You are on page 1of 31

RINGKASAN

Kebersihan dan kesehatan merupakan hal yang sangat penting karena semakin
banyaknya penyakit yang ditimbulkan oleh bakteri dan kuman. Sabun merupakan bahan
pembersih yang digunakan setiap hari untuk membersihkan tubuh dari keringat, kotoran,
lemak, debu dan sel-sel kulit mati dan sisa kosmetik yang menempel pada kulit. Seiring
perkembangan ilmu dan teknologi serta tingginya kebutuhan masyarakat sehingga inovasi
dan kreasi industri sabun pun meningkat salah satunya berkembangnya sabun transparan.
Kegunaan sabun dapat ditingkatkan yang hanya menjadi bahan pembersih menjadi sediaan
obat jika ditambahkan bahan aktif tertentu. Oleh karena itu dibutuhkan zat aktif untuk
memberikan manfaat tambahan pada sabun yaitu menjadi sabun antioksidan dan antibakteri.
Beberapa penelitian sebelumnya menunjukan bahwa ekstrak teh putih mampu berperan
sebagai antibakteri dan antioksidan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pemanfaatan ekstrak teh putih menjadi bahan
tambahan pada produk sabun padat transparan. Dengan menggunakan minyak kelapa murni
(VCO) dan minyak kelapa sawit. Selanjutnya akan dilakukan kajian mengenai kualitas dari
sabun padat transparan dengan bahan aktif ekstrak tersebut yang sesuai dengan standar SNI
sabun padat 06-3532-1994 dalam kaitannya sebagai antibakteri dan antioksidan untuk
mendukung potensi pemanfaatan produk tersebut.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental
laboratorium dengan analisis deskriptif. sehingga diharapkan dapat memberikan informasi
tentang pembuatan sabun transparan berbasis minyak VCO yang mengadung bahan aktif ekstrak teh
putih. Perlakuan yang akan dicari adalah sabun transparan dengan penambahan konsentrasi
ekstrak teh putih yang terbaik dalam pembuatan sabun transparan dari minyak kelapa murni
(VCO) dan minyak kelapa sawit. Konsentrasi penambahan ekstrak teh putih dalam
pembuatan sabun transparan ini adalah 0,5%; 1%; 1,5%. Uji kimia sabun dilakukan secara
duplo. Metode dilakukan untuk mendapat konsentrasi terbaik untuk mendapatkan sabun
transparan yang sesuai.
Metode Metode pembuatan sabun dengan proses saponifikasi, proses saponifikasi
terjadi karena reaksi antara trigliserida dengan alkali. Proses pencampuran dalam pembuatan
sabun dilakukan dengan hot process soap making (pembuatan sabun dengan metode panas
pada suhu 70C - 80C).

.
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk yang ditunjukan oleh angka
pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi, maka semakin meningkat pula permintaan
suatu barang untuk kebutuhan sehari-hari. Salah satu barang untuk kebutuhan sehari-hari
yang cukup penting adalah produk perawatan kulit berupa sabun mandi. Meningkatnya
permintaan akan sabun mandi dapat dilihat dari data Badan Pusat Statistik dari tahun 20042009 mengenai data produksi, konsumsi, impor, dan ekspor sabun. Dari data tersebut dapat
dilihat konsumsi sabun pada tahun 2004 sebesar 55.832,930 ton yang terus meningkat sampai
tahun 2009, yaitu sebesar 101.631,090 ton (BPS 2009, dalam Ginting et.al., 2013)
Sabun merupakan campuran dari senyawa natrium dengan asam lemak yang
digunakan sebagai bahan pembersih tubuh, berbentuk padat, busa, dengan atau tanpa zat
tambahan lain serta tidak menimbulkan iritasi pada kulit (BSN, 1994). Sabun dibuat dengan
dua cara, yaitu proses saponifikasi dan proses netralisasi minyak. Proses saponifikasi minyak
akan diperoleh produk sampingan yaitu gliserol, sedangkan proses netralisasi tidak akan
memperoleh gliserol. Proses saponifikasi terjadi karena reaksi antara trigliserida dengan
alkali, sedangkan proses netralisasi terjadi karena reaksi asam lemak bebas dengan alkali
(Ophardt, dalam Qisty 2009).
Seiring dengan majunya zaman, maka berkembang pula jenis sabun yang beredar di
pasaran. Sabun mandi yang beredar dipasaran berdasarkan bentuknya dibedakan menjadi dua
bentuk, yaitu sabun padat dan sabun cair (Hambali et. al., 2005). Sabun padat sendiri dibagi
menjadi beberapa jenis,yaitu sabun opaque (sabun padat biasa yang tidak transparan), sabun
translucent (sabun padat dengan warna hampir transparan), dan sabun transparan (sabun
padat dengan warna yang transparan). Ketiga jenis sabun tersebut dibedakan berdasarkan
penampakannya.
Sabun padat transparan merupakan salah satu inovasi sabun yang menjadikan sabun
lebih menarik. Sabun transparan mempunyai busa yang lebih halus dibandingkan dengan
sabun opaque (sabun yang tidak transparan) (Qisty, 2009). Faktor yang dapat mempengaruhi
transparansi sabun adalah kandungan alkohol, gula, dan gliserin dalam sabun. Kandungan
gliserin baik untuk kulit karena berfungsi sebagai pelembab pada kulit dan membentuk fasa
gel pada sabun (Rahadiana et. al., 2014).

Dua komponen utama penyusun sabun adalah asam lemak dan alkali. Pemilihan jenis
asam lemak menentukan karakteristik sabun yang dihasilkan, karena setiap jenis asam lemak
akan memberikan sifat yang berbeda pada sabun (Corredoira dan Pandolfi dalam Widiyanti,
2009). Asam lemak merupakan komponen utama penyusun lemak dan minyak, sehingga
pemilihan jenis minyak yang akan digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun
merupakan hal yang sangat penting. Untuk menghasilkan sabun dengan kualitas yang baik,
maka harus menggunakan bahan baku dengan kualitas yang baik pula. Bahan Baku yang
digunakan pada pembuatan sabun herbal transparan ini adalah minyak kelapa murni (VCO)
dan minyak kelapa sawit (palm oil).
Minyak kelapa murni (Virgin Coconut Oil (VCO)) mengandung asam laurat
(C12H24O2) sebesar 49 52% (Thiemi J.G, 1968). Asam laurat merupakan asam lemak jenuh
yang mampu memberikan sifat pembuasaan yang sangat baik. Menurut Shrivastava (1982)
penggunaan asam laurat sebagai bahan baku akan menghasilkan sabun dengan kelarutan yang
tinggi dan karakteristik busa yang baik.
Minyak kelapa sawit merupakan minyak yang mengandung asam palmitat (C 16H32O2)
yang cukup tinggi, yaitu sebesar 44,3% (Depperin, 2007). Fungsi dari asam palmitat ini
dalam pembuatan sabun adalah untuk kekerasan sabun dalaun menghasilkan busa yang stabil.
Konsumen beranggapan bahwa sabun dengan busa yang melimpah mempunyai kemampuan
membersihkan kotoran dengan baik (Izhar, 2009).
Penambahan bahan lain sebagai campuran dalam pembuatan sabun padat transparan
juga dapat memaksimalkan manfaat dari sabun padat yang digunakan. Bahan campuran yang
digunakan dalam proses pembutan sabun pada penelitian ini adalah ekstrak teh putih
(Camellia sinensis). Menurut Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar (BALITRI)
(2013), teh putih merupakan jenis teh yang masih terdengar asing, terutama apabila
dibandingkan dengan popularitas teh hitam dan teh hijau. Manfaat dari teh putih diantaranya
sebagai antibakteri, antikanker, antiobesitas, antioksidan, dan anti-aging (Preedy, 2013).
Kandungan antioksidan serta antibakteri yang terdapat dalam teh diperoleh dengan cara
ekstraksi. Metode ekstraksi yang digunakan untuk mengekstrak teh putih adalah metode
maserasi dikarenakan senyawa polifenol rentan terhadap panas sehingga tidak bagus
menggunakan metode soxhlet. Ekstrak teh putih yang dicampurkan dalam pembuatan sabun
padat transparan dapat menjaga kesehatan kulit yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus
epidermidis dan Pseudomonas aeruginosa. Bakteri Staphylococcus epidermidis dan
Pseudomonas aeruginosa merupakan kuman patogen yang sering menyebabkan infeksi kulit

pada manusia (Refdanita et al, 2004). Konsentrasi ekstrak teh putih yang akan dicampurkan
dalam pembuatan sabun padat transparan ini adalah sebesar 0,5%, 1,0%, dan 1,5%.
Tujuan dari pembuatan sabun padat transparan dengan penambahan bahan aktif
ekstrak teh putih ini diharapkan dapat menghasilkan sabun padat transparan yang dapat
digunakan sehari-hari dan mampu menimbulkan rasa nyaman pada kulit serta mampu
merawat kulit dengan baik dari infeksi kulit yang disebabkan oleh bakteri.
1.2

Identifikasi Masalah
Bedasarkan uraian yang mengemukaan latar belakang di atas, masalah yang dapat

diidentifikasi adalah sebagai berikut:


1) Bagaimana proses pembuatan sabun padat transparan dengan basis minyak kelapa
murni (VCO) dan minyak kelapa sawit yang tepat.
2) Berapakah konsentrasi ekstrak teh putih yang terbaik antara 0%; 0,5%; 1%; 1,5%
untuk memperoleh karakteristik sabun transparan.
3) membandingkan mutu sabun padat transparan yang dihasilkan berdasarkan SNI sabun
padat 06-3532-1994.
1.3

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) Mengkaji teknologi pembuatan sabun transparan berbasis minyak kelapa murni
(VCO) dan minyak kelapa sawit dengan penambahan konsentrasi ekstrak teh putih
terhadap karakteristik sabun transparan.
2) Mengetahui konsentrasi ekstrak teh putih terbaik untuk memperoleh karakteristik
sabun transparan yang baik.
3) Mengetahui perbandingan mutu sabun padat transparan dengan penambahan
konsentrasi ekstrak teh putih dibandingkan dengan standar mutu sabun padat SNI 063532-1994

1.4

Luaran dan Urgensi Penelitian


Luaran yang diharapkan dari penelitian ini adalah artikel ilmiah yang akan diterbitkan

di jurnal nasional tidak terakreditasi. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi bagi peneliti dan masyarakat mengenai pembuatan sabun padat transparan dengan
penambahan bahan aktif ekstrak teh putih yang sudah sesuai mutu SNI. Selain itu urgensi
penelitian teh putih ini juga digunakan untuk mengkaji potensi pemanfaatan ekstrak teh putih
4

sebagai bahan baku untuk industri sehingga dapat dijadikan antioksidan dan antimikroba
alami yang dapat dipergunakan dalam bidang industri kesehatan dan farmasi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sabun
Sabun mandi merupakan senyawa natrium dengan asam lemak yang digunakan
sebagai bahan pembersih tubuh, berbentuk padat, busa dengan atau tanpa zat tambahan lain
serta tidak menimbulkan iritasi terhadap kulit (BSN, 1994). Komponen utama pembuatan
sabun terdiri dari asam lemak dan garam sodium atau potassium. Asam lemak yang berikatan
dengan garam sodium (NaOH) akan menghasilkan sabun padat (hard soap), sedangkan asam
lemak yang berikatan dengan garam potassium (KOH) akan menghasilkan sabun cair (soft
soap) (Kirk at al, dalam Purnamawati, 2006).
Sabun bersifat ampifilik, yaitu pada bagian kepalanya memiliki gugus hidrofolik
(polar), sedangkan pada bagian ekornya memiliki gugus hidrofobik (non polar). Oleh karena
itu, sabun dapat mengikat kotoran dan molekul lemak dan melarutkannya di air (Nurhadi,
2012).
Sabun dibuat dengan dua cara yaitu proses saponifikasi dan proses netralisasi minyak.
Proses saponifikasi minyak akan memperoleh produk sampingan yaitu gliserol, sedangkan
proses netralisasi tidak akan memperoleh gliserol (Spitz,1996). Proses saponifikasi terjadi
karena reaksi antara trigliserida dengan alkali, sedangkan proses netralisasi terjadi karena
reaksi asal lemak bebas dengan alkali (Kirk et.al, 1954). Proses saponifikasi terjadi pada suhu
80 100 oC (Spitz, 19960). Reaksi kimia pada proses saponifikasi dapat dilihat pada Gambar
1.

Gambar 1. Reaksi Saponifikasi Trigliserida


(Sumber: Purnamawati, 2006)

2.2. Jenis Sabun


Sabun pada umumnya dikenal dalam dua wujud, sabun cair dan sabun padat.
Perbedaan utama dari kedua wujud sabun ini adalah alkali yang digunakan dalam reaksi
pembuatan sabun. Sabun padat menggunakan natrium hidroksida atau soda kaustik (NaOH),
6

sedangkan sabun cair menggunakan kalium hidroksida (KOH) sebagai alkali. Sabun padat
pun kini terdiri dari beberapa jenis antara lain sabun opaque, translucent dan transparan
(Hambali et al. 2005). Sabun opaque adalah jenis sabun mandi biasa digunakan sehari hari
yang berbentuk padat dan tidak transparan, sabun translucent dari segi penampakannya
tampak cerah dan tembus cahaya tapi tidak terlalu bening dan agak transparan, sedangkan
sabun transparan penampakanya lebih berkilau dan lebih bening sehingga sisi belakang sabun
transparan jelas terlihat dari sisi depannya.
2.3. Sabun Transparan
Sabun transparan adalah sabun yang memiliki tingkat transparansi paling tinggi.
Sabun transparan memancarkan cahaya yang menyebar dalam bentuk partikel partikel yang
kecil, sehingga obyek yang berada di luar sabun akan kelihatan jelas. Obyek dapat terlihat
hingga berjarak sampai panjang 6 cm (Cavith, 2001). Sabun transparan menjadi bening
karena dalam proses pembuatannya dilarutkan dalam alkohol. Alkohol ini juga ditambahkan
untuk mencegah pengkristalan. Sabun transparan juga sering disebut sebagai sabun gliserin
karena untuk memperoleh sifat transparan juga perlu dilakukan penambahan gliserin pada
sabun (Lane, 2003).
Sabun transparan atau disebut juga sabun gliserin mempunyai tampilan yang lebih
menarik karena transparansinya dan menghasilkan busa lebih lembut di kulit. Menurut
Hambali et al., (2005) Sabun transparan adalah jenis sabun yang digunakan untuk wajah dan
tubuh yang dapat menghasilkan busa yang lebih lembut di kulit dan penampakannya lebih
berkilau jika dibandingkan dengan jenis sabun yang lain.
2.4. Asam Lemak
Menurut Winarno (1997) asam lemak merupakan asam karboksilat yang berantai
panjang yang dapat bersifat jenuh atau tidak jenuh dengan panjang rantai berbeda beda
tetapi bukan siklik atau bercabang. Asam-asam lemak dapat dibagi menjadi dua golongan,
yaitu asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh. Penggolongan tersebut berdasarkan
perbedaan bobot molekul dan derajat ketidakjenuhannya.
Menurut Cavitch (2001) menyatakan setiap asam lemak memberikan sifat yang
berbeda pada sabun yang dihasilkan. Sabun yang dihasilkan dari asam lemak dengan bobot
molekul kecil akan lebih lunak daripada sabun yang dibuat dari asam lemak dengan bobot
molekul besar. Asam lemak yang digunakan dalam pembuatan sabun adalah yang memiliki
rantai karbon berjumlah 12-18 (C 12-C18). Asam lemak dengan rantai karbon kurang dari 12
7

tidak memiliki efek sabun (soapy effect) dan asam dapat menimbulkan iritasi pada kulit,
sementara asam lemak dengan rantai karbon lebih dari 20 memiliki kelarutan yang sangat
rendah. Asam lemak dengan rantai karbon 12-14 memberikan fungsi yang baik untuk
pembusaan sementara asam lemak dengan rantai karbon 16-18 baik untuk kekerasan dan
daya detergensi (Cavitch, 2001). Dapat dilihat pada tabel 1 jenis jenis asam lemak dan
pengaruhnya terhadap karakteristik sabun.
Tabel 1.

Pengaruh Jenis Asam Lemak terhadap Karakteristik Sabun

Asam Lemak
Asam laurat (C12H24O2)

Karakteristik Sabun
Keras (konsentrasi tinggi), daya detergensi
(kemampuan membersihkan) tinggi, kelarutan

Asam linoleat (C18H32O2)


Asam miristat (C14H28O2)

tinggi dan menghasilkan busa yang lembut


Melembabkan kulit
Keras, daya detergensi tinggi dan

Asam oleat (C18H34O2)


Asam palmitat (C16H32O2)
Asam risinoleat (C18H34O2)

menghasilkan busa yang lembut


Melembabkan kulit
Keras dan menghasilkan busa yang stabil
Melembabkan kulit, menghasilkan busa yang

Asam stearat (C18H36O2)

stabil dan lembut


Keras dan menghasilkan busa yang stabil

Sumber : Cavitch (2001)

Cavitch (2001) menyatakan setiap jenis lemak memberikan sifat yang berbeda pada
pembentukan sabun. Asam laurat dan palmitat dapat ditemukan pada minya kelapa murni dan
minyak kelapa sawit, yang merupakan bahan baku yang biasa digunakan dalam pembuatan
sabun. Asam asam lemak merupakan komponen utama penyusun lemak atau minyak. Pada
Tabel 2 disajikan pengaruh beberapa jenis minyak nabati terhadap karakteistik sabun.
Tabel 2.

Pengaruh Jenis Minyak Terhadap Karakteristik Sabun

Minyak
Minyak kelapa murni
Minyak sawit

Konsistensi
Keras dan rapuh

Karakteristik Sabun
Sifat Pembusaan
Daya Detergensi
Cepat berbusa,
Sangat bagus dalam
Busa stabil

air hangat dan dingin

Sumber : Shrivastava (1982)

Sabun dengan sifat yang lengkap dan ideal dapat diperoleh dengan melakukan
pencampuran minyak sehingga asam lemak pada campuran tersebut menjadi lengkap dan
kombinasinya seimbang sehingga memberikan semua sifat yang diinginkan dalam sabun.

2.5. Minyak Nabati


Minyak nabati berfungsi sebagai sumber asam lemak. Setiap jenis minyak
menghasilkan karakteristik sabun yang berbeda-beda.
2.5.1 Minyak Kelapa Murni (Virgin Coconut Oil (VCO))
Minyak kelapa murni atau lebih populer dengan Virgin Coconut Oil (VCO) diperoleh
dari daging buah kelapa segar (non-kopra). Proses pengolahannya tidak menggunakan bahan
kimia dan tanpa pemanasan yang tinggi. Keunggulan dari minyak yang diproses tersebut
adalah kandungan asam lemak rantai sedang (medium chain fatty acids) terutama asam laurat
dan kaprat yang tinggi (Setyopratiwi, 2005 dikutip Adham, 2005).
Komponen minyak kelapa terdiri dari asam lemak jenuh (90%) dan minyak tak jenuh
(10%). Minyak kelapa memiliki banyak kelebihan, 50% asam lemak pada minyak kelapa
adalah asam laurat dan 7% asam kaprilat. Kedua asam tersebut merupakan asam lemak jenuh
rantai sedang yang mudah dimetabolisme dan bersifat antimikroba (antivirus, antibakteri, dan
antijamur) (Sutarmi dan Rozaline, 2005). Pada tabel 3. dapat dilihat komposisi asam lemak
VCO.
Tabel 3.

Komposisi Asam Lemak VCO

Asam Lemak
Asam laurat
Asam linoleat
Asam miristat
Asam oleat
Asam palmitat
Asam stearat

Rumus Molekul
(C12H24O2)
(C18H32O2)
(C14H28O2)
(C18H34O2)
(C16H32O2)
(C18H36O2)

Jumlah (%)
49 - 52
1,5 2,5
13 19
5,0 8,0
7,5 10,5
1,0 3,0

Sumber : Thiemi J.G (1968) dikutip Sari et al.(2010)

Dari Tabel 3 dapat dlihat bahwa asam lemak yang paling dominan dalam minyak
kelapa murni (VCO) adalah asam laurat C 12H24O2. Asam laurat sangat diperlukan dalam
pembuatan sabun karena asam laurat mampu memberikan sifat pembusaan yang sangat baik
untuk produk sabun. asam laurat merupakan asam lemak jenuh yang memiliki sifat
pembusaan yang baik dan sering digunakan dalam formulasi sabun. Penggunaan asam laurat
sangat penting dalam proses pembuatan sabun transparan yang teksturnya keras serta
kemampuan membersihkan yang tinggi dan menghasilkan busa yang lembut sehingga sabun
transparan tersebut dapat berfungsi untuk menghaluskan dan melembabkan kulit.
Menurut penelitian Lembaga penelitian Indonesia LIPI tahun 2005 atas manfaat VCO
sebagai kosmetik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa VCO bagus untuk kulit. Sebagai
kosmetik, VCO dapat dipakai secara langsung sebagai handbody yang berfungsi mencegah
kekeringan dan kulit pecah pecah, disamping itu, VCO juga dapat digunakan sebagai bahan
9

dasar sabun dan shampoo karena sabun VCO menghasilkan busa yang cukup baik. Riset dan
uji klinis telah membuktikan keampuhan VCO dalam mendukung keseimbangan kimiawi
kulit secara alami, melembutkan kulit dan mengencangkan kulit dan lapisan lemak
dibawahnya, serta mencegah keriput, kulit kendor, dan bercak bercak penuaan (Budi,
2009).
Minyak kelapa murni dapat membantu mencegah kulit dari terbentuknya bintik
bintik coklat pada kulit akibat paparan sinar matahari berlebih. Minyak kelapa murni dapat
membantu mengangkat sel mati dari permukaan kulit yang menumpuk dan menggantikannya
dengan sel kulit baru sehingga kulit menjadi lebih halus.
2.5.2 Minyak Kelapa Sawit (Palm Oil)
Minyak kelapa sawit diperoleh dari pengolahan buah kelapa sawit (Elaeis guinensis
JACQ). Secara garis besar buah kelapa sawit terdiri dari serabut buah (pericarp) dan inti
(kernel). Minyak kelapa sawit seperti umumnya minyak nabati lainnya adalah merupakan
senyawa yang tidak larut dalam air, sedangkan komponen penyusunnya yang utama adalah
trigliserida dan nontrigliserida (Pasaribu, 2004). Kandungan trigliserida pada minyak kelapa
sawit disajikan pada Tabel 5.
Tabel 4.

Trigliserida dalam Minyak Kelapa Sawit

(Sumber: Kataren dalam Pasaribu 2004)

Menurut Yetti dalam Widiyanti (2009), menjelaskan bahwa dari buah kelapa sawit
diperoleh minyak mentah yang terdiri atas dua fraksi, yaitu fraksi padat (stearin) dan fraksi
cair (olein). Untuk menjadi minyak goreng, minyak sawit mentah mengalami dua kali proses
rafinasi (refining). Dari proses rafinasi pertama, yaitu penetralan, pencucian, penghilangan
warna (bleaching) dan penghilangan bau (deodorization), diperoleh Refined Bleached
Deodorized Palm Oil (RBDPO) yang juga terdiri atas fraksi padat dan fraksi cair. Proses
rafinasi kedua adalah proes rafinasi, yang sering juga disebut sebagai proses penyaringan.
Menurut Departemen Pertanian (2008), RBD olein merupakan minyak yang diperoleh dari
fraksinasi CPO dalam fase cair. Secara umum, proses pengolahan (pemurnian) minyak sawit

10

dapat menghasilkan 73% olein, 21% stearin, 5% Palm Fatty Acid Distillate (PFAD), dan
0,5% bahan lainnya. Sifat fisiko-kimia olein sawit dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 5.

Sifat Fisiko-Kimia Olein Sawit


Karakteristik
Bobot jenis, 25C
Indeks blas, 40C
Bilangan iod
Bilangan penyabunan

Nilai
0,900
1,4565 1,4585
48 56
196 - 205

(Sumber: Luthana dalam Widiyanti 2009)

Menurut Kataren dalam Widiyanti (2009), asam-asam lemak dan gliserida tidak memiliki
warna, sehingga warna minyak ditentukan oleh pigmen yang masih tersisa setelah proses
pemucatan. Warna orange atau kuning disebabkan adanya pigmen karoten yang larut dalam
minyak. Komposisi asam lemak dalam olein kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 6.

Komposisi Asam Lemak dalam Olein Sawit

Asam Lemak
Asam lemak jenuh
Palmitat (C16H32O2)
Stearat (C18H36O2)
Miristat (C14H28O2)
Laurat (C12H24O2)
Asam lemak tak jenuh
Oleat (C18H34O2)
Linoleat (C18H32O2)
Linolenat (C18H30O2)
(Sumber: Departemen Pertanian, 2008)

Jumlah (%)
37,9 41,7
4,0 4,8
0,9 1,5
0,1 0,5
40,7 43,9
10,4 13,4
0,1 0,5

2.6. Komponen Lain Pembentuk Sabun


Menurut Hambali (2005) menyatakan jenis bahan baku yang digunakan untuk
memproduksi sabun transparan antara lain asam stearat, minyak, natrium hidroksida (NaOH),
gliserin, gula pasir, etanol dan coco dietanolamida (coco-DEA).
Metode pembuatan sabun transparan melibatkan pelelehan fase lemak dan persiapan
air utuk melarutkan sukrosa, gliserin dan pengawet. Kedua fase ini bereaksi dengan larutan
beralkohol dari kaustik soda dibawah pemanasan terkontrol. Setelah reaksi selesai, sabun ini
kemudian siap untuk diberi warna dan wewangian. Setelah pewarnaan dan pewangian, sabun
11

akhir dituangkan ke dalam cetakan atau gelas terpisah dan dibiarkan mengeras sebelum
dikemas (Williams dan Schmitt, 2002). Formula dasar untuk tipe sabun transparan mengacu
kepada Cognis (2003) dikutip dalam Purnamawati (2006).
Berikut ini adalah penjelasan mengenai bahan baku yang digunakan dalam
pembuatan sabun transparan :
1. Asam Stearat
Asam stearat adalah jenis asam lemak dengan rantai hidrokarbon yang panjang (C 18),
mengandung gugus karboksil di salah satu ujungnya dan gugus metil di ujung yang lain,
memiliki 18 atom karbon dan merupakan asam lemak jenuh karena tidak memiliki ikatan
rangkap di antara atom karbonnya (Poucher, 1974).
Pada proses pembuatan sabun transparan, jenis asam stearat yang digunakan adalah
yang berbentuk kristal putih dan mencair pada suhu 56oC. Fungsi asam stearat pada
proses pembuatan sabun adalah untuk mengeraskan dan menstabilkan busa (Hambali et
al., 2005). Komposisi Asam stearat yang digunakan dalam penelitian ini 8% berat sabun
2. Natrium hidroksida (NaOH) atau Kaustik Soda
Natrium hidroksida adalah senyawa alkali berbentuk butiran padat berwarna putih
dengan berat molekul 40,01, titik leleh 318,4oC, titik didih 1390oC dan merupakan basa kuat
yang larut dalam air. Menurut Poucher (1947) menyatakan natrium hidroksida diperoleh
melalui proses hidrolisis natrium klorida, dan sering disebut sebagai kaustik soda atau soda
api.
Shrivastava (1982) menyebutkan bahwa NaOH adalah alkali yang paling sering
digunakan dalam industri pembuatan hard soap, hard soap sendiri merupakan jenis sabun
yang paling banyak diproduksi. Bersama dengan asam lemak, NaOH bereaksi membentuk
sabun dan gliserol (Swern, 1979). Menurut Departemen Perindustrian (1984) menyatakan
banyaknya alkali yang akan digunakan dapat ditentukan dengan melihat besarnya bilangan
penyabunan. Komposisi NaOH yang digunakan dalam penelitian ini 22% berat sabun
3. Coco dietanolamida (Coco-DEA)
Coco-DEA merupakan dietanolmida yang terbuat dari minyak kelapa. Dalam sediaan
kosmetika, DEA berfungsi sebagai surfaktan dan zat penstabil busa (Wade dan Weller,
1994). Menurut Williams dan Schmit (2002) menyatakan bahwa dietanolamida sebagai
penstabil busa yang paling efektif. Dietaloamida tidak pedih di mata, mampu
meningkatkan tekstur kasar busa serta dapat mencegah proses penghilangan minyak secara
berlebihan pada kulit dan rambut (Suryani et al, 2002). Surfaktan adalah senyawa aktif
penurun tegangan permukaan yang bermanfaat untuk menyatukan fasa minyak dengan
12

fasa air (Hambali, 2005). Komposisi Coco-DEA yang digunakan dalam penelitian ini 3%
berat sabun
4. Gliserin
Gliserin merupakan produk samping pemecah minyak atau lemak untuk menghasilkan
asam lemak. Gliserin berbentuk cairan jernih tidak berbau dan memiliki rasa manis
(Hambali et al., 2005).

Pada pembuatan sabun transparan gliserin berfungsi untuk

menghasilkan penampakan yang transparan dan memberikan kelembaban pada kulit


(humektan) (Mitsui, 1997).
George dan Serdakowski (1996) menyatakan bahwa humektan (Moisturizer) adalah
skin conditioning agents yang dapat meningkatkan kelembaban kulit. Fungsinya adalah
sebagai komponen higrokopis yang mengundang air dan mengurangi jumlah air yang
meninggalkan kulit. Efektifitas gliserin tergantung pada kelembaban lingkungan
disekitarnya. Komposisi gliserin yang digunakan dalam penelitian ini 13% berat sabun
5. Natrium Klorida (NaCl)
NaCl berbentuk butiran kristal kubik berwarna putih, bersifat higroskopok rendah dan
dapat ditambah pewarna atau pewangi. (Wade dan Weller, 1994). Dalam pembuatan sabun
transparan, NaCl berungsi sebagai elektrolit dan juga turut berperan dalam pembentukan
busa (Swern, 1979). Untuk menghasilkan sabun yang berkualitas tinggi menurut
Shrivastava (1982) menyatakan bahwa NaCl yang digunakan harus bebas dari unsur besi,
kalsium dan magnesium.
Penambahan NaCl juga bertujuan untuk meningkatkan konsentrasi elektrolit sesuai
dengan penurunan jumlah alkali pada akhir reaksi, sehingga bahan bahan pembuat
sabun tetap seimbang selama proses pemanasan. Komposisi Nacl yang digunakan dalam
penelitian ini 0,2% berat sabun

6. Etanol
Etanol (etil alkohol) berbentuk cair, jernih dan tidak berwarna. Dalam pembuatan
sabun etanol berfungsi sebagai pelarut karena sifatnya yang mudah larut dalam air dan
lemak sehingga akan menghasilkan sabun dengan kelarutan yang tinggi (Puspito, 2008).
Shrivastava (1982) menyatakan dalam pembuatan sabun transparan etanol merupakan
bahan yang paling penting untuk membentuk tekstur transparan sabun. Komposisi Etanol
yang digunakan dalam penelitian ini 15% berat sabun
7. Asam sitrat
13

Asam sitrat memiliki bentuk berupa bubuk kristal putih, bahan ini diperoleh melalui
proses hidrolisis pati yang berasal dari tumbuhan. Penggunaan dari asam sitrat dalam
pembuatan sabun adalah kemampuannya sebagai penyapu logam logam berat dalam air
sadah (Winarno dan Laksmi, 1974). Fungsi lainnya asam sitrat sebagai pengelat (chelating
agent) yaitu pengikat ion ion logam pemicu oksidasi, sehingga mampu mencegah
terjadinya oksidasi pada minyak akibat pemanasan. Asam sitrat juga dapat dimanfaatkan
sebagai pengawet dan pengatur PH. Komposisi Asam stearat yang digunakan dalam
penelitian ini 3% berat sabun
8. Gula pasir
Gula pasir berbentuk kristal putih, pada proses pembuatan sabun transparan, gula
pasir berperan untuk membantu terbentuknya transparansi pada sabun transparan. Gula
pasir yang ditambahkan dalam sabun dapat membantu perkembangan kristal pada sabun
transparan serta kepadatan sabun. (Hambali et al., 2005). Komposisi gula pasir yang
digunakan dalam penelitian ini 11% berat sabun
9. Aquadest
Berbentuk cairan jernih yang berfungsi sebagai pelarut. Aquadest pelarut yang tidak
menimbulkan toksik. Aquadest dapat melarutkan sebagian besar bahan lain yang
digunakan. Komposisi aquadest yang digunakan dalam penelitian ini 4,5% berat
sabun

2.6. Penambahan Zat Aktif


2.6.1

Manfaat Teh Putih


Teh putih adalah daun teh yang belum diawetkan dan dioksidasi. Senyawa utama

yang dikandung teh putih ini yaitu tannin, gallic acid, catehcin. Senyawa tannin dan katekin
mempunyai sifat bakterostatik, fungistatik, dan merupakan racun (Hartoyo, 2003).
Penelitian-penelitian yang mengacu pada komposisi kimia berbagai varietas teh
membuktikan bahwa semakin sedikit pengolahan atau oksidasi teh mengalami, semakin
antioksidan polifenol mempertahankan. Pengolahan minimal teh putih menghasilkan lebih
tinggi konsentrasi fitokimia polifenol, termasuk katekin. Katekin umumnya dianggap lebih
aktif dalam promosi kesehatan, karena antioksidan dan sifat pelindung lainnya. Teh putih
lebih banyak diambil dari bunga dan daun teh yang masih muda, sehingga kafein lebih
rendah dibandingkan daun yang lebih tua, dan dapat disimpulkan bahwa teh putih
mengandung lebih sedikit kafein dibandingkan dengan teh hijau. Oleh karena itu menjadikan
teh putih kaya manfaat.
14

Walaupun penelitian mengenai teh putih masih sangat terbatas, tetapi beberapa
penelitian mengacu kepada kandungan teh putih yang bersifat antioksidan, antibakteri dan
antijamur. Hal ini menjadikan teh putih dapat digunakan sebagai obat terhadap penyakit. Di
Indonesia beberapa produk minuman menambahakan ekstrak teh putih. Berikut ini rincian
dari manfaat teh putih yang sudah diteliti, yaitu :
1) Sebagai Anti Bakteri dan Anti Virus
Menurut beberapa artikel menunjukkan bahwa ekstrak teh putih mungkin memiliki
aplikasi profilaksis yang dapat membantu menghambat pertumbuhan bakteri yang dapat
menyebabkan infeksi aureus, infeksi Steptococcus, Pneumonia dan Karies Gigi. Belum lama
ini Pusat Penelitian Teh dan Kina, Gambung melakukan penelitian teh putih dapat
menghambat virus H5N1. Hal tersebut membuktikan bahwa teh Putih lebih efektif daripada
teh hijau untuk menonaktifkan virus bakteri serta memiliki efek anti-virus pada virus
patogenik manusia.
2) Sebagai Anti Jamur
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa hal ini memiliki efek anti-jamur pada
Penicillium chrysogenum dan Saccharomyces Cerervisiae. Ditemukan bahwa di dalam Teh
Putih ekstrak sama sekali tidak aktif.
3) Kesehatan Kulit
Para ilmuwan telah menemukan bahwa ekstrak teh putih dapat melindungi
pemusnahan sel Langerhans. Teh putih juga bermanfaat untuk mencegah penuaan dini.
4)

Tekanan Darah rendah


Studi menunjukkan bahwa teh putih dapat mengencerkan darah dan memperbaiki

fungsi artery. Membantu menurunkan tekanan darah tinggi dan menjaganya tetap sehat.
Manfaat teh putih yang membuat pembuluh darah tetap kuat dan sehat menjaga kita dari
serangan stroke yang mematikan.

2.6.2

Ekstraksi Teh Putih


Ekstraksi adalah proses pemisahan secara kimia dan fisika kandungan zat sel

tumbuhan menggunakan pelarut yang sesuai. Pertimbangan pemilihan metode ekstraksi


didasarkan pada bentuk/tekstur bahan yang digunakan, kandungan air dari bahan yang
diekstrasi, jenis senyawa yang akan diekstraksi, sifat senyawa yang akan diekstraksi.
Pada proses ekstraksi teh putih dilakukan dengan cara dingin secara maserasi, metode
ini dipilih karena merupakan cara ekstraksi yang paling sederhana. Dengan cara teh putih
15

dihaluskan sesuai dengan syarat farmakope (umumnya terpotong-terpotong atau berupa


serbuk kasar) disatukan dengan pelarut pengekstraksi, kemudian dilakukan pengadukan.
Selanjutnya rendaman tersebut disimpan terlindung cahaya langsung (mencegah reaksi yang
dikatalis cahaya atau perubahan warna) dan dikocok berulang-ulang (kira-kira 3 kali sehari).
Secara teoritis pada suatu maserasi tidak memungkinkan terjadinya ekstraksi absolut.
Semakin besar perbandingan sel tumbuhan terhadap cairan pengekstraksi, akan semakin
banyak hasil yang diperoleh (Voight, 1995).
Pemilihan pelarut untuk ekstraksi harus mempertimbangkan banyak faktor. Pelarut
harus memenuhi syarat-syarat, yaitu murah dan mudah diperoleh, stabil fisika dan kimia,
bereaksi netral, tidak mudah menguap dan tidak mudah terbakar, selektif dan tidak
mempengaruhi zat berkhasiat (Ahmad, 2006).
Ekstraksi metode maserasi menggunakan pelarut etanol. Etanol (C2H5OH) merupakan
pelarut senyawa organik yang di pasaran dikenal sebagai alkohol. Dalam suhu kamar, etanol
berwujud cair yang mudah menguap, mudah terbakar, tidak berwarna dan titik didih etanol
78,32oC (Munawaroh dan Handayani, 2010). Selain itu, etanol merupakan golongan alkohol
yang sering digunakan untuk antiseptik, disinfeksi dan pengawetan (Jawetz et al., 2007).
2.7. Proses Pembuatan Sabun
Proses pembuatan sabun transparan dengan metode saponifikasi. Seperti sabun mandi
biasa, sabun transparan merupakan hasil reaksi penyabunan antara asam lemak dan basa kuat.
Perbedaan hanya terletak pada penampakannya yang transparan (Mitsui, 1997).
Metode produksi sabun transparan melibatkan pelelehan fase lemak dan persiapan air
untuk melarutkan sukrosa, gliserin dan pengawet. Kedua fase ini bereaksi dengan larutan
beralkohol dari kaustik soda dibawah pemanasan terkontrol. Setelah reaksi selesai, sabun ini
kemudian siap untuk diberi warna dan wewangian. Pilihan untuk pewangi, pewarna dan
bahan aditif lain lebih terbatas karena tidak satupun dari bahan bahan ini yang boleh
memiliki efek yang berlawanan dengan pembentukan tekstur transparan sabun. Setelah
pewarnaan dan pewangian, sabun akhir dituangkan ke dalam cetakan atau gelas terpisah dan
dibiarkan mengeras sebelum dikemas (Williams dan Schmitt, 2002).
Sabun transparan dapat dihasilkan dengan cara melarutkan sabun dalam alkohol
dengan pemanasan lembut (70 - 80) untuk membentuk larutan jernih, yang kemudian diberi
pewarna dan pewangi. Warna sabun tergantung pada pemilihan bahan awal dan bila tidak
digunakan bahan yang berkualitas baik, kemungkinan sabun yang dihasilkan akan berwarna
sangat kuning (Butler, 2001). Untuk memberikan struktur transparan pada sabun, maka
16

dalam formulasi sabun ditambahkan gliserin, glukosa, alkohol dan transparent agents.
Propilen glikol, sorbitol, polietilen gliko, surfaktan amfoterik dan sufaktan anionik dapat pula
ditambahkan untuk memberikan fungsi yang sama dengan gliserin (Mitsui, 1997).
2.8. Mutu Sabun
Menurut Imron (1985) bahwa sediaan kosmetik merupakan bahan atau campuran
bahan untuk digosokkan, dituangkan, dipercikan atau di semprotkan pada badan atau bagian
badan manusia dengan maksud untuk membersihkan, memelihara, menambah daya tarik atau
mengubah rupa dan tidak termasuk obat. Penggolongan kosmetik berdasarkan kegunaannya
adalah sebagai higiene tubuh (sabun dan sampo), tata rias (pemerah pipi, lipstik), wangi
wangian dan proteksi (sun screen). Tujuan penggunaan sediaan kosmetik mandi antara lain
untuk membersihkan tubuh, membantu melunakkan air sadah, memberi keharuman dan rasa
segar serta menghaluskan dan melembabkan kulit.
Dalam pembuatan produk sabun, terdapat beberapa spesifikasi persyaratan mutu yang
harus dipenuhi agar sabun tersebut layak untuk digunakan dan dipasarkan. Spesifikasi
persyaratan mutu yang harus dipenuhi pada produk sabun menurut SNI 06-3532-1994
meliputi beberapa parameter sebagai berikut:
Tabel 7.

Syarat Mutu Sabun Mandi (SNI 06-3532-1994)

No
1
2
3

Uraian
Kadar air (%)
Jumlah asam lemak (%)
Alkali bebas
Dihitung sebagai NaOH (%)
Dihitung sebagai KOH (%)
4
Asam lemak bebas (%)
5
Minyak mineral
(Sumber : BSN, 1994)

Tipe I
Maks. 15
>70

Tipe II
Maks. 15
64-70

Superfat
Maks. 15
>70

Maks 0,1
Maks. 0,14
<2,5
Negatif

Maks. 0,1
Maks. 0,14
<2,5
Negatif

Maks. 0,1
Maks. 0,14
2,5 7,5
Negatif

Sabun tipe I merupakan sabun yang terbaik karena mengandung jumlah asam lemak
yang tinggi (lebih dari 70%) dengan asam lemak bebas yang rendah yaitu kurang dari 2,5%.
Sabun tipe I, II, dan superfat merupakan sabun yang dapat dipasarkan di masyarakat karena
aman untuk digunakan. Sabun tipe II lebih baik dari superfat karena kandungan asam lemak
bebasnya kurang dari 2,5%.

17

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan selama 5 bulan dari bulan Juli- November 2015 di
Laboratorium Pasca Panen dan teknologi Proses dan Laboratorium Kimia Pangan
3.2 Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain teh putih yang berasal dari Pusat
Penelitian Teh dan Kina Gambung, Bandung, minyak kelapa murni (VCO) yang didapatkan
dari Balai Besar Industri Agro di Bogor dan minyak kelapa sawit merk Bimoli. Bahan kimia
yang digunakan adalah etanol asam stearat (Stearic Acid), asam sitrat, NaOH 30% (Natrium
18

hydroxide), gliserin, etanol 96%, gula pasir, NaCl (natrium chloride), Air (aquadest), cocodietanolamida (Coco DEA). Bahan pendukung terdiri dari alumunium foil, tissu, kapas, dan
plastik wrap
Adapun peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain timbangan
analitik, hot plate stirrer, spektrofotometer, thermometer, rotary evaporator vacuum, tyler
sieves, water bath, oven, dan grinder.
3.3 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental
laboratorium dengan analisis secara deskriptif. Hasil penelitian ini bertujuan mengkaji
tentang pembuatan sabun transparan berbasis minyak kelapa murni (VCO) dan minyak
kelapa sawit yang mengadung bahan aktif ekstrak teh putih.
3.4 Indikator Capaian
No

Aktivitas

Indikator capaian

Karakterisasi produk peko kering teh


putih
Pembuatan sabun herbal transparan
menggunakan minyak kelapa murni
(VCO) dan penambahan bahan aktif
2
ekstrak teh putih
Pembuatan sabun herbal transparan
menggunakan minyak kelapa sawit
(palm oil) dan penambahan bahan aktif
3 ekstrak teh putih
1

Pembuatan laporan
Memasukkan karya ilmiah dalam
5 jurnal

Karakteristik produk peko teh putih


(kadar air)
Sabun herbal transparan dengan
penambahan bahan aktif ekstrak teh
putih
Sabun herbal transparan dengan
penambahan bahan aktif ekstrak teh
putih
Laporan Penelitian
Surat tanda terima dari editor jurnal

3.5 Tahapan Penelitian


Penelitian terbagi menjadi 4 tahapan yaitu persiapan bahan baku, ekstraksi dengan
menggunakan maserasi tunggal, pembuatan sabun herbal transparan dengan penambahan
ekstrak teh putih, serta analisis data. Tahapan penelitian secara umum pada Gambar 1.
Mulai

19

Teh putih
Penggilinggan dengan grinder dan penggayakan dengan tyler sieves
Tahap 1 : Persiapan bahan baku

Bubuk teh putih

Ekstraksi dengan masersi tunggal (etanol 96%)


Penyaringan secara vakum degan kertas whatman nomor 40
Maserat dari pelarut etanol 96%
Tahap 2 :
Maserasi
Tunggal

Penguapan dengan rotary vacuum evaporator


Ekstrak kental dari pelarut etanol 96%

Minyak kelapa sawit (palm oil)

Minyak kelapa murni (VCO)

Tahap 3 : Sabun Herbal


Transparan

Sabun herbal transparan


A

Gambar 1. Diagram proses tahapan penelitian


A

Tahap 4 :
analisis data

Analisis data
Selesai

Gambar 1. Diagram proses tahapan penelitian (Lanjutan)


3.5.1

Persiapan Bahan Baku Teh Putih


Sebelum pembuatan ekstrak teh putih, dilakukan persiapan baku teh putih. Diagram

alir proses persiapan bahan baku dapat dilihat pada Gambar 2.

Mulai

Tahapan 1Persiapan bahan


baku

Analisis data

Kadar air pucuk basah


Kadar air pucuk kering
Uji warna peko kering 20

Teh Putih
Pengecilan ukuran dengan grinder

Bubuk tidak lolos


Pengayakan dengan rotap tyler ukuran
18 mesh
Randemen pengecilan ukuran
Bubuk teh putih

Kadar air bubuk teh


putih

Selesai

Gambar 2. Diagram alir tahapan persiapan bahan baku


Secara rinci tahapan persiapan bahan baku sebagai berikut:
1. Mempersiapkan bahan teh putih untuk diberi perlakukan pengecilan ukuran dengan
menggunakan grinder. Berat teh putih ditimbang sebelum pengecilan ukuran.
2. Teh putih yang telah diketahui bobotnya kemudian digiling dengan menggunakan grinder
selama 1 menit dan kemudian ditimbang kembali.
3. Bubuk teh putih diayak dengan menggunakan rotap tyler dengan 18 mesh. Bubuk teh
yang lolos dan tidak lolos 18 mesh ditimbang.
4. Bubuk teh yang dapat digunakan untuk ekstraksi adalah bubuk yang lolos 18 mesh.
Berikut ini prosedur dan atau untuk mendapatkan data-data pada persiapan bahan baku:
1. Kadar air teh putih (kering dan segar) dan bubuk teh putih (SNI 3836-2013)
Berikut ini prosedur mendapatkan kadar air pada teh putih (kering dan segar) dan bubuk
teh putih:
a. Memanaskan cawan dalam oven pada suhu (1052) 0C selama lebih kurang satu jam
dan dinginkan dalam desikator selama 20 30 menit, kemudian timbang dengan
neraca analitik (W0);
b. Memasukan 5 gram sampel ke dalam cawan dan ditimbang (W1) ;
c. Memanaskan cawan yang berisi sampel tersebut di dalam oven pada suhu (1052) 0C
selama tiga jam;
d. Memindahkan sampel ke dalam desikator dan dinginkan selama 20 - 30 menit
kemudian ditimbang;

21

e. Melakukan pemanasan kembali selama satu jam dan ulangi kembali perubahan berat
antara pemanasan selama satu jam mempunyai interval 2 mg (W2);
f. Melakukan pekerjaan secara duplo
g. Menghitung kadar air (basis basah) dalam sampel

W1 W2
x100%
W

W
1
o
Ka =
.(1)
Keterangan:
W0 = bobot cawan kosong dan tutupnya, dinyatakan dalam gram (g);
W1 = bobot cawan, tutupnya dan sampel sebelum dikeringkan, dinyatakan dalam
gram (g);
W2 = bobot cawan, tutupnya dan sampel setelah dikeringkan, dinyatakan dalam gram
(g).
3.5.2

Maserasi Tunggal
Pada Gambar 3 disajikan diagram alir proses pembuatan ekstrak dari teh putih

menggunakan metode maserasi tunggal. Berikut ini tahapan pembuatan ekstrak teh putih
secara lengkap dengan:
1. Memasukan bubuk teh putih sebanyak 100 g kedalam beaker glass, kemudian
dimaserasi dengan 900 ml larutan etanol 96%.
2. Menutup beaker glass dengan rapat menggunakan plastik craft dan alumunium foil.
3. Mengaduk secara perlahan yang dilakukan 1-2 kali sehari yang disimpan di suhu kamar
selama 24 jam.
4. Menyaring dengan menggunakan kertas filter setelah 24 jam maserasi, yang bebas
partikel kasar.
5. Menguapkan hasil filtrasi dengan rotary vacuum evaporator dengan suhu 40C selama
2-3 jam dan membiarkan sirkulasi berjalan sehingga hasil evaporasi tersisa dalam labu
pemisah. Pada akhir proses ini didapatkan ekstrak murni dengan cairan kental.

Mulai
Bubuk teh putih+etanool 96% perbandingan 1:9 (b/v)
Maserasi
Pengadukan=2 kali; T=suhu ruang; t= 24 jam
Penyaringan Vacuum

Ampas

22

Filtrat
Evaporasi
T=40C; t=2-3 jam
Ekstrak teh
putih

Rendemen ekstraksi
Rendemen total
Sisa pelarut
Bobot jenis ekstrak

Selesai

Gambar 3. Diagram alir proses pembuatan ekstrak teh putih


Analisis karakteristik ekstrak teh putih meliputi:
1. Rendemen ekstraksi dan rendemen total
Rendemen ekstraksi teh putih merupakan perbandingan antara ekstrak teh putih hasil
ekstraksi dengan berat bubuk teh putih sebelum ekstraksi, sedangkan untuk rendemen total
merupakan perbandingan antara bobot ekstrak teh putih terhadap berat awal peko kering yang
digunakan.
Rendemen ekstraksi =
berat ekstrak teh putih ( g )( kadar sisa pelarut berat ekstrak teh putih)( g)
100
berat awal bubuk teh putih(g)
.............................................................................................................(3)

Rendemen total =
berat ekstrak teh putih ( g )( kadar sisa pelarut berat ekstrak teh putih)( g)
100
berat awal peko kering(g)

............................................................................................................(4)
Analisis mutu ekstrak teh putih meliputi:
1. Sisa Pelarut (Keraten, 1988)
Sisa pelarut dalam ekstrak teh putih dihitung dengan didasarkan volume pelarut yang
diuapkan dari satuan berat bahan.
Sisa pelarut =

ab
100 .........................................................(5)
a

Keterangan

23

a = 2-3 g ekstrak teh putih dimasukan ke dalam labu evaporator suhu 50C, P = di
bawah 1 atm = mmHg, dan waktu = 1 jam.
b = berat setelah dievaporasi.
2. Bobot jenis
Bobot jenis ekstrak diukur dengan perbandingan massa ekstrak teh putih dengan
volumezat padat yang menunjukkan bobot jenisnya. Perhitungan densitas atau bobot jenis
adalah sebagai berikut:
f = pikno + zat padat (ekstrak) (g)
e = pikno kosong yang sudah dikalibrasi (g)
g = pikno + ekstrak + zat cair (g)
Berat ekstrak = f e (g)
Volume pelarut =

gf
berat jenis cair

Volume ekstrak teh putih (sampel) = volume pikno volume pelarut


Berat jenis ekstrak =

3.5.3

berat ekstrak te h puti h


.....................................(6)
volume ekstrak te h puti h

Pembuatan Sabun Transparan dari Minyak Kelapa Murni (VCO) dan Minyak
Kelapa Sawit (Palm oil)
Tahapan pembuatan sabun padat transparan dengan minyak kelapa murni (VCO) dan
minyak kelapa sawit dengan tambahan bahan aktif ekstrak teh putih terdapat pada
Gambar 4.

24

Gambar 4. Diagram alir pembuatan sabun herbal transparan


Pada tahap ini, sabun dibuat dengan mencairkan asam stearat kemudian dicampurkan
dengan minyak kelapa sawit pada suhu 70 - 80C sambil diaduk. Setelah homogen,
ditambahkan NaOH 30%, sehingga terbentuk stok sabun. Selanjutnya ditambahkan bahanbahan pendukung yaitu etanol, gliserin, gula pasir yang telah dilarutkan dengan
menggunakan aquadest, asam sitrat, Coco DEA, dan NaCl sehingga terbentuk sabun
transparan. Kemudian suhu diturunkan menjadi 40C untuk ditambahkan ekstrak teh putih
sebanyak 0,5%; 1%; 1,5% diaduk hingga rata sehingga terbentuk sabun padat transparan
25

yang mengandung ekstrak teh putih. Selanjutnya dicetak dengan cetakan silikon dan sabun
menguji kualitas sabun. Diagram alir proses pembuatan sabun transparan dapat dilihat pada
Gambar 4.
3.6 Analisis Data
1. Uji Organoleptik
Uji organoleptik yang dilakukan merupakan uji tingkat kesukaan atau hedonik. Panelis
yang diminta penilaiannya adalah panelis yang tidak terlatih. Uji dilakukan terhadap warna/
transparansi, kekerasan, dan banyak busa. Uji organoleptik ini dilakukan dengan
menggunakan responden sebanyak 20 orang dengan skala penilaian 1 5. Skala penelitian
yang diberikan yaitu (1) sangat tidak suka, (2) tidak suka, (3) biasa, (4) suka, (5) sangat suka.

Warna/ Transparansi dan Aroma


Penilaian terhadap kesukaan warna transparansi dan aroma dilakukan dengan
cara visual, yaitu dengan mengamati sabun padat transparan yang dihasilkan. Uji ini
menggunakan responden sebanyak 20 orang dengan skala 1 5. Skala penelitian yang
diberikan yaitu (1) sangat tidak suka, (2) tidak suka, (3) biasa, (4) suka, (5) sangat
suka.

2. Uji Kimia

Jumlah/Kadar Asam Lemak (SNI 06-3532-1994)


Kurang lebih 2 gram sampel dimasukkan ke dalam gelas piala, ditambahkan
25 ml air panas dan dipanaskan di atas penangas air sampai sampel larut seluruhnya,
kemudian dimasukkan ke dalam Labu Cassia berskala minimal 0,1 ml. Sisa sampel
dalam gelas piala dibilas dengan air destilata dan air bilasannya dituang kedalam Labu
Cassia. Kemudian ditambah beberapa tetes indokator metal oranye dan 10-15 ml
HCL 10% (atau 7-10 ml H2SO4 25%). Asam lemak bebas akan mengapung dan
larutan berubah warna menjadi merah muda.
Labu Cassia yang berisi larutan sampel dipanaskan dalam penangas air
dengan kondisi leher labu terendam air sampai setengahnya. Setelah asam lemaknya
terpisah dan mengapung, ke dalam labu ditambahkan air panas sampai asam lemaknya
berada diantara skala pembagian pada leher labu. Larutan dipanaskan terus selama
kurang lebih setengah jam dan dibaca pada suhu 100C (pada saat air dalam penangas
mendidih).
Kadar asam lemak (%) =

volume asam lemak ( ml ) x 0,84


x 100
bobot contoh(gram)

0,84 = BD asam lemak pada 100C

26

Alkali Bebas (SNI 06-3532-1994)


Siapkan alkohol netral dengan mendidihkan 100 ml alkohol dalam labu
erlenmeyer 250 ml, ditambahkan 0,5 ml penunjuk fenolftalein dan dinginkan
sampai suhu 70C. Kemudian netralkan dengan KOH 0,1 N dalam alkohol.
Timbang 5 gram contoh dam masukkan ke dalam alkohol netral diatas,
tambakan batu didih, pasangan pengindin tegak, dan panasi agar cepat larut
diatas penangas air, lalu didihkan selama 30 menit. Apabila larutan tidak
bersifat alkalis (tidak berwarna merah), dinginkan sampai suhu 70 C dan
titrasi dengan larutan KOH 0,1 N dalam alkohol sampai timbul warna
merah yang tahan selama 15 detik.
Kadar asam lemak bebas =

V x N x 0,205
x 100
W

= KOH 0,1 N yang digunakan (ml)

= normalitas KOH yang digunakan

= berat contoh (gram)

0,205 = berat setara asam laurat


Bila contoh sabun mengandung banyak bagian yang tidak larut, agar tidak
mengganggu, saring dahulu sebelum titrasi dilakukan. Apabila larutan tersebut
diatas bersifat basa (penunjuk fenilftalein berwarna merah), maka yang diperiksa
bukan asam lemak bebas tetapi alkali bebas dengan menitrasinya menggunakan
HCl 0,1 N dalam alkohol dari mikro biuret, sampai warna merah tepat hilang.
Kadar alkali bebas dihitung sebagai NaOH =

V x N x 0,04
x 100
gram contoh

Nilai pH
pH sabun diukur dengan alat pH meter. Alat terlebih dahulu dikalibrasi dengan
menggunakan larutan buffer standar pH 7, hingga menunjukkan harga pH yang
tersebut diatas. Elektoda dicuci dengan air suling lalu dikeringkan dengan kertas
tisu. Pengukuran pH sabun dilakukan dengan cara mengencerkan 1 gram sabun
dengan 10 ml air suling di dalam suatu wadah, kemudian elektroda dicelupkan
kedalam larutan tersebut dan biarkan bergerak sampai posisi angka konstan.
Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan harga pH dari sabun.

27

3.7 Road Map Penelitian


20122013
1.Telah dilakukan beberapa
penelitian singkat saat magang
di PPTK Gambung tentang
prosessing teh hitam dan
hijau, kemudian karena belum
banyak dikembangkan
processing dari teh putih maka
perlu dikaji pemanfaatan
bahan penyegar ini sebagai
ekstrak teh putih

2014
1.Karakterisasi peko kering
teh putih
2.Perancangan proses
pembuatan ekstrak teh putih
dengan metode maserasi
bertingkat
3.Pengujian aktivitas
antibakteri hasil ekstrak teh
putih
4.Pengujian aktivitas
antioksidan hasil ekstrak teh
putih
5.Pengujian aktivitas
antijamur hasil ekstrak teh
putih

2015
1. Perancangan proses
pembuatan sabun transparan
basis minyak kelapa murni
(VCO) dengan tambahan
ekstrak teh putih
2. Perancangan proses
pembuatan sabun transparan
basis minyak kelapa sawit
dengan tambahan ekstrak teh
putih
3. Proses pembuatan sabun
transparan basis minyak
zaitun dengan tambahan
ekstrak teh putih
4. Pembuatan sabun
transparan basis minyak jarak
dengan tambahan ekstrak teh
putih
5. Pengujian sabun padat
transparan sesuai (SNI 063532-1994)

28

BAB IV.
BIAYA DAN JADWAL PELAKSANAAN
4.1 Anggaran Biaya
Rekapitulasi Anggaran Penelitian
No

Uraian

1
2
3
4

Honor Tim Peneliti


Belanja Bahan Habis Pakai
Biaya Perjalanan
Lain-lain
Total Biaya

Biaya yang diusulkan (Rp)


4,530,000
6,508,150
1,500,000
2,461,850
15,000,000

4.2 Jadwal Penelitian

No
1

Tahapan Penelitian
Tahapan Persiapan
Rapat Koordinasi
Persiapan Bahan dan Alat
Tahapan Pelaksanaan
Rapat Koordinasi
Pembuatan sabun padat transparan dengan
minyak kelapa murni (VCO)
Pembuatan sabun padat transparan dengan
minyak kelapa sawit
Karakterisasi produk peko kering teh putih (uji
kadar air)
Pembuatan bubuk teh putih
Maserasi tunggal teh putih dengan pelarut etanol
96%
Pembuatan sabun padat transparan dengan
minyak kelapa murni (VCO) dengan
penambahan ekstrak teh putih
Pembuatan sabun padat transparan dengan
minyak kelapa sawit dengan penambahan
ekstrak teh putih
Pengolahan Data
Rapat Koordinasi dan Laporan Kemajuan
Tahapan Penyelesaian
Diskusi Tim untuk Pembuatan laporan akhir
Pembuatan laporan

Waktu Pelaksanaan bulan ke


1
2
3
4
5

29

Pembuatan Karya Ilmiah


Memasukkan Karya Ilmiah ke Jurnal
Penyerahan Laporan Akhir

DAFTAR PUSTAKA

Badan Standarisasi Nasional., 1994. Standar Mutu Sabun Mandi. SNI 06-3532-1994. Dewan
Standardisasi Nasional. Jakarta.
Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar (BALITRI). 2013. Teh Putih yang
Langka dan Mahal. Badan Litbang Pertanian Kementrian Pertanian.
Sukabumi.
Departemen Perindustrian. 2007. Gambaran Sekilas Minyak Kelapa Sawit. Jakarta
Selatan.

Ginting, Ardhi Novrialdi., et al. 2013. Formulasi Sabun Transparan Antibakteri Ekstrak Lidah
Mertua (Sansivieria ehrenbergii) sebagai Sabun Ramah Lingkungan. Laporan Akhir
Program Kreativitas Mahasiswa, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Hambali, Erliza., Bunasor, Tattit K., Suryani, Ani., Kusumah, Giri Angga. 2005.
Aplikasi Dietanolamida dari Asam Laurat Minyak Inti Sawit pada
Pembuatan Sabun Transparan. Jurnal Teknik Pertanian Vol. 15 (2), 46-53.
Fakultas Teknologi Pertanian; Bogor.
Izhar, H., Sumiati, dan Moeljadi P. 2009. Analisis Sikap Konsumen terhadap
Atribut Sabun Mandi. Universitas Brawijaya. Malang.
Nurhadi, Sieli Cicilia. 2012. Pembuatan Sabun Mandi Gel Amali dengan Bahan
Aktif Mikroalga Chlorella pyrenoidosa Beyerinck dan Minyak Atsiri. Skripsi.
Universitas Ma Chung. Malang.
Pasaribu, Nurhida. 2004. Minyak Buah Kelapa Sawit. Jurusan Kimia: Universitas
Sumatera Utara
Preedy, V.R. 2013. Tea in Healty and Disease Prevention. United States of
America : Academic Press. Available at: http://books.google.co.id. Diakses
pada tanggal 14 April 2015 pukul 14.12 WIB.
Purnamawati, Debbi. 2006. Kajian Pengaruh Konsentrasi Sukrosa dan Asam Sitrat
terhadap Mutu Sabun Transparan. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian ,
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Qisti, Rachmiati. 2009. Sifat Kimia Sabun Transparan dengan Penambahan Madu
pada Konsentrasi yang Berbeda. Bogor, Program Studi Teknologi Hasil
Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.
Rahadiana, P., Andayani L.S. 2014. Pabrik Sabun Transparan Beraroma Terapi
dari Minyak Jarak dengan Proses Saponifikasi Trigliserida Secara Kontinyu.
Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS.
30

Refdanita, Maksum, R., Nurgani, A., dan Endang, P. 2004. Faktor yang
Mempengaruhi Ketidaksesuaian Penggunaan Antibiotika dengan Uji
Kepekaan di Ruang Intensif Rumah Sakit Fatmawati. Jakarta Tahun 2001
2002. Makara, Kesehatan 8 (1): 21 26.
Widiyanti, Yunita. 2009. Kajian Pengaruh Jenis Minyak terhadap Mutu Sabun
Transparan. Fakultas Teknologi Pertanian, IPB. Bogor.

Dahlia, 2014. Pengaruh Penambahan Ekstrak Teh Hijau (Camellia sinensis) Pada
Pembuatan Sabun Transpran. [Skripsi]. Padang : Universitas Andalas

Hajar, S. 2014. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Teh Putih (Camellia sinensis)


Terhadap Bakteri Gram Positif dan Gram Negatif. [Skripsi]. Jatinangor.
Univeristas Padjdjaran.

Hambali, E., Tatit K. B., Ani S., Giri A. K. 2005. Aplikasi Dietanolamida dari Asam
Laurat Minyak Inti Sawit pada Pembuatan Sabun Transparan. Jurnal
Teknologi Industri Pertanian. Vol 15(2), 46-53
Sari, Tuti Indah., Evy Herdiana dan Triana Amelia. 2010. Pembuatan VCO dengan
Metode Enzimatis dan Konversinya Menjadi Sabun Padat Transparan Jurnal
Teknik Kimia. No 3, Vol. 17.

31

You might also like