You are on page 1of 39

RICKY AGUNG

PRANDIKA
7114080121

SKENARIO
Ny. S umur 54 tahun adalah seorang petani sayur brastagi, dibawa
keluarganya

ke

rumah

sakit

karena

keluhan

merasa

lemah,

penglihatan berkunang-kunang, sewaktu tiba dirumah sakit penderita


terlihat pucat, nafas pendek dan lemah. Dari anamnesis diketahui
keluhan ini telah dialami pasien sejak 3 bulan terakhir. Tetapi kejadian
hari ini adalah yang paling berat. Pada pemeriksaan dijumpai tandatanda anemia berat dan hasil pemeriksaan; Hb: 5,5 gr/dl, Eosinofil: 5%.
Oleh dokter dilakukan pemeriksaan lanjut berupa pemeriksaan tinja
dan ternyata dijumpai banyak telur cacing berbentuk oval dengan
dinding tipis, isi 4 sel dan sedikit telur cacing bentuk oval dinding
tebal. Terdiri dari 3 lapis, isi ovum telur berbentuk barrel shape,
dinding tebal dengan mukoid knop pada kedua kutupnya.

TERMINOLOGI
1. Mucoid knop : ada cairan pada setiap
telur cacing terutama cacing

trichuris

trichiura
2. Barel

shape

:berbentuk

seperti

tempayan
3. Anemia

: keadaan dimana kadar

Hb berada dibawah normal. Nilai


normal pada (wanita 12-14 gr/dl,pria 14-

IDENTIFIKASI MASALAH
1. Apa ada hubungan rutinitas/pekerjaan OS dengan
keluhan yang dialami dan linkungannya?
2. Mengapa pada OS mengalami nafas pendek?
3. Apa penyebab anemia berat pada pasien dan
bagaimana patofisiologinya?
4. Apa yang membuat penglihatan OS berkunang-kunang?
5. Mengapa pada pemeriksaan diftel ditemui eosinofil 5%?
6. Bagaimana cara menilai anemia berat dengan cara
melihat hasil pemeriksaan lab?
7. Diagnosa banding dari skenario?
8. Mengapa dokter melakukan pemeriksaan lanjut berupa
pemeriksaan tinja?

1. Apa ada hubungan rutinitas/pekerjaan OS dengan


keluhan yang dialami dan linkungannya?
-berhubungan, karena pekerjaan si pasien seharihari kontak langsung dengan tanah dimana tanah
merupakan tempat cacing hidup dan berkembang
biak dan penularan cacing tersebut melalui pori pori
kulit tangan dan kaki, selain itu telur cacing juga bisa
menyelip disela-sela kuku tangan dan kemudian
masuk kedalam saluran cerna melalui mulut karena
tidak mencuci tangan secara bersih dan benar.

2. Mengapa pada OS mengalami nafas


pendek?
-Kemungkinan cacing sudah menyebar ke
paru-paru melalui inhalasi atau peredaran
darah yang menyebabkan infeksi pada
paru-paru sehingga menyebabkan pasien
mengalami nafas pendek dan lemah.

3. Apa penyebab anemia berat pada pasien dan


bagaimana patofisiologinya?

Telur masuk kedalam kulit atau melalui mulut jadi


larva cacing di usus halus ke usus besar
menempel di mukosa mengisap darah anemia

Inhalasi telur infektif terhirup paru-paru ke


jantung (oleh arteri pulmonalis) mengikuti sirkulasi
jantung A. mesenterica inferior intestinum

4. Apa

yang

membuat

penglihatan

OS

terinfeksi

oleh

berkunang-kunang?
-Karena

pasien

telah

cacing yang akan menempel di dinding


usus dan menghisap darah sehingga
menyebabkan anemia yang salah satu
gejalanya penglihatan berkunang-kunang.

5. Mengapa pada pemeriksaan diftel ditemui


eosinofil 5%?
-Kemungkinan ada parasit di dalam tubuh
pasien yang sudah terinfeksi. Itulah yang
membuat

eosinofil

pasien

meninggi.

Selain itu eosinofil dapat meningkat jika


terjadi reaksi alergi.

6. Bagaimana cara menilai anemia berat dengan cara


melihat hasil pemeriksaan lab?
-Caranya dengan melihat hasil pemeriksaan Hb yang
dimana menurut WHO anemia berat kadar Hb nya
dibawah 8-7gr/dl harus sudah dilakukan transfusi
darah.

7.

Diagnosa banding dari skenario?


-Kecacingan, asma bronkial, DC kiri, hipoglikemi ec
DM.

8. Mengapa dokter melakukan pemeriksaan


lanjut berupa pemeriksaan tinja?
Untuk mengetahui adanya infeksi cacing
(parasit)

usus

morfologinya.

pada

pasien

dan

POHON TOPIK
HELMINTH
(CACING)
NEMATOD
A
TRICHINELLA
SPIRALIS
TRICHURIS
TRICHIURA
A. DUODENALE
NECATOR
AMERICANUS
ASCARIS
LUMBRICOIDES

TREMATOD
A

CESTODA

FASCIOLA

TAENIA

HEPATICA

SAGINATA

ECHINOSTOMA

TAENIA SOLIM

sp

HYMENOLEPSIS

P. WESTERMANI

NANA

SCHISTOSOMA

E. GRANULOSUS

sp

Learning Issue
Helminthiasis
1. Defenisi
2. Jenis cacing
3. Morfologi
4. Siklus hidup
5. Patofisiologi
6. Gejala klinis
7. Penatalaksanaan

1. Defenisi Helminthiasis

Helminthiasis
cacing,
pada

adalah

biasanya
jenis

infeksi

hanya

cacing

oleh

mengacu

yang

menjadi

parasit di saluran pencernaan seperti


taenia (cacing pita), askaris (cacing
gelang),

enterobius

(cacing

kremi)

dan ankilostoma (cacing tambang).

2. Jenis-jenis cacing
a. Cacing Gelang (Ascaris Lumbricoides)
Manusia

merupakan

satu-satunya

hospes

cacing ini. Cacing jantan berukuran 10-30 cm,


sedangkan cacing betina 22-35 cm, pada stadium
dewasa hidup di rongga usus halus, cacing betina
dapat

bertelur

sampai

100.000-200.000

butir

sehari, terdiri dari telur yang dibuahi dan telur


yang

tidak

dibuahi.

Dalam

lingkungan

yang

sesuai, telur yang dibuahi tumbuh menjadi bentuk


infektif dalam waktu kurang lebih 3 minggu.
Bentuk infektif ini bila tertelan manusia, akan

b. Cacing Cambuk (Trichuris Trichiura)


Manusia adalah hospes utama cacing Trichuris
Trichiura. Cara infeksi adalah secara langsung, tidak
diperlukan hospes perantara. Bila telur yang telah
berisi embrio tertelan manusia, larva yang menjadi
aktif akan keluar di usus halus masuk ke usus besar
dan menjadi dewasa dan menetap. Cacing ini dapat
hidup beberapa tahun di usus besar hospes. Telur
yang infektif bila tertelan manusia menetes menjadi
larva di usus halus. Larva menembus dinding usus
halus menuju pembuluh darah atau saluran limpa

c.

Cacing Tambang

(Ancylostoma Duodenale dan Necator Americanus)

Cacing dewasa hidup di dalam usus halus manusia.


Cacing melekat pada mukosa usus dengan bagian
mulutnya yang berkembang dengan baik. Infeksi pada
manusia dapat terjadi melalui penetrasi kulit oleh larva
filaform yang ada di tanah. Cacing betina menghasilkan
9.000-10.000

butir

telur

sehari.

Cacing

betina

mempunyai panjang sekitar 1 cm, cacing jantan kirakira 0,8 cm, cacing dewasa berbentuk seperti hurup S
atau C dan di dalam mulutnya ada sepasang gigi.

3.

Morfologi

a. Ascaris Lumbricoides
Cacing Ascaris Lumbricoides mempunyai bentuk tubuh silindris
dengan ujung anterior lancip. Bagian anteriornya dilengkapi tiga
bibir (triplet) yang tumbuh dengan sempurna. Cacing betina
panjangnya 20-35 cm, sedangkan cacing jantan panjangnya 1531 cm. Pada cacing jantan, ujung posteriornya lancip dan
melengkung ke arah ventral dan dilengkapi pepil kecil serta dua
buah spekulum berukuran 2 mm. Cacing betina posteriornya
membulat dan lurus, dan sepertiga bagian anterior tubuhnya
terdapat cincin kopulasi, tubuhnya berwarna putih sampai
kuning kecoklatan dan diselubungi oleh lapisan kutikula bergaris
halus.

Telur cacing ini memiliki empat bentuk, yaitu tipe dibuahi


(fertrilized),

tidak

dibuahi

(afertilized),

matang,

dan

dekortikasi. Telur yang dibuahi berukuran 60x45 mikron


dengan dua lapis dinding tebal. Lapisan luar terdiri dari
jaringan albuminoid, sedangkan lapisan dalam jernih. Isi telur
berupa massa sel telur. Sel telur yang tidak dibuahi
berbentuk lonjong dan lebih panjang daripada tipe yang
dibuahi ukurannya 90x40 mikron, dengan dinding luar yang
lebih tipis. Isi telur berupa massa granula refraktil. Telur
matang berisi larva (embrio), tipe ini menjadi infelatif setelah
berada di tanah 3 minggu. Telur yang dekortikasi tidak
dibuahi, namun lapisan luar yaitu albuminoid sudah hilang.

b. Trichuris Trichiura
Cacing betina panjangnya kira-kira 5 cm, sedangkan
jantan 4 cm. Bagian anterior langsing seperti cambuk,
panjangnya kira-kira 3/5 dari panjang seluruh tubuh.
Bagian posterior bentuknya lebih gemuk, pada cacing
betina bentuknya membulat tumpul dan cacing jantan
melingkar

dan

terdapat

suatu

spikulum.

Cacing

dewasa hidup di kolon asendens dan sekum dengan


bagian anteriornya masuk ke dalam mukosa usus.
Seekor cacing betina diperkirakan menghasilkan telur
setiap hari antara 3.000-10.000 butir.

Telur berukuran 50-54 mikron x 32


mikron. Pertumbuhan embrio terjadi di
alam bebas. Setelah 2-4 minggu telur
ini telah mengandung larva yang sudah
dapat

menginfeksi

manusia.

Pertumbuhan telur ini berlangsung baik


di daerah panas. Dengan kelembapan
tinggi terutama di tempat terlindung.

c. Cacing Tambang
(Ancylostoma
Americanus)

Duodenale

dan

Necator

Cacing dewasa hidup di rongga usus halus


manusia,
mukosa

dengan
dinding

mulut
usus.

yang

melekat

Ancylostoma

pada

duodenale

ukurannya lebih besar dari Necator americanus.


Yang betina ukurannya 10-13 mm x 0,6 mm, yang
jantan 8-11 x 0,5 mm, bentuknya menyerupai
huruf C, Necator americanus berbentuk huruf S,
yang betina 9 11 x 0,4 mm dan yang jantan 7 9
x 0,3 mm. Rongga mulut A.duodenale mempunyai

A. Duodenale betina dalam satu hari dapat


bertelur 10.000 butir, sedang N.americanus
9.000 butir. Telur dari kedua spesies ini tidak
dapat dibedakan, ukurannya 4060 mikron,
bentuk lonjong dengan dinding tipis dan
jernih.

Ovum

dikeluarkan

dari

tidak

telur

yang

bersegmen.

Di

baru
tanah

dengan suhu optimum 23C-33C, ovum


akan berkembang menjadi 2, 4, dan 8 lobus.

4. Siklus Hidup
a. Ascaris Lumbricoides
Cacing betina menghasilkan 200 ribu butir per hari. Telur
Ascaris Lumbricoides berkembang dengan baik pada tanah
liat dengan kelembapan tinggi pada suhu 25-30C. Pada
kondisi

ini,

telur

tumbuh

menjadi

bentuk

infektif

(mengandung larva) dalam waktu 2-3 minggu. Telur yang


infektif bila tertelan manusia akan menetas menjadi larva
di usus halus. Larva menembus dinding usus halus menuju
pembuluh darah atau saluran limpa, kemudian terbawa
oleh darah sampai ke jantung dan menuju paru-paru.

Larva di paru-paru menembus dinding


alveolus dan masuk ke rongga alveolus dan
naik ke trakea. Dari trakea larva menuju ke
faring dan menimbulkan iritasi. Penderita
akan batuk karena rangsangan larva ini.
Larva di faring tertelan dan terbawa ke
esofagus, sampai di usus halus, dan menjadi
dewasa. Dari telur matang yang tertelan
sampai

menjadi

cacing

dewasa

membutuhkan waktu kurang lebih 2 bulan.

b. Trichuris Trichiura
Siklus hidup Trichuris Trichiura dimulai dari telur infektif
tertelan oleh manusia kemudian larva akan menetas di
usus halus dan menetap sampai dewasa dalam waktu
3-10 hari di usus halus tersebut. Setelah cacing menjadi
dewasa, cacing akan turun ke darah coecum dan
menempel serta mengambil sari-sari makanan dengan
menancapkan bagian anterior yang seperti cambuk
pada mukosa usus. Masa pertumbuhan mulai dari
tertelan sampai menjadi cacing dewasa menghasilkan
telur diperlukan waktu sekitar 30-90 hari.

Jumlah telur yang dihasilkan oleh cacing


betinanya sekitar 3.000-10.000 butir telur
per hari. Telur akan terbawa oleh feses
dalam keadaan belum matang keluar tubuh
hospes. Pematangan sel telur berada diluar
tubuh hospes, yaitu di lingkungan tanah
yang sesuai sekitar 3-4 minggu barulah telur
berisi embrio/larva pertama yang infektif.
Infeksi ini terjadi secara langsung tidak
memerlukan hospes perantara.

c. Ancylostoma Duodenale & Necator Americanus


Cacing dewasa tinggal di usus halus bagian atas,
sedangkan telurnya akan dikeluarkan bersama dengan
kotoran manusia. Setelah 1-1,5 hari dalam tanah,
larva tersebut menetas menjadi larva rhabditiform.
Dalam waktu 3 hari larva tumbuh menjadi larva
filariform yang dapat menembus kulit dan bertahan
hidup hingga 7-8 minggu di tanah. Setelah menembus
kulit, cacing ikut ke aliran darah, jantung dan lalu
paru-paru. Di paru-paru menembus pembuluh darah
masuk ke bronchus lalu trachea dan laring.

Cacing dewasa berpindah-pindah tempat di daerah usus


halus dan tempat lama yang ditinggalkan mengalami
perdarahan lokal. Jumlah darah yang hilang setiap hari
tergantung pada:
(1) jumlah cacing, terutama yang secara kebetulan
melekat pada mukosa yang berdekatan dengan kapiler
arteri
(2) species cacing : seekor A. duodenale yang lebih besar
daripada N. americanus mengisap 5x lebih banyak darah
(3) lamanya infeksi.

5. Patofisiologi infeksi cacing


a. Ascaris Lumbricoides (Askariasis)
Setelah tertelan telur askariasis yang infektif, telur ini
akan menetap di bagian atas usus halus dengan
melepaskan larva yang berbentuk rabditiformis. Larva ini
akan menembus dinding usus dan mencapai venule dan
pembuluh

limfe

kemudian

melalui

sirkulasi

portal

mencapai hati, bagian kanan jantung dan paru-paru.


Di dalam paru, larva akan merusak kapiler dan mulai
mengikuti percabangan paru sampai mencapai glotis
dan kemudian melewati epiglotis masuk ke dalam
esofagus untuk seterusnya kembali ke usus halus,
dimana mereka akan jadi matur dan berubah menjadi

Keseluruhan siklus mulai dari telur yang infektif sampai menjadi


cacing dewasa memerlukan waktu sekitar 2 bulan. Infeksi bertahan
dalam masyarakat akibat pembuangan feses di tanah yang
memungkinkan perkembangan telur menjadi infektif lagi. Ini
memerlukan waktu 2 minggu.
Selama fase migrasi, larva askariasis menyebabkan reaksi
peradangan

dengan

terjadinya

infiltrasi

eosinofilia.

Antigen

ascariasis dilepaskan selama migrasi larva yang akan merangsang


respon imunologis dalam tubuh dan respon ini telah pernah
dibuktikan adanya pelepasan antibodi terhadap kelas IgG yang
spesifik yang dapat membentuk reaksi complement-fixation dan
precipitating.

Mengenai

respon

ascariasis masih kurang diketahui.

kelas

IgA

terhadap

infeksi

b. Trichuris Trichiura (Trikuriasis)

Infeksi terjadi jika manusia menelan makanan


yang

mengandung

telur

parasit

yang

telah

mengeram di dalam tanah selama 2-3 minggu.


Larva akan menetas di dalam usus halus lalu
berpindah

ke

usus

besar

dan

menancapkan

kepalanya di dalam lapisan usus. Setiap larva akan


tumbuh sepanjang 12,5 cm. Cacing betina dewasa
menghasilkan sekitar 5.000 telur/hari dan dibuang
melalui tinja.

c. Ancylostoma Duodenale & Necator Americanus


(Ankilostomiasis & Necatoriasis)
Telur dari kedua cacing tersebut ditemukan di dalam
tinja dan menetas di dalam tanah setelah mengeram
selama 1-2 hari. Dalam beberapa hari, larva dilepaskan
dan hidup di dalam tanah. Manusia bisa terinfeksi jika
berjalan

tanpa

alas

kaki

diatas

tanah

yang

terkontaminasi oleh tinja manusia, karena larva bisa


menembus kulit. Larva sampai ke paru-paru melalui
pembuluh getah bening dan aliran darah. Lalu larva naik
ke saluran pernafasan dan tertelan. Sekitar 1 minggu
setelah masuk melalui kulit, larva akan sampai di usus.

6. Gejala klinis

a. Askariasis
Gejala klinis akan ditunjukkan pada stadium larva maupun dewasa. Pada
stadium larva, Ascaris dapat menyebabkan gejala ringan di hati dan di
paru-paru

akan

menyebabkan

sindrom

Loeffler.

Sindrom

Loeffler

merupakan kumpulan tanda seperti demam, sesak napas, eosinofilia,


dan pada foto Roentgen thoraks terlihat infiltrat yang akan hilang
selama 3 minggu. Pada stadium

dewasa, di usus cacing

akan

menyebabkan gejala khas saluran cerna seperti tidak nafsu makan,


muntah-muntah, diare, konstipasi, dan mual. Bila cacing masuk ke
saluran empedu makan dapat menyebabkan kolik atau ikterus. Bila
cacing dewasa kemudian masuk menembus peritoneum badan atau
abdomen maka dapat menyebabkan akut abdomen.

b. Trikuriasis
Hanya

infeksi

yang

berat

yang

menyebabkan gejala berupa nyeri perut dan


diare.

Infeksi

menyebabkan

yang
perdarahan

sangat
usus,

berat
anemia,

penurunan berat badan dan peradangan


usus buntu (apendisitis). Kadang rektum
menonjol melewati anus (prolapsus rektum),
terutama pada anak-anak atau wanita dalam
masa persalinan.

c. Necatoriasis & Ankilostomiasis


Ruam yang menonjol dan terasa gatal (ground itch) bisa
muncul di tempat masuknya larva pada kulit. Demam, batuk
dan

bunyi

nafas

berpindahnya

mengi

larva

(bengek)

melalui

bisa

paru-paru.

terjadi
Cacing

akbiat
dewasa

seringkali menyebabkan nyeri di perut bagian atas. Anemia


karena kekurangan zat besi dan rendahnya kadar protein di
dalam darah bisa terjadi akibat perdarahan usus.Kehilangan
darah yang berat dan berlangsung lama, bisa menyebabkan
pertumbuhan

yang

lambat,

gagal

jantung

pembengkakan jaringan yang meluas pada anak-anak.

dan

7. Penatalaksanaan
a. Askariasis
Tatalaksana dari askariasis ini bisa dibagi menjadi dua, yaitu
terapi obat dan tindakan operasi. Terapi obat yang dapat
digunakan antara lain adalah albendazole (400 mg) dan
mebendazole (500 mg) dosis tunggal. Bisa juga digunakan
levamisole

(2,5

mg/kgBB)

ataupun

pirantel

pamoat

(10

mg/kgBB), selain itu bisa diberikan nitazoxanide (500 mg per


hari selama tiga hari). Tindakan operasi yang dapat dilakukan
adalah laparotomi. Tindakan operasi diberikan pada keadaan
dimana pasien tidak merespon pengobatan.

b. Trikuriasis
Infeksi ringan tidak memerlukan
pengobatan khusus. Jika diperlukan
pengobatan,

biasanya

diberikan

mebendazol. Mebendazol tidak boleh


diberikan kepada wanita hamil karena
bisa

membahayakan

dikandungnya.

janin

yang

c. Ankilostomiasis & Necatoriasis

Prioritas utama adalah memperbaiki anemia dengan


cara memberikan tambahan zat besi per-oral atau
suntikan zat besi. Pada kasus yang berat mungkin
perlu dilakukan transfusi darah. Jika kondisi penderita
stabil,

diberikan

obat

pirantel

pamoat

atau

mebendazol selama 1-3 hari untuk membunuh cacing


tambang. Obat ini tidak boleh diberikan kepada
wanita hamil karena bisa membahayakan janin yang
dikandungnya.

You might also like