You are on page 1of 8

LAPORAN PENDAHULUAN

HEMATOCHEZIA
RUANG KENANGA RS MARGONO SOEKARJO

STASE KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


SEMESTER I

SABANI NUR ARDLIYAH

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
PURWOKERTO
2015

A. PENGERTIAN
Hematochezia adalah BAB berdarah yang menyebabkan tinja menjadi berwarna merah
terang akibat darah. Perdarahan dari anus dengan warna merah segar dinamakan
hematochezia. Berak darah atau biasa disebut hematochezia ditandai dengan keluarnya
darah berwarna merah terang dari anus, dapat berbentuk gumpalan atau telah
bercampur dengan tinja.
B. ETIOLOGI
Penyebab dari hematochezia ini adalah berasal dari saluran cerna bagian bawah. Nama
penyakit yang mendasarinya adalah hemoroid (wasir), infeksi kuman seperti amuba,
tifus, disentri yang berat, kanker usus besar, radang usus besar menahun oleh sebab
penyakit autoimun (inflammatory bowel disease).
Upper GI saluran (biasanya kotoran hitam):
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Pendarahan lambung atau ulkus duodenum


Gastritis
Varises esofageal
Mallory-Weiss air mata (air mata di kerongkongan dari muntah kekerasan)
Trauma atau asing tubuh
Usus iskemia (kurangnya aliran darah yang tepat ke usus)
Vascular malformasi

GI rendah saluran (biasanya merah atau bangku merah, berdarah):


1. Wasir
2. Anal fissures
3. Divertikular pendarahan
4. Infeksi usus (seperti enterokolitis bakteri)
5. Vascular malformasi
6. Radang usus
7. Tumor
8. Colon polip atau kanker usus besar
9. Trauma atau asing tubuh
10. Usus iskemia (kurangnya aliran darah yang tepat ke usus)

C. MANIFESTASI KLINIS
1. Keluar darah segar dari anus sebelum 14 jam
2. Lemas, pusing, pucat
3. Konstipasi

4. Nyeri Perut
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan awal yang harus dilakukan adalah pemeriksaan tinja dan colok dubur.
Pemeriksaan lanjutan yang perlu dilakukan adalah kolonoskopi. Kolonoskopi
merupakan pilihan dalam diagnosis dan terapi perdarahan saluran cerna bawah. Polip
juvenis dapat diterapi dengan polipektomi melalui kolonoskopi, tindakan hemostasis
lain seperti skleroterapi, elektrokauterisasi, laser dan ligasi banding dapat dilakukan
pada kelainan pembuluh darah kolon.
E. PENATALAKSANAAN
Pengobatan yang dilakukan adalah perbaikan keadaan umum, karena pada penderita ini
keadaan badan agak lemas karena kekurangan darah dalam waktu yang lama.
Pengobatan definitif disesuaikan dengan penyebabnya. Pada beberapa kasus dapat
terjadi perdarahan yang banyak sehingga diperlukan tindakan bedah untuk mencari
sumber perdarahan dan menghentikannya atau pada kasus yang tidak dapat dioperasi
perlu tindakan radiologi intervensi untuk memberikan injeksi koagulasi pada fokus
perdarahan.
F. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
Riwayat Kesehatan
1. Riwayat mengidap : Penyakit Hepatitis kronis, cirrochis hepatis, hepatoma, ulkus
2.
3.
4.
5.

peptikum
Kanker saluran pencernaan bagian atas
Riwayat penyakit darah, misalnya DIC
Riwayat penggunaan obat-obat ulserogenik
Kebiasaan/gaya hidup : Alkoholisme, kebiasaan makan

Pengkajian Umum
1. Intake : anorexia, mual, muntah, penurunan berat badan
2. Eliminasi :

BAB : konstipasi atau diare, adakah melena (warna darah hitam, konsistensi pekat,
jumlahnya)
BAK : warna gelap, konsistensi pekat
Neurosensori : adanya penurunan kesadaran (bingung, halusinasi, koma).
3. Respirasi : sesak, dyspnoe, hipoxia
4. Aktifitas : lemah, lelah, letargi, penurunan tonus otot
Pengkajian Fisik
1. Kesadaran, tekanan darah, nadi, temperatur, respirasi
2. Inspeksi :
Mata : conjungtiva (ada tidaknya anemis)
Mulut : adanya isi lambung yang bercampur darah
Ekstremitas : ujung-ujung jari pucat
Kulit : dingin
3. Auskultasi :
Paru
Jantung : irama cepat atau lambat
Usus : peristaltik menurun
4. Perkusi :
Abdomen : terdengar sonor, kembung atau tidak
Reflek patela : menurun
5. Studi diagnostik
Pengkajian Khusus
Pengkajian Kebutuhan Fisiologis
1. Oksigen
Yang dikaji adalah :
a. Jumlah serta warna darah hematemesis.
b. Warna kecoklatan : darah dari lambung kemungkinan masih tertinggal,
potensial aspirasi.
c. Posisi tidur klien : untuk mencegah adanya muntah masuk ke jalan nafas,
mencegah renjatan.

d. Tanda-tanda renjatan : bisa terjadi apabila jumlah darah > 500 cc dan terjadi
secara kontinyu.
Jumlah perdarahan : observasi tanda-tanda hemodinamik yaitu tekanan darah, nadi,
pernapasan, temperatur. Biasanya tekanan darah (sistolik) 110 mmHg, pernafasan
cepat, nadi 110 x/menit, suhu antara 38 - 39 derajat Celcius, kulit dingin pucat atau
cyanosis pada bibir, ujung-ujung ekstremitas, sirkulasi darah ke ginjal berkurang,
menyebabkan urine berkurang.
2. Cairan
Keadaan yang perlu dikaji pada klien yang berhubungan dengan kebutuhan cairan yaitu
jumlah perdarahan yang terjadi. Jumlah darah akan menentukan cairan pengganti.
Dikaji : macam perdarahan/cara pengeluaran darah untuk menentukan lokasi
perdarahan serta jenis pembuluh darah yang pecah. Perdarahan yang terjadi secara
tiba-tiba, warna darah merah segar, serta keluarnya secara kontinyu menggambarkan
perdarahan yang terjadi pada saluran pencernaan bagian atas dan terjadi pecahnya
pembuluh darah arteri. Jika fase emergency sudah berlalu, pada fase berikutnya
lakukan pengkajian terhadap
a. Keseimbangan intake output. Pengkajian ini dilakukan pada klien hematemesis
melena yang disebabkan oleh pecahnya varices esofagus sebagai akibat dari
cirrochis hepatis yang sering mengalami asites dan edema.
b. Pemberian cairan infus yang diberikan pada klien.
c. Output urine dan catat jumlahnya per 24 jam.
d. Tanda-tanda dehidrasi seperti turgor kulit yang menurun, mata cekung, jumlah urin
yang sedikit. Untuk klien dengan hemetemesis melena sering mengalami gangguan
fungsi ginjal.

3. Nutrisi
Dikaji :
a. Kemampuan klien untuk beradaptasi dengan diit : 3 hari I cair selanjutnya
makanan lunak.
b. Pola makan klien
c. BB sebelum terjadi perdarahan

d. Kebersihan mulut : karena hemetemesis dan melena, sisa-sisa perdarahan dapat


menjadi sumber infeksi yang menimbulkan ketidaknyamanan
4. Temperatur
Klien dengan hematemesis melena pada umumnya mengalami kenaikan temperatur
sekitar 38 - 39 derajat Celcius. Pada keadaan pre renjatan temperatur kulit menjadi
dingin sebagai akibat gangguan sirkulasi. Penumpukan sisa perdarahan merupakan
sumber infeksi pada saluran cerna sehingga suhu tubuh klien dapat meningkat.
Selain itu pemberian infus yang lama juga dapat menjadi sumber infeksi yang
menyebabkan suhu tubuh klien meningkat.
5. Eliminasi
Pada klien hematemesis melena pada umumnya mengalami gangguan eliminasi.
Yang perlu dikaji adalah :
a. Jumlah serta cara pengeluaran akibat fungsi ginjal terganggu. Urine berkurang
dan biasanya dilakukan perawatan tirah baring.
b. Defikasi, perlu dicatat jumlah, warna dan konsistensinya.
6. Perlindungan
Latar belakang sosio ekonomi klien, karena pada hematemesis melena perlu
dilakukan beberapa tindakan sebagai penegakan diagnosa dan terapi bagi klien.
7. Kebutuhan Fisik dan Psiologis
Perlindungan terhadap bahaya infeksi. Perlu dikaji : kebersihan diri, kebersihan
lingkungan klien, kebersihan alat-alat tenun, mempersiapkan dan melakukan
pembilasan lambung, cara pemasangan dan perawatan pipa lambung, cara persiapan
dan pemberian injeksi IV atau IM.
Perlindungan terhadap bahaya komplikasi :
a. Kaji persiapan pemeriksaan endoscopy (informed concern).
b. Persiapan yang berhubungan dengan pengambilan/pemeriksaan darah.
Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul
1. Defisit volume cairan sehubungan dengan perdarahan (kehilangan secara aktif)
2. Gangguan rasa nyaman: nyeri sehubungan dengan agen cedera biologis.

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


ketidakmampuan mencerna makanan.
4. Kurangnya pengetahuan sehubungan dengan kurangnya informasi tentang
penyakitnya.
5. Kecemasan sehubungan dengan penyakitnya.
Intervensi Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan b/d perdarahan
Tujuan : Menunjukan perbaikan keseimbangan cairan
Kriteria : Haluaran urine adekuat dengan berat jenis normal (1,010), Tanda vitak
stabil, Membran mukosa lembab, turgor kulit baik, pengisian kapiler cepat
(Capilary refil time < 3 detik).
Intervensi
Catat karakteristik muntah dan/draenase
Observasi tanda vital tiap 1 jam sekali
Catat respon psikologis pasien
Observasi masukan dan haluaran
Pertahankan tirah baring untuk mencegah muntah dan tegang saat defekasi
Tinggikan kepala tempat tidur selama pemberian antasid
Berikan cairan jernih dan hindari kafein
Berikan cairan sesuai terapi medis
Pasang NGT pada perdarahan akut
Berikan obat sesuai terapi Medis
2. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d agen cedera biologis
Tujuan : Pasien mengatakan nyeri hilang
Kriteria : Menunjukan rileks dan dapat tidur dengan enak/cepat.
Intervensi
Catat keluhan nyeri termasuk lokasi , lamanya, intensitas (skala 0-10)
Berikan makan sedikit tapi sering sesuai indikasi
Bantu latihan rentang aktif/pasif
Berikan perawatan oral dan pijat punggung,perubahan posisi
Berikan dan lakukan perubahan diet

Gunakan susu biasa daripada skim


Berikan obat sesuai terapi Medis misal analgetika
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidakmampuan
mencerna makanan
Tujuan : Nutrisi kurang dari kebutuhan tidak terjadi
Kriteria : Porsi Intake nutrisi oral dapat dihabiskan
Pasien tidak mengeluh lapar
HB.70 % dari harga normal dapat dipertahankan
Intervensi
Kaji Tanda-tanda vital
Monitor intake dan output
Anjurkan konsumsi makanan tinggi serat
Tingkatkan asupan cairan
Monitor berat badan
Kolaborasi ahli gizi

You might also like