Professional Documents
Culture Documents
Patofisiologi Tonsilitis
Tonsil dibungkus oleh suatu kapsul yang sebagian besar berada pada fosa tonsil yang
terfiksasi oleh jaringan ikat longgar. Tonsil terdiri dari banyak jaringan limfoid yang disebut
folikel. Setiap folikel memiliki kanal (saluran) yang ujungnya bermuara pada permukaan
tonsil. Muara tersebut tampak oleh kita berupa lubang yang disebut kripta. Saat folikel
mengalami peradangan, tonsil akan membengkak dan membentuk eksudat yang akan
mengalir dalam saluran (kanal) lalu keluar dan mengisi kripta yang terlihat sebagai kotoran
putih atau bercak kuning. Kotoran ini disebut detritus. Detritus sendiri terdiri atas kumpulan
leukosit polimorfonuklear, bakteri yang mati dan epitel tonsil yang terlepas. Tonsilitis akut
dengan detritus yang jelas disebut tonsilitis folikularis. Tonsilitis akut dengan detritus yang
menyatu lalu membentuk kanal-kanal disebut tonsilitis lakunaris. 1,4
Detritus dapat melebar dan membentuk membran semu (pseudomembran) yang
menutupi tonsil. Adanya pseudomembran ini menjadi alasan utama tonsilitis akut didiagnosa
banding dengan angina Plaut Vincent, angina agranulositosis, tonsilitis difteri, dan scarlet
fever. 1,4
Tonsilitis kronis terjadi akibat peradangan yang berulang sehingga mengakibatkan
epitel mukosa dan jaringan limfoid terkikis. Jaringan parut yang akan mengalami pengerutan,
kemudian kripta melebar dan diisi oleh detritus lalu menembus kapsul tonsil sehingga terjadi
perlekatan dengan jaringan sekitar fossa tonsilaris.
Tonsilitis kronis terdapat 2 gambaran, yaitu tonsilitis kronis hipertropikans dan tonsilitis
kronis atropikans. Tonsilitis kronis hipertropikans adalah pembesaran tonsil dengan hipertrofi
dan pembentukan jaringan parut. Kripta stenosis dapat disertai eksudat yang purulen. 5
Gambar 2.3
Tonsilitis kronis atropikans, gejalanya: tonsil atrofi (mengecil) dengan sekelilingnya
hiperemis, keluar sejumlah kecil sekret purulen dari kripta. 5
2. Manifestasi klinis
Gejala klinis tonsilitis kronis relatif sama dengan tonsilitis akut adalah :
nyeri tenggorok
faring hiperemis
nyeri telan
edema faring
sulit menelan
pembesaran tonsil
demam
tonsil hiperemia
mual, anoreksia
mulut berbau
kelenjar limfa leher membengkak
otalgia ( sakit di telinga )
malaise
3. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan pada tonsil akan didapati tonsil hipertrofi, tetapi kadang-kadang atrofi,
hiperemi dan odema yang tidak jelas. Didapatkan detritus atau detritus baru tampak jika
tonsil ditekan dengan spatula lidah. Kelenjar leher dapat membesar tetapi tidak terdapat nyeri
tekan.1,2
Ukuran tonsil pada tonsilitis kronik dapat membesar (hipertrofi) atau atrofi. Pembesaran
tonsil dapat dinyatakan dalam ukuran T1 T4. Cody& Thane (1993) membagi pembesaran
tonsil dalam ukuran berikut :
T1 = batas medial tonsil melewati pilar anterior sampai jarak pilar anterior uvula
T2
= batas medial tonsil melewati jarak
pilar anterior-uvula sampai jarak pilar anterioruvula
T3
Gambar 2.4