You are on page 1of 3

BAB I

Pengenalan
Berjalan sendirian, itu yang dilakukan heri aryadi sesaat setelah kegiatan
rutinitasnya dikampus yang terletak di Jatinangor Sumedang Jawa Barat. Hanya
sendirian dia di gang yang menuju ke kosannya. Sampailah ia di kosannya dan
bergegas membuka pintukosnya sayup terdengan suara melengking dari kamar
sebelah, ya kamar milik iyan teman kos yang berbeda 1 tingkat dengannya dan
berbeda fakultas pula. Suara tersebut tak dihiraukannya bergegaslah ia masuk dan
mencari gelas bersih yang biasa ia letakan diatas lemari satu-satunya di dalam
kamarnya itu.
Heri : gluk..gluk..gluk.. aahh segar sekali air ini alhamdulillah. Ucapnya,
Berbaringlah ia dikasur yang mulai tak empuk lagi sembari mulai
memfokuskan kembali suara melengking yang tadi ia dengar tak kunjung
berhenti, pikirnya suara tersebut berasal dari handphone kepunyaan kang iyan,
biasa iya memanggilnya. Tak terasa adzan magrib sudah berkumandang terasa
cepat karena heri memang pulang jam 5 sore saat itu karena ia ada keperluan
dengan organisasi BPMnya, yaitu rapat rutin setiap jumat sore. Bergegaslah ia ke
kamar mandi yang berada diluar kamar khosnya untuk membersihkan diri dan
bersiap untuk menunaikan ibadah shalat magrib, namun langkahnya terhenti
didepan pintu seketika ia tak mendengar lagi bunyi lengkingan yang tadi terdengar
cukup jelas hingga kedalam kamar khosnya. Hari hampir gelap saat itu sehingga
ia menghidupkan lampu untuk menerangi lorong khosannya yang hanya ada 5
kamar khos dan 1 kamar mandi umum untuk ke 5 kamar tersebut. Masuklah ia
kedalam kamar mandi dan menguncinya dari dalam dan mulai menghidupkan air
untuk membasuh penatnya. 5 menit berlalu dan ia mematikan keran air dengan
mendadak, bukan karena selesai namun ia merasa mulai mendengar lagi bunyi
lengkingan aneh dari luar kamar mandi. Bunyi itu terasa kencang sekali setelah
heri meatikan keran, bahkan seperti teko pemasak air sedang diletakan didepan
kamar mandinya. Ia mulai merasa aneh dengan suara tersebut dan ia sedikit
ketakutan serta kebingungan.
Heri : suara apa ya dari tadi mengganggu saja..? katanya perlahan seolah
berbisik pada diri sendiri.

Senyap kamudian, ia kaget kenapa tiba-tiba suara yang begitu kencangnya


hilang seraya terdengar suara pintu terbuka namun tidak ada suara langkah kaki
dan kemudian tertutup kembali. Dilanjutkannya mandi dalam keadaan setengah
berpikir apa sebenarnya yang tengah terjadi?. Penasaran masih mengntai perasaan
heri namun iya tetap melaksanakan shalatnya dengan khusyuk.
Malampun mulai larut namun heri masih terjaga dikarnakan besok sabtu
pikirnya setelah subuh pun masih bisa lanjut tidur. Jam sudah menunjukan pukul 2
pagi tak terasa heri sudah mulai mengantuk. Hendaklah ia tidur namun tertetahan
ketika iya mulai mendengar suara lengkingan aneh itu kembali lagi. Kini
terdengar bukan dari kamar sebelah namun seperti berasal dari lantai bawah
mengingat kamar khos semuanya berada dilantai dua. Berpikirlah heri dugaannya
itu suara handphone kang iyan mulai tak yakin lagi. Takut menghampiri heri
dengan cepat karena kemungkinan suara tersebut berasal dari dunia nyata hampir
tidak masuk akal lagi menurutnya. Secepatnya heri menarik selimut dan menutup
seluruh tubuh dan wajahnya. Sunyi suasana setelah ia sembunyi dengan selimut,
namun disusul dengan suara pintu terbuka dan sekarang terdengar suara orang
datang seraya naik ke atas karena terdengar suara telapak kakinya. Merasa tenang
heri karena ia tak sendiri. Rasa senangnya tak lama kecurigaan mulai datang lagi
karena suara telapak kaki yang naik tangga tak kunjung berhenti padahal tangga di
kosannya tak terlampau banyak mungkin hanya 12 anak tangga namun saat ia
hitung lebih dari 40 drap kaki menginjak anak tangga. Kembali heri sembunyi
dibalik selimutnya kini dengan gemetar hebat sembari berdzikir tak hantinya.
plak..plak..plak..plak..plakk..... berhenti lagi suara suara aneh yang
mengganggu heri dikamarnya. Mengintip lah ia dari sela-sela selimut yang ia
buka. Tersentak ia ketika melihat bayangan seseorang yang tercetak di jendelanya
karena terterangi cahaya dari luar kamar. Terlihat diam dan nampak memiliki
rambut panjang. Dingin mungkin itu yang dirasakan heri diseluruh tubuhnya
saking ketakutannya namun ia tak hentinya menatap kearah jendela. Turun
memang bayangan yang tadi ia lihat terlihat semakin turun perlahan, turun bukan
pergi. Posisi kepala sang bayangan mulai semakin rendah makin rendah dan lama
kelamaan hilang tak terlihat lagi. Dengan keringat dingin heri memberanikan diri
membuka lebih lebar selimutnya untuk melihat lebih jelas ke jendela.

Heri : alhamdulillah udah hilang ucapnya dengan lega.


Menarik napas lah ia dengan lega
Heri : hhhhuuuuhhhhhh
Mulai lah ia berniat tidur dan berbaring ke kiri dan mengarah ke tumpukan
cucian kotor. Saat ia mulai memejamkan mata sekilas sebelum tertutup seluruhnya
ia melihat ada yang bergerak didepan matanya semakin tinggi semakin tinggi
ternyata tumpukan pakaian kotor tersebut bukanlah yang ia bayangkan. Sekarang
bayangan yang ada dijendela tadi telah berada di depan matanya, tepat berdiri
didepan matanya. Sekejap ia menutup kembali seluruh tubuhnya dengan selimut
kini dengan rasa takut yang setakut-takutnya, berdzikirnya tak henti-henti didalam
hatinya. Dingin diseluruh tubuhnya bertambah seketika saat ia merasakan tangan
mengusap diatas kepalanya tepat diatas kepalanya menekan begitu kuat, terasa
dingin, sedikit lembab dan berbau busuk menyengat seolah ingin
menenggelamkan kepalanya kedalam kasur. Heri mulai sulit bernafas saat itu
karena sesak didadanya entah kenapa mulai sesak mungkin karena bau busuk dari
tangan yang menekan kepalanya. Terasa ada cairan yang mengalir dari atas tangan
yang menekannya dan ada yang bergerak-gerak. Cairan tersebut mengalir hingga
melewati hidung heri dan tercium bau amis yang begitu menyengat ternyata yang
mengalir merupakan darah dan yang bergerak-gerak adalah belatung dari tanagan
yang sepertinya tengah membusuk itu. Heri tak kuat lagi tanpa pikir panjang ia
sentakan tangan dan tubuhnya untuk bangun agar tidak tertekan lagi kepalanya.
Sambil terengah-engah ia kebingungan melihat kesekelilingnya karena tak ada
apapun, bahkan hari mulai terang sehingga terlihat samar-samar ruang kamar
khosnya. Ia pun mengusap pipinya dan sekitar hidungnya iya memang ada darah
yang berbau busuk dan amis yang menyengat. Saat melihat jam waktu sudah
menunjukan pukul 5:30 am. Hari menginjak pagi ia bahkan tak mendengar
kumandang adzan subuh yang sering iya dengar disaat tertidur pulas sekalipun.
Bergegas ia kekamar mandi untuk membersihkan bekas darah di wajahnya dan
mengambil air wudhu untuk shalat subuh. Takut dan bingung sangat sangat
mengahantui perasaan heri saat itu. Apa sebenarnya yang sedang terjadi, dan
apakah ini akan berlanjut..

You might also like