang terbantuk setelah proses
tonsilektomi dapat menarik folikel tersebut ke dalam fossa tonsilaris, sehingga
dapat dikelirukan sebagai sisa tonsil.
Pole atas tonsil terletak pada cekungan yang berbentuk bulan sabit, disebut
sebagai plika semilunaris. Pada plika ini terdapat massa kecil lunak, letaknya
dekat dengan ruang supratonsil dan disebut glandula salivaris mukosa dari Weber,
yang penting peranannya dalam pembentukan abses peritonsil. Pada saat
tonsilektomi, jaringan areolar yang lunak antara tonsil dengan fosa tonsilaris
mudah dipisahkan.
15
Gambar 3.Potongan sagital rongga hidung, rongga mulut, faring, dan laring.
Di sekitar tonsil terdapat 3 ruang potensial yang secara klinik sering menjadi
tempat penyebaran infeksi dari tonsil. Ketiga ruang potensial tersebut adalah :
1. Ruang peritonsil (ruang supratonsil)
Berbentuk hampir segitiga dengan batas-batas :
- Anterior
: m. palatoglosus
16
- Dasar segitiga
Dalam ruang ini terdapat kelenjar salivarius Weber, yang bila terinfeksi dapat
menyebar ke ruang peritonsil, menjadi abses peritonsil.
2. Ruang retromolar
Terdapat tepat di belakang gigi molar 3, berbentuk oval, merupakan sudut yang
dibentuk oleh ramus dan korpus mandibula. Di sebelah medial terdapat m.
Buccinator,
sementara
pada
bagianpostero-medialnyaterdapat
m.
- Inferior
: Os hyoid
- Medial
- Lateral
: Ramus ascendens mandibula, tempat m. Pterygoideus interna dan
bagian posterior kelenjar parotis
- Posterior
: Otot-otot prevertebra
Ruang parafaring ini terbagi 2 (tidak sama besar) oleh prosesus styloideus dan
otot-otot yang melekat pada prosesus styloideus tersebut :
-
Ruang pre-styloid, lebih besar, abses dapat timbul oleh karena : radng tonsil,
mastoiditis, parotitis, karies gigi atau tindakan operatif.
Ruang parafaring ini hanya dibatasi oleh fascia yang tipis dengan ruang retro
faring.
17
Ruang retrofaring
Batas-batasnya adalah sebagai berikut :
- Anterior
- Posterior
: fascia prevertebralis
- Superior
: basis cranii
- Inferior
- Lateral
: parafaringeal space
18
Vaskularisasi Tonsil
Tonsil diperdarahi oleh beberapa cabang pembuluh darah, yaitu :
- A. Palatina Ascenden, cabang A. Fasialis, memperdarahi bagian postero
inferior
- A. Tonsilaris, cabang A. Fasialis, memperdarahi daerah antero-inferior
- A. Lingualis Dorsalis, cabang A. Maksilaris Interna, memperdarahi daerah
antero-media
- A. Faringeal Ascenden, cabang A. Karotis Eksterna, memperdarahi daerah
postero-superior
- A. Palatida Descenden dan cabangnya, A. Palatina Mayor dan A. Palatina
Minor, memperdarahi daerah antero-superior
Daerah vena dialirkan melalui pleksus venosus perikapsular ke V.
Lingualis dan pleksus venosus faringeal, yang kemudian bermuara ke V. Jugularis
19
Interna. Pembuluh vena tonsil berjalan dari palatum, menyilang bagian lateral
kapsula dan selanjutnya menembus dinding faring.
Persarafan Tonsil
Persarafan tonsil berasal dari saraf trigeminus dan saraf glossopharingeus.
Nervus trigeminus mempersarafi bagian atas tonsil melalui cabangnya yang
melewati ganglion sphenopaltina yaitu n. palatina. Bagian bawah tonsil
dipersarafi n. glossopharingeus.
II.2. FISIOLOGI DAN HISTOLOGI TONSIL
Fungsi jaringan limfoid faring adalah memproduksi sel-sel limfosit tetapi
peranannya sendiri dalam mekanisme pertahanan tubuh masih diragukan.
Penelitian menunjukkan bahwa tonsil memegang peranan penting dalam fase-fase
20
21
1.
Pada beberapa tempat lapisan mukosa tonsil sangat tipis sehingga menjadi tempat
yang lemah terhadap masuknya kuman ke dalam jaringan tonsil. Dengan
masuknya kuman ke dalam lapisan mukosa, maka kuman ini akan ditangkap oleh
sel fagosit, dalam hal ini adalah elemen tonsil. Selanjutnya sel fagosit akan
membunuh kuman dengan proses oksidasi dan digesti.
2.
22
23
24
TONSILITIS
II. 3. TONSILITIS
II. 3. 1. Definisi
Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian
daricincin Waldeyer. Cincin Waldeyer terdiri atas susunan kelenjar limfa yang
terdapat di dalam rongga mulut yaitu tonsil faringeal (adenoid), tonsil palatina
(tonsil faucial), tonsil lingual (tonsil pangkal lidah), tonsil tuba Eustachius (lateral
band dinding faring atau Gerlachs tonsil) (Soepardi, 2007). Sedangkan menurut
Reeves (2001) tonsilitis merupakan inflamasi atau pembengkakan akut pada tonsil
atau amandel.
II. 3. 2. Epidemiologi
Tonsilitis paling sering terjadi pada anak-anak, terutama
berusia 5 tahun dan 10 tahun dimana penyebarannya melalui
droplet infection yaitu alat makan dan makanan
II. 3. 3. Etiologi
A. Tonsillitis bakterialis supuralis akut paling sering disebabkan olehstreptokokus
beta hemolitikus group A,Misalnya: Pneumococcus,staphylococcus, Haemalphilus
influenza, sterptoccoccus nonhemoliticus atau streptoccus viridens.
B. Bakteri merupakan penyebab pada 50% kasus. Antara lainstreptococcus B
hemoliticus grup A, streptococcus,Pneumoccoccus,Virus, Adenovirus, Virus
influenza serta herpes.
C. Penyebabnya infeksi bakteri streptococcus atau infeksi virus. Tonsilberfungsi
membantu menyerang bakteri dan mikroorganisme lainnyasebagai tindakan
pencegahan terhadap infeksi. Tonsil bisa dikalahkanoleh bakteri maupun virus,
sehingga membengkak dan meradang,menyebabkan tonsillitis.
25
Faktorpresdiposisi :
Beberapa faktor predisposisi timbulnya kejadian Tonsilitis Kronis, yaitu: 10
II. 3. 4. Patofisiologi
Saat
bakteri
atau
virus
memasuki
tubuh
melalui
hidung
atau
mengeluh
merasa
berhentimakan.
26
sakit tenggorokannya
sehingga
27
28
Bagan 1.Klasifikasitonsilitis
Macam-macam tonsillitis
1. Tonsillitis akut
Gambar 7.Tonsilitisakut
yang
dikenal
sebagai
strept
throat,
pneumococcus,
29
a. Tonsilitis Difteri
Penyebabnya yaitu oleh kuman Coryne bacterium diphteriae, kuman yang
termasuk Gram positif dan hidung di saluran napas bagian atas yaitu
hidung, faring dan laring.Sering dituemukan pada anak berusia< 10 tahun
dan frekuensi tertinggi pada usia 2 5 tahun walaupun pada orang dewasa
masih mungkin menderita penyakit ini .
Gambar 10.TonsilitisDifteri
b. Tonsilitis Septik
Penyebab streptococcus hemoliticus yang terdapat dalam susu sapi
sehingga menimbulkan epidemi. Oleh karena di Indonesia susu sapi
dimasak dulu dengan cara pasteurisasi sebelum diminum maka penyakit
ini jarang ditemukan.
3. Angina Plout Vincent
Penyebab penyakit ini adalah bakteri spirochaeta atau triponema yang
didapatkan pada penderita dengan higiene mulut yang kurang dan
31
Gambar 11.Tonsilitiskronis
Tonsillitis akut :
Seperti gejala common cold, rasa gatal/ kering ditenggorokan, lesu, nyeri sendi
odinafagia, anoreksia, otalgia, suara serak (bila laring terkena), tonsil
membengkak, demam, nafsu makan menurun .
Tonsilitis membranosa :
II. 3. 7. Diagnosis
1. Fokus pengkajian menurut Firman (2006) yaitu :
a. Anamnesis
1) Kaji adanya riwayat penyakit sebelumnya (tonsilitis)
2) Apakah pengobatan adekuat
3) Kapan gejala itu muncul
4) Bagaimana pola makannya
5) Apakah rutin atau rajin membersihkan mulut
33
b. Pemeriksaan fisik
Tonsilitis akut :
Tonsilitis tampak hiperemis, membengkak, detritus (+) berbentuk folikel
atau lacuna atau tertutup membrane semu, kelenjar submandibular
membengkak dan nyeri tekan .
Tonsilitis membranosa :
Tonsil membengkak ditutupi bercak putih, KGB membengkak (bull neck),
kelumpuhan otot palatum dan pernafasan, demam, nyeri kepala, badan
lemah, hipersaliva, gigi dan gusi mudah berdarah, nyeri tenggorok .
Tonsilitis kronik :
Pada pemeriksaan, terdapat dua macam gambaran tonsil dari Tonsilitis
Kronis yang mungkin tampak, yakni :
1. Tampak pembesaran tonsil oleh karena hipertrofi dan perlengketan
kejaringan sekitar, kripta yang melebar, tonsil ditutupi oleh eksudat yang
purulen atau seperti keju.
2. Mungkin juga dijumpai tonsil tetap kecil, mengeriput, kadang-kadang
seperti terpendam di dalam tonsil bed dengan tepi yang hiperemis, kripta
yang melebardan ditutupi eksudat yang purulen.
Berdasarkan rasio perbandingan tonsil dengan orofaring, dengan mengukur jarak
antara kedua pilar anterior dibandingkan dengan jarak permukaan medial kedua
tonsil, maka gradasi pembesaran tonsil dapat dibagi menjadi :
T0 : Tonsil masuk di dalam fossa
T1 :<25% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring
T2: 25-50% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring
T3 : 50-75% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring
T4 :>75% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring
II. 3. 8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan tonsillitis secara umum:
34
35
36
Kontraindikasiabsolut:
a. Penyakitdarah: leukemia, anemia aplastik, hemofiliadanpurpura
b. Penyakitsistemik yang tidakterkontrol: diabetes melitus,
penyakitjantungdansebagainya.
Kontraindikasirelatif:
a. Anemia (Hb<10 gr% atau HCT <30%)
b. Infeksiakutsalurannafasatau tonsil (tidaktermasukabsesperitonsiler)
c. Poliomielitisepidemik
d. Usia di bawah 3 tahun (sebaiknyaditunggusampai 5 tahun)
37
Gambar .Tonsilektomi
TehnikTonsilektomi
38
II. 3. 9. Komplikasi
1. Komplikasi sekitar tonsila
Peritonsilitis
Peradangan tonsil dan daerah sekitarnya yang berat tanpa adanya trismus dan
abses.
39
Abses Parafaringeal
Infeksi dalam ruang parafaring dapat terjadi melalui aliran getah bening atau
pembuluh darah.Infeksi berasal daridaerah tonsil, faring, sinus paranasal, adenoid,
kelenjar limfe faringeal, os mastoid dan os petrosus.
Abses Retrofaring
Kista Tonsil
Sisa makanan terkumpul dalam kripta mungkin tertutup oleh jaringan fibrosa dan
ini menimbulkan kista berupa tonjolan pada tonsil berwarna putih dan berupa
cekungan, biasanya kecil dan multipel.
40
41
BAB III
KESIMPULAN
Tonsilitis adalah inflamasi atau pembengkakan akut pada tonsil atau
amandel. Tonsilitis terdapat pada tonsil palatina yang merupakan bagian dari
Cincin Waldeyer. Tonsilitis paling sering terjadi pada anak-anak, terutama berusia
5 tahun dan 10 tahun dimana penyebarannya melalui droplet infection yaitu alat
makan dan makanan.
Bakteri merupakan penyebab pada 50% kasus. Antara lainstreptococcus B
hemoliticus grup A, streptococcus,Pneumoccoccus,Virus, Adenovirus, Virus
influenza serta herpes. Saat bakteri atau virus memasuki tubuh melalui hidung
atau mulut,amandel berperan sebagai filter, menyelimuti organism yang
berbahaya tersebut sel-sel darah putih ini akan menyebabkan infeksi ringan pada
amandel.Hal ini akan memicu tubuh untuk membentuk antibody terhadap infeksi
yang akan datang akan tetapi kadang-kadang amandel sudah kelelahan menahan
infeksi atau virus.Infeksi bakteri dari virus inilah yang menyebabkan tonsillitis.
Tonsilitis dibagi menjadi tonsilitis akut, membranosa, dan Angina Plout
Vincent. Gejala yang timbul biasanya berupa nyeri tenggorokan, demam, sulit
menelan, dan gangguan lain pada daerah tonsil dan tenggorokan.
Untuk diagnosis tonsilitis biasanya hanya dengan melihat tonsil secara
langusng dengan pemeriksaan pada orofaring.
Penatalaksanaan pada tonsilitis akut meliputi antibiotik peroral, antipiretik,
kortikostreroid jika perlu untuk mengurangi edema, dan tonsilektomi dilakukan
sesuai indikasi .
42
DAFTAR PUSTAKA
1. Boies A, dkk. 1997. Buku Ajar Penyakit THT edisi 6. Jakarta. Penerbit
EGC
2. Efiaty Arsyad Soepardi, dkk. 1990. Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga,
Hidung dan Tenggorok. Balai Penerbit FKUI. Edisi ke-5. Jakarta
3. Andrina YMR. Tonsilitis. Fakultas Kedokteran Bagian Ilmu Penyakit
Telinga Hidung Tenggorokan Universitas Sumatera Utara. 2003. Diunduh
dari:repository.usu.ac.id pada tanggal 15 April 2011.
4. Baba Y, Kato Y, Saito H, Ogawa K. Management of deep neck infection by
a transnasal approach: a case report. Journal of Medical Case
Report. 3: 7317, 2009. Diunduh dari:www.jmedicalcasereports.com pada
tanggal 22 April 2011
5. Ballenger, John Jacob. M.S, M.D. Penyakit Telinga Hidung, Tenggorok
Kepala dan Leher. Binarupa Aksara. Jakarta. Hal : 295-97, 318-23, 346-55
6. E, Steyer, Terrence, M.D, Peritonsiller Abscess: Diagnosis and Treatment.
Available at: www.aafp.org/afp, Accesed on Okt, 2010.
7. Fachruddin,Darnila, Abses Leher Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga
Hidung Tenggorokkan, editor Soepardi EA, Iskandar N, Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, edisi keenam, Jakarta, 2007:
185-8.
8. Mehta,
Ninfa.
MD.
Peritonsillar
Abscess.
Available
from.
43