Professional Documents
Culture Documents
SISTEM KARDIOVASKULER
GAGAL JANTUNG KANAN
Disusun oleh:
1. 201501134 VIDYA SETYAWATI
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat ALLAH SWT atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah mata
kuliah Sitem Kardiovaskuler GAGAL JANTUNG KANAN.
Pada kesempatan ini kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan tugas ini. Kami
menyadari bahwa apa yang kami sajikan dalam tugas ini masih banyak kekurangan,baik
dari segi penyusunan, penulisan maupun penyajian. Oleh karna itu kami mengharapkan
kritik dan saran yang bertujuan membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini untuk dimasa yang akan datang.
Kediri,
Maret 2016
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian................................................................................................................... 2
2.1.1 Klasifikasi gagal jantung kongestif..................................................................... 2
2.1.2 Etiologi................................................................................................................ 3
2.1.3 Patofisiologi........................................................................................................ 3
2.1.4 Manifestasi Klinis................................................................................................ 4
2.1.5 Penatalaksanaan................................................................................................ 5
2.1.6 Komplikasi.......................................................................................................... 5
2.1.7 Asuhan keperawatan.......................................................................................... 6
2.2 Pengertian syok kardiogenik........................................................................................ 9
2.3 Askep...........................................................................................................................14
2.4 WOC.............................................................................................................................18
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................19
3.2 Kritik dan Saran...........................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
(National
Cardiovasculer Harkit.2001:119)
Gagal jantung adalah ketidakmampuan jantung untuk mempertahankan sirkulasi
yang adekuat, ditandai dengan dispneu, dilatasi vena dan edema. (Kamus Kedokteran
Dorland.1998:291).
2.1.1 Klasifikasi gagal jantung kongestif
Gagal jantung kongestif dapat di bedakan menjadi dua yaitu gagal jantuing kiri
dn gagal jantung kanan.
Ventrikel kanan dan kiri dapat mengalami keggalan secara terpisah. Gagal
ventrikel kiri paling sering mendahului gagal ventrikel kanan. Gagal ventrikel kiri murni
dengan edema paru akut. Karena curah ventrikel berpasangan atau sinkron, maka
kegagalan salah satu ventrikel dapat menyebabkan penurunan perfusi jaringan. Tetapi
manifestasi kongesti dapat berbeda tergantung pada kegagalan ventrikel mana yang
terjadi.
2.1.2. Etiologi
Gagal jantung adalah komplikasi yang paling sering dari segala jenis penyakit
jantung kongestif maupun didapat. Mekanisme fisiologis yang menyebabkan gagal
jantung mencakup keadaan-keadaan yang meningkatkan beban awal, beban akhir
atau menurunkan kontraktilitas miokardium. Keadaan-keadaan yang meningkatkan
beban awal meliputi : regurgitasi aorta dan cacat septum ventrikel. Dan beban akhir
meningkat pada keadaan dimana terjadi stenosis aorta dan hipertensi sistemik.
Kontraktilitas miokardium dapat menurun pada imfark miokardium dan kardiomiopati.
Faktor-fktor yang dapat memicu perkembangan gagal jantung melalui penekanana
sirkulasi yang mendadak dapat berupa : aritmia, infeksi sistemik dan infeksi paru-paru
dan emboli paru-paru. Pennganan yang efektif terhadap gagal jantung membutuhkan
pengenalan dan penanganan tidak saja terhadap mekanisme fisiologis dan penykit
yang mendasarinya, tetapi juga terhadap faktor-faktor yang memicu terjadinya gagal
jantung.
2.1.3. Patofisiologi
Kelainan intrinsik pada kontraktilitas miokardium yang khas pada gagal jantung
akibat penyakit jantung iskemik, mengganggu kemampuan pengosongan ventrikel
yang efektif. Kontraktilitas ventrikel kiri yang menurun mengurangi curah sekuncup dan
meningkatkan volume residu ventrikel.
Tekanan rteri paru-paru dapat meningkat sebagai respon terhadap peningkatan
kronis tekanan vena paru. Hipertensi pulmonary meningkatkan tahanan terhadap
ejeksi ventrikel kanan. Serentetan kejadian seprti yang terjadi pada jantung kiri, juga
akan terjadi pada jantung kanan, dimana akhirnya akan terjdi kongesti sistemik dan
edema.
Perkembangan dari kongesti sistemik atau paru-paru dan edema dapat
dieksaserbasi oleh regurgitasi fungsional dan katub-katub trikuspidalis atau mitralis
bergantian. Regurgitasi fungsional dapat disebabkan oleh dilatasi dari annulus katub
atrioventrikularis atau perubahan-perubahan pada orientasi otot papilaris dan
kordatendinae yang terjadi sekunder akibat dilatasi ruang.
Sebagai respon terhadap gagal jantung ada tiga meknisme primer yang dapat
dilihat; meningkatnya aktifitas adrenergik simpatik, meningkatnya beban awal akibat
aktivasi istem rennin-angiotensin-aldosteron dan hipertrofi ventrikel. Ketiga respon ini
mencerminkan usaha untuk mempertahankan curh jantung. Meknisme-meknisme ini
3
mungkin memadai untuk mempertahnkan curah jantung pada tingkat normal atau
hampir normal pada gagal jantung dini, pada keadaan istirahat. Tetapi kelainan pad
kerj ventrikel dan menurunnya curah jantung biasanya tampak pada keadaan
berktivitas. Dengn berlanjutny gagal jantung maka kompensasi akan menjadi semakin
luring efektif.
2.1.4. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis gagal jantung secara keseluruhan sangat bergantung pada
etiologinya. Namun dapat digambarkan sebagai berikut:
a. Ortopnea, yaitu sesak saat berbaring
b. Dyspnea On Effert (DOE), yaitu sesak bila melakukan aktivitas
c. Paroxymal Nocturnal Dyspnea (PND), yaitu sesak napas tiba-tiba pada malam
hari disertai batuk
d. Berdebar-debar
e. Lekas capek
f. Batuk-batuk
Gambaran klinis gagal jantung kiri:
a. Sesak napas dyspnea on effert, paroxymal nocturnal dyspnea
b. Pernapasan cheyne stokes
c. Batuk-batuk
d. Sianosis
e. Suara sesak
f. Ronchi basah, halus, tidak nyaring di daerah basal paru hydrothorax
g. Kelainan jantung seperti pembesaran jantung, irama gallop, tachycardia
h. BMR mungkin naik
i. Kelainan pada foto roentgen
Gambaran klinis gagal jantung kanan:
a. Edema pretibia, edema presakral, asites dan hydrothorax
b. Tekanan vena jugularis meningkat (hepato jugular refluks)
c. Gangguan gastrointestinal, anorexia, mual, muntah, rasa kembung di
epigastrium
d. Nyeri tekan mungkin didapati gangguan fungsi hati tetapi perbandingan
albumin dan globulin tetap, splenomegali, hepatomegali
Syok kardiogenik
Syok kardiogenik ditandai oleh gangguan fungsi ventrikel kiri yang mengakibatkan
gangguan fungsi ventrikel kiri yaitu mengakibatkan gangguan berat pada perfusi
jaringan dan penghantaran oksigen ke jaringan yang khas pada syok kardiogenik yang
disebabkan oleh infark miokardium akut adalah hilangnya 40 % atau lebih jaringan otot
pada ventrikel kiri dan nekrosis vocal di seluruh ventrikel karena ketidakseimbangan
antara kebutuhan dan supply oksigen miokardium.
2)
Edema paru
Edema paru terjadi dengan cara yang sama seperti edema dimana saja didalam
tubuh. Factor apapun yang menyebabkan cairan interstitial paru meningkat dari batas
negative menjadi batas positif.
5
b.
2.2.
c. Batuk-batuk
d. Sianosis
e. Suara serak
f. Ronchi basah, halus tidak nyaring di daerah basal paru hydrothorax
g. Kelainan jantung seperti pembesaran jantung, irama gallop, tachycardia
h. BMR mungkin naik
i. Kelainan pada foto roentgen
2.2.4. Penatalaksanaan
Tindakan umum. Ada berbagai pendekatan pada penatalaksanaan syok
kardiogenik. Setiap disritmia mayor harus dikoreksi karena mungkin dapat
menyebabkan atau berperan pada terjadinya syok. Bila dari hasil pengukuran
tekanan diduga atau terdeteksi terjadi hipovolemia atau volume intravaskuler
rendah. Pasien harus diberi infus IV untuk menambah jumlah cairan dalam sistem
sirkulasi. Bila terjadi hipoksia, berikan oksigen, kadang dengan tekanan positif bila
aliran biasa tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan jaringan.
Farmakoterapi. Terapi medis dipilih dan diarahkan sesuai dengan curah
jantung dan tekanan darah arteri rerata. Salah satu kelompok obat yang biasa
digunakan adalah katekolamin yang dapat meningkatkan tekanan darah dan curah
jantung. Namun demikian mereka cenderung meningkatkan beban kerja jantung
dengan meningkatkan kebutuhan oksigen.
Bahan vasoaktif seperti natrium nitroprusida dan nitrogliserin adalah obat yang
efektif untuk menurunkan tekanan darah sehingga kerja jantung menurun. Bahanbahan ini menyebabkan arteri dan vena mengalami dilatasi, sehingga
menimbulkan lebih banyak pintasan volume intravaskuler keperifer dan
menyebabkan penurunan preload dan afterload. Bahan vasoaktif ini biasanya
diberikan bersama dopamin, suatu vasopresor yang membantu memelihara
tekanan darah yang adekuat.
Pompa Balon Intra Aorta. Terapi lain yang digunakan untuk menangani syok
kardiogenik meliputi penggunaan alat bantu sirkulasi. Sistem bantuan mekanis
yang paling sering digunakan adalah Pompa Balon Intra Aorta (IABP = Intra Aorta
Baloon Pump). IABP menggunakan counterpulsation internal untuk menguatkan
kerja pemompaan jantung dengan cara pengembangan dan pengempisan balon
secara teratur yang diletakkan di aorta descendens. Alat ini dihubungkan dengan
10
Pemberian oksigen
12
Diagnosa
keperawatan
Penurunan perfusi
jaringan behubungan
dngan menurunnya
curah jantung ,
hipoksemia jaringan,
asidosis, dan
kemungkinan
thrombus atau
emboli
Kerusakan
pertukarann gas
Dapat dihubungkan
oleh :
Gangguan aliran
darah ke alveoli atau
kegagalan utama
paru, perubahan
membran alveolarkapiler ( atelektasis ,
kolaps jalan nafas/
alveolar edema
paru/efusi, sekresi
berlebihan /
perdarahan aktif
Kemungkinan
dibuktikan oleh :
Dispnea berat,
gelisah, sianosis,
Tujuan
Gangguan perfusi
jaringan berkurang /
tidak meluas selama
dilakukan tindakan
perawatan di RS.
KH :
Daerah perifer
hangat, tak sianosis,
gambaran EKG tak
menunjukan
perluasan infark RR
16-24 x/ menit tak
terdapat clubbing
finger, kapiler refill 35 detik, nadi 60-100x
/ menit, TD 120/80
mmHg
Oksigenasi dengan
GDA dalam rentang
normal (pa O2 <> 45
mmHg dan Saturasi
<> 45 mmHg dan
Saturasi <
style="font-style:
italic;"
13
Perencanaan
Intervensi
Monitor Frekuensi dan
irama jantung
Observasi perubahan status
mental
Observasi warna dan suhu
kulit / membran mukosa
Ukur haluaran urin dan
catat berat jenisnya
Kolaborasi : Berikan cairan
IV l sesuai indikasi
Pantau Pemeriksaan
diagnostik / dan
laboratorium mis EKG,
elektrolit , GDA( Pa O2, Pa
CO2 dan saturasi O2 ). Dan
Pemberian oksigen
Catat frekuensi & kedalaman
pernafasan, penggunaan otot Bantu
pernafasan
Auskultasi paru untuk mengetahui
penurunan / tidak adanya bunyi
nafas dan adanya bunyi tambahan
missal krakles, ronki dll.
Lakukan tindakan untuk
memperbaiki / mempertahankan
jalan nafas misalnya , batuk,
penghisapan lendir dll.
Tinggikan kepala / tempat tidur
sesuai kebutuhan / toleransi pasien
Kaji toleransi aktifitas misalnya
keluhan kelemahan/ kelelahan
selama kerja atau tanda vital
berubah.
perubahan GDA,
hipoksemia
3.
Kemungkinan
terhadap kelebihan
volume cairan
ekstravaskuler
Faktor resiko
meliputi :
Penurunan perfusi
ginjal, peningkatan
natrium/ retensi air,
peningkatan tekanan
hidrostatik atau
penurunan protein
plasma ( menyerap
cairan dalam area
interstisial/ jaringan )
Kemunkinan
dibuktikan oleh :
tidak adanya tandatanda dan gejala
gejala membuat
diagnosa actual.
Keseimbangan
volume cairan dapat
dipertahankan
selama dilakukan
tindakan
keperawatan selama
di RS.
KH:
Mempertahankan
keseimbangan cairan
seperti dibuktikan
oleh tekanan darah
dalam batas normal,
tak ada distensi vena
perifer/ vena dan
edema dependen,
paru bersih dan berat
badan ideal ( BB
idealTB 100 10
%)
Intoleransi aktifitas
dalam pemenuhan
kebutuhan sehari-
Terjadi peningkatan
toleransi pada klien
setelah dilaksanakan
14
hari
Dapat dihubungakan
dengan :
ketidakseimbangan
antar suplai oksigen
miocard dan
kebutuhan, adanya
iskemik/ nekrotik
jaringan miocard.
tindakan
keperawatan selama
di RS
KH: : frekuensi
jantung 60-100 x/
menit dan TD 120-80
mmHg
15
aktifitas
Tingkatkan istirahat ( di tempat
tidur )
Batasi aktifitas pada dasar nyeri dan
berikan aktifitas sensori yang tidak
berat.
Jelaskan pola peningkatan bertahap
dari tingkat aktifitas, contoh bengun
dari kursi bila tidak ada nyeri,
ambulasi dan istirahat selam 1 jam
setelah mkan.
Kaji ulang tanda gangguan yang
menunjukan tidak toleran terhadap
aktifitas atau memerlukan pelaporan
pada dokter.
CHF ( Congesift
hate
2.4. WOC
Disfungsi
miokardium
Hipertensi otot
jantung
Hipoksia asidosis
Infark
miokardium
MK : Penurunan
curah jantung
Gagal jantung
kiri
Gagal jantung
kanan
Tidak mampu
memompa darah
ke aorta
Tidak mampu
mengosongkan
volume darah
dengan adekuat
Penaikan tekanan
Cairan terdorong
ke jaringan paru
Penimbunan
cairan dalam
alveoli
MK : Kerusakan
pertukaran gas
Dispnea batuk 16
Tidak dapat
mengakomodasi
kan darah secara
normal kembali
Edema
ekstremitas
bawah
Penaikan BB,
DVJ, anoreksia
MK : Perubahan
nutrisi kurang
dari kebutuhan
A. PENGKAJIAN
I.
IDENTITAS KLIEN
Nama
: Tn. A
Alamat
: Pare
Agama
: Islam
Usia
: 55 tahun
3.
17
Perifer
Kaji adanya udem di bagian extrimitas bawah
Distesi Vena Jugular
Jugularis Venous Pressure meningkat.
Urine
Pasien mengalami oliguria atau anuria. UT 500 cc/24 Jam, Pekat
Aktivitas dan istirahat
Gelisah, sesak, peningkatan berat badan
Sirkulasi
KU lemah
Vital Sign :
TD 90/50 mmHg
HR 60 x/m
RR 24 x/m (distress pernafasan)
Integritas ego
Tidak terkaji
Makanan dan cairan
Tidak ada keluhan
Higiene
Cukup bersih
Extrimitas
Oedema extrimitas bawah +/+
Neurosensori
Tidak terkaji
Nyeri dan kenyamanan
Tidak tenang, gelisah
Keamanan
Tidak terkaji
Interaksi sosial
Tidak terkaji
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.
Pemeriksaan Diagnostik
18
EKG
Hipertropi atrium atau ventrikel, iskemia Kenaikan segmen ST/T, bacaan OMI
Sonogram(ekokardiogram, ekokardiogram dopple)
Menunjukan dimensi perbesaran bilik, perubahan dalam fungsi/ struktur katup atau
area penurunan kontraktilitas ventrikular
Roentgen dada
Dapat menunjuk perbesaran jantung (cardiomegali), bayangan mencerminkan
dilatasi bilik, atau perubahan dalam pembuluh darah mencerminkan peningkatan
takanan pulmonal. Kontur abnormal, misal, bulging pada perbatasan jantung kiri,
dapat menunjukan anuerisma ventrikel.
2
Pemeriksaan Laboratorium
enzim hepar (SGOT, SGPT)
meningkat
elektrolit (Natrium, Kalium, Kalsium)
Berubah karena perpindahan cairan/ penurunan fungsi ginjal, atau karena adanya
terapi diuretik
Oksimetri nadi
saturasi oksigen mungkin rendah, terutama jika GJK akut memperburuk PPOM
atau GJK kronis
AGD
Gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkalosis respiratorik ringan atau hipoksemia
dengan peningkatan PCO2
BUN, Kreatinin
Peningkatan BUN menandakan penurunan perfusi ginjal. Kenaikan baik BUN dan
kreatinin merupakan indikasi gagal ginjal
Albumin/Transferin serum
Mungkin menurun sebagai akibat penurunan masukan protein atau penurunan
sistesis protein dalam hepar yang mengalami kongesti
Pemeriksaan Tiroid (T-3, T-4)
Peningkatan aktivitas tiroid menurunkan hiperaktivitas tiroid sebagai pre- pencetus
GJK
19
ANALISA DATA
Analisa data
DS:
Klien mengatakan mudah lelah,
sering, susah bernafas, sesak / nafas
pendek.
Masalah keperawatan
Penurunan curah jantung
DO:
KU lemah
Vital Sign :
TD 90/50 mmHg
HR 60 x/m
RR
24
x/m
(distress
pernafasan)
EKG
Hipertropi atrium atau ventrikel,
iskemia Kenaikan segmen ST/T,
bacaan OMI
Penurunan haluran urine,
Pasien mengalami oliguria
atau anuria. UT 500 cc/24
Jam, Pekat
Peningkatan JVP
Oedema extrimitas bawah +/+
DS:
Klien mengeluh sesak nafas dan
kedua kaki bengkak
DO:
Ortopnea, bunyi jantung S1 dan
S2 tunggal
Oliguria, edema extrimitas +/+,
JVC Meningkat, peningkatan
berat badan, distres pernapasan
Vital Sign :
TD 90/50 mmHg
HR 60 x/m
RR
24
x/m
(distress
pernafasan)
20
Diagnosa keperawatan
penurunan curah jantung
berhubungan dengan perubahan
kontraktilitas miokard/perubahan
inotropik, perubahan frekuensi,
irama, konduksi listrik, perubahan
struktural
INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas
miokard/perubahan inotropik, perubahan frekuensi, irama, konduksi listrik,
perubahan structural
tujuan: curah jantung mencukupi untuk kebutuhan individual
Krtiteria evaluasi:
a.
terkontrol atau hilang) dan bebas gejala gagal jantung (mis. Parameter
hemodinamik dalam batas normal, haluaran urin adekuat)
b. melaporkan penurunana episode dispnea, angina
c. ikut serta dlam aktivitas yang mengurangi bebab kerja jantung.
Penurunan curah jantung
b/d gangguan irama jantung,
stroke volume, pre load dan
afterload, kontraktilitas
jantung.
DO/DS:
- Aritmia, takikardia,
bradikardia
- Palpitasi, oedem
- Kelelahan
- Peningkatan/penurunan JVP
- Distensi vena jugularis
- Kulit dingin dan lembab
- Penurunan denyut nadi
perifer
- Oliguria, kaplari refill
lambat
- Nafas pendek/ sesak nafas
- Perubahan warna kulit
- Batuk, bunyi jantung S3/S4
- Kecemasan
NOC :
Cardiac Pump
effectiveness
Circulation Status
Vital Sign Status
Tissue perfusion: perifer
Setelah dilakukan asuhan
selamapenurunan
kardiak output klien
teratasi dengan kriteria
hasil:
Tanda Vital dalam
rentang normal
(Tekanan darah, Nadi,
respirasi)
Dapat mentoleransi
aktivitas, tidak ada
kelelahan
Tidak ada edema paru,
perifer, dan tidak ada
asites
Tidak ada penurunan
kesadaran
AGD dalam batas
normal
Tidak ada distensi vena
leher
Warna kulit normal
21
NIC :
Evaluasi adanya nyeri dada
Catat adanya disritmia jantung
Catat adanya tanda dan gejala
penurunan cardiac putput
Monitor status pernafasan
yang
menandakan gagal jantung
Monitor balance cairan
Monitor respon pasien
terhadap efek
pengobatan antiaritmia
Atur periode latihan dan
istirahat untuk
menghindari kelelahan
Monitor toleransi aktivitas
pasien
Monitor adanya dyspneu,
fatigue,
tekipneu dan ortopneu
Anjurkan untuk menurunkan
stress
Monitor TD, nadi, suhu, dan
RR
Monitor VS saat pasien
berbaring, duduk,
atau berdiri
Auskultasi TD pada kedua
lengan dan
bandingkan
Monitor TD, nadi, RR,
sebelum, selama,
dan setelah aktivitas
22
2.
NOC :
Electrolit
and acid base
balance
Fluid
balance
Hydration
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama .
Kelebihan volume cairan
teratasi dengan kriteria:
Terbebas
dari edema, efusi,
anaskara
Bunyi nafas
bersih, tidak ada
dyspneu/ortopneu
Terbebas
dari distensi vena
jugularis,
Memelihara
tekanan vena sentral,
tekanan kapiler paru,
output jantung dan
vital sign DBN
Terbebas
dari kelelahan,
kecemasan atau
bingung
23
NIC :
Pertahankan catatan intake
dan
output yang akurat
Pasang urin kateter jika
diperlukan
Monitor hasil lab yang
sesuai
dengan retensi cairan (BUN ,
Hmt ,
osmolalitas urin )
Monitor vital sign
Monitor indikasi retensi /
kelebihan
cairan (cracles, CVP , edema,
distensi
vena leher, asites)
Kaji lokasi dan luas edema
Monitor masukan makanan
/ cairan
Monitor status nutrisi
Berikan diuretik sesuai
interuksi
Kolaborasi pemberian obat:
....................................
Monitor berat badan
Monitor elektrolit
Monitor tanda dan gejala
dari
Odema
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Gagal jantung kongestif adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah
dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadap oksigen dan
nutrien.
Syok kardiogenik ditandai oleh gangguan fungsi ventrikel kiri yang
mengakibatkan gangguan mengakibatkan gangguan fungsi ventrikel kiri yaitu
mengakibatkan gangguan berat pada perfusi jaringan dan penghantaran oksigen ke
jaringan yang khas pada syok kardiogenik yang disebabkan oleh infark miokardium akut
adalah hilangnya 40% atau lebih jaringan otot pada ventrikel kiri dan nekrosis vocal di
seluruh ventrikel karena ketidakseimbangan antara kebutuhan dan suplai oksigen
miokardium. Gmbaran klinis gagal jantung kiri
3.2
24
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth.1997.Buku Aja Keperawatan Mdikal Bedah EGC: Jakarta
Gallo & Hudak, Keperawatan Kritis, edisi VI, 1997, EGC Jakarta Doenges E.
Marlynn, Rencana Asuhan Keperawatan , 2000, EGC, Jakarta.
www.google.com
Muttaqin,
Arif.
2010. Asuhan
Keperawatan
Klien
Dengan
Gangguan
Arif.
Aescupulapius
Sylvia Anderson
2000.Kapita
Price,
Selekta
Kedokteran.Ed.3. Jakarta:
2005. Patofisiologi:Konsep
klinis
Media
proses-proses
iv