Professional Documents
Culture Documents
552011016
PPh (Pajak Penghasilan)
Pajak Penghasilan adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atas
penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam tahun pajak (12 bulan). Yang
menjadi subjek pajak adalah orang pribadi, badan, bentuk usaha tetap.
Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah pajak yang dikenakan atas penghasilan
sehubungan
dengan
pekerjaan
atau
jasa
yang
diterima
oleh
wajib
formulir
1770
(dari
usaha/pekerjaan
bebas
yang
menyelenggarakan
formulir 1770S : digunakan oleh Wajib Pajak Orang Pribadi yang penghasilan
dari pekerjaannya lebih dari satu pemberi kerja, atau penghasilannya lebih
dari
Rp60.000.000,00
setahun,
atau
Wajib
Pajak
tersebut
memiliki
penghasilan lain. Formulir 1770S ini tidak bisa digunakan oleh Wajib Pajak
orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.
formulir 1770 SS : formulir SPT Tahunan yang paling sederhana yang ditujukan
Wajib Pajak Orang Pribadi yang penghasilannya setahun hanya dari pekerjaan
dan jumlahnya tidak lebih dari Rp60.000.000,00 setahun.
formulir 1721- A1 dan atau 1721- A2 : formulir keterangan dari pemberi kerja
yang menjelaskan pajak dari wajib pajak yang sudah dipotong oleh pemberi
Kerja.Formulir ini dilampirkan saat SPT dilaporkan.
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) adalah nomor yang diberikan kepada wajib
pajak (WP) sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan
sebagai tanda pengenal diri atau identitas wajib pajak dalam melaksanakan hak
dan kewajiban perpajakannya.
Perbedaan Pemotongan Pemungutan Pajak
1. Dari sisi jenis pajak
Pemotongan
Digunakan
untuk
PPh
21
(Pemotongan
atas
penghasilan
berupa
gaji,
Tidak
Kena
terhadap penghasilan bruto dan bersifat final. Adapun besarnya PPh terutang
untuk masing-masing jenis penghasilan adalah sebeagai berikut :
a. Bunga tabungan, deposito, sertifikat Bank Indonesia
PPh terutang = 20% x jumlah bruto
b. Penghasilan saham di bursa efek
PPh terutang = 0,1% x penghasilan bruto
c. Sewa tanah dan bangunan
PPh terutang = 10% x penghasilan bruto
d. Pengalihan hak atas tanah dan atau bangunan
PPh terutang = 5% x penghasilan bruto
e. Penjualan saham perusahaan modal ventura
PPh terutang = 0,1% x penghasilan bruto
f. Bunga/diskonto obligasi di Bursa Efek
PPh terutang = 20% x jumlah bruto atau selisih harga jual
g. Hadiah undian
PPh terutang = 25% x penghasilan bruto/pasar
h. Transaksi derivative di bursa
PPh terutang = 2,5% x penghasilan bruto
i. Bunga simpanan koperasi kepada anggota lebih dari Rp 240.000 per bulan
PPh terutang = 10% x penghasilan bruto
j. Bunga/diskonto obligasi
Bunga kupon
: WPDN/BUT 15%, WPLN 20% dari bruto
2. Diskonto kupon
: WPDN/BUT 15%, WPLN 20% dari selisih harga
jual
3.Diskonto obligasi tanpa bunga
Pengertian STP
Berdasarkan Pasal 1 angka 20 UU KUP, Surat Tagihan Pajak (disingkat STP)
adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan/atau sanksi administrasi berupa
bunga dan/atau denda. Yang menerbitkan STP adalah Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
tempat seseorang atau badan terdaftar sebagai Wajib Pajak. Terbitnya STP ini
biasanya disebabkan Wajib Pajak tidak melakukan satu atau beberapa kewajiban
pajak yang diamanatkan oleh Undang-undang. Hal-hal yang menyebabkan terbitnya
STP diatur dalam Pasal 14 Ayat (1) UU KUP yaitu :
1. Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar. Biasanya
ketentuan pada point ini diterapkan kepada angsuran PPh Pasal 25 yang
sudah jelas perhitungannya. Misalnya kewajiban PPh Pasal 25 tiap bulannya
Rp1 Juta ternyata Wajib Pajak hanya membayar Rp500 Ribu. Kekurangannya
akan ditagih dengan STP ditambah sanksi bunga 2% per bulan.
2. dari hasil penelitian terdapat kekurangan pembayaran pajak sebagai akibat
salah tulis dan/atau salah hitung.
3. Wajib Pajak dikenai sanksi administrasi berupa denda dan/atau bunga.
4. pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak, tetapi tidak
membuat faktur pajak atau membuat faktur pajak, tetapi tidak tepat waktu.
5. Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak yang tidak
mengisi faktur pajak secara lengkap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13
ayat (5) Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya.
6. Pengusaha Kena Pajak melaporkan faktur pajak tidak sesuai dengan masa
penerbitan faktur pajak.
7. Pengusaha
Kena
Pajak
yang
gagal
berproduksi
dan
telah
diberikan
Bank Persepsi adalah bank umum yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan untuk
menerima setoran penerimaan negara. Pos Persepsi adalah kantor pos yang
ditunjuk oleh Menteri Keuangan untuk menerima setoran penerimaan negara.
Pemberian nama "persepsi" menunjukkan bahwa tidak semua kantor bank
menerima setoran pajak.