Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Diantara penyakit generatif, diabetes adalah salah satu di antara penyakit
tidak menular yang akan meningkat jumlahnya di masa datang. Diabetes sudah
merupakan salah satu ancaman utama bagi kesehatan umat manusia pada abad 21.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) membuat perkiraan bahwa pada tahun 2000
jumlah pengidap diabetes di atas umur 20 tahun berjumlah 150 juta orang dan
dalam kurun waktu 25 tahun kemudian, pada tahun 2025, jumlah itu akan
membengkak menjadi 300 juta orang.
Peningkatan
insidensi
diabetes
mellitus,
diikuti
oleh
meningkatnya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2009, diabetes
mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau
kedua-duanya3.
B. KLASIFIKASI DAN ETIOLOGI3
1. Diabetes mellitus tipe 1
Destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut
- Autoimun
- Idiopatik
2. Diabete mellitus tipe 2
Bervariasi mulai yang terutama dominan resistensi insulin disertai
defisiensi insulin relatif sampai yang terutama defek sekresi insulin
disertai resistensi insulin.
3. Tipe lain
a. Defek genetik fungsi sel beta
b. Defek genetik kerja insulin
c. Penyakit eksokrin pankreas
d. Endokrinopati
e. Karena obat atau zat kimia
f. Infeksi
g. Sebab imunologi yang terjadi
h. Sindrom imunologi yang jarang
i. Sindrom genetik lain yang berkaitan dengan DM
4. Diabetes Mellitus gestasional
C. PATOFISIOLOGI
DM Tipe 1 ( DMT 1 = Diabetes Mellitus Tergantung Insulin )
DMT 1 merupakan Diabetes Mellitus yang tergantung insulin.
Pada DMT 1 kelainan terletak pada sel beta yang bisa idiopatik atau
imunologik. Pankreas tidak mampu sintesis dan sekresi insulin dalam
kuantitas dan atau kualitas yang cukup, bahkan kadang-kadang tidak ada
sekresi insulin sama sekali. Jadi pada kasus ini terdapat kekurangan
insulin secara absolut.(Askandar Tjokroprawiro, 2007)
Pada DMT 1 biasanya reseptor insulin di jaringan perifer kuantitas
dan kualitasnya cukup atau normal ( jumlah reseptor insulin DMT 1
antara 30.000-35.000 ) jumlah reseptor insulin pada orang normal
35.000. sedang pada DM dengan obesitas 20.000 reseptor insulin.
(Askandar Tjokroprawiro, 2007)
DM Tipe 2 ( diabetes mellitus tidak tergantung insulin = DMT 2 )
DMT 2 adalah DM tidak tergantung insulin. Pada tipe ini, pada awalnya
kelainan terletak pada jaringan perifer ( resistensi insulin ) dan kemudian
disusul dengan disfungsi sel beta pankreas ( defek pada fase pertama
sekresi insulin ), yaitu sebagai berikut : ( Askandar Tjokroprawiro, 2007)
1. Sekresi insulin oleh pankreas mungkin cukup atau kurang, namun terdapat
keterlambatan sekresi insulin fase 1 ( fase cepat ), sehingga glukosa sudah
diabsorbsi masuk darah tetapi jumlah insulin yang efektif belum memadai.
2. Jumlah reseptor di jaringan perifer kurang ( antara 20.000-30.000 ) pada
obesitas jumlah reseptor bahkan hanya 20.000.
3. Kadang-kadang jumlah reseptor cukup, tetapi kualitas reseptor jelek,
sehingga kerja insulin tidak efektif ( insulin binding atau afinitas atau
sensitifitas insulin terganggu)
4. Terdapat kelainan di pasca reseptor sehingga proses glikolisis intraselluler
terganggu.
5. Adanya kelainan campuran diantara nomer 1,2,3 dan 4
D. DIAGNOSIS3
Diagnosis diabetes mellitus ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar
glukosa darah. Selain itu, berbagai keluhan klasik penyandang diabetes
seperti poliuria, polidipsia, polifagia dan penurunan berat badan yang tidak
dapat dijelaskan sebabnya juga dapat dicurigai adanya DM.
Diagnosis DM dapat ditegakkan melalui tiga cara:
a. Jika keluhan klasik ditemukan, maka pemeriksaan glukosa plasma
sewaktu > 200 mg/dL sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM.
b. Pemeriksaan glukosa plasma puasa 126 mg/dL dengan adanya keluhan
klasik.
c. Tes toleransi glukosa oral (TTGO).
Langkah-langkah Diagnostik DM dan Gangguan toleransi glukosa
Keluhan klinis
diabetes
KeluhanKhas (+)
GDP
GDS
126
200
KeluhanKhas (-)
< 126
< 200
GDP
GDS
126
200
110-125
< 110
110-199
GDP
GDS
126
200
TTGO GD 2 Jam
< 126
< 200
> 200
Diabetes militus
140-199
TGT
< 140
GDPT
Normal
E. TERAPI
Penatalaksanaan dasar terapi DM meliputi pentalogi terapi DM :
( Askandar Tjokroprawiro, 2007 )
Terapi primer :
1. Latihan Fisik ( LF ) : primer dan sekunder
2. Diet
Terapi Sekunder :
3. Obat hipoglikemia ( OHO dan insulin )
4. Cangkok pankreas
1. Latihan Fisik ( LF ) untuk Diabetes Mellitus : LF Primer dan Sekunder
Semua penderita DM dianjurkan latihan ringan teratur setiap harinya pada
saat 1 jam sesudah makan, termasuk penderita yang dirawat di Rumah Sakit.
2. Diet Diabetes Mellitus
Macam KAD
pH darah
Bikarbonat darah
Ringan
KAD ringan
7,30 7,35
(BIK)
15-20 mEq / l
Sedang
Prekoma diabetik
7,20 7,30
12-15 mEq / l
Berat
Koma Diabetik ( KD )
6,90 7,20
8-12 mEq / l
Sangat Berat
KD berat
< 6,90
< 8 mEq / l
Kelelahan mata
b. Penyebab
- sumbu depan belakang lebih panjang dibanding normal
- lengkung kornea lebih kuat dari normal
- lensa mata menjadi lebih cembung
c. katarak irreversible
katarak adalah suatu kekeruhan lensa. Katarak biasa ditandai
dengan
terjadinya
edema
lensa,perubahan
protein,peningkatan
Ketidakseimbangan protein
Protein lensa
berkoagulasi
Membentuk daerah
keruh menggantikan
Kekeruhan
Glukosa
darah 240
mg/dl
Kadar glukosa
darah
Kadar glukosa
pada aquous
Glukosa dlm
Glukosa---sorbitol
oleh enzim redukse
aldotaseenzim
2. Diagnosis
a. Kartu snellen: untuk mengoreksi tajam penglihatan,pada stadium
insipien dan imatur dicoba untuk koreksi
b. Lampu senter: untuk memeriksa pupil. Reflek pupil masih
normal,tampak kekeruhan pada lensa, terutama bila pupil
dilebarkan.
c. Oftalmoskopi: pupil dilebarkan dahulu, maka pada katarak insipien
dan imatur akan tampak kekeruhan,kehitam-hitaman dengan latar
belakang kemerah-merahan,sedang katarak matur tampak warna
kehitaman.
d. Slitlamp: untuk mengetahui posisi dan tebal kekeruhan.
3. Pengobatan
a. Non-bedah: medriatik siklopegik dapat digunakan untuk katarak
yang kecil
b. Bedah: dilakukan bila katarak sudah mengganggu pekerjaan
sehari-hari atau bila katarak senilis sudah matur.
d. Glaukoma
Gloukoma adalah neuropati optik yang disebabkan oleh tekanan
intraokuler yang relatif tinggi,yang ditandai oleh kelainan lapang pandang
yang khas dan atrofi papil saraf optik.
Pada penderita neuropati diabetes sering terjadi neovaskularisasi
sudut. Hal tersebut terjadi karena adanya iskemik retina yang merangsang
terbentuknya pembuluh darah baru (neovaskularisasi) yang rapuh diretina.
Neovaskuler ini juga dapat terjadi pada iris dan sudut iridokorneal
akibatnya iris akan melekat pada trabekulum meswork sehingga aliran
cairan aquous terganggu dan TIO meningkat.
a. Diagnosis
-
b. Pemeriksaan penunjang
-
Tonometer
Kampus visi
Provokasi test
Foto fundus
3. Retinopati DM = RD
a. Non Prolifeverative Retinopathy
b. Proliferative Retinopathy )
4. Perdarahan Corpus Vitreum
DAFTAR PUSTAKA
1. Sudoyo, A dkk. 2009.
2. Wulandari N.2003
3. PERKENI. 2011. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes
Mellitus tipe 2 di Indonesia. Jakarta
4. Price