Professional Documents
Culture Documents
IIPAN
ATIMUR
l!z
31
B
1
-b'
Bonggas L. Tohing
Depa
rte m e n
Te kn i k El e ktro
Fakultas Teknik
Universitas Sumatera Utara, Medan
PENERBIT ERIANGGA
Jl. H. Baping Raya No. 100
Ciracas, Jakarta 13740
http :i/www.erlangga. co. id
(Anggora IKAPI)
MILIK
Brdrn Pcrpustakesn
dan
I
KcareiPan
Jelrs-Trrr'$-ProPlnsi
r . ur/"--
\;;a7opr/n
/top,
Buku ini diset dan dilayout oleh Bagian Produksi Penerbit Erlangga
dengan Power MacPro
161514131254321
Dilarang keras mengutip, menjiplak, memfotokapi, atau memperbanyak dalam
bentuk apapun, baik sebagian atau keseluruhan isi buku ini, serta
memperjualbelikannya tanpa izin tertulis dari Penerbit Erlangga.
Daftar lsi
tx
Tentang Penulis
Prakata Edisi Pertama
Prakata Edisi Kedua
Daftar Lambang dan Satuan
x
xi
xii
Pendahuluan
1.1
1-2
1.3
1.4
1.5.
1.6.
1.7.
1.8.
Bab
Gardu lnduk
Komponen Gardu lnduk
Sistem lsolasi Peralatan Tegangan Tinggi
Konduktor Peralatan Tegangan 1-inggi
Sistem Pendinginan Peralatan Tegangan Tinggi
Penyambung Tegangan T'inggi
Alat Pelindung Peralatan Tegangan linggi
4
4
7
7
8
9
Pemutus Daya
2.1
2.2
2.3
2.4
10
lonisasi
14
Deionisasi
75
2.5
2.6
2.7
11
12
13
Emisi
16
17
17
18
19
Resistif
Kapasitif
20
Induktif
22
23
24
Rangkaian
Rangkaian
Rangkaian
Rangkaian
Ra
2.8
10
ng ka
ia
21
Seri lnduktif-Kapasitif
In
du
ktif-
Re
18
si
stif
25
25
vi
Peralatan Tegangan
Pemutus
Pemutus
Pemutus
Pemutus
2.9
2.10
Bab
rnggi
Daya Minyak
Daya Udara-Tekan
Daya Vakum
Daya SF6
31
32
33
33
2.11
37
Konduktor
3.1
3.2
3.3
3.4
3.5
3.6
Kabel
34
36
38
38
38
39
ParameterKonduktor
Pemilihan Ukuran Konduktor
41
43
Rel Daya
Gaya dan Tekanan pada Rel Tunggal
Gaya dan Tekanan pada Rel Multi Batang
Bab
26
28
30
43
44
45
46
49
53
4.2
4.3
Tegangan Lebih
Prinsip Kerja Alat Pelindung Tegangan Lebih
Sela Batang
53
55
56
56
57
4.4
4.5
Arus Susulan
Arester Ekspulsl
Arester Katup
4.1
4.7
4.8
4.9
Bab 5
5.1
5.2
58
60
60
61
63
64
65
oo
66
68
68
74
77
80
Sakelar Pemisah
Konstruksi Sakelar Pemisah
Fungsi Sakelar Pemisah
83
83
85
vil
Daftar lsi
Sakelar Pemisah
Bab
Trafo Tegangan
6.1
6.2
6.3
6.4
6.5
6.6
6.7
6.8
Bab
86
87
88
88
90
91
93
93
94
94
95
97
97
98
101
105
105
107
108
108
110
112
114
Uii Jenis
114
Uii Rutin
Uji Khusus
114
115
115
6.9
Trafo Arus
7.1
7.2
7.3
7.4
7.5
7.6
7.7
116
127
127
7.8
129
129
130
134
7.9
7.10
116
117
119
123
125
126
128
131
131
133
134
136
vilt
7.11
7.12
Uji Rutin
Uji Tambahan
Bab
Porselen
Gelas
Bahan Komposit
8.6 KarakteristikElektriklsolator
8.7 KarakteristikMekanislsolator
8.8 lsolator Terpolusi
Pengaruh Polutan terhadap Kinerja lsolator
Penentuan Jarak Rambat lsolator
Penetapan Tingkat Bobot polusi lsolator
8.10
Bushing
Konstruksi Bushing
Pemerataan Distribusi Tegangan pada Bushing
Bab
9.1
9.2
9.3
9.4
9.5
Jenis-JenisKapasitor
Konstruksi Sel Kapasitor
Daya dan Energi suatu Kapasitor
Kapasitor Gulung
Rancangan suatu Kapasitor Gulung
Kapasitansi Gulungan
i a I m preg nasi Di el ektri k
Kuat Medan pada Kapasitor
Rancangan Kapasitor lmpuls
Med
9.6
9.7
9.8
9.9
9.10
141
141
142
142
142
8.9
137
138
139
143
143
144
145
147
149
149
149
151
152
156
157
157
158
159
160
161
162
166
167
168
169
174
174
176
178
180
181
181
782
183
184
185
186
189
190
191
191
lx
Daftar lsi
Uji Rutin
Uji Lapangan
Bab 10
10.1
10.2
10.3
192
Trafo Daya
193
193
195
194
195
197
197
198
Minyak Trafo
200
10.6
10.7
191
Lampiran
201
202
203
205
207
209
211
217
Daftar Pustaka
223
lndeks
225
218
220
221
222
Tentang Penulis
Energi Baru Terbarukan, Departemen ESDM RI. Dalam kerja-sama antar perguruan
tinggi, beliau menjadi editor jurnal "Rekayasa Elektrika", universitas Syiah Kuala
(2004) dan menjadi pengurus "Forum Studi Teknik Tegangan Tinggi Antar
IJniversitas,'
(1999-2004). Dalam organisasi profesi, beliau adalah anggota "lnternational
Council
on Large Electric Systems" (CIGRE).
erkembangan sistem tenaga listrik yang pesat membuat peralatan tegangan tinggi
menjadi bidang studi yang penting bagi mahasiswa teknik tenaga listrik dan juga
bagi para teknisi yang berkecimpung dalam perusahaan energi listrik maupun
perusahaan jasa rekayasa kelistrikan. Mengingat pentingnya studi ini, maka Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan RI telah menetapkan studi Peralatan Tegangan Tinggi
menjadi mata kuliah keahlian dalam kurikulum nasional bidang Teknik Elektro. Karena
Peralatan Tegangan Tinggi merupakan mata kuliah yang baru beberapa tahun terakhir ini
diajarkan di Jurusan Teknik Elektro, maka buku-buku acuan terbitan lokal yang secara
khusus membahas peralatan tegangan tinggi belum ada. Hal inilah yang mendorong
Penulis menyusun buku ini.
Lingkup studi yang akan disajikan dalam buku ini antara lain meliputi: konstruksi,
prinsip kerja dan karakteristik dari peralatan tegangan tinggi yang dijumpai pada gardu
induk. Buku ini juga menyajikan dasar-dasar perencanaan untuk menentukan spesi{ikasi
suatu peralatan untuk suatu keperluan teftentu. Dengan demikian, mahasislva yang telah
mempelajari buku ini dapat mengembangkannya nanti setelah bekerja di lapangan
Penulis menyadari bahwa buku ini belum sempurna. Oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran-saran dari rekan-rekan untuk penyempurnaan isi dan
lingkup bahasannya.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada para asisten mahasisr'va dan rekanrekan staf pengajar di Laboratorium Teknik Tegangan Tinggi, Fakultas Teknik USU,
yang membantu penulis menyusun buku ini.
Akhir kata, semoga buku ini bermanfaat bagi kita semua.
eralatan Tegangan Tinggi, edisi kedua, adalah edisi terbaru hasil penyempurnaan
dari edisi pertama. Penerbitan edisi kedua ini merupakan perwujudan dari respons
positif dan masukan yang penulis terima dari para pengguna. Dalam buku edisi
kedua ini, sejumlah koreksi dan penambahan materi telah dilakukan, dengan maksud
agar isi buku ini semakin mudah dipahami dan semakin lengkap materinya.
Buku ini diharapkan dapat menjadi referensi yang berguna dar. up-to-date bagi
mahasiswa teknik elektro yang mendalami program studi teknik tenaga listrik, khususnya
bagi peserta mata kuliah Peralatan Tegangan Tinggi (yang dianggap sangat penting
sehingga ditetapkan sebagai mata kuliah keahlian dalam kurikulum nasional). Buku ini
juga bermanfaat bagi para praktisi dan profesional industri yang berkecimpung dalam
bidang teknik tenaga listrik baik di perusahaan energi listrik maupun di perusahaan jasa
rekayasa kelistrikan. Selain itu, para guru di sekolah kejuruan teknik elektro pun dapat
menjadikan buku ini sebagai salah satu referensi pendamping dan penambah-wawasan
dalam proses belajar-mengajar yang mereka laksanakan.
Buku ini bertujuan memperkenalkan para pembaca kepada peralatan-peralatan
tegangan tinggi yang dijumpai pada sistem tenaga listrik; terutama dari sisi konstruksi,
prinsip kerja, karakteristik, serta hal-hal yang membedakan peralatan tegangan tinggi
tersebut dengan peralatan tegangan rendah. Buku ini juga menyajikan konsep dasar
perencanaan untuk menentukan spesiflkasi suatu peralatan untuk suatu keperluan tertentu
dan konsep dasar perancangan isolasi peralatan tegangan tinggi. Dengan demikian,
mahasiswa yang telah mempelajari buku ini diharapkan dapat mengembangkannya
nanti setelah bekerja di lapangan
Akhirnya, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada pihak editorial Penerbit
Erlangga yang telah membantu proses produksi naskah sehingga bisa terbit sebagai
buku. Penulis juga sangat berterimakasih kepada rekan-rekan akademisi dan para
pengguna yang telah memberikan masukan berharga untuk perbaikan buku ini. Penulis
juga menanti segala masukan yang bermanfaat untuk buku ini sehingga ke depannya
buku ini akan semakin sempurna dan semakin bermanfaat bagi para pengguna.
Bonggas L. Tobing
Medan, Juni 2012
Lambang
Penjelasan
Satuan
Lambang
Penjelasan
Satuan
(t)
Kecepatan sudut
frekuensi tegangan
radian/sekon
Konduktivitas
mho'm,/mm2
Galat sudut
menlt
Harga energi
terbuang
Resistivitas
ohm mmr/m
Hk
(T
N/cm2
I. i
Arus
ampere
Faktor penyangga
terhadap tekanan
J,JT
Jarak
mm, cm, m
Volume
Gaya gerak
magnetik
cm3
A-belitan/m
$/kW-Tahun
$/kg
konduktor
Faktor penyangga
terhadap tekanan
_/RS
isolator
K
spesifik isolator
pemutusan arus
maksimum
mmHg
Equivalent Salt
Deposit Density
(ESDD)
,l'
U
mm/kV
Faktor kemampuan
Faktor komponen
dc dalam arus subtransien
Jarak rambat
.C
Faktor koreksi
diamater isolator
m/ps
Faktor perkalian
momen inersia
7o
Temperatur
Kecepatan rambat
tegangan impuls
ukur
Kecuraman muka
gelombang tegangan
impuls
kV/ps
k.
Fluks
weber
Faktor transformasi
aktual trafo arus
lJo
Permeabilitas udara
Faktor transformasi
pengenal trafo arus
4,7r
lO-7
Hlm
Faktor koreksi
kelembabam udara
mg/cm2
xiv
Lambang
Penjelasan
Kekuatan mulur
minimum
Satuan
Lambang
Penjelasan
N/cm2
Faktor transformasi
tegangan aktual
Satuan
pengukuran
AP
Rugi-rugi daya
AV
Jatuh tegangan
Faktor transformasi
pembagi tegangan
watt
tegangan
voh
Induktansi
Panjang
kapasitif
Faktor transformasi
0
tegangan sistem
pengukuran
tor
henry
mm, cm, m
mm
Faktor transformasi
a
pengenal trafo
tegangan
Luas
Tekanan udara
Bunga uang
Modulus Young
N/mm2
mm2. m2
kg/cm:
mmHg
Vo
Kapasitansi
farad
Jarak minimum
antar sirip isolator
mm
cos
(p
Faktor daya
Konsentrasi garam
dalam air murni
E,,
PF
kg/m
Jumlah belitan
belitan
Panjang rentangan
sirip isolator
Daya
aktif
mm
watt
Vo
ft
Resistansi
Diamater isolator
mm
Daya
volt
Waktu
detik (sekon)
volt/cm
Tegangan
Hz
Momen tahanan
cm:
newton
Reaktansi
ohm
9,81m/s2
Impedansi
ohm
Frekuensi
Gaya
Percepatan gravitasi
ohm
volt, kV
Bab
Pendahuluan
1.1
=
1 =
R =
dengan AP
pusat
1.1
37zP
Gardu Induk
Distribusi
Transmisi
Pembangkit
GAMBAR
1.1
Gardu Induk
Dengan mengabaikan arus kapasitif pada transmisi, makh arus di sepanjang kawat
transmisi dapat dianggap sama dan besarnya adalah sama dengan arus pada ujung
penerima transmisi. Jika P sama dengan daya beban pada ujung penerima transmisi
(watt), v. sama dengan tegangan fasa-ke-fasa ujung penerima transmisi (volt) dan cos
g sama dengan faktor daya beban, maka arus pada kawat transmisi adalah:
I=L
t.2
{54cose
LP = .P2R.
Vr, cos2 g
1.3
'
Terlihat bahwa rugi-rugi transmisi berbanding lurus dengan resistansi konduktor dan
berbanding terbalik dengan kuadrat tegangan transmisi, sehingga pengurangan rugi-rugi
yang diperoleh dari peninggian tegangan transmisi jauh lebih besar daripada pengurangan
rugi-rugi dari pengurangan resistansi konduktor. Maka, rugi-rugi transmisi dikurangi
dengan mempertinggi tegangan transmisi. Hal inilah yang membuat tegangan transmisi
sistem tenaga listrik semakin tinggi dan saat ini sudah ada yang mencapai 750 kv.
1.2
GARDU INDUK
Tegangan yang dibangkitkan generator terbatas dalam belasan kilovolt, sedangkan
transmisi membutuhkan tegangan dari puluhan sampai ratusan kilovolt, sehingga di
antara pembangkit dengan transmisi dibutuhkan trafo daya step up. Maka, semua
perlengkapan yang terpasang di sisi sekunder trafo ini harus mampu memikul tegangan
tinggi. Sebaliknya, tegangan transmisi dari puluhan sampai ratusan kilovolt, sedangkan
konsumen membutuhkan tegangan dari ratusan volt sampai puluhan kilovolt, sehingga di
antara transmisi dengan konsumen dibutuhkan trafo daya step down. Semua perlengkapan
yang telpasang di sisi primer trafo ini juga harus mampu memikul tegangan tinggi.
Trafo-trafo daya ini bersama dengan perlengkapan-perlengkapannya disebut gardu induk.
Posisi suatu gardu induk pada sistem tenaga listrik diperlihatkan pada Gambar 1.2.
Jenis gardu induk dilihat dari fungsinya dibagi atas: gardu induk pembangkit, gardu
induk beban dan gardu induk hubung. sedangkan dilihat dari jenis trafo daya yang
telpasang, gardu induk dibagi atas gardu induk step up dan gardu induk step down.
Gardu Induk
Pembangkit
Pusat
Pembangkit
1
1/1s0
kv
Interkonektor
150
Gardu Induk
Pembangkit
215t150 kV
kv
Transmisi
150
Transmisi
t1t275 kY
150
kv
kv
150/20
kv
Distribusi
Gardu
Hubung
GAMBAR 1.2
Diagram garis sistem tenaga listrik interkoneksi
Bab
'1
Pendahuluan
GAMBAR 1.3
Gardu induk pasangan luar
GAMBAR 1.4
Gardu induk pasangan dalam
l..qe(
--F
H*HoH
:L)}>.....#cB
fra* rru.r
os
GAMBAR 1.5
Diagram garis suatu gardu induk
1.3
.
.
.
.
.
.
trafo tegangan(PT)
filter frekuensi tinggi (ff
sakelar pembumian (ES)
sakelar pemisah (DS)
.
.
.
.
.
Jika sistem tenaga listrik membutuhkan perbaikan faktor daya, pada gardu induk
dipasang kapasitor tegangan tinggi. Dalam buku ini akan diuraikan tentang prinsip kerja
dan karakteristik dari semua peralatan tegangan tinggi tersebut, kecuali filter frekuensi
tinggi, karena peralatan ini merupakan perangkat komunikasi radio yang lebih layak
dibicarakan dalam teknik telekomunikasi radio.
Peralatan bertegangan rendah seperti daftar di atas, bukan barang baru dalam
teknik kelistrikan. Trafo arus, kapasitor, trafo, pelindung tegangan lebih, pemutus dan
sakelar dijumpai juga pada instalasi 2201380 volt. Jika sekarang dilakukan pembahasan
secara khusus mengenai peralatan yang sama tetapi bertegangan tinggi, itu disebabkan
adanya perbedaan pada konstruksinya. Ada lima hal utama yang membedakan peralatan
tegangan tinggi dari peralatan tegangan rendah, yaitu sistem isolasinya, ukuran komponen
peralatan yang menghantarkan arus, sistem pendinginan, penyambungan konduktor dan
pelindung tegangan lebih. Berikut ini akan dijelaskan perbedaan konstruksi peralatan
tegangan tinggi dengan peralatan tegangan rendah.
1.4
,={
1.4
Karena peralatan tegangan tinggi bekerja pada tegangan yang tinggi, maka isolasinya
memikul tekanan medan elektrik yang tinggi sehingga konstruksinya harus dirancang
agar mampu memikul tekanan medan elektrik tersebut. Tujuan ini dapat dicapai dengan
Bab
Pendahuluan
memperbesar dimensi bahan isolasi dan mengendalikan tekanan medan elektrik. Maka
suatu peralatan tegangan tinggi dapat ditandai dari dimensi sistem isolasi yang lebih
besar dan adanya usaha pengendalian tekanan medan elektrik pada peralatan itu.
Untuk melihat pengaruh tegangan terhadap konstruksi isolasi suatu peralatan listrik,
pada Gambar 1.6 di bawah ini diberikan contoh perbedaan konstruksi dua isolator
pendukung yang terbuat dari bahan porselen dengan tegangan kerja masing-masing 35
kV dan 110 kV. Terlihat bahwa volume isolator pendukung 110 kV hampir 3,8 kali
volume isolator 35 kV. Dengan perkataan lain, kenaikan tegangan kerja isolator dari
35 kV menjadi 110 kV membuat volume isolator naik menjadi 3,8 kali volume awal.
Contoh di atas menunjukkan bahwa volume bahan isolasi akan bertambah dengan
bertambahnya tegangan kerja. Hal inilah yang membuat harga suatu peralatan tegangan
tinggi didominasi oleh harga bahan isolasinya. Maka perlu ada upaya untuk mengurangi
pemakaian bahan isolasi pada peralatan tegangan tinggi, yaitu dengan mengendalikan
tekanan medan elektrik yang terjadi pada peralatan tersebut. Berikut ini akan diberikan
dua cara pengendalian tekanan medan elektrik yalg dijumpai dalam praktik sehari-hari.
Cara pertama adalah dengan menata bagian-bagian peralatan yang membentuk
susunan elektroda sedemikian rupa sehingga tekanan medan elektrik pada sistem isolasi
menjadi berkurang. Pada Gambar 1.7 di halaman 6 diperlihatkan perbedaan tekanan
medan elektrik pada dua peralatan yang tegangan kerjanya sama, tetapi susunan
elektrodanya berbeda. Jika dalam hal ini volume baharlisolasi yang digunakan adalah
sama, maka bahan isolasi peralatan dengan susunan elektroda (a) dapat dipilih karena
sistem isolasi peralatan dengan susunan elektroda (rz) memikul tekanan medan elektrik
yang lebih lebih rendah daripada tekanan medan elektrik yang dipikul peralatan dengan
susunan elektroda (b). Jika kekuatan dielektrik kedua peralatan adalah sama yaitu sama
dengan E2*uk, peralatan (b). maka menurut Persamaan 1.2, jarak elektroda (s) pada
-(ii)
peralatan
dapat dikurangi sehingga vdlume isolasi peralatan (a) lebih kecil dari
volume isolasi peralatan (b).
Cara lain untuk menghemat pemakaian bahan isolasi adalah dengan menambahkan
elektroda perata tegangan pada peralatan untuk meratakan distribusi tegangan pada
sistem isolasi peralatan tersebut. Ada tiga jenis elektroda perata, yaitu elektroda perata
internal, elektroda perata eksternal dan elektroda perata intermediasi. Pada Gambar
210 mm
180 mm
1234 mm
:4
:z--<
7----<
7---<
>----<
z--s
C35
1-,*
kV
GAMBAR 1.6
lsolator pendukung 35 kV dan
1 1
0 kV
110
kv
r=
/
--r.-
/J
<->l
l/
-i
l}]**tlll
.------.---->
.lr
Susunan (a)
tr
l*
Al'
ll\
u,.,-. I
'-"1
lll}r.,
l1ilUM
--;Susunan (D)
GAMBAR 1.7
Pengaruh bentuk elektroda terhadap tekanan medan elektrik
adalah seperli pada Gambar 1.9a, dalam hal ini terlihaitetanan medan
elektrik tidak
merata pada bahan isolasi. Dengan adanya elektroda perata, maka distribusi
tegangan
pada setiap bagian isolasi semakin merata seperti diperlihatkan pada
Gambar
1.9b.
Elektroda
--->
Elektroda
eksternal
tegangan
tinggi
Eiektroda
intemal
Mantel isolasi
GAMBAR 1.8
Pemasangan elektroda internal dan elektroda eksternal
ff
Bab
Pendahuluan
l0OVo
10OVo
75Vo
50Va
25Vo
Elektroda perata
(a) Tanpa elektroda
perata
GAMBAR 1.9
Bushing tanpa elektroda perata dan dengan elektroda perata
1.5
LP=PR
1.5
isolasi PVC setebal 1 mm, maka luas penampang konduktor kabel harus diperbesar
menjadi 25 mm2.
1.6
Selubung anti
korosi
Pipa baja
Minvak
Pelindung
Radiator
kedap minyak
GAMBAR 1.10
GAMBAR 1.11
maka peralatan dilengkapi dengan peralatan pendingin. Misalnya, inti kabel dibuat
berbentuk pipa (hollow conductor') dan pada bagian dalan pipa dialirkan air pendingin
atau dengan memasukkan kabel ke dalam suatu pipa yang dialiri air pendingin, seperti
diperlihatkan pada Gambar 1.10. Pada trafo daya, minyak isolasinya dibuat bersirkulasi
melalui radiator, sepefii diperlihatkan pada Gambar 1.11 .
1.1
konduktor satu dengan konduktor yang lain, kemudian persambungan dibungkus dengan
pita isolasi. Untuk peralatan tegangan tinggi, hal seperti ini tidak dapat dipraktikkan.
Penyambungan harus dilakukan dengan suatu peralatan yang disebut penyambung
tegangan tinggi, yaitu suatu peralatan yang dirancang khusus untuk penyambungan
antar konduktor pada peralatan tegangan tinggi. Pada Gambar 1.12 diperlihatkan contoh
penyambung tegangan tinggi yang digunakan pada suatu kabel.
Terminal
Ujung kabel
----)
(a) Kabel satu fasa
GAMBAR 1.12
Penyambung kabel tegangar tinggi
Bab
1.8
Pendahuluan
GAMBAR 1.13
Trafo daya dengan alat proteksr arester
Bab 2
Pemutus Daya
etiap sistem tenaga listrik dilengkapi dengan sistem proteksi yang berfungsi untuk
mencegah terjadinya kerusakan pada peralatan sistem dan untuk mempertahankan
kestabilan sistem ketika terjadi gangguan. Dengan demikian kontinuitas pelayanan
sistem dapat dipertahankan. Salah satu komponen sistem proteksi adalah pemutus daya
(circuit breaker).
Berikut ini akan dijelaskan peran pemutus daya pada sistem tenaga listrik, konstruksi
dan karakteristik pemutus daya serta pemilihan kapasitas pemutus daya untuk suatu
sistem tenaga listrik.
2.1
l-l
= Pemutus daya
GAMBAR
2.1
Bab2
Pemutus Daya
11
dan 6 harus membuka. Akibatnya aliran daya ke beban terputus. Tetapi dengan adanya
pemutus daya 2 dan 3, maka ketika terjadi gangguan di titik F, kedua pemutus daya
tersebut akan membuka sedangkan pemutus daya I dan 6 tetap tertutup, sehingga
aliran daya ke beban tetap dipertahankan. Dalam hal ini pemutus daya2 dan 3 beraksi
melokalisir jaringan yang terganggu, sehingga jaringan yang sehat tetap beroperasi.
Ketika terjadi gangguan hubung singkat, generator dengan tiba-tiba dipaksa bekerja
mengeluarkan daya yang besar. Perubahan kerja yang tiba-tiba ini dapat menimbulkan
ketidakstabilan sistem. Tetapi jika pemutus daya2 dan 3 membuka sebelum batas waktu
pemutusan kritis terlampaui, kestabilan sistem dapat diperlahankan.
Peranan pemutus daya dalam pemeliharaan komponen sistem tenaga listrik dapat juga
dijelaskan dengan Gambar 2. I di atas. Misalkan trafo To akan menjalani pemeliharaan.
Untuk keperluan pemeliharaan ini pemutus daya 1 dan 8 harus dibuka. Seandainya
pemutus daya 9 tidak ada, aliran daya ke jaringan L, akan terputus. Untuk mencegah
pemutusan aliran daya ke jaringan Zr, pemutus daya 9 ditutup sehingga jaringan L,
disulang dari trafo I..
Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu pemutus daya agar dapat melaksanakan
fungsi di atas, adalah sebagai berikut:
1.
2.
3.
2.2
Keterangani
1. Kontak tetap
2. Kontak bergerak
3. Bilik kontak
4. Tungkai penggerak kontak
5. Bushing
6. Tangki berisi minyak
isolasi
7. Penggerak mekanik
GAMBAR 2.2
Bentuk fisik dan skema konstruksi suatu pemutus daya
12
Keterangon:
P =
KI =
KB =
IP =
IC =
G =
C?' =
R =
K =
B =
Pegas
7.SR
GAMBAR 2.3
Hubungan relai proteksi dengan pemutus daya
Hubungan kerja pemutus daya dengan relai proteksi diperlihatkan pada Gambar
2.3. Misalkan hubung singkat terjadi pada fasa R. Akibatnya arus di fasa R melonjak
relatif besar. Arus yang besar ini melalui kumparan primer C7,, akibatnya arus yang
mengalir di kumparan sekunder CT, dan relai R, juga semakin besar. Jika arus tersebut
melebihi setting arus relai maka relai bekerja menutup kontak K,, akibatnya arus mengalir
pada kumparan pemutus ZC sehingga tungkai kumparan pemutus G tertarik ke atas.
Akibatnya tungkai kontak bergerak TP lertarik ke kiri, sehingga kontak bergerak KB
menjauh dari kontak tetap KT. Dengan kata lain, kontak pemutus daya terbuka.
2.3
Bab
Pemutus Daya
13
vk
<------->
-\r----.-----1[:I+
i
---------------->
l,tl 1",
.1/
GAMBAR 2.4
Tegangan dan arus sesaat pada pembukaan pemutus daya
Adanya beda tegangan di antara kontak dapat mengulangi terjadinya busur api.
Hal ini terjadi jika kuat medan elektrik yang terdapat pada medium isolasi di antara
kontak melebihi kekuatan dielektrik medium tersebut. Keadaan seperti ini dijumpai
pada pembukaan kontak pemutus daya bertegangan tinggi. Untuk menjelaskannya,
perhatikan Gambar 2.5.
Misalkan pada saat
mengalir pada rangkaian meskipun sebenarnya kontak pemutus daya sudah terpisah.
Tegangan antar kontak yang menimbulkan pengulangan busur api sama dengan tegangan
sumber ketika r = /. dan disebut tegangan terpaan ballk (.restrike voltttge). Hubungan
rangkaian benar-benar terputus setelah busur api padam dan tidak berulang lagi. Keadaan
ini dapat dicapai dengan melengkapi pemutus daya dengan pemadam busur api.
2.4
GAMBAR 2.5
Tegangan dan arus pada keadaan busur api berulang
14
lonisasi
Pada Gambar 2.6 diperlihatkan model suatu atom helium. Inti atom helium terdiri dari
dua proton bermuatan positif dan dua neutron yang tidak bermuatan. Dua elektron
bermuatan negatif berputar mengelilingi inti atom dengan lintasan yang berbeda. Tiap
elektron mempunyai energi ikat, yaitu energi yang mengikat elektron terhadap inti atom,
agar elektron tetap berada pada lintasannya. Dalam keadaan normal jumlah proton sama
dengan jumlah elektron, sehingga suatu atom dalam keadaan normal akan bersifat netral.
Karena suatu proses, dimisalkan terjadi benturan antara elektron dengan suatu
pafiikel dari luar. Jika energi kinetik partikel ketika membentur elektron lebih besar
daripada energi ikat elektron, maka elektron akan keluar dari lintasannya menjadi
elektron bebas, sehingga partikel yang tersisa dalam atom tinggal berupa dua proton,
dua neutron dan satu elektron. Karena muatan positif lebih banyak daripada muatan
negatif, maka total muatan atom sekarang menjadi positif. Atom yang bermuatan positif
ini disebut ion positif. Terlepasnya elektron dari ikatan atom netral menjadi elektron
bebas disebut ionisasi.
Ionisasi dalam gas dapat terjadi karena tiga hal, yaitu: karena adanya radiasi sinar
kosmis, adanya massa yang membentur gas dan karena kenaikan temperatur gas.
Ionisasi Benturan
Pada Gambar 2.7 diperllhatkan dua elektroda plat sejajar yang dipisahkan bahan
isolasi gas. Jika kedua elektroda dihubungkan ke sumber tegangan searah, maka di
antara kedua elektroda timbul medan elektrik yang arahnya dari anoda ke katoda.
Sebelumnya sudah dijelaskan bahwa gas selalu mengandung elektron bebas sebagai
hasil radiasi sinar kosmis. Misalkan di dalam gas dijumpai satu elektron bebas
(e). Karena adanya medan elektrik, elektron tersebut akan mengalami gaya yang
arahnya menuju anoda.
Dalam perjalanannya menuju anoda, elektron itu membentur molekul-molekul
netral gas. Jika energi kinetik elektron bebas lebih besar daripada energi ikat
entD e,O
\
Elektron
bebas
(.a)
terikat (e,)
GAMBAR 2.6
Proses ionisasr
(b)
Bab
Pemutus Daya
15
Anoda (+)
Elektron bebas
Molekul netral
GAMBAR 2.7
lonisasi benturan
elektron atom netral gas, maka elektron akan keluar dari lintasannya menjadi
elektron bebas baru dan menyisakan ion positif. Ion positif akan mengalami gaya
dan bergerak menuju katoda sedangkan elektron bebas baru akan bergerak menuju
anoda. Elektron baru ini akan mengadakan ionisasi benturan lagi, sehingga jumlah
elektron bebas dan ion positif di dalam gas semakin banyak.
Ionisasi Termal
Jika temperatur gas dalam suatu bejana tertutup dinaikkin, maka molekul-molekul
gas akan bersirkulasi dengan kecepatan tinggi sehingga terjadi benturan antar
molekul. Jika temperatur semakin tinggi, maka kecepatan molekul semakin tinggi,
sehingga benturan antar molekul semakin keras dan dapat membuat terlepasnya
elektron dari molekul netral.
Deionisasi
Jika suatu elektron bebas bergabung dengan suatu ion positif akan dihasilkan suatu
molekul netral. Peristiwa penggabungan ini disebut deionisasi. Deionisasi akan
mengurangi partikel bermuatan dalam suatu gas. Jika pada suatu gas terjadi aktivitas
deionisasi yang lebih besar daripada aktivitas ionisasi, maka muatan-muatan bebas di
dalam gas itu akan berkurang. Ada empat proses deionisasi yang berhubungan dengan
pemadaman busur api pada suatu pemutus daya, yaitu: deionisasi medan elektrik,
deionisasi rekombinasi, deionisasi akibat pendinginan dan deionisasi tangkapan elektron.
16
pendinginan gas atau udara akan memperlambat gerakan molekul. Hal ini akan
menghalangi terjadinya ionisasi termal dalam gas tersebut, sehingga pembentukan
elektron bebas dan ion positif dapat dicegah. Pendinginan gas atau udara tidak
secara langsung mengurangi partikel bermuatan, tetapi hanya menghalangi terjadinya
ionisasi termal dalam gas.
bebas dengan atom netral menghasilkan ion negatif. Seandainya gas ini berada di
antara dua elektroda plat sejajar berlegangan, maka elektron bebas yang bergerak
ke anoda akan ditangkap atom netralnya dan membentuk ion negatif. Ion negatif
ini akan mengalami gaya dan bergerak menuju anoda. Tetapi karena massanya yang
relatif besar, maka ia bergerak lebih lambat daripada pergerakan elektron bebas,
sehingga tidak mampu menimbulkan ionisasi lanjutan. Dengan demikian, atom
gas netral mencegah elektron bebas melakukan ionisasi atau mencegah terjadinya
elektron bebas baru hasil ionisasi.
Emisi
Emisi adalah peristiwa pelepasan elektron dari permukaan suatu logam menjadi elektron
bebas di dalam gas. Ada dua proses emisi yang berhubungan dengan pembentukan
busur api pada pemutus daya, yaitu emisi termal dan emisi medan tinggi.
Emisi Termal
Suatu logam yang mempunyai titik lebur tinggi, seperti tungsten dan karbon, jika
dipanaskan hingga bertemperatur tinggi, maka dari permukaannya akan dilepaskan
elektron-elektron. Elektron tersebut keluar dari permukaannya dan menjadi elektron
bebas di dalam gas. Proses inilah disebut emisi termal.
GAMBAR 2.8
Permukaan logam dan medan tinggi
Bab
Pemutus Daya
17
(A). Elektron pada titik runcing akan mengalami gaya yang lebih besar karena
intensitas medan elektrik pada bintik tersebut relatif lebih besar dibandingkan
dengan intensitas medan elektrik di bagian yang datar. Jika intensitas medan
elektrik cukup besar, maka dari titik runcing tersebut akan dilepaskan elektron
bebas. Pelepasan elektron ini sering disebut emisi bintik katoda.
2.5
2.6
jika selama
kontak terbuka, arus yang melalui sela kontak sama dengan nol, atau tidak terjadi
busur api lagi pada sela kontak. Ketika busur api padam, di sela kontak akan tetap
ada medan elektrik. Jika kuat medan elektrik pada sela kontak lebih besar daripada
kekuatan dielektrik medium di sela kontak, maka busur api akan terjadi lagi.
Kawasan nesatif
Kontak
tetap
+ ++
* 4 **
Kontak
bergerak
NiILIK
GAMBAR 2.9
Pembentukan busur api
Brden Pcrpustakatn
deu
Prupinsi
Kra rsipan
J*ra
Timlue
18
Tujuan akhir pemadaman busur api adalah untuk membuat arus pada pada sela
kontak sama dengan no1. Membuat arus searah menjadi nol berbeda dengan membuat
arus bolak-balik menjadi nol. Oleh karena itu, pemadaman busur api pada pemutus
daya searah berbeda dengan pemadaman busur api pada pemutus daya bolak-balik.
Uraian berikut ini akan menjelaskan perbedaan kedua pemadaman tersebut.
a.
b.
Membuat jatuh tegangan (LV1 pada busur api sama atau lebih besar daripada
tegangan sistem; dan
Menginjeksikan arus yang berlawanan arah dengan arus pada busur api.
Cara pertama dilakukan pada pemutus daya berkapasitas dan bertegangan rendah,
sedangkan cara kedua dilakukan pada pemutus daya tegangan tinggi'
Pada cara pertama, jatuh tegangan pada busur api diperbesar dengan menaikkan
resistansi busur api. Menaikkan resistansi busur api dapat dilakukan dengan tiga cara:
a.
b.
c.
Cara kedua adalah membuat arus pada busur api sama dengan nol, yaitu dengan
menghubungkan suatu kapasitor bermuatan ke terminal pemutus daya dengan polaritas
yang berlawanan, seperti diperlihatkan pada Gambar 2.11.
bernilai nol, setelah arus bernilai nol yang pertama, pembentukan busur api berikutnya
harus dicegah. Pencegahan dilakukan dengan deionisasi. Deionisasi akan mengurangi
elektron bebas, sehingga konduktivitas busur api berkurang. Pengurangan konduktivitas
busur api mengakibatkan resistansi busur api semakin besar. Penambahan resistansi busur
api akan memlerkecil arus pada sela kontak pemutus daya dari cenderung menjadi nol.
Pengerutan
Kontak
F-
t:"1 7r--r
Busur apr
------\
/ ---'
Plat logam
(a) Tanpa plat Pemilah
GAMBAR 2.10
Pemilahan busur api
19
----------------
Kapasitor
Jika pengurangan partikel bermuatan karena proses deionisasi lebih banyak daripada
penambahan muatan karena proses ionisasi, maka busur api akan padam. Usaha-usaha
yang dilakukan untuk menimbulkan proses deionisasi, antara lain adalah sebagai berikut.
a.
b.
c.
d.
1't
Meniupkan udara ke sela kontak, sehingga busur api mengalami pendinginan dan
partikel-partikel hasil ionisasi terdorong menjauhi sela kontak.
Menyemburkan minyak atau gas isolasi ke busur api untuk mendinginkan busur
api sehingga peluang bagi proses rekombinasi semakin besar.
Memotong busur api dengan tabir isolasi atau tabir logam, sehingga memberi
peluang yang lebih besar bagi proses rekombinasi.
Membuat medium pemisah kontak dari bahan gas elektronegatif, sehingga elektronelektron bebas tertangkap oleh molekul netral gas tersebut.
Jika kenaikan kuat medan elektrik lebih cepat daripada kenaikan kekuatan dielektrik
medium pada sela kontak, maka medium pada sela kontak akan tembus listrik sehingga
busur api timbul lagi. Dengan kata lain, pemutus daya gagal memutus arus. Suatu
pemutus daya dinyatakan berhasil memutuskan arus jika tegangan tembus medium
isolasi pada sela kontak lebih besar daripada tegangan pemulihan. Oleh karena itu,
dalam perencanaan suatu sistem tenaga listrik karakteristik tegangan pemulihan pemutus
daya pada sistem yang direncanakan perlu dianalisis. Hasil analisis digunakan sebagai
dasar pertimbangan dalam menetapkan spesifikasi pemutus daya yang dibutuhkan untuk
sistem tersebut.
20
Peralatan Tegangan
rnggi
Tegangan pemulihan pada kontak suatu pemutus daya bergantung kepada karakteristik rangkaian sistem yang hubungannya akan diputuskan. Berikut ini akan dijelaskan
tegangan pemulihan untuk lima jenis karakteristik rangkaian.
ffiangkaian ffiesistif
Pada Gambar 2.12a diperlihatkan suatu resistor yang dihubungkan ke sumber tegangan
bolak-balik V, melalui satu pemutus daya CB.
Jika pemutus daya membuka kontaknya, maka ada beda tegangan di antara kontak
tetap dengan kontak bergeraknya. Jika beda tegangan antar kontak dimisalkan vo, maka
persamaan tegangan pada rangkaian Gambar 2.12a adalahl.
Vr=Vt+V,
Dalam hal
ini, V, =
vt =
vr=
2.1
Tegangan sumber
Tegangan sela kontak
Tegangan resistor
Vt, =
vr-v,
2.2
Ketika kontak tertutup, tegangan kontak adalah nol. Misalkan kontak dipisahkan
ketika I = lr (lihat Gambar 2.12b), maka busur api timbul dalam selang waktu /r - /2.
Jika i sama dengan arus sesaat yang melalui busur api dan Ro sama dengan resistansi
busur api, maka dalam selang waktu tersebut, tegangan kontak naik menjadi:
vr=
i R,,
2.3
Karena resistansi busur api relatif kecil, maka tegangan kontak hanya beberapa puluh
volt, sehingga dapat diabaikan.
Kemudian busur api padam ketika r = tz dan mulai saat itu arus pada rangkaian
sama dengan nol (i = 0), sehingga tegangan pada resistor juga sama dengan nol (V, =
rR = 0). Dengan demikian, terhitung mulai r = b, Iegangan pemulihan kontak menjadi:
v*=
V,
2.4
Kenaikan tegangan pemulihan sama dengan kenaikan tegangan sumber. Jika saat
busur api mulai padam diambil sebagai acuan waktu, dan V = nilai puncak tegangan
sesaaf sumber, maka nilai sesaat tegangan kontak adalah:
vk
"F----3"
= kontak
terbuka
(a)
(b)
V,=Vt
Bab
Vr,
= -V sin at
Pemutus Daya
21
2.5
ffiangkaian Kapasitif
Pada Gambar 2.13a diperlihatkan suatu rangkaian kapasitif.
Sebelum kontak pemutus daya membuka, arus pada rangkaian ini mendahului
tegangan sebesar 90o, seperti diperlihatkan pada Gambar 2.13b. Jika V, adalah tegangan
pada kapasitor, maka sebelum kontak terbuka, persamaan tegangan pada rangkaian
tersebut adalah sebagai berikut:
Vr=Vt*V,
2.6
Jika tegangan kontak diabaikan, maka tegangan kapasitor akan sama dengan tegangan
sumber. Tegangan pada kontak dapat dituliskan sebagai berikut:
Vr=vr-V,
2.7
Misalkan ketika r = /r, kontak pemutus daya dibuka. Dalam selang waktu tt - tz,
timbul busur api. Selama ada busur api, tegangan kapasitor sama dengan tegangan
sumber. Ketika arus sama dengan nol, yaitu ketika r = /2, busur api padam. Pada saat
itu tegangan pada kapasitor sama dengan nilai puncak tegangan sesaat sumber, sehingga
persamaan tegangan kontak setelah busur api padam adalah:
Vt=Vr-V
2.8
Jika saat busur api mulai padam diambil sebagai acuan waktu, maka nilai sesaat
tegangan kontak adalah:
2.9
Vt =Vcos@t-V
Bentuk gelombang tegangan pemulihan diperlihatkan pada Gambar 2.13b. Terlihat
bahwa kenaikan tegangan pemulihan relatif lambat dibandingkan dengan kenaikan
tegangan pemulihan pada rangkaian resistif. Tetapi tegangan pemulihan dapat mencapai
dua kali nilai puncak tegangan sesaat sumber. Hal ini memberi peluang terjadinya
terpaan balik busur api.
v,
*-Tl
<__gE
1
V,
V,
,I
,t,
(a)
22
Peralatan Tegangan
iinggi
ffiangkaian Induktif
Pada Gambar 2.14a diperlihatkan suatu rangkaian induktif. Sebelum kontak pemutus
daya terbuka, arus pada rangkaian ini tertinggal 90' dari tegangan, seperti diperlihatkan
pada Gambar 2.14b.
Jika V, adalah tegangan pada induktor, maka sebelum kontak terbuka, persamaan
tegangan pada rangkaian di atas adalah sebagai berikut:
l/"=V*+VL
dan
V,=L4
Ldt
2.10
2.1t
Jika tegangan kontak diabaikan, maka tegangan pada induktor sama dengan tegangan
sumber. Tegangan pada kontak dapat dituliskan sebagai berikut:
Vr = V, - VL
Misalkan ketika
I = ll,
2'12
/, -
rr, dmbul busur api. Selama ada busur api, tegangan induktor sama dengan tegangan
sumber. Ketika t = t2, arus sama dengan nol dan busur api padam. Pada saat itu
tegangan induktor sama dengan nol (karena nilai i pada Persamaan 2.Ll sama dengan
nol), sehingga tegangan kontak setelah busur api padam adalah:
Vt =
V,
2.13
Jika saat busur api mulai padam diambil sebagai acuan waktu, maka nilai sesaat
legangan kontak adalah:
Vt = V cos
2.14
o/
vk
4-"**"
CB
V,
VL
I
(a)
Bab
Pemutus Daya
23
tg'g=
Seandainya pemutus daya membuka ketika t = tr, karena adanya busur api pada
sela kontak pemutus daya, maka arus pada rangkaian tetap mengalir hingga t = tz.
Ketika busur api padam, tegangan kontak menjadi sama dengan tegangan sumber.
Dengan kata lain, sesaat setelah busur api padam, tegangan kontak tiba-tiba naik
dari nol mengikuti tegangan sumber. Dalam kasus ini, tegangan kontak naik ke suatu
nilai tertentu yang lebih kecil daripada tegangan maksimum sumber dan besarnya
bergantung kepada besarnya sudut fasa g. Semakin besar R, semakin kecil sudut fasa
g, dan kenaikan tegangan pemulihan semakin kecil. Dengan perkataan lain, keberadaan
resistor R dalam rangkaian membuat kenaikan tegangan kontak semakin kecil. Prinsip
ini digunakan untuk mengurangi kenaikan tegangan pemulihan pada saat pembukaan
suatu pemutus daya.
Pada Gambar 2.16a di halaman 24 diperlihatkan suatu pemutus daya yang dilengkapi
dengan suatu resistor. Sesaat setelah kontak utama S, dibuka, kontak bantu Su ditutup
sehingga resistor R terhubung seri dengan beban Z.
Keberadaan resistor ini akan mengurangi kenaikan tegangan pemulihan kontak utama,
sehingga terpaan balik busur api dapat dihindarkan. Beberapa saat kemudian, kontak
bantu dibuka sehingga rangkaian terbuka sempurna. Pada saat penutupan pemutus daya,
dapat terjadi tegangan lebih transien. Besar tegangan transien ini dapat dikurangi dengan
terlebih dahulu menutup kontak bantu, beberapa saat kemudian kontak utama ditutup.
Dewasa ini, resistor dan kontak bantu diganti dengan varistor atau resistor non-linier
seperti diperlihatkan pada Gambar 2.16b. Varistor yang umum digunakan terbuat dari
bahan ZnO. Varistor memiliki resistansi besar ketika dialiri arus lemah, tetapi memiliki
vk
.{-----Y
A
CB1
VZ
I
(.a)
24
Peralatan Tegangan
rnggi
(a)
*n
(.a)
2.t6
Bab
Pemutus Daya
25
Bentuk tegangan yang dihasilkan adalah seperti diperlihatkan pada Gambar 2.11b.
Terlihat bahwa kenaikan tegangan pemulihan relatif lebih tinggi dibandingkan dengan
kenaikan tegangan pemulihan pada rangkaian induktif. Kemungkinan terjadinya tegangan
seperti ini harus dipertimbangkan dalam pemilihan suatu pemutus daya.
fY\
menengah dan tegangan tinggi. Kemudian jenis-jenis pemutus daya menurut lokasi
penempatannya adalah pemutus daya pasangan dalam dan pasangan luar. Sedangkan
jenis-jenis pemutus daya menurut medium pemadam busur api yang digunakan adalah:
a.
b.
c.
d.
e.
Pemutus daya
Pemutus daya
Pemutus daya
Pemutus daya
Pemutus daya
isolasi SF6
atas.
t
Kontak sela tanduk
26
Busur api akan padam ketika arus mencapai nilai nol yang pertama. Busur api
tidak terulang lagi, karena tegangan tidak cukup kuat menimbulkan emisi medan yang
dapat mengawali terpaan balik busur api.
Letak isolasi pendukung kontak harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak gosong
karena panas yang ditimbulkan busur api. Isolator gosong akan memproduksi karbon
sehingga isolasi seakan-akan menjadi elektroda dan dari elektroda ini keluar elektron
hasil emisi termal yang dapat mengawali terjadinya terpaan busur api balik.
Pemutus daya ini digunakan untuk rangkaian dc dan ac tegangan rendah, dengan
kuat arus pada rangkaian sampai ratusan ampere. Khusus pemutus daya ac tegangan
rendah, kontaknya dapat dibuat dari bahan bertitiklebur rendah seperti kuningan dan
tembaga.
Untuk rangkaian bertegangan lebih tinggi, konstruksi kontak dan pemadam busur
api dibuat seperti yang diperlihatkan pada Gambar 2.19a. Busur api yang memanjang
karena dorongan udara, dipilah oleh tabir-tabir metal, sehingga terbentuk beberapa
segmen busur api yang terhubung seri. Jumlah jatuh tegangan seluruh segmen busur api
lebih besar daripada jatuh tegangan busur api yang tidak dipilah. Di samping itu, tabir
metal juga berfungsi menjadi pendingin bagi busur api. Pemutus daya ini digunakan
untuk tegangan beberapa ribu volt dan dapat memutuskan arus beberapa ribu ampere.
Pemutus daya udara jenis lain diperlihatkan pada Gambar 2.19b. Tabirnya dibuat
dari bahan isolasi, sehingga busur api dipaksa menelusuri permukaan isolasi. Dalam
hal ini pemadaman busur api terjadi karena: (a) efek pemanjangan busur api, (b) efek
pendinginan permukaan isolator dan (c) karena partikel bermuatan mempunyai peluang
yang besar untuk mengadakan rekombinasi. Pemutus daya ini digunakan untuk memutus
arus sampai 50 kA dan dapat digunakan pada rangkaian bertegangan sampai 10 kV.
Palang isolasi
Busur api
Bab
Pemutus Daya
27
Busur api
Gelembung gas
Minyak
Panas yang ditimbulkan busur api menaikkan temperatur minyak, sehingga minyak
meng-alami dekomposisi dan menghasilkan gas hidrogen. Gas hidrogen bersifat
menghambat produksi ion, sehingga membantu pemadaman busur api. Sementara itu,
minyak mendinginkan busur api dengan menghantarkan panas dari busur api ke tangki
pemutus daya. Keberhasilan pendinginan ini bergantung kepada luas permukaan busur
api yang bersentuhan dengan minyak dan daya hantar panas minyak. Adanya hidrogen
dan pendinginan seperti tersebut di atas, membuat minyak sangat efektif memutuskan
arus. Di samping itu, minyak sekaligus berfungsi sebagai bahan isolasi untuk mengisolir
bagian-bagian pemutus daya yang berbeda tegangan dengan tanah.
Kelemahan pemutus daya minyak adalah sebagai berikut
1.
2.
3.
4.
Telah dijelaskan bahwa pemadaman busur api bergantung pada metode pendinginan
dan jenis gas hasil dekomposisi minyak. Pengembangan pemutus daya minyak didasarkan
atas perbaikan metode pendinginan busur api. Pada Gambar 2.21 di halaman 28
diperlihatkan dua metode pendinginan busur api pada pemutus daya minyak. Kontak
tetap ditempatkan pada suatu bilik. Bilik diberi leher untuk jalan masuk dan keluar
kontak bergerak.
Pada Gambar 2.21a diperlihatkan suatu kontak yang sudah dipisahkan. Busur
api terjadi datam bilik berisi minyak. Gas yang timbul karena dekomposisi minyak
menimbulkan tekanan terhadap minyak, sehingga minyak juga terdorong ke bawah
melalui leher bilik. Di leher bilik, minyak berinteraksi langsung dengan busur api.
Hal ini akan menimbulkan pendinginan busur api, mendorong proses rekombinasi dan
menjauhkan partikel bermuatan dari lintasan busur api.
Jenis bilik kontak lain diperlihatkan pada Gambar 2.21b. Leher bilik terbuat dari
laminasi isolasi. Jika kontak bergerak ke bawah, minyak akan mengalir dari sela-sela
laminasi, sehingga minyak terdorong dengan arah radial menuju busur api. Ada juga
pemutus daya yang dirancang dengan alat tambahan, sehingga busur api yang berada
28
{-
Kontak tetap
'n
f-
Kontak tetap
Leher bilik
di luar leher bilik didorong horizontal oleh suatu tabir isolasi, sehingga lintasan busur
api di luar leher bilik semakin panjang. Jenis pemutus daya ini dapat memutuskan arus
hubung singkat sampai
l0 kA pada rangkaian
Tangki udara
bertekanan tinggi
Pemutus daya udara tekan
Bab
Pemutus Daya
29
*-
U
!-.,: P
.
i.
;'
mlsolasi
iffi
i; i
lldara .- -
..'1--\ !.-
Kontak
-*on*
,/
*'4.
__l<-
..
Udara
--------->
.'.. Udara
<_
Isolasi
I l*_ ***o
(a) Udara satu sumbu dengan busur api
Isolasi
{-
Kontak
30
Peralatan Tegangan
llnggi
sehingga tegangan sistem tidak membuat sela kontak tembus listrik. Dengan demikian,
pemutus daya ini tidak perlu diperlengkapi dengan pemisah seperti halnya pada jenis
pemutus daya di atas. Pemutus daya jenis ini mampu memutus arus sampai 40 kA
pada rangkaian ac bertegangan sampai 765 kV.
Meskipun panjang sela kontak dapat dikurangi, konstruksi bilik kontak masih lebih
rumit dibandingkan dengan bilik kontak pemutus daya minyak. Kerumitan juga ditemukan
pada konstruksi penggerak kontak. Di samping itu, harus diwaspadai kebocoran udara
pada bilik kontak dan kebocoran pada tabung penghubung kompresor dengan bilik
kontak. Perlengkapan kompresor juga membutuhkan perawatan rutin.
Kontak pemutus daya ditempatkan pada suatu bilik vakum seperti diperlihatkan
pada Gambar 2.24. Untuk mencegah udara masuk ke dalam bilik, maka bilik harus
ditutup rapat dan kontak bergeraknya diikat ketat dengan puputan logam.
Jika kontak dibuka, maka pada kontak yang berperan sebagai katoda terjadi emisi
termal dan medan tinggi. Kedua jenis emisi ini memproduksi elektron-elektron bebas
yang bergerak menuju anoda dan menimbulkan busur api. Dalam perjalanannya menuju
anoda, elektron-elektron bebas ini tidak bertemu dengan molekul udara sehingga tidak
terjadi ionisasi tumbukan. Akibatnya, di sela kontak tidak ada penambahan elektron
bebas. Ketika arus sama dengan nol, busur api padam. Karena elektron bebas hasil
ionisasi tidak ditemukan, maka kekuatan dielektrik vakum naik sangat cepat dan lebih
cepat daripada kenaikan kekuatan dielektrik pemutus daya yang lain. Akibatnya, tidak
terjadi lagi tembus listrik pada sela kontak atau peristiwa busur api tidak terulang,
sehingga pemutusan berlangsung sangat cepat.
Kelebihan-kelebihan pemutus daya vakum antara lain adalah:
l.
2.
3.
4.
5.
6.
Konstruksinya kompak (lihat contoh pada Gambar 2.24), andal dan tahan lama
Tidak menimbulkan bahaya kebakaran
Ketika dioperasikan, tidak memproduksi gas
Dapat memutuskan arus hubung singkat yang tinggi
Perawatannya mudah dan murah
Puputan
logam
t
Kontak
bergerak
Bab
1.
8.
Pemutus Daya
31
l.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Sifat kimianya yang stabil, tidak mudah terbakar, tidak menimbulkan korosi pada
bahan logam, tidak beracun, tidak berwarna dan tidak berbau'
Gas SF6 memiliki sifat elektronegatif, yaitu sifat molekulnya yang aktif menangkap
elektron bebas, sehingga molekul netral tersebut berubah menjadi ion negatif. Sifat
ini salah satu yang membuat SF6 memiliki kekuatan dielektrik yang tinggi. Sifat
elektronegatif gas SF6 mempercepat pemulihan kekuatan dielektrik medium di
sela kontak sehingga pemadaman busur api berlangsung lebih cepat.
Pada kondisi yang sama, kekuatan dielektrik gas SF6 dua sampai tiga kali lipat
daripada kekuatan dielektrik udara, bahkan pada tekanan tertentu hampir sama
dengan minyak. Sifat ini membuat pemutus daya SF6 sangat efektif digunakan
pada sistem tegangan tinggi dan mampu memutuskan arus tinggi.
Jika gas SF6 terkontaminasi udara, kekuatan dielektriknya tidak banyak berubah.
Daya hantar panas gas SF6 lebih baik daripada udara sehingga dapat digunakan
untuk pendinginan konveksi.
Interaksi busur api dengan gas SF6 tidak menimbulkan endapan karbon seperti
halnya pada pemutus daya minyak.
32
Leher
bejana
Bilik kontak
(4) Kontak tertutup
Bilik kontak
(b) Kontak terbuka
Proses pemadaman busur api dengan gas sF6 dapat dijelaskan dengan bantuan
Gambar 2.26. Bagian utama suatu pemutus daya SF6 adalah kontak bergerak, kontak
tetap, bilik kontak berisi gas SF6 dan tangki gas SF6 bertekanan ringgi +14 kglcmz.
Tangki gas dihubungkan dengan bilik kontak melalui sebuah katup. Jika kontak terbuka,
katup akan membuka, sehingga gas SF6 dari tangki mendorong gas SF6 yang terdapat
pada bilik kontak.
Ketika kontak terbuka, terjadi busur api. Pada saat yang bersamaan, katup penghubung bilik dengan tangki terbuka, sehingga gas SF6 keluar dari tangki mendorong
gas SF6 yang ada di bilik kontak. Gas SF6 yang ada pada bilik konrak menyembur
melalui leher bilik kontak sambil mendinginkan busur api. Pendinginan busur api dan
sifat elektronegatif yang dimiliki gas SF6 membuat pemulihan kekuaran dielektrik SF6
berlangsung cepat, sehingga ketika busur api padam, busur api tidak terulang lagi.
Kelemahan pemutus daya SFu adalah sebagai berikut.
a.
b.
Harga gas SF6 yang mahal mengakibatkan harga pemutus daya SF6 relatif mahal.
Setelah pemutus daya SF6 bekerja, perlu dilakukan rekondisi gas SF6, sehingga
dibutuhkan peralatan untuk rekondisi tersebut.
22
hal yang perlu dipertimbangkan dalam rancangan suatu pemutus daya, yaitu:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
o
b.
h.
Tegangan efektif tertinggi dan frekuensi daya jaringan yang akan menggunakan
pemutus daya itu. Nilainya bergantung kepada jenis pembumian titik netral sistem.
Arus maksimum kontinu yang akan dialirkan melalui pemutus daya. Nilai arus ini
bergantung kepada arus maksimum sumber daya atau arus nominal beban yang
akan dilayani pemutus daya.
Arus hubung singkat maksimum yang akan diputuskan pemutus daya.
Durasi maksimum yang diperbolehkan dari arus hubung singkat. Hal ini berhubungan
dengan waktu pembukaan kontak yang dibutuhkan.
Jarak bebas antara bagian bertegangan tinggi dengan objek lain di sekitarnya.
Jarak rambat arus bocor pada isolatornya.
Kekuatan dielektrik media isolasi sela kontak.
Iklim dan ketinggian lokasi penemparan pemutus daya.
Bab
33
Pemutus Daya
Tegangan pengenal suatu pemutus daya dirancang untuk lokasi yang ketinggiannya
maksimum 1000 m di atas permukaan laut. Jika pemutus daya dipasang di lokasi yang
ketinggiannya lebih daripada 1000 m, maka tegangan operasi maksimum pemutus daya
harus dikoreksi dengan faktor yang diperlihatkan pada Tabel 2.1.
2.1
Ketinggian (m)
Faktor koreksi
1000
1.00
t212
0,98
15 15
0.95
3030
0,80
KAPA$
iIA$
PEh,4
LJTUS ilAY&
Pada keadaan normal suatu pemutus daya dialiri arus yang sama dengan arus beban.
Jika terjadi hubung singkat tiga fasa setimbang pada sistem, seperti diperlihatkan pada
Gambar 2.27, arus hubung singkat (1") mengalir pada pemutus daya CB. Setelah itu,
kontak pemutus daya segera membuka untuk memutuskan arus hubung singkat tersebut.
Oleh karena itu, kapasitas suatu pemutus daya bergantung kepada besarnya arus hubung
singkat yang diperkirakan akan mengalir pada pemutus daya tersebut. Berikut ini akan
dijelaskan tentang bentuk arus hubung singkat yang mungkin melalui suatu pemutus
daya dan hubungan arus tersebut dengan kapasitas pemutus daya.
Hubung
singkat
i;;;;;
,5
..---->
1,,
34
2l^,k =
2"/2 1,,
Arus
asimetris
T,
l^urr= t/2 I*
Arus hubung singkat jika lokasi hubung singkat jauh dari generator
Gambar 2.29 drperlihatkan tiga bentuk gelombang arus hubung singkat, yaitu: arus
subtransien (1") yang berlangsung kurang lebih satu sekon setelah peristiwa hubung
singkat; arus transien (1') yang berlangsung antara 0,2 - 2 sekon setelah peristiwa
hubung singkat; dan arus tunak (steadv state, [) yang berlangsung setelah komponen
arus searah menjadi nol. Arus subtransien dan arus transien merupakan arus asimetris,
sedangkan arus tunak adalah arus simetris.
^/:
+ Xz
e
2.17
Arus tunak
.(0
F-f,1
zJzr
ryW-r
Arus hubung singkat jika lokasi hubung singkat dekat dengan generator
Bab
35
Pemutus Daya
TABEL 2.2
Reaktansi Mesin untuk Perhitungan Arus Hubung Singkat
Jenis Mesin
Reaktansi (7o)
Listrik
K,,
Xo'
-22
t2 -30
20-40
14-35
20-45
20-40
15
25
80
35
50
100
Motor kompensasi
25
40
160
Turbogenerator
Generator salient pole dengan kumparan peredam
Generator salient pole tanpa kumparan peredam
di mana
X,)
140
300
80
180
80
180
V=
n
sebagaimana digenerator
ditetapkan
reaktansi
perhitungan
ini,
Dalam
IEC
60909.
rekomendasikan dalam
sama dengan reaktansi subtransien yang sudah dikoreksi. Reaktansi mesin-mesin
pada umumnya diperlihatkan pada Tabel 2.2.
listrik
: Rr
: Rr
- 0,05 Xo"
- 0,07 Xi'
:R*=Q,|J;g,
Arus subtransien menimbulkan gaya mekanis yang sangat tinggi pada kontak-kontak
pemutus daya. Oleh karena itu, suatu pemutus daya harus mampu menahan puncak
arus hubung singkat subtransien tertinggi atau puncak arus subtransien pada setengah
periode pertama. Kemampuan suatu pemutus daya menanggung arus subtransien tersebut
Io=k,xt/2 I'
2.t8
Faktor ( tergantung kepada komponen arus searah 1r., sedangkan .Ir, tergantung
kepada perbandingan R, dengan Xr. Faktor ft, dapat dihitung dengan persamaan:
R
1-!
k"=1,02x0,98e-x"
2.19
36
Iika vn, adalah tegangan fasa-ke fasa sistem sebelum terjadi hubung singkat, maka
kapasitas daya sesaat pemutus daya adalah:
s- = {3 v*x I,
2.20
2.21
Dalam hal ini k, adalah faktor pengali arus transien yang tergantung kepada waktu
tunda pemutusan ams (7,) dan perbandingan arus subtransien (1') dengan arus nominal
generator (1,) seperti yang diperlihatkan pada gambar 2.30.
k1
1,00
0,95
0,90
N
\
\
0,85
0,80
0,75
J,=0'1 sekon_
0,70
0,65
0,60
0,55
0,50
T.
1,,
nomlnal generatol
GAMBAR 2.30
Faktor pengali arus transien /kJ
rl
Bab
Pemutus Daya
37
Kemampuan suatu pemutus daya untuk memutuskan arus harus sama dengan atau
lebih besar daripada arus transien 1,,' pada Persamaan 2.21. Dengan demikian, kapasitas
suatu pemutus daya dapat dihitung dengan persamaan berikut ini:
S,.
2.11
{5
Vor
x Ii,'
2.22
tr=
Dalam hal
ini 1, = Kemampuan
tn*x\
2.23
1or,
tersebut
sekalipun tegangan sistem semakin rendah, kemampuan pemutusan arus tidak boleh
melebihi nilai maksimum tersebut. Nilai maksimum kemampuan pemutusan arus suatu
pemutus daya adalah:
1-uk,=kxIo*
Nilai ft bergantung kepada spesiflkasi rancangan pembuat pemutus
2.24
daya.
Bab 3
Konduktor
onduktor adalah salah satu komponen utama peralatan listrik dan instalasi listrik.
Konduktor berperan untuk menyalurkan arus dari satu bagian ke bagian lain dan
juga untuk menghubungkan bagian-bagian yang dirancang bertegangan sama.
Pada sistem tenaga listrik, konduktor bertegangan tinggi dijumpai pada transmisi, gardu
induk, jaringan distribusi dan panel daya. Pemilihan jenis dan ukuran konduktor harus
memenuhi syarat-syarat teknis dan harus ekonomis. Oleh karena itu, dalam bab ini
akan diuraikan jenis-jenis konduktor dan parameter yang perlu dipertimbangkan dalam
3.1
1.
2.
3.
Menyalurkan energi listrik dari satu gardu induk ke gardu induk lainnya
Menyalurkan energi listrik dari gardu induk ke trafo distribusi
Membagi penyaluran daya pada gardu induk dan panel
3.2
KAWAT TELANJANG
Konduktor kawat telanjang pada umumnya terbuat dari bahan tembaga, aluminium
dan aluminium campuran. Khusus untuk transmisi umumnya digunakan All-Aluminum
Conductor (AAC), All-Aluminum-Alloy Conductor (AAAC), Aluminum Conductor Steel
Reinforced (ACSR) dan Aluminum Conductor Alloy Reinforced (ACAR).
Bab
ffiffi
(a) Konduktor
batang
Konduktor
39
GAMBAB 3.1
Bentuk penampang konduktor telanjang
3.3
KABEL
pengisi, bahan pengikat, bahan pelindung beban mekanik dan selubung pelindung luar.
Semua bahan tersebut harus membentuk suatu konstruksi yang membuat kabel menjadi
fleksibel dan tetap memiliki kekuatan mekanis yang memadai.
Kabel tegangan tinggi pada umumnya berinti tunggal dan berinti tiga, bahannya
terbuat dari pilinan serat tembaga atau aluminum. Bentuk penampangnya tidak berupa
lingkaran tetapi dibuat berbentuk sektoral agar dengan diameter luar yang tetap diperoleh
luas penampang inti yang lebih besar. Atau dengan luas penampang inti yang tetap
diperoleh diameter luar yang lebih kecil, sehingga ongkos pembuatannya lebih murah.
40
Isolasi
lnti (konduktor)
Pengisi
Isolasi pengikat
Logam pembalut
Bantalan
Logam pelindung
Selubung luar
GAMBAR 3.2
Penampang kabel tegangan tinggi
Inti dibungkus dengan bahan isolasi utama yang sifat mekanisnya fleksibel sehingga
mudah digelar dan perubahan kekuatan mekanisnya tidak signifikan jika temperatur
berubah dari temperatur kamar sampai temperatur operasi. Sifat termal inti kabel yang
utama adalah: memiliki ketahanan termal yang tinggi, koef,sien muai panas rendah, daya
hantar panas tinggi dan tidak mudah terbakar. Sifat elektrik bahan isolasi yang utama
aclalah: memiliki kekuatan dielektrik yang tinggi agar diameter luar dapat dikurangi
sehingga ongkos pembuatan kabel berkurang; resistansi isolasinya tinggi; dan rugi-rugi
dielektriknya rendah. Sedangkan sifat kimia yang diinginkan adalah tidak bereaksi
dengan asam dan alkali pada temperatur kerja, dan tidak mengisap air atau kedap air.
Bahan isolasi yang digunakan antara lain minyak, polimer dan kertas yang
diimpregnasi minyak mineral. Jika bahan isolasi utama berupa bahan padat seperti
polymer dan karet, maka di antara konduktor dengan isolasi utama dapat terjadi rongga.
karena permukaan konduktor yang tidak benar-benar mulus. Untuk mengatasi hal ini,
maka di antara konduktor dengan isolasi utama dibuat lapisan tipis yang terbuat dari
bahan silikon.
Ketiga inti kabel diikat dengan bahan isolasi yang disebut dengan isolasi pengikat.
Ruang kosong yang terdapat di antara isolasi utama maupun antara isolasi utama dengan
isolasi pengikat diisi dengan bahan isolasi yang kualitasnya lebih rendah, sepefti jerami
atau potongan-potongan kertas. Kemudian isolasi pengikat dibungkus dengan selubung
yang terbuat dari lempengan timah. Permukaan luar selubung timah dilapisi dengan pita
atau kawat baja untuk meninggikan kekuatan mekanis kabel. Lapisan baja ini harus
dilapisi dengan bahan anti-karat. Selubung timah dilapisi lagi dengan bantalan, yaitu
suatu bahan yang sifatnya elastis. Bantalan berfungsi untuk melindungi isolasi pengikat
dari tekanan mekanis yang berlebihan jika terjadi benturan mekanis pada bagian luar
kabel. Kemudian bantalan diselubungi dengan pelindung dari baja anti-karat yang
berfungsi untuk melindungi kabel dari beban mekanis yang berasal dari luar kabel.
Lapisan terakhir adalah bahan pembungkus yang mencegah masuknya air ke dalam
bahan pelindung.
Jika bahan isolasi utama kabel adalah kertas, maka kertas harus dikeringkan terlebih
dahulu. Kertas yang dijumpai sehari-hari selalu lembab karena serat kertas menyerap
air dari udara di sekitarnya. Pengeringan kertas dilakukan dalam bejana vakum pada
Bab
Konduktor
41
temperatur 120 - 135 'C. Setelah itu, kertas dicelupkan dalam minyak mineral dan
resin dan dikeringkan dalam bejana yang tertutup sangat rapat. Minyak harus memiliki
kekentalan yang rendah pada temperatur pencelupan tetapi kekentalannya tinggi pada
temperatur operasi kabel, koefisien muainya rendah dan titik bekunya harus di bawah
temperatur operasi kabel. Resin adalah bahan tambahan untuk mencegah terjadinya
oksidasi yang dapat mempercepat penuaan dan menimbulkan pelapukan. Bahan tambahan
juga diperlukan untuk mencegah penurunan viskositas minyak. Tegangan tembus listrik
gabungan keftas dengan minyak lebih tinggi dari tegangan tembus masing-masing bahan
jika sendiri-sendiri.
Ada kabel yang bahan isolasinya berupa serat yang diimpregnasi minyak. Hal
ini bertujuan agar kabel lebih fleksibel sehingga mudah digelar. Penyambungan pada
kabel jenis ini lebih mudah karena ketika penyambungan dilakukan minyak tidak
keluar dari ujung-ujung kabel sehingga tidak terjadi rongga-rongga udara dalam isolasi
kabel. Kelemahan utama kabel ini terletak pada kemungkinan terjadinya gelembung
gas ketika beroperasi melayani beban yang berfluktuasi di mana kabel berulang-ulang
mengalami pemanasan dan pendinginan. Karena koefisien pemuaian bahan isolasi
kabel lebih besar dari bahan pembungkusnya (biasanya dari timah), maka pemanasan
kabel akibat pembebanan maksimum akan mengakibatkan pemuaian bahan isolasi lebih
besar daripada pembungkusnya, sehingga pembungkus tersebut membengkak. Ketika
beban berkurang akan terjadi pendinginan yang mengakibatkan bahan isolasi menyusut
sehingga terdapat rongga-rongga di antara pembungkus dengan isolasi. Lama-kelamaan
rongga tersebut akan terisi dengan gas yang berasal dari bahan isolasi. Melalui proses
difusi, rongga-rongga gas tersebut menyelusup ke permukaan inti kabel, yaitu kawasan
di mana intensitas medan elektrik maksimal. Di kawasan ini, rongga-rongga gas dapat
mengalami tembus listrik sehingga terjadi peluahan sebagian (partial dist:harge) di
dalam kabel. Peluahan sebagian ini merupakan awal terjadinya tembus listrik pada
bahan isolasi. Terjadinya peluahan sebagian dapat dicegah dengan mengurangi intensitas
medan elektrik pada permukaan inti kabel, yaitu dengan menambah tebal bahan isolasi.
Akibatnya, ongkos pembuatan kabel semakin tinggi. Itu sebabnya kabel ini hanya
digunakan untuk tegangan bolak-balik sampai 35 kV saja. Di atas tegangan tersebut
pengurangan intensitas medan elektrik dengan menambah tebal bahan isolasi tidak
ekonomis lagi.
Jenis bahan isolasi kabel lain adalah kertas yang diimpregnasi dengan minyak
bertekanan. Kabel ini digunakan untuk transmisi tegangan tinggi. Minyak bertekanan
akan mencegah terbentuknya rongga-rongga gas dalam kabel, karena aliran minyak dalam
kabel akan segera mengisi rongga tersebut dengan minyak. Dengan cara ini, kelemahan
yang terdapat pada kabel berisolasi serat dapat diatasi, tetapi ongkos pembuatannya
lebih tinggi karena adanya perangkat tambahan, yaitu alat untuk membuat minyak tetap
befiekanan.
3.4
PARAMETER KONDUKTOR
Jika suatu konduktor dialiri arus listrik maka pada konduktor akan timbul panas akibat
rugi-rugi daya (r2r). Panas ini akan membuat temperatur konduktor naik. Di samping
itu, temperatur konduktor juga dapat naik karena adanya pengaruh dari sumber panas
di sekitarnya, misalnya panas matahari, panas mesin-mesin, dan sumber panas lainnya.
Agar sifat fisis bahan konduktor tidak berubah, maka kenaikan temperatur konduktor
dibatasi sampai 15 "C. Oleh karena itu arus kontinu yang mengalir pada konduktor
harus dibatasi, sedemikian hingga pada temperatur 75 'C, jumlah panas yang timbul
42
pada konduktor sama dengan jumlah panas yang disebarkan konduktor ke medium
sekitarnya. Arus tertinggi yang dapat dialirkan secara kontinu oleh suatu konduktor di
mana arus tersebut tidak menimbulkan kenaikan temperatur konduktor lebih dari 75 .C
disebut daya hantar arus (curuent carrying capacity). Dalam pemilihan suatu konduktor,
perlu diperhatikan agar arus kontinu yang akan dialirkan tidak melebihi daya hantar
arus konduktor yang dipilih.
Jarak atau spasi antar konduktor ditetapkan sedemikian sehingga tidak terjadi
peluahan sebagian atau korona pada permukaan konduktor. untuk itu kuat medan
elektrik pada permukaan setiap konduktor perlu diketahui. Kuat medan elektrik tertinggi
yang ditemukan harus lebih rendah dari kekuatan dielektrik bahan isolasi utama. Pada
transmisi hantaran udara, kuat medan pada permukaan konduktor direduksi dengan
menggunakan penghantar berkas (bundled conductor). Di bawah ini diberikan formula
perhitungan kuat medan elektrik tertinggi pada permukaan konduktor sistem tiga fasa
yang diperoleh secara aproksimasi.
kuv
E_
"maks -
Dalam hal
ini: "/ =
fta
nrorn(ry)
3.1
Untuk konduktor tunggal, re sama dengan jari-jari luar konduktor (rr). Untuk
konduktor berkas denganjarak antar konduktor sama dengan s meter, jari-jari ekuivalen
dihitung dengan persamaan di bawah ini:
r"={ios, -. su1
3.2
Nilai ft, bergantung kepada jumlah berkas konduktor per fasa, yang besarnya adalah
seperti diperlihatkan pada Tabel 3.1.
TABEL 3.1
Susunan
kb
oo
o
oo
oo
oo
t*#
)r
2r,
tE
*-4,
3r,-tD
l*---
Bab
Konduktor
43
Jarak antar konduktor pada jaringan hantaran udara, selain dibatasi oleh medan
tertinggi yang diizinkan, dibatasi juga oleh jarak ayunan konduktor jika ditiup angin'
Jarak ayunan bergantung kepada kecepatan angin, diameter konduktor, berat jenis
konduktor, lendutan dan jarak rentangan. Konduktor yang lebih ringan, spasinya harus
lebih besar daripada konduktor yang lebih berat.
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam pemilihan konduktor adalah resistansinya,
kekuatan mekanisnya, jari-jari geometris rata-rata (GMR = geometric mean radius) dan
diameter luarnya. Resistansi konduktor berpengaruh terhadap rugi-rugi daya dan jatuh
tegangan (voltage drop) pada konduktor. Semakin besar resistansi suatu konduktor.
semakin besar rugi-rugi daya dan jatuh tegangan pada konduktor tersebut'
GMR dan diameter luar berpengaruh terhadap reaktansi induktif dan kapasitif
konduktor. Untuk jaringan hantaran udara tiga fasa yang ditransposisi, yang jari-jari
geometris rata-rata konduktornya sama dengan GMR mete\ panjang konduktornya
sama dengan i kilometer dan frekuensi tegangannya sama dengan f (Hz)' maka nilai
reaktansinya dapat dihitung dengan rumus di bawah ini:
3.3
3.4
ohm
3.5
Biaya rahunon
Pada rumus
=3
+;#. 1#
3.5
kilogram/meter
Biaya minimum diperoleh jika harga tahunan energi terbuang sama dengan bunga dari
bagian modal yang dipertimbangkan sebanding dengan berat konduktor, yaitu:
3H PR
-m-
Jika
A=
pm=
= Hk b" flt'
3.6
Peralatan Tegangan
maka Persamaan
rnggi
3.6
3H
12o
-tr-
Hn bu A
3.j
Dari Persamaan 3.7 diperoleh ukuran konduktor yang ekonomis sebagai berikut:
A_
3H"P p
10 Hrbum
3.8
1.
2.
3.
Rugi-rugi daya(P$ yang terjadi pada konduktor tidak melebihi nilai yang diizinkan.
Jatuh tegangan (AIf pada konduktor tidak melebihi nilai yang diizinkan.
Ketika beroperasi tidak terjadi korona di permukaan konduktor.
ini dapat dihitung dengan Persamaan 1.2. Artinya, konduktor harus mampu mengalirkan
arus sebesar 10. Maka, daya hantar arus konduktor terpilih harus lebih besar dari 1*.
Jika rugi-rugi yang diizinkan pada transmisi adalah AP, maka resistansi konduktor
maksimal adalah:
n= Al
3.9
3I o'
Menurut diagram fasor Gambar 2.3b, arus konduktor lebih kecil dari arus beban.
Tetapi dalam perencanaan arus konduktor dapat dianggap sama dengan arus beban.
Jlka Pu = besar beban yang diramalkan pada ujung penerima transmisi, 4 = tegangan
fasa-fasa ujung penerima transmisi dan cos g = faktor daya beban yang diramalkan,
maka arus pada konduktor transmisi dapat dihitung dengan Persamaan di bawah ini:
J"
(a) Rangkaian ekuivalen transmlsl
GAMBAR 3.3
Rangkaian ekuivalen dan diagram fasor arus - tegangan transmisi
Bab
P,0
r
11 -,f
-1'--
45
Konduktor
K o- r/34cos9
3.10
R'=+
3.1
Pada Lampiran I diberikan tabel yang memuat jenis, ukuran, dan karakteristik
dari konduktor tembaga dan aluminium. Pada tabel tersebut dapat dicari konduktor
yang resistansinya per kilometer pada temperatur kerja lebih kecil atau sama dengan
R' dan mampu mengalirkan arus 1*. Jika resistansi konduktor terpilih adalah R*' ohm/
km, maka resistansi konduktor yang dipilih adalah:
Rt=Rt'xl
3.12
Selanjutnya nilai arus dan tegangan jika transmisi menggunakan konduktor yang
dipilih dapat dihitung. Jika tegangan fasa ke netral ujung penerima adalah V,,,, n*a
arus kapasitansi pada ujung penerima adalah:
rr=&
v"_
3.l3
3.t4
Sudut fasa arus konduktor transmisi adalah:
*=arc,r(qH+)
3.15
Tegangan ujung pengirim fasa ke netral dapat dihitung dengan persamaan berikut:
Vrr2
3.t6
Dengan demikian dapat dihitung jatuh tegangan pada konduktor yang dipilih, yaitu:
lv -vl x t007o
\v - '-! v:
3.11
3.6
REL DAYA
Konduktor digunakan juga sebagai rel daya
gardu induk umumnya terbuat dari
46
sehingga mampu memikul arus yang akan disalurkan. Kemampuan menghantar arus
konduktor dapat dilihat pada Lampiran L Jika pada rel mengalir arus hubung singkat,
maka rel daya akan mengalami gaya elektromagnetik yang besarnya bergantung kepada
besarnya arus hubung singkat dan jarak antar rel. Oleh karena itu, jarak antar rel harus
dirancang sedemikian rupa sehingga gaya yang diakibatkan arus hubung singkat tidak
sampai merusak rel dan isolator penyangganya. Berikut ini akan diuraikan perihal gaya
dan tekanan yang terjadi pada konduktor dan isolator penyangga suatu rel akibat arus
hubung singkat pada sistem ac tiga fasa.
F_
Pada persamaan
di atas: F
&
1t
i, i,
2rJ
3.18
t,tl<-
,s
-->l r
n]-a ri
nlll
I|t ln lll
ilt
t1--- .-]-'1
ffi
-
-!:-
m
lll
t,l
^
M
t
----t
ffi
-=E:=
-rI__l--\
tltJl
r<---------->t <-------------i>t
GAMBAR 3.4
Susunan rel daya konduktor tunggal
Bab
Konduktor
47
berbentuk sinusoidal dan masing-masing berbeda fasa 120 derajat listrik dan jarak antar
fasa juga tidak sama, maka gaya pada setiap rel tidak sama. Gaya sesaat yang terjadi
pada tiap rel adalah:
Fta.s=
F,,,. T
Pada ketiga persamaan
di
uioirl
pi*irl
uiol, I
p.itirL
-ffi--ffi
u:ll-*Fioi't
= '- 2r J
2rr eA
l.l9
j3.ZO
3'll
atas:
Fn =
"
Fs =
dan
Fr = 0,13
0,86
uli2
Z*
uliz
,, t
3.22
3./-.)
Dengan membandingkan Persamaan 3.22 dengan 3.23, terllhat bahwa gaya paling besar
terjadi pada rel yang berada di tengah (fasa S).
Dasar perhitungan dalam perencanaan rel daya adalah gaya mekanis tertinggi
yang diperkirakan terjadi pada rel. Gaya mekanis tertinggi terjadi ketika rel dialiri arus
puncak subtransien dari arus hubung singkat tertinggi yang mungkin mengalir pada rel.
Jika arus hubung singkat tiga fasa tertinggi yang diperkirakan melalui rel adalah 1r,.
(A), dan medium yang berada di antara rel adalah udara dengan p = 4t x 10-' H/m,
maka gaya tertinggi dalam newton yang timbul pada rel tengah adalah:
Fp
= o'86 x
L,iz
4n x IO-7 1r,,2 I
2rJ
x Io-7 1p,,2 I
J
Jika
o =
a =
I4l =
3.24
48
TABEL 3.2
Faktor Penyangga Terhadap Tekanan Rel dan Gaya lsolator
B
Susunan Penyangga
la ta la
Isolator A
lsolator B
1,0
A=0,5
B=0,5
0.73
A=0.5
B = 1,25
0,5
ta ta tr ta
A=0.5
B=
1.0
A=0,5
1,0
7l**
0,5*
0,73**
aFrl
o= W
3.25
Tahanan momen suatu batang konduktor bergantung kepada arah gaya pada rel dan
ini diperlihatkan dengan jelas pada Gambar 3.5. Rel
dinyatakan dapat memikul arus hubung singkat yang diperkirakan, jika:
os
1,5
on,n
3.26
di mana ontinadalah kekuatan mulur minimal bahan rel (lihat Lampiran 2).
Gaya yang terjadi pada isolator penyangga adalah:
F,=lFFo
Dalam hal
ini, Fi =
7=
0 = Faktor yang bergantung
nt
I lI
ll'
lll
-l Llv
+lr
3.27
hr)
'=a
n ,f----ll
l<--
GAMBAR 3.5
Tahanan momen berdasarkan bentuk penampang rel konduktor
w=[
Bab
49
Konduktor
Jika o.uu, adalah kekuatan mulur maksimal bahan rel (iihat karakteristik material
Lampiran 2) dan tekanan pada rel o > 0,8 o*uor, maka nilai 7 - 1.
Jika tekanan pada rel o < 0,8 o-"*.. maka nilai 7 dihitung dengan Persamaan
3.28 di bawah ini:
0,8
v-
o-*,
3.28
(f,)
tidak
atau lebih batang konduktor paralel pada setiap fasa. Agar susunan batang konduktorkonduktor tersebut kokoh, maka di beberapa tempat diberi pengikat sehingga satu
rel merupakan ikatan beberapa batang konduktor. Selanjutnya, seikat konduktor yang
membentuk rel fasa disebut rel fasa, sedangkan batang-batang konduktor yang membentuk
satu rel fasa disebut elemen rel. Pada Gambar 3.6 diperlihatkan contoh susunan rel
panel tiga fasa ac yang setiap relnya terdiri dari dua batang konduktor.
Untuk panel rel ganda seperti diperlihatkan pada Gambar 3.6, ada dua jenis arus
yang perlu dibedakan, yaitu arus rel atau arus fasa (1r,,); dan arus elemen rel (1r). Arus
fasa adalah arus total yang mengalir pada satu rel sedangkan arus elemen rel adalah
arus pada satu batang konduktor yang membentuk rel tersebut. Jrka I, = arus pada
satu batang elemen rel, Ipr, = arus fasa atau total arus pada satu rel dan 2 = jumlah
batang konduktor per rel, maka besar arus pada elemen rel adalah sebagai berikut.
, - Io"
n
3.29
te -
Gaya yang timbul pada satu rel sebagai hasil interaksi antar arus fasa, disebut gaya fasa
(Fo), sedangkan gaya hasil interaksi antar arus pada elemen rel disebut gaya elemen
(F"). Gaya fasa dan gaya elemen diperlihatkan pada Gambar 3.7 di halaman 50.
Pengikat
I
-t v
B'ffitiB
+jd-l-Ejir
ttl
trert
lt9ttl
[r,6,,*Xrgi.'P*
EAlEiAXiXii
T--r_T
Konduktor
-lr!
.T). /
i
-\//
l--------------i--------------
pJ5Jr
lsolator
Pengikat
li
GAMBAR 3.6
Susunan rel batang ganda pada suatu panel daya
50
Peralatan Tegangan
rnggi
: J, .
i<-i-->l
,I
F,
Fett
2)
GAMBAR 3.7
Gaya fasa dan gaya elemen
F_
l,7z x l0-7
1p,,2 I
3.30
Karena arus pada setiap elemen adalah sefasa, maka gaya yang paling besar terjadi
pada elemen terluar. Jika, yaitu:
Fe{t
n)
3.31
F,
F e(t-2)
=
=
nomor 2
Fe(t-3)
Gaya hasil interaksi arus pada elemen nomor 1 dengan arus pada elemen
Felr-n)
Gaya hasil interaksi arus pada elemen nomor 1 dengan arus pada elemen
nomor
nomor n
Arus pada masing-masing elemen sama dan satu fasa, maka gaya hasil interaksi
arus pada dua elemen dapat dihitung dengan Persamaan 3.18. Dengan menganggap
bahwa media yang berada di antara elemen-elemen adalah udara, maka gaya tarikmenarik antar dua elemen dapat ditulis sebagai berikut:
Deta
- Dt
lo-1
Jela _
1"2
l,
3.32
b1
lr
=
=
Je(q_b)
Fe(a_b)
Bab
F"=
Fe = 2
F"
lo-1 (1")2
li
2 x ro-7
J, _,
_2 x
J,
*
lO-7 tt-12
t,
,-e, .,.Jt_r,
t=L
(1")2 li
_,
-l
Jr_,
+...
51
Konduktor
to-1 (1,)z li
J, _,
+ ... + --L-4
_)
lo-7 (t")2 ll
-1.
J"
-l
Gaya pada Persamaan 3.18 berlaku untuk susunan konduktor garis paralel
berdiameter mendekati nol atau konduktor garis berdiameter sangat kecil dibandingkan
terhadap jarak antar konduktor. Untuk susunan konduktor batang seperti diperlihatkan
pada Gambar 3.7, dan jarak antar konduktor sangat dekat, dan penampang tidak
berbentuk lingkaran, maka jarak antar konduktor tidak dapat disamakan dengan jarak
antar sumbu konduktor, tetapi bergantung pada tebal (r) dan tinggi (/z) konduktor. Oleh
karena itu, jarak efektif (J") bergantung kepada ukuran penampang elemen dan jumlah
elemen. Nilai "f" untuk berbagai ukuran rel diperlihatkan pada Tabel 3.3.
Tekanan pada rel akibat gaya fasa adalah:
o-p=oFnl
gk"w"
3.34
TABEL 3.3
Jarak Efektif O) cm
Susunan
Elemen
Tebal
(/) cm
h=4
h=5
h=6
h=8
cm
cm
cm
cm
0,5
z,o
2,4
t,0
7R
3.1
3,4
4.1
4,7
1.3
1,5
1.8
a)
t.9
2.0
)7
2.7
0,5
1,0
1,7
h =10
cm
h=12 h=16
h =20
cm
cm
cm
5,4
6,7
8,0
10
3,t
4,3
4,0
Bab 4
da beberapa tingkat tegangan pada suatu sistem tenaga listrik, yaitu: tegangan
nominal, tegangan maksimum, tegangan puncak maksimum dan tegangan lebih.
Tegangan nominal adalah tegangan pengenal sistem. Nilai tegangan ini dinyatakan
dalam harga efektif dan dituliskan pada papan nama sistem. Dalam praktiknya, sistem
beroperasi pada tegangan yang tidak sama dengan tegangan nominalnya, adakalanya
beroperasi di bawah tegangan nominal dan adakalanya di atas nominal. Jika sistem
beroperasi di atas tegangan yang diizinkan, maka sistem dinyatakan memikul tegangan
lebih. Tegangan lebih dapat merusak peralatan, oleh karena itu peralatan perlu dilindungi
agar tidak rusak karena tegangan lebih tersebut.
Berikut ini akan dijelaskan tentang jenis-jenis tegangan lebih yang mungkin
terjadi pada suatu sistem tenaga listrik; jenis-jenis alat pelindung tegangan lebih dan
karakteristik alat-alat pelindung tersebut.
4.1
TEGANGAN LEBIH
Batas tertinggi tegangan operasi suatu sistem di atas tegangan nominalnya disebut
tegangan maksimum (V-*,), umumnya tidak lebih daripada 1,1 kali tegangan nominal.
Jika tegangan sistem adalah tegangan bolak-balik, maka tegangan maksimum sistem
mempunyai nilai puncak yang disebut dengan tegangan puncak maksimum (Vr.urr).
Tegangan lebih adalah tegangan pada sistem tenaga listrik yang bersifat temporer dan
nilainya melebihi tegangan puncak maksimum sistem. Dilihat dari sumbernya, tegangan
lebih dibagi dua jenis, yaitu: tegangan lebih internal dan tegangan lebih eksternal.
Dilihat dari frekuensi dan durasinya, tegangan lebih intemal terdiri dari tegangan
lebih sementara berfrekuensi daya dan tegangan lebih transien. Tegangan lebih
frekuensi daya terjadi akibat: (a) hubung singkat satu fasa ke tanah, (b) resonansi
atau ferroresonansi, (c) pelepasan beban tiba-tiba dan (r/) transmisi panjang berbeban
rendah. Besaran tegangan lebih frekuensi daya akibat hubung singkat satu fasa ke tanah
bergantung kepada lokasi gangguan, pembumian netral dan parameter impedansi sistem.
Tegangan lebih transien terjadi karena adanya operasi hubung-buka (switching
operation) pada sistem ketika: (a) energisasi dan re-energisasi jaringan, (b) pengisoliran
gangguan, (c) pemutusan arus kapasitifdan induktif, dan (fl pelepasan beban. Tegangan
lebih akibat operasi hubung-buka pemutus daya disebut tegangan impuls hubung-buka.
54
GAMBAR 4.1
Tegangan Iebih akibat sambaran petir
Tegangan lebih eksternal adalah tegangan impuls yang terjadi pada sistem tenaga
listrik akibat sambaran petir pada kawat hantaran udara transmisi sistem tersebut.
Sambaran petir pada kawat transmisi merupakan suntikan muatan listrik. Mengingat
bahwa suatu kapasitor dibentuk oleh dua material konduktor yang diisolir oleh bahan
dielektrik, maka antara kawat transmisi dengan tanah terbentuk suatu kapasitor, karena
dalam hal ini kawat transmisi dan tanah adalah dua material konduktor yang diisolir
bahan dielektrik udara. Karena itu, suntikan muatan pada kawat transmisi analog
dengan suntikan muatan pada suatu kapasitor. Suntikan muatan pada suatu kapasitoi
akan menaikkan tegangan kapasitor. Karena itu, suntikan muatan pada kawat transmisi
akan menaikkan tegangan kawat transmisi melebihi tegangan operasinya. Tegangan
lebih ini berbentuk gelombang impuls yang merambat menuju ujung-ujung transmisi
seperti diperlihatkan pada Gambar 4. 1. puncak tegangan dapat mencapai 100
- 1000
kV, dan berlangsung dalam waktu mikrosekon. Tegangan lebih akibat sambaran petir
disebut tegangan impuls petir. Durasi dan amplitudo masing-masing tegangan di atas,
Amplitudo
Tegangan (pu)
Tegangan
Tegangan Impuls
Impuls Petir
(mikrosekon)
Hubung-Buka
(milisekon)
Tegangan
-Fasa-ke-Tanah
Lebih AC
(sekon)
GAMBAR 4.2
Durasi dan besaran tegangan pada sistem tenaga listrik
V-uk.
Bab
55
1.
2.
3.
Jika sistem pembumian menara transmisi buruk, maka arus petir yang mengalir
melalui menara akan menimbulkan tegangan yang tinggi pada puncak menara,
sehingga beda potensial yang dipikul isolator transmisi naik dan dapat menimbulkan
peristiwa lewat denyar (flashover) pada isolator tersebut.
Jika suatu tegangan impuls petir tiba di suatu gardu maka tegangan lebih tersebut
Melihat bahaya yang dapat terjadi akibat tegangan lebih, maka perlu dilakukan
tindakan untuk mengurangi tegangan lebih yang tiba pada peralatan sistem agar tegangan
lebih tersebut tidak melebihi kekuatan isolasi peralatan. Ada dua cara yang dilakukan,
yaitu memasang alat pelindung tegangan lebih dan kawat tanah.
4.2
Alat pelindung tegangan lebih dipasang paralel dengan peralatan yang dilindungi.
Lokasinya diatur sehingga tegangan lebih impuls melalui alat pelindung terlebih dulu
sebelum melalui alat yang dilindungi. Pada Gambar 4.3 diperlihatkan suatu alat pelindung
tegangan lebih yang dipasang pada sambungan kabel dengan jaringan hantaran udara.
Pada keadaan tegangan jaringan normal, sampai 1 ,l tegangan normal, pelindung berperan
sebagai isolasi atau idealnya tidak mengalirkan arus dari jaringan ke tanah. Tetapi jika
suatu tegangan lebih impuls tiba pada terminal alat pelindung, maka alat pelindung
segera berubah menjadi penghantar dan mengalirkan arus impuls ke tanah sehingga
amplitudo tegangan lebih yang merambat menuju peralatan yang dilindungi berkurang
menjadi di barvah ketahanan tegangan impuls peralatan yang dilindungi.
Kawat
pembumian
20
------' Teminal
$#
&t
GAMBAR 4.3
Arester jenis saluran dan pemasangannya pada jaringan distribusi
kv
56
Suatu alat pelindung tegangan lebih akan mengalirkan arus petir ke tanah. oleh
karena itu, alat pelindung tegangan lebih harus dirancang sedemikian rupa, sehingga
ketika mengalirkan arus ke tanah, alat pelindung tidak mengalami kerusakan.
Ada tiga jenis alat pelindung tegangan lebih pada sistem tenaga listrik, yaitu sela
batang, arester jenis tabung atau arester ekspulsi, dan arester jenis katup. Berikut ini
akan dijelaskan prinsip kerja masing-masing alat-alat pelindung regangan lebih tersebut.
4.3
SELA BATANG
Karvat janngan
GAMBAR 4,4
Pelindung tegangan lebih sela batang
Bab
57
TABEL 4.1
Panjang Sela Batang untuk Berbagai Tegangan Sistem
Tegangan (kY)
JJ
23
66
35
132
65
275
t23
Arus Susulan
Pada Gambar 4.5 diperlihatkan suatu sistem yang dilengkapi alat pelindung
sela batang.
Panjang sela diatur sedemikian sehingga terpercik jika mlmikul tegangan sebesar
v,.
Misalkan suatu tegangan impuls petir merambat menuju transformator. Jika t.gurgin
impuls petir telah tiba pada terminal pelindung, maka tegangan sela batang naik mengikuti
kenaikan tegangan impuls, seperti diperlihatkan pada Gambar 4.6.
Ketika tegangan pada sela mencapai tegangan percik sela (v,), sela terpercik sehingga
kedua elektroda batang terhubung singkat. Akibatnya, t"gurrgi, di terminal pelindung
tiba-tiba menjadi nol dan arus petir mengalir ke tanah. Arus petir berlangsung dalam
waktu mikrosekon dan menimbulkan busur api pada sela. Setelah arus petir
nol, busur
api pada sela tetap berlangsung karena dipertahankan tegangan bolak-balik frekuensi
daya sendiri. Dengan kata lain, sela elektrodatetap terhubung iingkat. Akibatnya
timbul
arus hubung singkat frekuensi daya yang disebut dengan arus susulan. Arus
susulan ini
diputuskan dengan membuka pemutus daya, akibatnya terjadi pemutusan aliran
daya;
Tegangan lebih
Pemutus
Trafo
daya
Sela batang
GAMBAR 4.5
Sistem dengan pelindung sela batang
Gelombang impuls
yang tiba di trafo jika
pelindung tidak ada
I
Gelombang impuls
yang tiba di trafo.jika
pelindung bekerja
GAMBAR 4.6
Tegangan pada sela batang
58'
suatu keadaan yang tidak diinginkan terjadi pada suatu sistem tenaga listrik. Besarnya
arus susulan ini tergantung kepada impedansi jaringan, impedansi pembumian netral
= 0'8
S:>!
4.t
4.2
a.
b.
ini
Jika pelindung tegangan lebih sela batang bekerja, harus terjadi pemutusan aliran
daya pada sistem. Itu sebabnya, pelindung tegangan lebih sela batang umumnya
digunakan sebagai pelindung tegangan lebih cadangan'
Tegangan percik sela lebih besar pada tegangan impuls bermuka curam, sehingga
panjang sela harus diperkecil jika digunakan sebagai pelindung terhadap tegangan
impuls petir. Tetapi panjang sela yang pendek membuat sela terpercik jika dikenai
tegangan impuls hubung-buka.
c.
d.
4.4
Bekerjanya sela batang dipengaruhi kondisi udara sekitar, karena medium yang
berada di antara sela adalah udara yang tegangan tembusnya bergantung kepada
temperatur, tekanan dan kelembaban.
Bekerjanya sela batang juga tergantung kepada polaritas tegangan impuls.
ARESTER EKSPULSI
Sebelumnya telah dijelaskan bahrva alat pelindung tegangan lebih sela batang tidak dapat
Bab
59
Konduktor transmisi
Sela luar
Elektroda
Saluran
pembuangan gas
GAMBAR 4.7
Arester ekspulsi
menimbulkan deionisasi. Arus susulan merupakan arus sinusoidal. Artinya, dalam satu
periode, arus susulan dua kali bernilai nol. Ketika arus susulan mencapai nol, busur
api mengecil, dan pada saat itulah busur api dipadamkan oleh gas yang diproduksi
tabung serat. Jika busur api sudah padam, maka arus susulan tidak berlanjut lagi. Arus
susulan paling lama bertahan selama dua periode, tapi biasanya sudah padam dalam
waktu setengah periode arus susulan.
Kemampuan gas memadamkan busur api bergantung kepada besarnya energi panas
busur api. Energi panas busur api bergantung kepada besar arus susulan yang mengalir
pada arester, sedangkan besar arus susulan bergantung kepada tegangan sistem dan
parameter impedansi sistem. Jika arus susulan besar, busur api yang ditimbulkannya
juga besar, sehingga gas yang diproduksi tabung serat tidak mampu lagi memadamkan
busur api tersebut. Akibatnya, arus susulan tetap berlanjut. Maka, pemakaian arester ini
terbatas hanya pada sistem yang kapasitas daya hubung singkatnya rendah, umumnya
pada sistem yang bertegangan sampai 33 kV. Arester ini dapat digunakan untuk
melindungi transformator distribusi bertegangan 3 - 15 kY tetapi belum memadai
untuk melindungi transformator daya. Arester ini dapat juga digunakan pada saluran
transmisi untuk mengurangi besar tegangan impuls petir yang masuk ke gardu induk.
Keuntungan arester ini adalah sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
a.
b.
c.
Setelah beberapa kali bekerja, arester harus diganti, karena setiap kali arester
bekerja, tabung serat arester mengeluarkan gas yang mengakibatkan sebagian
material tabung terkelupas.
Adanya gas buangan ketika arester bekerja membuat arester tidak dapat ditempatkan
berdampingan dengan peralatan yang akan dilindungi.
Karakteristik volt-waktu arester ini masih kurang baik, sehingga ticlak dapat
digunakan untuk melindungi peralatan yang harganya mahal.
60
4.5
ARESTER KATUP
Berdasarkan sela perciknya, arester katup terdiri dari arester sela pasif, arester sela aktif
dan, arester tanpa sela percik. Arester sela pasif digunakan pada jaringan distribusi
hantaran udara; arester sela aktif digunakan pada jaringan tegangan tinggi dan titik
pusat jaringan distribusi; sedangkan arester tanpa sela digunakan untuk semua tingkat
tegangan.
linier keduanya ditempatkan dalam tabung isolasi tertutup, sehin-ega kerja arester ini
tidak dipengaruhi oleh keadaan udara sekitar.
Resistor non-linier terbuat dari beberapa piring silikon karbida (silicort carbide)
yang terhubung seri. Ukuran diameter piring kurang lebih 90 mm, sedangkan tebalnya
kurang lebih 25 mm. Nilai resistansi resistor ini sangat besar ketika melewatkan arus
lemah, tetapi nilai resistansinya sangat rendah ketika dilewati arus kuat. Karakteristik
arus dan tegangan suatu resistor non-linier dapat dinyatakan dengan Persamaan 4.3.
I=KV"
4.3
f,,
V,=ioR
4.4
Misalkan karakteristik resistor non-linier adalah seperti diperlihatkan pada Gambar 4.9b
dan arus petir yang mengalir pada arester adalah seperti diperlihatkan pada Gambar
4.9c. Dalam selang waktu 0 - /,, arus petir naik dan mencapai nilai puncak i, = I*.
Dalam selang waktu ini resistansi R mengecil, sehingga kenaikan tegangan terminal
arester dibatasi hanya sampai V,. Seandainya nilai resistor R konstan, maka ketika arus
petir mencapai nilai puncak (/,,,), tegangan di terminal arester sama dengan V,. Artinya
Konduktor transmisi
Sela percik
Resistor non-linier
GAMBAR 4.8
Arester katup
Bab
61
(,)
(b)
GAMBAR 4.9
Rangkaian ekuivalen dan karakteristik arester
tegangan sistem tetap tinggi, sehingga tujuan perlindungan tidak tercapai. Dalam selang
waktu /, - /2, arus petir menurun, nilai resistor R membesar. Ketika arus petir menjadi
nol, masih tersisa arus susulan (l") yang relatif kecil. Arus susulan ini juga akan semakin
kecil karena resistansi R semakin membesar, akhirnya tersisa arus yang lebih kecil
lagi, yaitu arus kendali (i*). Biasanya arus kendali ini kurang lebih 50 A. Ketika arus
kendali sama dengan nol, busur api pada sela padam sehingga arus kendali menjadi
nol dan tidak berlanjut lagi. Seluruh proses di atas diperlihatkan pada Gambar 4.10.
Pada Gambar 4. 10 terlihat bahrva besarnya arus susulan tergantung kepada waktu
tibanya tegangan petir. Jika tegangan petir tiba ketika tegangan sesaat sistem mendekati
nilai puncaknya, maka arus susulannya besar. Jika tegangan impuls tiba ketika tegangan
sesaat sistem mendekati nilai nol, maka arus susulannya kecil.
Tegangan di teminal arester sama dengan tegangan di terminal peralatan yang
dilindunginya. Tegangan petir yang tiba pada suatu peralatan yang dilindungi dengan
arester katup diperlihatkan pada Gambar 4. ll di halaman 62. Karena tegangan yp
berlangsung lebih lama daripada V,, maka tingkat tegangan perlindungan arester ini
ditetapkan sama dengan Vr.
Keterangan:
= Atus petir
1. = Arus susulan
1* = Arus kendali +50 A
v,,,
Arester bekerja
Tegangan impuls petir tiba pada
terminal arester
GAMBAR 4.10
Tegangan dan arus pada arester katup sela pasif
62
Bentuk gelombang
yang tiba di peralatan
jika tidak ada arester
Bentuk gelombang yang
tiba di peralatan jika
arester bekerja
GAMBAR 4.11
katup sela aktif, ada suatu usaha untuk memadamkan busur api, yaitu memperpanjang
dan mendinginkan busur api dengan cara membangkitkan medan magnet pada sela
percik. Prinsip kerjanya dapat dijelaskan dengan bantuan Gambar 4'12'
Arester katup sela aktif terdiri dari sela utama (G,), kumparan (X), sela bantu (G6)
dan resistor non-linier. Semuanya dimasukkan dalam tabung isolasi porselen. Jika suatu
tegangan impuls petir membuat sela utama arester terpercik, maka mula-mula, arus
petir mengalir ke tanah melalui sela utama, kumparan dan resistor non-linier (Gambar
4.12a). Karena tegangan impuls petir merupakan tegangan berfrekuensi tinggi, maka
impedansi kumparan menjadi besar, sehingga tegangan pada terminal kumparan menjadi
tinggi. Beda tegangan yang tinggi pada terminal kumparan, mengakibatkan sela bantu
terpercik. Dengan terperciknya sela bantu, maka arus petir mengalir melalui sela bantu,
sedangkan kumparan tidak lagi dilalui arus petir (Gambar 4.12b). Setelah arus petir
menjadi nol, mengalir arus susulan berfrekuensi daya' Pada frekuensi daya, impedansi
kumparan sangat rendah, sehingga sebagian arus susulan mengalir melalui kumparan,
I'
Jaringan
Jaringan
Jr'=*
G,,
Jaringan
--[r
ll,,
J-+
Gu
--------->
Gb
<Resistor
Resistor
Nonlinier
Nonlinier
(a) Aliran
GAMBAR 4.12
Rangkaian arester katup sela aktif
(b) Aliran
arus ketika
arus petir tinggi.
(c)
Bab
Jaringan
63
Jaringan
Tegangan Tinggi
I-K
u,_
tr-:
G,
G,-
''^J
T--c
qH
Gbl
n
,fl
,J
Resistor Nonlinier
Resistor
Nonlinier
Resistor
NonJinie
GAMBAR 4.13
Arester katup sela aktif tegangan tinggi
GAMBAR 4.14
Arester katup sela aktif tanpa sela bantu
mengakibatkan busur api pada sela bantu tidak stabil dan akhirnya padam. Selanjutnya,
semua arus susulan mengalir melalui kumparan (Gambar 4.12c). Arus susulan pada
kumparan membangkitkan medan magnet yang menerpa busur api pada sela utama,
membuat lintasan busur api semakin panjang dan temperatur busur api berkurang,
sehingga ketika arus susulan bernilai nol, busur api pada sela utama padam.
Jika arester ini hendak digunakan pada jaringan bertegangan lebih tinggi, maka
ditambah satu atau lebih set "sela utama-kumparan-sela bantu" seperti diperlihatkan
pada Gambar 4.13. Sela bantu dapat juga diganti dengan resistor non-linier seperti
diperlihatkan pada Gambar 4.14.
murni tingkat tinggi atau nikel. Jika logam oksida mengalami pemanasan berlebihan,
64
Seal
Ventilasi
Semen perekat
Logam oksida
Logam pengantara
Badan penyangga
Cincin pengikat
Ventilasi
GAMBAR 4.15
Konstruksl arester logam oksida
tekananudaradiruangbejanaisolasinaiktinggi,sehinggaudaradapatmenembus
diafragmadankeluardarilobangventilasiyangterdapatpadakeduaujungarester'
4.16.
Karakteristik suatu bahan logam oksida diperlihatkan pada Gambar
jaringan' pada keadaan normal'
Karena resistor non-linier teriambung langsung ke
sangat rendah' besarnya
arester mengalirkan arus berfrekuensi daya ke tanah. Arus ini
dalam orde I0-o
u-p"r"
lebih tiba di
lebih berlangsung cepat; yaitu dalam orde 0,5 nanosekon. Jika tegangan
resistansi resistor
terminal arester, arus ya;g mengalir ke tanah semakin tinggi dan
ke tanah, kenaikan
non-linier menurun. Maka, ketika-arus petir mengalir melalui arester
teganganpadaterminalaresterdapatdibatasihinggatidaksampaimerusakperalatan
yang dilindungi.
kiloampere,
Arester ini dapat mengalirkan arus dari orde ampere hingga beberapa
kilovolt. Kelemahan arester
sedangkan tegangan kerjanya dari orde volt hingga ratusan
yang besar; dan
ini adalah mengalirkan u-, Uo"or kontinu ke tanah; menyerap energi
piring-piring logam oksida'
mengandung kapasitansi, yaitu kapasitansi yang dibentuk
4.6
yang cukup kepada peralatan yang dilindungi, dan pada tegangan tersebut,
pemilihan tegangan pengenal
arester tetap berumur panla.rg. Berikut ini akan diuraikan
utama dalam menentukan
pertimbangan
Dasar
arester bersela percik dan aresier tanpa sela.
p"Itinirniun
Bab
65
200
+-l
I 100
1000
900
800
d
700
co
600
.o
F
500
400
300
200
100
0
10-2
10-4
102
101
GAMBAR 4.16
Karakteristik tegangan
- arus (y -
/) logam oksida
operasi sistem saat arester bekerja. Oleh karena itu, perlu diketahui tegangan frekuensi
daya tertinggi yang mungkin dipikul oleh suatu arester.
Arester terpasang di antara fasa jaringan dengan tanah. Maka, dalam pemilihan
arester perlu diperhitungkan tegangan fasa-ke-tanah tertinggi yang mungkin terjadi
selama operasi. Tegangan fasa-ke-tanah tertinggi dapat ditentukan dengan pertimbangan:
1.
2.
3.
Ada kalanya, suatu sistem beroperasi pada tegangan maksimum, yakni tegangan
kerja tertinggi yang diizinkan pada sistem tersebut. Umumnya tegangan maksimum
suatu sistem tidak lebih daripada 1,1 kali tegangan nominal sistem.
Saat sistem beroperasi pada tegangan maksimum, selalu ada kejadian yang membuat
tegangan sistem melebihi tegangan maksimum. Misalnya, saat suatu jaringan panjang
berbeban sangat rendah, maka tegangan pada ujung penerima melebihi tegangan
ujung pengirim. Pelepasan beban PLTA yang tiba-tiba membuat turbin berputar
lebih cepat, sehingga tegangan keluaran generator lebih tinggi daripada keadaan
normal. Kandungan harmonisa pada tegangan sistem juga menaikkan tegangan di
atas tegangan maksimum.
Jika salah satu fasa sistem terhubung singkat ke tanah, maka tegangan pada fasa
yang tidak terganggu sama dengan frr/: Ul tegangan operasi. Faktor k, bergantung
kepada metode pembumian netral sistem, impedansi urutan nol dan impedansi
urutan positif sistem. Dalam praktiknya, untuk sistem yang tidak dibumikan nilai
ftc = 1,0. Untuk sistem yang dibumikan efektif nilai ft, < 0,8 dan untuk sistem
yang dibumikan tidak efektif nllai kr = 0,8 - 1,0.
66
Peralatan Tegangan
linggi
,.-v'uk'=l.l%l*
.mfi
,/z
Jz
4.5
Analisis hubung singkat sistem tenaga listrik menyatakan bahwa pada peristiwa
hubung singkat satu fasale tanah, tegangan fasa yang sehat akan naik menjadi &,y'3
kali tegangan normal. Bila hubung singkat terjadi ketika tegangan sistem sama dengan
tegangan maksimum (V-*J, maka tegangan tertinggi fasa yang sehat adalah:
Vu
= krl3 v*f,
4.6
ftg Y*uk,
1,05 Vn
Yp"rg"nul
1,05 Vu
l,O5
1,1
k, %o.
4.7
Dalam praktiknya, untuk sistem yang tidak dibumikan nilai kr = 1,0; untuk sistem yang
dibumikan efektif nilai fr, = 0,8; dan untuk sistem yang dibumikan tidak efektif nilai
kn = 0,8 - 1,0. Jika nilai ftr< 0,75, maka tegangan pengenal arester ditambah dengan
fiktor keamanan 7,5Vo, sehingga tegangan pengenal arester menjadi:
Yp.ng.nur
4'8
Suatu sistem dibumikan efektif jika salah satu syarat di bawah ini dipenuhi:
a. (RolX,) < 1 dan (X,lX) < 3, di mana R, adalah resistansi urutan nol, X,
aOitafi reaktansi urutan nol dan X, adalah reaktansi urutan positif sistem dilihat
b.
c.
>
Sistem yang dibumikan tidak efektif adalah sistem di mana tidak semua titik netral
transformator dibumikan, atau pembumiannya dilakukan melalui resistor atau reaktor.
ketika memikul tegangan lebih frekuensi daya. Arus pada keadaan normal berlangsung
kontinu, sedangkan arus akibat tegangan lebih frekuensi daya berlangsung sementara.
Suatu arester harus mampu mengalirkan arus kontinu dan arus sementara tersebut tanpa
menimbulkan kerusakan pada arester.
Tegangan yang menimbulkan arus kontinu disebut tegangan operasi kontinu (V,*)
dan tegangan yang menimbulkan arus sementara disebut tegangan tertinggi frekuensi
d,aya (V,,), seperti diperlihatkan pada Persamaan 4.6.
Bab
Pelindung Tegangan
Lebih
67
V,_
1,05
ymaks
4.9
./3
1,25 vou
1,25
= 0,758 v
4.10
Jika terjadi hubung singkat satu fasa ke tanah, maka arester pada fasa yang
sehat
memikul tegangan tertinggi frekuensi daya seperti diperlihatkan pada Persamaan 4.6.
Vu= krV^u"
Arus yang diakibatkan v,,menimbulkan pemanasan pada resistor non-linier (izrt). Jika
V, berlangsung lama, panas yang diakibatkannya semakin besar dan temperatur resistor
non-linier semakin tinggi. Maka, tegangan pengenal arester harus diatur sehingga panas
yang terjadi akibat tegangan Y, tidak menaikkan temperatur resistor nonlinier melebihi
temperatur yang diizinkan. Setiap pabrik pembuat resistor non-linier, selalu memberikan
spesifikasi faktor ketahanan tegangan lebih sementara (k,1) dari resistor non-linier
yang diproduksinya. Faktor ini menyatakan perbandingan tegangan lebih sementara di
atas tegangan operasi kontinu yang diizinkan untuk suatu resistor non-linier. Faktor
ini bergantung pada lamanya tegangan tertinggi itu berlangsung. pada Gambar 4.17
diperlihatkan contoh faktorketahanan tegangan lebih sementara suatu resistor non-linier.
Jika tegangan lebih sementara sama dengan V,,, maka tegangan pengenal (tegangan
operasi kontinu) adalah:
V
' pt,=V,,
kr,
4.tt
Tegangan pengenal yang dipilih adalah tegangan pengenal yang terbesar di antara kedua
tegangan V*o dan Vr,,. Kemudian nilainya dibulatkan ke atas agar dapat dibagi dengan
t,2
1,1
1,0
0,9
0,8
t (sekon)
0.7
1,0
10
GAMBAR 4.17
Contoh faktor ketahanan tegangan lebih sementara
1000
10000
68
Berikut ini diberikan contoh penentuan tegangan nominal suatu arester tanpa sela
yang dipergunakan pada sistem 150 kV. Titik netral sistem ditanahkan efektif dengan
ft, = 0,8. Tegangan maksimum sistem dimisalkan Y*uo, - 1,1 %o..= 165 kV' Tegangan
lSbih frekuensi daya berlangsung maksimum I sekon. Karakteristik resistansi non-linier
arester seperti diperlihatkan pada Gambat 4.13.
Tegangan pengenal menurut tegangan kontinu adalah:
Vpo1,= 0'758 V.ukr= 0'751
165
= 125 kV
165
= l32kY
= 1,I9
'p, -
Vll
krt
111
kv
ll25 kV) lebih besar daripada Vptt (lll kV), maka tegangan pengenal ditetapkan
b5idasarkan Vro1,. yaitu 125 kV. Tegingan di atas 125 kV yang dapat dibagi dengan
Vook
tiga adalah tfOt<V, maka tegangan pengenal arester ditetapkan sama dengan 126 kV.
4.7
a.
b.
petir di atas 100 kA. Digunakan untuk melindungi gardu induk dan transformator
daya.
c.
Spesifikasi suatu arester harus sesuai dengan kebutuhan. Oleh karena itu, sebelum
membeli suatu arester, perlu ditetapkan spesifikasi arester yang akan dibeli. Produsen
arester juga wajib mempublikasikan spesifikasi arester yang diproduksi. Sebelumnya
telah dijelaskan, dilihat dari ada-tidaknya sela percik, arester terdiri dari duajenis, yaitu:
arester bersela, yaitu arester yang memiliki sela percik; dan arester tanpa sela. Karena
prinsip kerja dan karakteristik kedua jenis arester tersebut berbeda, maka butir-butir
ipesifikasi kedua jenis arester itu juga berbeda. Berikut ini akan dijelaskan butir-butir
spesifikasi arester bersela dan arester tanpa sela.
a.
Tegangan pengenal
Adalah tegangan efektif tertinggi frekuensi daya yang mungkin dipikul oleh arester.
Cara menentukannya telah diuraikan pada sub-bab 4.6 terdahulu. Tegangan pengenal
standar arester bersela percik diperlihatkan pada Tabel 4.2'
Bab
69
TABEL 4.2
Tegangan Pengenal Standar Arester Bersela Percik (kVrms)
0,175
-l
18
30
42
'75
108
150
0,280
4,5
10.5
21
33
51
84
120
t'7
0,500
12
24
36
54
96
126
186
15
27
39
60
102
r38
198
0.660
kY
arus
Frekuensi pengenal
Sama dengan frekuensi sistem, 50 Hz atau 60 Hz.
d.
70
TABEL 4.3
Tegangan Percik lmpuls Petir Maksimum
Tegangan Percik
Tegangan Percik
Impuls Maksimum
(kY, puncak)
Tegangan
Pengenal V,
Tegangan Percik
(kYr..)
t0 kA
2,5kA,5 kA
dan 10 kA
Kecuraman
Muka Gelombang
Maksimum
(kY puncak)
(kY/p.s)
10
kA
2,5l5lt0kA
0,15<%s0,3
8,0 %
10
12,0 V,
<v^= 0,6
0,6 <vn= 1,2
7,2 <V,= lO
10 <V^= 120
6,0 v"
10
7,5 V"
5,0 %
10
6,0 vn
<v"=2@
0,3
t2o
200< y"
= 300
300 <V,= 420
v,>
420
4,t5 V,
3,6 V"
8,3
2,8V"
3,33 V,
7,0 V,
3,2V
3,8s %
2,6V"
3,0 V,
6,0 V,
3,0 v"
3,45 V,
Vn
v,
2,6V,
1300
3,0
2,5
Vn
1500
2.9 Vn
2,5 V,
2000
2,9 V"
TABEL 4.4
Tegangan Percik lmpuls Hubung-Buka
Tegangan Pengenal Y"
(kV*)
200< y"
2,75 V,
= 300
300 <V,= 420
v,> 420
h.
2,45 V,
2,45 V,
TABEL 4.5
Ketahanan Arus lmPuls
i.
-linggi
t0
100
65
2,5
25
1,5
10
Bab
Pelindung Tegangan
Lebih
77
diperoleh melalui pelepasan muatan generator arus impuls pada tegangan tidak
kurang 5OVo daipada tegangan peluahan V.. Muatan dilepaskan melalui melalui
induktansi rendah dan resistor (R). Tegangan peluahan V", nilai resistansi resistor
(fi) dan durasi arus impuls diperlihatkan pada Tabel 4.6.
TABEL 4.6
Ketahanan Arus Durasi Paniang Arester 10 kA, Kelas Keria Berat
Durasi Tegangan
Puncak ps
Tegangan Peluahan
(Ohm)
3,3 Vn
2000
3,0 V,
t,8 v,
2000
2,6 Vn
1,2
v,
24AO
2,6
0,8 %
2800
2,4 V,
0,5
v,
3200
2,2 V,
Kelas
Resistansi Resistor
Generator (V")
Vn
Untuk arester kerja-ringan, arus dan durasi waktu diperlihatkan pada Tabel 4.7.
TABEL 4.7
Standar Arus Durasi Panjang Arrester Kelas Kerja-Bingan
Kelas Arester (kA)
Durasi (ps)
10
r50
2000
75
1000
)\
50
500
Tegangan sisa
Adalah amplitudo tegangan di terminal arester saat arester mengalirkan arus petir
nominal. Besar arus peluahan nominal arester telah diberikan pada butir b di atas.
Tegangan sisa harus lebih rendah daripada tegangan sisa standar yang diperlihatkan
pada Tabel 4.8.
TABEL 4.8
Standar Tegangan Sisa
Tegangan Pengenal % (kV,-.)
kA
2,5
kA, 5 kA dan
v,
0,15<y,,=0,3
8,00
0,3<y"< 0.6
0,6<v-< t,2
1,2 <v, < l0
6.00 v,
200<y"<
300<v,<
>420
5,OO
V,
3,60 V,
2.8 V"
3,33 V,
2,6
3.00
V,,
300
2,6 V,
420
2,5 V,
2.5
V,,
10
kA
72
k.
t.
Margin
Ketahanan suatu peralatan memikul tegangan impuls, jika dipasang pada suatu
sistem bertegangan tefientu, disebut BIL (Basic Impulse Level). Untuk tegangan
sistem tertentu, telah ditetapkan BIL setiap peralatan yang akan dipasang pada
sistem tersebut. Contohnya dapat dilihat pada Lampiran 3. Selisih BIL peralatan
yang dilindungi dengan tingkat proteksi arester yang melindunginya disebut margin.
Margin biasanya ditetapkan 20 - 307o dari BIL peralatan yang dilindungi.
GAMBAR 4.18
Tegangan gagal sela
Bab
Tegangan
impuls
3
73
A = Isolator 1
B = Isolator 2
C = Arester
I (ps)
t1 GAMBAR 4.19
Karakteristi k voltase-wa ktu
p.
q.
Tingkat perlindungan
Adalah tegangan tertinggi pada terminal arester saat arester mengalirkan arus impuls
petir. Tingkat proteksi untuk arester jenis ekspulsi dan jenis katup diperlihatkan
pada Gambar 4.2O. Untuk arester jenis ekspulsi, tingkat perlindungan ditetapkan
sama dengan tegangan percik sela (V,), sedangkan untuk aresterjenis katup, tingkat
proteksi ditetapkan sama dengan tegangan Vr, karena V, berlangsung lebih lama
daripada Vo. Jlka margin diambil 307o dan V, adalah tingkat proteksi atau tegangan
sisa arester, maka BIL peralatan yang dilindungi arester adalah:
BIL
4.12
= 1,3 Vp
t(
GAMBAR 4.20
rngkat proteksi arester
i-rs)
74
Peralatan Tegangan'linggi
arester
Panjang dan jarak rambat badan
r.
Jarak rambat
.
.
25 mm/kV
31 mrr/kv
Percik
Spesifikasi Arester tanpa Sela
berhadapan.dengan
Suatu arester tanpa sela percik,
lebih
lebih impils hulung buka dan tegangan
tegangan
daya,
sementara frekuensi
keempat
dengan
arester tanPa sela berhug::gl'
impuls petir. Butir-butir spesiRtrasi
sela
IEC;0099-4' spesifikasi arester tanpa
jenis teganga, t"r,.Uut' fi*lr*t standar
a.
b.
Tegangan resealing
arus
arester, dan pada tegangan tersebut
Adalah uutu, t"guigan pada terminal
susulanmasihdapatdipadamkan.TeganganiniharusSamaataulebihbesardaripada
tegangan oPerasi kontinu'
c.
Bab
75
TABEL 4.10
Standar Tegangan Pengenal Arester Tanpa Sela
Kelas Tegangan Pengenal (kY"-.)
<3
Dalam pertimbangan
3-30
30-54
54-96
t2
- 288
288 - 396
396 - 756
96
d.
18
24
Frekuensi pengenal
Sama dengan frekuensi sistem 50 Hz atau 60 Hz.
kA.
Tegangan
ini
Arus nominal
ps menurut standar, dan digunakan untuk
impuls petir nominal umumnya 2'5; 5;
arus
mengklasifikasikan arester. Puncak
untuk tegangan nominal < 36
digunakan
10; atau 20 kA. Arus nominal 2,5 kA
.<
10
kA digunakan untuk tegangan
kv;
132
kV; 5 kA untuk tegangan pengenal
tegangan nominal di atas 360
untuk
nominal 3 - 360 kV; dan 20 kA digunakan
kV hingga 756 kV.
8120
h.
76
yang puncaknya sama dengan 1,06 tingkat proteksi tegangan impuls hubung-buka
dalam waktu satu menit.
J.
Thermal runaway
Adalah batas kehilangan energi pada arester agar tidak melebihi kemampuan
disipasi panas semua komponen arester (badan, terminal, dan lain-lain). Jika
kehilangan energi melebihi kemampuan disipasi panas arester, maka temperatur
resistor non-linier akan naik dan pada akhirnya dapat merusak resistor tersebut.
k.
Kelas
Impedansi lmpuls
Transmisi (Z = ohm)
Durasi Tegangan
Puncak (ps)
4,9 V,
2000
3,2
V,,
2.4 V,
2000
3,2
V,,
7,3
Vn
2400
2,8 V,
0.8 v,,
2800
2,6 V
0.5 %
3200
2.4 V
(kv-DC)
< 245
< 300
< 420
< 550
<
2
3
800
Bab
77
n.
o.
4.8
1.
2.
3.
V=IR+L
di
4.13
dt
Jika ada kapasitor pada terminal peralatan yang dilindungi, maka kecuraman
gelombang tegangan impuls yang menuju peralatan akan berkurang, sehingga dildt
berkurang. Dalam hal ini, tidak menjadi masalah jika ada kawat penghubung arester
dengan peralatan yang dilindungi.
Karena keterbatasan tempat, ada kalanya arester ditempatkan dengan jarak tertentu
dari peralatan yang dilindungi. Jarak arester dengan peralatan yang dilindungi berpengaruh
terhadap besar tegangan yang tiba pada peralatan. Telah disebutkan sebelumnya, jika
jarak arester terlalu jauh, maka tegangan yang tiba pada peralatan dapat mencapai dua
kali tegangan yang datang. Hal ini dapat dijelaskan dengan konsep gelombang berjalan.
Pada Gambar 4.21 di halaman 78. diperlihatkan suatu gelombang tegangan impuls,
merambat pada suatu jaringan yang impedansi impulsnya 2,, menuju suatu jaringan
yang impedansi impulsny a Zr. Titlk I adalah titik persambungan kedua jaringan, dapat
berupa titik sambung jaringan hantaran udara dengan kabel, atau titik sambung jaringan
dengan transformator atau ujung dari suatu jaringan, atau sambungan jaringan transmisi
dengan rel daya gardu induk. Tegangan pada titik T dapat dinyatakan sebagai berikut:
et=ef+er
Karena arus yang dipantulkan berpolaritas negatif, maka arus pada
i, =
i.f
- i,
4.t4
titik T
adalah'.
4.15
ef
et
e,
,, _
,'_
ZI
ZI'
Z;
4.16
78
Keterangan:
er = Gelombang
rr = Gelombang
e, = Gelombang
j. = Gelombang
er = Gelombang
l, = Gelombang
r, <e,<-
GAMBAR 4.21
Gelombang berjalan dan pantulannya
Zr--
Z,-
4.1',l
zl
Dari Persamaan 4.14 diperoleh tegangan e. dan jika tegangan ini disubstitusikan
ke
er-
el
22 21
-=-et
el
z1
2rf
et
Zr' Zr-
zl
* Z,+2,
zJ,
atau
n,
atau
,=J*
2ur
zr
22,
rr*r,
4.18
Dengan cara yang sama, tegangan yang dipantulkan dapat diturunkan, hasilnya adalah
sebagai
berikut:
, =
Z, _ Z,
.f
"
#,
-
2e,
4.20
4.19
Artinya, nilai tegangan pada terminal transformator dua kali tegangan yang datang
menuju terminal transformator.
Sekarang dimisalkan ada suatu arester terpasang di antara jaringan dengan transformator seperti diperlihatkan pada Gambat 4.22.
Suatu gelombang tegangan (er) merambat menuju terminal transfotmator dan ketika
gelombang tiba di terminal arester, arester bekerja sehingga gelombang yang diteruskan
ke transformator adalah seperti gelombang e, dalam hal ini kecuraman muka gelombang
sama dengan gelombang semula dan puncaknya sama dengan tegangan percik sela
arester (%). Menurut Persamaan 4.20, tegangan pada terminal transformator adalah
dua kali tegangan yang datang. Karena tegangan yang datang merupakan fungsi waktu,
maka tegangan pada terminal transformator juga merupakan fungsi waktu. Jika r = 0
dihitung saat gelombang e., tiba di terminal arester dan kecepatan merambat gelombang
Bab
79
GAMBAR 4.22
Transformator dan arester terpisah
adalah v, maka waktu tempuh gelombang dari terminal arester ke terminal transfomator
adalah:
l=,
4.21
Tegangan pada terminal transfomator terbentuk dalam2t atatZllu, yaitu waktu tempuh
tegangan pantulan menuju arester ditambah dengan waktu tempuh tegangan pantulan
negatif dari arester kembali menuju terminal transformator. Tegangan maksimum terminal
transformator pada pantulan pertama gelombang dapat dinyatakan sebagai berikut:
Aa)
V,=Vr+ 2tl
V,=Vo
atau
dengan:
+ zl,f,
4.23
\_
v--
impuls (kV/pcs)
Dalam praktiknya, tegangan mungkin lebih tinggi daripada perkiraan di atas karena
terjadinya osilasi sebagai akibat adanya induktansi penghantar yang menghubungkan
arester dengan transformator dan adanya kapasitansi dari transformator itu sendiri.
Di samping itu, saat arester bekerja mengalirkan arus petir ke bumi, maka terjadi
jatuh tegangan pada resistansi penghantar penghubung arester dengan jaringan dan
penghubung arester dengan elektroda pembumian. Jatuh tegangan ini dipengaruhi
oleh kenaikan arus petir dan akan mengakibatkan kenaikan tegangan antara terminal
arester dengan bumi. Adanya perbedaan potensial pembumian transformator dengan
potensial pembumian arester juga menambah tegangan di antara isolasi transformator.
Sehubungan dengan hal-hal di atas, adalah lebih baik membuat penghantar penghubung
sependek mungkin dan menghubungkan elektroda pembumian arester dengan elektroda
pembumian transformator. Resistansi pembumian diusahakan serendah mungkin, dan
akan lebih baik jika dapat dibuat di bawah satu ohm.
Jika diketahui tegangan impuls maksimum yang dapat dipikul transformator (BIL)
dalam kV, maka jarak maksimum arester dari peralatan dapat ditentukan sebagai berikut:
80
l_
lmaks
% *uk,
4.9
v (vt
maks
vu)
4.24
2\
KAWAT TANAH
Kawat tanah diikat pada puncak menara transmisi, ditarik sejajar dengan kawat fasa,
seperti diperlihatkan pada Gambar 4.23.
Kegunaan kawat tanah adalah untuk melindungi karvat fasa transmisi agar tidak
disambar petir. Jika terjadi sambaran petir pada transmisi, maka yang diterpa petir adalah
kawat tanah. Di samping itu, kawat tanah memberi jalan bagi gelombang tegangan
impuls petir, sehingga impedansi impuls yang dilalui arus petir semakin rendah. Hal
ini lebih mudah dipahami dengan bantuan Gambar 4.24. Jika petir menyambar puncak
menara, maka satu kawat tanah menjadi dua kawat paralel bagi arus petir, sehingga
impedansi impuls yang ditemui sambaran petir adalah impedansi ekuivalen dari tiga
impedansi yang terhubung paralel.
Kawat tanah dengan kawat fasa transmisi membentuk kopeling magnetik dan
elektrik. Kopeling magnetik dan elektrik akan mengurangi kegagalan isolasi sistem.
Dengan kata lain, kawat tanah dapat mengurangi kegagalan isolasi sistem.
Kawat tanah umumnya terbuat dari bahan baja galvanis. Dewasa ini, bahan dan
ukuran kawat tanah dibuat sama dengan kawat fasa transmisi. Pemilihan kawat tanah
lebih ditekankan pada aspek kekuatan mekanis daripada aspek elektriknya.
Ada dua hal penting dalam merancang kawat tanah, yaitu sudut proteksi dan zona
proteksi. Sudut proteksi adalah sudut yang dibentuk sumbu vertikal yang melalui kawat
tanah dengan garis yang menghubungkan kawat tanah dengan kalvat fasa paling luar.
Pada Gambar 4.23a diperlihatkan sudut proteksi sebesar a. Pada umuflmya, a = 30o.
Kawat tanah
(a)
GAMBAR 4.23
Kawat tanah pada transmisi
\.b)
(c)
Bab
81
1
v
4
v
t,
?
iu
Tanpa Kawat Tanah
Lr-L,
r11l
Z. Z 'Z '2.
GAMBAR 4.24
Pengaruh kawat tanah terhadap impedansi impuls
Zona proteksi adalah kawasan di bawah kawat tanah, yang membatasi tempat objek-
objek yang dilindungi kawat tanah. Peluang suatu objek yang berada pada kawasan
tersebut terkena sambaran petir adalah sangat kecil. Zona proteksi yang diberikan oleh
kawat tanah transmisi diperlihatkan pada Gambar 4.25 di halaman 82. Zona proteksi
bergantung kepada banyaknya kawat tanah dan ketinggian kawat tanah di atas tanah.
Antara kaki menara dengan tanah terdapat resistansi kontak yang disebut dengan
resistansi kaki menara. Jika petir menyambar menara, maka arus petir mengalir ke tanah
melalui menara. Ketika menara menghantarkan arus ke tanah, terjadi jatuh tegangan
pada resistansi kaki menara, mengakibatkan menara bertegangan tinggi. Tegangan
tinggi pada menara dapat mengakibatkan terjadinya beda tegangan yang besar antara
kawat fasa dengan menara maupun antara kawat fasa dengan kawat tanah. Jika beda
tegangan tersebut melebihi tegangan lewat denyar isolator, akan terjadi lewat denyar dari
kawat fasa ke menara atau hubung singkat fasa-ke-tanah. Untuk mencegah terjadinya
lewat denyar pada isolator, maka harus ada jarak yang aman antara kawat fasa dengan
struktur menara maupun dengan kawat tanah. Mengingat bahwa penambahan jarak kawat
fasa ke struktur menara akan menambah biaya struktur menara, maka cara yang lebih
ini
dapat dicapai
permukaan
konduktif tersebutPertama, menanam tegak beberapa elektroda batang di sekitar kaki menara, yang
terhubung konduktif dengan kaki menara. umumnya, diameter elektroda +15 mm dan
panjangnya +2,5 - 3 m. Untuk membatasi tegangan menara, resistansi kaki menara
dibatasi hingga 10 ohm. untuk mencapai nilai resistansi di bawah l0 ohm, jumlah dan
panjang elektroda batang diperbanyak. Di daerah yang struktur tanahnya keras atau
berbatu-batu, panjang elektroda dapat mencapai 50 m. Resistansi kaki menara akan
semakin rendah, jika panjang dan tebal atau diameter elektroda semakin besar. Tetapi,
adalah lebih baik menggunakan elektroda batang yang tipis tetapi panjang daripada
82
GAMBAR 4.25
Zona proteksi kawat tanah transmisi
elektroda batang tebal tetapi pendek. Bila elektroda berupa pipa konduktif, lebih baik
menambah panjang elektroda daripada menambah diameternya.
Cara kedua, adalah dengan metode counterpoise, yaitu dengan menanam beberapa kawat baja galvanis atau ACSR di dalam tanah pada kedalaman 0,5 - 1 m di
bawah permukaan tanah. Panjang kawat 50 - 100 m, digelar memanjang di bawah
kawat transmisi dan sejajar dengan kawat transmisi. Kemudian kawat-kawat tersebut
dihubungkan ke kaki menara, seperti diperlihatkan pada Gambar 4.26. Kawat dapat
juga digelar di bawah kaki menara dengan arah radial, atau kombinasi kawat radial
dengan kawat memanjang. Metode ini dapat mengurangi impedansi impuls menara
hingga mencapai 25 ohm.
Kaki Menara
Kaki Menara
t
4.
Kawat Radial
f;
GAMBAR 4.26
Counterpoise pada kaki menara transmisi
Bab 5
Sakelar Pemisah
5.1
Penggerak
Lengan
Kontak
Terminal
Isolator
Pendukung
Rangka Pendukung
GAMBAR 5.1
Sakelar pemisah
84
TABEL 5.1
Perbedaan sakelar pemisah dengan pemutus daya
Memisahkan rangkaian
tinggi
Ketika membuka, timbul busur api berenergi
besar pada sela kontak, sehingga perlu usaha
pemadaman busur api
Operasi penutupan dan Pembukaan
berlangsung cepat
Bab
5,2
85
Sakelar Pemisah
tergantung kepada jenis gardu tersebut. Pada Gambar 5.2 diperlihatkan contoh lokasi
penempatan sakelar pemisah pada suatu gardu induk.
Berdasarkan penempatannya, sakelar pemisah dibagi atas tiga jenis, yaitu: sakelar
pemisah jaringan (DS,), sakelar pemisah bus (DS6) dan sakelar pemisah trafo (DS,).
Dengan Gambar 5.2 dapat diperlihatkan peranan sakelar pemisah dalam pemeliharaan
peralatan sistem tenaga listrik. Sebelumnya, perlu diketahui bahwa suatu kawat transmisi
dengan tanah membentuk susunan kapasitor. Oleh karena itu, ketika suatu transmisi
dipisahkan dari sistem, kawat transmisi akan menyimpan muatan listrik. Selain daripada
itu, awan bermuatan di sekitar transmisi dan sambaran petir langsung maupun tidak
langsung, dapat juga menginduksikan muatan listrik pada kawat transmisi. Oleh karena
itu, kawat transmisi yang sudah dipisahkan dari sistem harus selalu dibumikan.
Jika pemutus daya CB, akan menjalani pemeliharaan, maka kedua sakelar pemisah
DS, dan DS, harus dibuka agar CB, benar-benar bebas dari tegangan tinggi, baik
tegangan yang berasal dari sumber maupun yang berasal dari induksi muatan pada
kawat transmisi. Sebenarnya tegangan pada CB, dapat ditiadakan dengan membuka
CB, dan DSr, tetapi kawat transmisi masih bertegangan karena masih menyimpan
muatan. Oleh karena itu, agar CB, benar-benar bebas dari tegangan, maka CB, harus
dipisahkan dari jaringan. Hal ini dapat dilakukan dengan membuka DS, dan DSr.
Jika pemeliharaan hendak dilakukan pada transmisi, maka prosedurnya adalah
sebagai berikut: CB, dan CBrdlbuka terlebih dahulu; setelah itu, DS, pada kedua ujung
transmisi dibuka; kemudian kawat transmisi dibumikan agar transmisi tidak menyimpan
muatan listrik. Pembumian kawat transmisi dapat dilakukan dengan menambah satu
sakelar pada DS,. Sakelar ini disebut sakelar pembumian, berfungsi untuk menghubungkan
kawat transmisi ke tanah sesaat setelah sakelar pemisah membuka. Hal yang sama juga
dilakukan ketika memisahkan kapasitor shunt dari sistem.
Porsea
Dari Pematang
Siantar
_-___________> r. Tl
......-........:..........._Y
/_1
Keterangan:
-J- = Sakelar Pemisah
tr
O
""""
-->
f\114-n$
\-)___/ i.
z I 'J
+flr_
DS,
DSO
CB.
Tarutung
= Pemutus Daya
=Trafo
= Trafo
= Beban
GAMBAR 5.2
Lokasi penempatan sakelar pemisah
Ke
Tele
86
Peralatan Tegangan
5.3
tnggi
Dilihat dari jumlah kutubnya, sakelar pemisah dibagi atas dua jenis, yaitu sakelar
pemisah kutub tunggal (satu fasa) dan sakelar pemisah tiga kutub (tiga fasa). Berdasarkan
lokasi pemasangannya, sakelar pemisah dibagi atas pasangan dalam dan pasangan luar.
Berdasarkan posisi perletakannya, sakelar pemisah dibagi atas tigajenis, yaitu horizontal,
vertikal (Gambar 5.3a) dan terbalik (Cambar 5.3b).
Ditinjau dari arah gerakan lengan pemisah, sakelar pemisah dibagi atas gerak
lengan vertikal (Gambar 5.14) dan gerak lengan horizontal (Gambar 5.lb). Sedangkan
ditiniau dari jumlah kontaknya, sakelar pemisah dibagi atas dua jenis, yaitu kontak
tunggal dan kontak ganda. Jenis kontak tunggal ada dua, yaitu lengan pemisah tunggal
dan lengan pemisah ganda. Skema operasi "tutup-buka" jenis sakelar pemisah kontak
tunggal dan kontak ganda diperlihatkan pada Gambar 5.4.
Untuk menyederhanakan nama sakelar pemisah, maka jenis sakelar pada Gambar
5.4 diberi nama sebagai berikut: sakelar pemisah vertikal (Gambar 5.44), sakelar
pemisah lengan ganda (Gambar 5.4b), dan sakelar pemisah lengan berputar (Gambar
5.4c). Berikut ini akan dijelaskan konstruksi ketiga jenis sakelar pemisah tersebut.
GAMBAR 5.3
Sakelar pemisah vertikal dan terbalik
Kontak
I *.,*o
"/
Tutup
t'
Buka
o\.
I
I
A..L
l/
I
Tutup
lI
Buka
GAMBAR 5.4
Skema "tutup-buka" sakelar pemisah
y*
i
x
A'
lh"**
Tutup
(c)
Kontak ganda
Buka
Bab
Sakelar Pemisah
87
pada posisi horizontal. Jika penggerak mekanik (J) dioperasikan berlawanan dengan
operasi semula, maka isolator (4) berputar berlawanan dengan arah semula, pendorong
pegas (9) bergesel sehingga pegas (10) membebaskan energi untuk menggerakkan
lengan (6) secara vertikal. Karena gerakan lengan pada sakelar pemisah ini adalah
vertikal, maka sakelar pemisah ini disebut sakelar pemisah vertikal.
Sakelar pemisah di atas dan juga sakelar tegangan tinggi lainnya, mempunyai dua
sakelar, yaitu sakelar utama dan sakelar pembumian (12). Dalam praktiknya, setelah
sakelar utama dibuka, sakelar pembumian ditutup. Kedua sakelar ini mempunyai
hubungan interlok, sehingga sakelar pembumian dapat ditutup setelah sakelar utama
terbuka dan sakelar utama tidak dapat ditutup sebelum sakelar pembumian dibuka.
Kontak bergerak terbuat dari bahan aluminium atau tembaga yang dilapisi dengan
perak. Kontak tetap dilengkapi dengan pegas plat untuk menekan kontak bergerak dengan
tekanan yang konstan. resistansi kontak tidak berubah signifikan, meskipun sudah lama
digunakan. Kontak dapat rusak karena arus hubung singkat. oleh karena itu, kontak
dirancang sedemikian, sehingga mudah diganti. Karena konstruksi kontaknya kompak,
sakelar ini mampu memikul arus hubung singkat yang tinggi.
Sakelar pemisah juga dilengkapi dengan kontak bantu untuk keperluan indikasi
posisi kontak. Kontak bantu dihubungkan ke lampu indikasi pada ruang kontrol, sehingga
operator dapat mengetahui status buka-tutup sakelar pemisah.
Jika kekuatan dielektrik antara fasa dengan fasa dan antara terminal dengan terminal
pada kutub yang sama lebih tinggi daripada kekuatan dielektrik ke tanah, maka sakelar
pemisah dilengkapi dengan sela pelindung.
Keterangan:
1 = Rangka pendukung
2 = Penggerak mekanik
3 = Pemutar isolator
4 = Isolator berputar
5 = Isolator tetap
6 = Lengan pemisah
7
8
9
= Kontak
= Terminal
= Pendorong pegas
l1 = Sela pelindung
= Sakelar pembumian
12
GAMBAR 5.5
Sakelar pemisah vertikal
88
Keterangan:
I = Rangka pendukung
2 = Penggerak mekanik
3 = Pemutar
4 = Isolator
5 = Lengan pemisah
6 = Kontak
7 = Sela pelindung
8 = Sakelar pembumian
9 = Teminal
GAMBAR 5.6
Sakelar pemisah lengan ganda
GAMBAR 5.7
Sakelar pemisah lengan ganda dengan isolator pendukung disusun berbentuk "V"
Bab
Sakelar Pemisah
89
Keterangan:
1 = Rangka pendukung
2 = Penggerak mekanik
3 = Pemutar
4 = Isolator
5 = Lengan pemisah
6
7
8
9
= Kontak
= Sela pelindung
= Sakelar pembumian
= Terminal
GAMBAR 5.8
Sakelar pemisah lengan berputar
dibuat sama dengan ruang antar fasa sakelar kontak tunggal-lengan tunggal (sakelar
vertikal). Sakelar ini digunakan jika jarak bebas antara sakelar dengan hantaran udara
di atasnya sangat terbatas. Ketika memutar lengan pemisah, penggerak mekanik sakelar
ini membutuhkan energi yang rendah, karena penggerak mekanik tidak dibebani dengan
pegas sepefii halnya pada sakelar pemisah vertikal. Karena kedua ujung lengan pemisah
masing-masing diikat oleh satu kontak (ada dua kontak pengikat), maka sakelar ini
dapat memikul arus hubung singkat yang tinggi, memutuskan arus magnetisasi dan
arus pengisian transmisi (line discharge) yang lebih besar dibandingkan dengan jenis
sakelar pemisah yang lain.
Jika ruang untuk instalasi terbatas, maka kedua isolator pendukung (4) dapat
disusun dalam bentuk "V" seperti diperlihatkan pada Gambar 5.9.
GAMBAR 5,9
Sakelar pemisah lengan berputar dengan isolator pendukung disusun berbentuk"V"
90
5.4
.
.
.
.
Sakelar pemisah (DS) tidak dapat ditutup sebelum pemutus daya (.PD) terkunci
pada posisi terbuka.
Sakelar pembumian (ES) dapat ditutup hanya ketika sakelar pemisah terkunci pada
posisi terbuka dan tidak ada busur api.
Sakelar pemisah dapat ditutup hanya ketika pemutus daya dan sakelar pembumian
dalam keadaan terbuka.
Pemutus daya hanya dapat ditutup setelah semua sakelar pemisah terkunci dalam
posisi tertutup atau dalam posisi terbuka.
Ada tiga cara mengadakan interlok, yaitu dengan hubungan mekanik, dengan
menggunakan kunci, atau dengan menggunakan solenoid. Cara pertama digunakan
pada sakelar pemisah yang dioperasikan manual. Interlok dilakukan dengan membuat
hubungan mekanik antara poros sakelar utama dengan poros sakelar pembumian,
sehingga sakelar utama tidak dapat ditutup jika sakelar pembumian masih terhubung.
Sebaliknya, sakelar pembumian tidak dapat ditutup jika sakelar utama masih terhubung.
Cara kedua digunakan pada sakelar pemisah yang dioperasikan dengan perangkat
elektromekanik. Kunci berfungsi untuk meluluskan atau mencegah operasi sakelar
pemisah dan pemutus daya. Selain mengadakan interlok antara sakelar pembumian
dengan sakelar utama, cara ini dapat mengadakan interlok antara satu sakelar pemisah
dengan sakelar pemisah lain pada jaringan yang sama, maupun interlok antara sakelar
pemisah dengan pemutus daya. Cara ketiga digunakan untuk meyakinkan pemutus
daya sudah terbuka sebelum sakelar pemisah dibuka. Solenoid dipasang pada sakelar
---T--.d
-]G1l
I
-n
GAMBAR 5.10
Jaringan keluaran suatu sistem
l^
DS
Bab
5.5
91
Sakelar Pemisah
Tegangan Nominal
Tegangan pengenal suatu sakelar pemisah ditetapkan sama dengan tegangan tertinggi
sistem. Tegangan tertinggi sistem menurut standar IEC adalah: 3,6 kV; 7,2 kY;
12 kV; 17,5 kV; 24 kY;36 kV; 52 kY 72,5 kY; 100 kV; 123 kY:. 145 kV; 170
kY;245 kV; 300 kY;362 kY; 420 kV; 550 kV; 800 kV
Tingkat Isolasi
Adalah ketahanan sakelar pemisah memikul tegangan impuls petir standar, tegangan
impuls hubung-buka standar dan tegangan frekuensi daya. Untuk sakelar pemisah
dengan tegangan nominal hingga 245 kV, nilainya diperlihatkan pada Tabel 5.2.
Sedangkan untuk sakelar pemisah dengan tegangan nominal lebih daripada 245
kV dapat dilihat pada IEC 60694. Nilai pada tabel adalah nilai ketika atmosfer
dalam keadaan standar.
TABEL 5.2
Ketahanan Tegangan AC
50 Hz l Menit
kV-rms
Ke Tanah dan
Antara Titik
Ke Tanah dan
Antara Titik
Antar Kutub
yang Dipisahkan
Antar Kutub
yang Dipisahkan
3,6
10
t2
20140*
23146*
1a
20
23
40160*
46170*
t2
28
32
60175*
70185*
24
50
60
951125*
36
70
80
145t170*
t65t195*
7)\
140
160
325
375
145
185
210
450
520
245
360
415
850
950
10/140*
Frekuensi
Nominal
-,
Arus Nominal
Adalah arus (rms) tertinggi yang dapat dialirkan sakelar pemisah dalam waktu
tidak terbatas. Arus pengenal standar sakelar pemisah yang dijumpai dewasa ini
antara lain adalah: 200,400,630, 800, 1250, 1600,2000,2500,3150,4000,5000,
6300 A.
Kenaikan Temperatur
Batas maksimum kenaikan temperatur komponen peralatan sakelar pemisah adalah
92
ke tanah.
Tegangan Nominal Catu DaYa
Tegangan catu daya peralatan bantu untuk penutupan dan pembukaan sakelar
pemisah, umumnya adalah seperti diperlihatkan pada Tabel 5'3'
TABEL 5.3
Tegangan Catu Daya Peralatan Bantu Sakelar Pemisah
120
1101125
Data ini hanya ada jika sakelar pemisah menggunakan gas sebagai isolasi atau
menggunakan gas untuk keperluan operasi tutup-buka. Standar tekanan gas adalah:
0,5 MPa; 1 MPa; 1,6 MPa; 2 MPa;3 MPa; 4 MPa.
Bab
Sakeiar Pemisah
93
kontak nominal adalah toleransi pergeseran kontak tetap suatu sakelar pemisah.
Spesiflkasi zona kontak diberikan oleh pabrikan. Pemakai harus yakin bahwa
pergeseran kedudukan kontak tetap tidak melebihi toleransi yang diberikan pabrikan.
5.6
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Uji
pengoperasian
Sedangkan
.
.
.
.
Uji
pengoperasian
Prosedur dan tegangan pengujian harus mengacu kepada standar pengujian yang dianut,
misalnya IEC 60694 dan IEC 62211-102.
5.1
1.
2.
94
3.
4.
Berikut ini akan dijelaskan hal-hal yang dilakukan pada tahap pertama sampai
dengan tahap ketiga.
Penentuan Spesifikasi
Dalam pemilihan sakelar pemisah dan sakelar pembumian, perlu dipertimbangkan perkembangan sistem, sehingga sakelar mampu menyesuaikan diri jika terjadi perkembangan
beban pada masa yang akan datang. Langkah persiapan sebelum menetapkan data
nominal suatu sakelar pemisah adalah menghimpun informasi dari lapangan mengenai
hal-hal di bawah ini:
.
.
.
.
.
.
.
Tujuan penggunaan sakelar pemisah (pemisah jaringan, pemisah rel daya, atau
sakelar pembumian)
1.
Tegangan nominal dan tertinggi, jumlah fasa, frekuensi nominal dan pembumian
sistem
2.
3.
'
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Tegangan nominal
Tingkat ketahanan isolasi terhadap: tegangan impuls petir, tegangan lebih pada
frekuensi daya dan tegangan impuls hubung buka (untuk sakelar pemisah di
atas 300 kV)
Frekuensi nominal
Arus normal nominal
Arus waktu singkat nominal dan arus puncak nominal
Arus penutupan nominal dan arus induksi nominal sakelar pembumian
Durasi arus hubung singkat yang melalui sakelar pemisah
Beban mekanis (statis dan dinamis) terminal
Bentuk konduktor penghubung (konduktor padu atau fleksibel)
Tata letak pemasangan
Isolator: jumlahnya, jenis bahannya dan profll siripnya
Tingkat bobot polusi di lokasi pemasangan sakelar pemisah
Bab
o
.
.
.
.
'
Sakelar Pemisah
95
Zona kontak
Keperluan: transfer arus ke bus, sakelar pembumian atau pemisah
Unjuk kerja yang dibutuhkan (ketahanan mekanis)
Jumlah kutub
Jarak antar fasa
Ruang untuk operator
'
.
.
.
.
o
5.
Hal-hal khusus
1.
2.
.
.
.
.
.
.
.
'
.
.
.
'
Jumlah kutub
Pemasangan terbuka atau tertutup
Tegangan
Hal-hal khusus
96
-)-
Mekanisme pengoperasran:
.
.
.
Jenis pengoperasian
Tegangan catu daya atau tekanan untuk pengoperasian
Arus yang dibutuhkan untuk pengoperasian. Arus maksimum dan tegangan
maksimum pada terminal alat penggerak mekanik
Jumlah (volume) dan tekanan udara atau minyak yang dibutuhkan untuk
.
.
.
.
.
.
pengoperasiannya
Jumlah dan jenis kontak bantu
Daya untuk pengoperasian
Berat sakelar pemisah dan alat mekanisnya
Rancangan letak setiap alat mekanis
Rancangan sinyal indikasi status "tutup-buka" sakelar pemisah
Waktu pengoperasian membuka dan menutup
4.
5.
Bab 6
Trafo Tegangan
ntuk memonitor dan mengendalikan kinerja suatu sistem tenaga listrik, diperlukan
alat ukur, lampu indikator dan relai proteksi. pengukuran tegangan tinggi tidak
dapat dilakukan langsung seperti halnya pengukuran tegangan rendah, karena
selain berbahayabagi operator, adalah sulit membuat voltmeter yang mampu mengukur
langsung tegangan tinggi. Lampu indikator dan relai proteksi, juga membutuhkan
tegangan rendah. Oleh karena itu, diperlukan trafo tegangan untuk mentransformasi
tegangan sistem ke suatu tegangan rendah agar dapat diukur dengan voltmeter dan
dapat dimanfaatkan untuk keperluan lampu indikator dan relai proteksi.
Berikut ini akan dijelaskan prinsip kerja dan jenis-jenis trafo regangan; kesalahan
pengukuran dengan menggunakan trafo tegangan; spesiflkasi dan pemilihan trafo
tegangan; dan pengujian trafo tegangan.
6.1
satu fasa step-down yang mentransformasi tegangan sistem ke suatu tegangan rendah
yang besarannya sesuai untuk lampu indikator, alat ukur, relai dan alat sinkronisasi.
Transformasi tegangan ini dilakukan atas pertimbangan harga peralatan tegangan tinggi
yang mahal, dan bahaya yang dapat ditimbulkan tegangan tinggi bagi operator. Tegangan
perlengkapan seperti indikator, meter dan relai dirancang sama dengan tegangan terminal
sekunder trafo tegangan yang dirancang dalam ratusan volt.
GAMBAR 6.1
Trafo tegangan
98
Ada dua jenis trafo tegangan, yaitu: trafo tegangan magnetik dan trafo tegangan
kapasitif. Trafo tegangan kapasitif, selain untuk keperluan pengukuran, sekaligus dapat
digunakan untuk keperluan komunikasi Qtower line carrier). Berikut ini akan diuraikan
tentang konstruksi dan karakteristik kedua jenis trafo tegangan tersebut.
6.2
primer. Arus pada kumparan primer menimbulkan fluks magnetik pada inti trafo
tegangan. Fluks tersebut akan menginduksikan gaya gerak listrik yang rendah pada
kumparan sekunder sehingga pada terminal kumparan sekunder terdapat beda tegangan
yang sebanding dengan tegangan jaringan yang diukur.
Karakteristik yang membedakan trafo tegangan dengan trafo daya adalah:
a.
b.
c.
d.
atau
(l@ - Bq $
E = Kumparan eksitasi
l( = Kumparan kompensasi
Ii = Kumparan tegangan tinggi
GAMBAR 6.2
Trafo tegangan magnetik
V.
230 V
Bab
Trafo Tegangan
99
s
T
GAMBAR 6.3
Rangkaian trafo tegangan magnetik
Ada tiga jenis trafo tegangan magnetik, yaitu: trafo tegangan kutub tunggal, trafo
tegangan kutub ganda dan trafo tegangan tiga fasa. Rangkaian listrik masing-masing
jenis trafo tegangan tersebut diperlihatkan pada Gambar 6.3.
Pada trafo tegangan kutub tunggal, salah satu terminalnya dibumikan seperti ditunjukkan pada Gambar 6.3a. Jika digunakan pada sistem tiga fasa V,,, maka dibutuhkan
tiga unit trafo tegangan kutub tunggal masing-masing dengan perbandingan tegangan
(Vtl\/3 - 100/./3) volt; kemudian kumparan primernya dan kumparan sekundernya,
masing-masing dihubungkan dalam hubungan bintang.
Di samping untuk pengukuran sistem tiga fasa, trafo tegangan kutub tunggal dan
trafo tegangan tiga fasa dapat sekaligus digunakan untuk mencatu tegangan kepada relai
proteksi arus-tanah. Dalam ha1 ini, trafo tegangan dilengkapi lagi dengan kumparan
tambahan yang digunakan untuk mendeteksi adanya arus gangguan tanah. Kumparan
tambahan ini disebut kumparan proteksi. Kumparan proteksi ketiga unit trafo tegangan
dihubungkan seri seperti diperlihatkan pada Gambar 6.4.
Jika besaran tegangan pada ketiga kumparan proteksi sama (Vo- = Vr, = V., =
maka
selama operasi normal, tidak ada tegangan pada terminal a-b,karenajumlah
{,),
vektoris ketiga tegangan sekunder Vor, 7r, dan Vr- adalah sama dengan nol (y, = 0).
Tetapi, jika terjadi hubung singkat fasa-ke-tanah pada salah satu fasa sistem (misalkan
di fasa R), maka tegangan pada fasa R menjadi sama dengan nol, sedangkan tegangan
pada fasa S dan 7 naik /3 kali daripada tegangan semula, sehingga di belitan sekunder
trafo tegangan P7, dan PZ, dibangkitkan tegangan ^/3V,,. Tegangan pada terminal a-b
sama dengan resultan vektoris tegangan sekunder trafo tegangan PZ, dan PTr, yang
i
ri
Kumparan
pengukuran
Kumparan
proteksi
GAMBAR 6.4
Bangkaian kumparan tambahan trafo kutub tunggal
I0o
':': zrz'
egangan lrnggi
besarnya tiga kali nilai tegangan fasa ke netral (3(,). Tegangan ini memicu relai
proteksi arus-tanah untuk bekerja. Tegangan pengenal kumparan proteksi biasanya dipilih
sedemikian sehingga ketika terjadi hubung singkat satu fasa ke tanah pada sistem, Vo
mencapai nilai yang sama dengan tegangan sekunder fasa-ke-fasa.
Bentuk badan trafo tegangan kutub tunggal dan kutub ganda diperlihatkan pada
Gambar 6.5. Trafo tegangan kutub ganda digunakan untuk pengukuran daya dan energi
sistem tiga fasa. Kedua terminalnya diisolir terhadap bumi seperti diperlihatkan pada
Gambar 6.5c.
Dilihat dari terminal belitan primernya, trafo tegangan kutub tunggal terdiri
atas
trafo tegangan tanpa bushing (Gambar 6.54) dan trafo tegangan dengan bushing (Gambar
6.5b). Trafo tegangan dengan bushing digunakan untuk tegangan di atas 11 kV.
Konstruksi trafo tegangan kutub tunggal lebih sederhana daripada trafo kutub
ganda, karena tebal isolasi pada trafo tegangan kutub tunggal dapat dibuat bertingkat
sesuai dengan tekanan elektrik yang dipikulnya; sedangkan pada trafo tegangan kutub
ganda, seluruh kumparan tegangan tinggi harus diisolasi terhadap bagian-bagian yang
dibumikan dengan tebal isolasi yang sama, agar trafo tegangan dapat memikul tegangan
pengujian penuh. Oleh karena itu trafo tegangan kutub ganda hanya digunakan untuk
tegangan pengenal sampai 30 kV sedangkan trafo tegangan kutub tunggal dipergunakan
untuk tegangan yang lebih tinggi dipakai trafo kutub tunggal dengan isolasi
minyak-kertas. Rancangan trafo kutub tunggal isolasi minyak-kertas terdiri dari dua
jenis, yairu: jenis tangki logam dan jenis tabung isolasi. Pada jenis pertama, badan aktif
trafo tegangan dimasukkan dalam bejana baja. Pada bejana dipasang bushing untuk
melewatkan tegangan tinggi ke terminalnya (Gambar 6.6b). Pada jenis kedua, badan
aktif trafo semua dibungkus dengan tabung porselen (Gambar 6.6c). Jenis terakhir
ini, biasanya digunakan untuk tegangan yang lebih besar daripada 66 kV. Pemilihan
GAMBAR 6.5
\ --s:'-<s l'a{o tegangan kutub tunggal dan kutub ganda
Terminal
tegangan tlnggr
Bushing dari
porselen
Porselen
<-
GAMBAR 6.6
Konstruksi badan trafo tegangan magnetik
jenis konstruksi trafo tegangan bergantung pada susunan bahan aktif trafo (inti dan
kumparan). Dilihat dari segi pemakaian tempat, jenis tabung isolasi adalah lebih baik
karena konstruksinya lebih kecil. Konstruksinya sangat berbeda dengan jenis tangki
Iogam yang harus menggunakan tabung porselen dengan diameter yang lebih besar.
6.3
102
Keterangan:
{,
tegangan tinggi
Cz = Kapasitor tegangan rendah
C, = Kapasitor
GAMBAR 6.7
Rangkaian ekuivalen trafo tegangan kapasitif
100r/3 volt. Ketika hubungan antara terminal kumparan primer trafo tegangan yang
dibumikan dengan inti atau badan trafo tegangan dibuka, kumparan primer dirancang
mampu memikul tegangan frekuensi daya sebesar 3 kV,,,, dalam durasi singkat.
Jika rugi-rugi pada trafo penengah diabaikan dan impedansi bebannya tidak
terhingga (terminal belitan sekunder terbuka), maka hubungan tegangan v,,, v, dan v,
dinyatakan sebagai:
v,,
C,+C,
6.1
c(
vl
-l
v1
v2
=A
6.2
vn
v2
a=
c
Q,=
a=
p
6.3
=ArXA,=4,
Jika rugi-rugi pada trafo penengah dan impedansi beban diperhitungkan, maka faktor
pemUagi tegangan kapasitor (a,) dan faktor transformasi sistem pengukuran \ao)_ akan
teruUatr. Untuk mengkompensaii perubahan tersebut, maka di antara kapasitor C, dengan
trafo penengah disisipkan suatu induktor kompensasi (l) seperti yang pada Gambar 6'8'
iilru zuadalah impedansi ekuivalen gabungan trafo penengah dengan beban dilihat
dari sisi t"gungun tinggi, maka hubungan tegangan jaringan dengan tegangan primer
V,, C, + C,
Vt
---l
Ct
l-alL(Ct+C2)
jaC,Zo
6.4
Bila nilai L. C,dan C, dipilih sedemikian, sehingga memenuhi hubungan di bawah ini:
a2
L (C,+ Cr) =
6.5
. !-:
Keterangan:
fasa ke netral :l-i.:r :
= Kapasitor tegangan tinggi
= Kapasitor tegangan rendah
V,, =Tegangan
Cr
C,
TP =Trafo
R
I
SP
IIF
=
=
=
=
=
penengah (interntediaic'
Resistor
Induktor kompensasi
Sela pelindung
Peralatan komunikasi frekuensi tinggr
Impedansi peredam
Z
V, = Tegangan Primer trafo Penengah
% = Tegangan sekunder trafo penengah
S = Sakelar (ditutupjika tidak digunakan
unruii
GAMBAR 6.8
Rangkaian lengkap trafo tegangan kapasitif
maka perbandingan V, dengan V, akan tetap seperti dinyatakan pada Persamaan 6.1.
Artinya, impedansi trafo penengah maupun impedansi beban (Z) tidak berpengaruh
terhadap faktor
a,..
Jika terjadi tegangan lebih pada jaringan transmisi, tegangan pada kapasitor C.
akan naik dan dapat menimbulkan kerusakan pada kapasitor tersebut. Untuk mencegah
kerusakan tersebut dipasang sela pelindung (SP). Sela pelindung akan terpercik pada
tegangan yang lebih rendah daripada tegangan ketahanan isolasi kapasitor C, sehing-sa
kapasitor C, terlindung dari bahaya tegangan lebih yang terjadi pada jaringan. Jika sela
pelindung terpercik, terminal C, terhubung singkat ke tanah, sehingga mengalir arus
yang besar ke tanah. Untuk membatasi arus yang besar tersebut, sela pelindung (SP)
dihubungkan seri dengan suatu resistor (R).
Trafo penengah merupakan induktor non-linier. Trafo penengah ini membentuk
rangkaian tertutup dengan kapasitor Cr. Artinya, kapasitor C, membentuk rangkaian
tertutup dengan suatu induktor non-linier. Rangkaian seperti ini berpeluang menimbulkan
gejala feroresonansi. Osilasi feroresonansi dapat menyebabkan tegangan lebih lang
cukup besar dan menghasilkan panas yang tidak diinginkan pada inti dan kumparan
trafo penengah. Untuk meredam efek ferroresonansi tersebut, maka pada terminal belitan
sekunder trafo penengah dipasang suatu impedansi peredam (D yang tidak ada efeknre
terhadap galat dan respon sistem pengukuran.
Peristiwa hubung singkat pada jaringan mengakibatkan terjadi osilasi tegangan
sisi sekunder trafo tegangan, karena dua hal berikut ini:
Karena
b.
Cr
;-
Vz
d* I
a.
b.
c.
.ja-gan llnggi
beiitan primer sama dengan nol dan menjadi minimum jika hubung singkat terjadi
ketika tegangan sesaat belitan primer sama dengan maksimum.
Osilasi dapat berlangsung beberapa siklus. Jika relai proteksi bekerja akibat adanya
osilasi di sisi sekunder trafo tegangan, maka hal ini akan menimbulkan kesalahan operasi.
Oleh karena itu, relai proteksi harus memiliki waktu tunda operasi kira-kira l0 - 30
milisekon. Trafo kapasitif yang diproduksi saat ini dapat meredam osilasi dalam 20
milisekon. Namun. jika relai proteksi harus bekerja dalam 20 milisekon, maka trafo
ukur yang digunakan sebaiknya adalah jenis trafo tegangan magnetik 3-phase 5 limb,
yaitu trafo yang reluktansinya rendah. Trafo reluktansi rendah memudahkan keberadaan
fluks urutan nol, sehingga pada keadaan hubung singkat, urutan nol, urutan positif dan
urutan negatif tegangan tetap ada.
Perlu dicatat bahrva ketika terjadi pemutusan tiba-tiba karena adanya kesalahan
hubung singkat padajaringan, maka kawat yang terhubung dengan trafo tegangan kapasitif
akan menyimpan muatan statis. Dengan kata lain rangkaian ini dapat menghasilkan
tegangan lebih hubung-buka (swlrclring over voltage) yang tinggi. Hal seperti ini tidak
terjadi pada trafo tegangan magnetik, sehingga trafo ini dapat dihubungkan ke jaringan
tanpa resiko tegangan lebih. Maka, adakalanya trafo tegangan magnetik digunakan untuk
pengukuran tegangan tegangan tinggi meskipun trafo tegangan kapasitif sebenarnya
Iebih ekonomis untuk pengukuran tegangan tinggi. Perlu diingat bahwa konstruksi
isolasi trafo tegangan kapasitif lebih sederhana daripada trafo tegangan magnetik.
Rancangan konstruksi suatu trafo tegangan kapasitif biasanya seperti diperlihatkan
pada Gambar 6.9. Karena adanya pembagi kapasitif, maka konstruksinya dapat dibuat
hanya dalam bentuk trafo kutub tunggal. Kumparan proteksi dapat juga disediakan
dengan cara yang persis sama seperti pada trafo magnetik. Kapasitor C, dan C, terbuat
dari beberapa elemen kapasitor gulung yang dielektriknya terbuat dari bahan kertasminyak. Elemen-elemen kapasitor dihubungkan secara seri dan disusun di dalam suatu
tabung porselen yang ramping. Induktor kompensasi dan trafo penengah ditempatkan
c,7F
^ __)_
:T
C,T
:1-
Keterangan:
C, = Kapasitor tegangan tinggi
C. = Kapasitor tegangan rendah
L = Induktor kompensasi
P = Kumparan primer
V = Kumparan sekunder untuk
pengukuran
G = Kumparan sekunder untuk
relai arus tanah
r( = Terminal untuk alat
Komunikasi
GAMBAR 6.9
:-
' 'li
di dalam bejana logam. Di luar bejana disediakan temlrnal untlrk :;:i .:.(r\1. Terminal ini dapat dibumikan jika trafo tegangan kapasitii lr;.,' ,
untuk komunikasi. Agar efektif sebagai kopeling kapasitor. maka klpu.-:.:
C, dan C., harus memiliki nilai minimum 4400 pF.
6.4
GALAT (ERRORI
Ketika mengukur suatu besaran listrik, hasil ukur yang ditunjukkan alat uku: :,-.r
persis sama dengan nilai sebenarnya dari besaran listrik yang diukur. Selisih anl:rrr :r. j
besaran yang sebenarnya dengan nilai yang ditunjukkan alat ukur disebut kesalar":.
Galat adalah kesalahan pengukuran relatif, yakni perbandingan antara kesalahan dens,:'
nilai sebenarnya. Jika nilai sebenarnya dari besaran yang diukur adalah Ai. dan niL.
yang ditunjukkan alat ukur adalah ly', maka besar galat adalah:
IN _N
Galat=l+lxl\jVo
I
lN,
hA
Untuk pengukuran daya dan energi bolak-balik, ada dua besaran yang perlu diuku:
yaitu tegangan dan sudut fasa tegangan. Oleh karena itu, jika trafo tegangan akan
digunakan untuk pengukuran daya dan energi bolak-balik, maka galat yang terjadi ketik;.
mengukur besaran-besaran tersebut perlu diketahui. Berikut ini akan dijelaskan galei
yang berhubungan dengan kedua besaran tersebut jika pengukuran dilakukan den-san
trafo tegangan.
galat ini, pada Gambar 6.10a diperlihatkan rangkaian ekuivalen suatu trafo tegangan
dilihat dari sisi primer atau sisi tegangan tinggi. Diagram fasor tegangan dan arus pada
rangkaian tersebut diperlihatkan pada Gambar 6. 10b.
Dalam halini Zrr' , R"' dan X"' masing-masing adalah impedansi beban nol, ekuivalen
resistansi dan ekuivalen reaktansi bocor kumparan trafo dilihat dari sisi tegangan tingsr
Nilai ketiga impedansi tersebut dapat diperoleh dari percobaan beban nol dan percobaar
hubung singkat trafo tegangan yang bersangkutan.
Impedansi dan tegangan alat ukur dilihat dari sisi tegangan tinggi adalah:
Zu' =
Z'
{1,r2
,. -
Zr,
V.'
tegangan tinggi
GAMBAR 6.10
Rangkaian ekuivalen trafo dan diagram fasor tegangan
arus
:e:"-...
106
dan
6'8
Vr' = anV,
adalah:
Dalam hal ini a, adalah rasio transformasi nominal trafo tegangan yang besarnya
,,=ffi
Vl-no.inul
6.9
maka Vr'sama
Jika impedansi beban tidak terhingga dan rugi-rugi trafo diabaikan,
v,, Adanla
dengan
sama
adalah
benar
dan sefasa d"rgun v,. Artinya, nllai vr'yang
fasaVr'berbeda
sudut
dan
besaran
impedansi alat-ukur dun *gi-*gi trafo membuat
vr' menimbulkan
dengan besaran dan sudut fasa v,. Perbedaan besaran v, dengan
(7):
rasio
kesalahan relatif yang disebut dengan galat
lv-' - v.l
, =l- , ll x loo7o
6.10
berikut:
Menurut Persamaan 6'8, V2' = anVr, maka galat rasio dapat dituliskan sebagai
raV--V.t
, =l- ,- lx 1oo7o
Beda sudut fasa
v,
6'11
Y,
T,'
6.12
+ 1'' Z"'
Z"'=P,'+ jx"'
_I'=:
.
v.'
6.13
2,,'
V'r
= V-'
'2 +:l
Z,
v'=
') / T-z,\
-Ll
Zu,/
6.14
6.15
(t+:rl
\ z't
itu' galat
Terlihat bahwa Vr' tergantung kepada impedansi alat ukur (Z ,')' Karena
yang
terpasang
beban
atau
ukur
alat
impedansi
kepada
rasio dan galat sudut iergantung
sekunder
pada tenninal sisi sekunder trafo. Beban yang terhubung pada terminal sisi
Gambar
pada
galat
diperlihatkan
terhadap
beban
irafo ukur disebut burden. Pengaruh
6.11.
'r 0-?
cos
cos (p
= 0,5
1,0
GAMBAR 6.11
Pengaruh beban terhadap galat trafo tegangan
Persamaan 6.15 menunjukkan bahwa galat trafo tegangan terjadi karena adan\i
impedansi Z"' . Seandaiflya Zet = 0, maka galat sama dengan nol dan galat tidak
dipengaruhi oleh beban trafo. Oleh karena itu, resistansi dan reaktansi bocor kumparan
trafo ukur tegangan harus dirancang sekecil mungkin. Besarnya Z"' bergantung kepada
frekuensi, maka galat trafo ukurjuga bergantung kepada frekuensi. Pada Gambar 6.11
C'
v=
c C,+C, v=
6.16
Seandainya tidak ada rugi-rugi di antara terminal kapasitor C, dengan terminal alat
ukur dan impedansi alat ukur adalah tak-terhingga, maka tegangan Vr.' = V,. Artinla.
nilai Vr' yang benar sama dengan V.
y6
GAMBAR 6.12
Pengaruh frekuensi terhadap galat
NE
V,,
GAMBAB 6.13
Rangkaian ekuivalen trafo kapasitif dilihat dari sisi tegangan tinggi
Jika tegangan fasa ke netral sistem (V,) dan semua impedansi pada rangkaian di atas
diketahui, maka dengan analisis rangkaian listrik, tegangan Vr' dapat dihitung. Dengan
demikian, galat rasio trafo tegangan kapasitif dapat dinyatakan seperti persamaan di
bawah ini:
lr,'
- ,,1 x l00%o
lv,
= l-l
la,v,
_t_l
-l
6.11
- v)
vc
I00Vo
6.18
Kesalahan sudut pada trafo tegangan kapasitif adalah beda sudut fasa antara fasor
V, dengan fasor Vr' . Jika referensi tegangan dalam analisis rangkaian adalah
n ,, = V n I
Batas Galat
Suatu alat ukur dinyatakan sangat akurat jika galatnya sangat
kelas ketelitian suatu alat ukur bergantung kepada galat alat
ketelitiannya, trafo tegangan dibagi atas beberapa kelas. Pada
kelas ketelitian trafo tegangan dan penggunaannya.
Batas galat pada Tabel 6.1 berlaku untuk kondisi sebagai
Tegangan yang
Beban
Faktor daya
6.5
diukur : (0,8 -
:
:
TABEL 6.1
Kelas Ketelitian Trafo Tegangan
Kelas
Y (vo)
6 (Menit)
0,1
+0,1
+5
Penggunaan
0,2
+0,2
+10
0.5
+0,5
+20
1,0
+1.0
+40
3,0
+3.0
+720
5,0
+5O
t300
10.0
+10,0
+600
tiga fasa, dan terhubung antara fasa dengan tanah, tegangan pengenal dinyatakan
dalam besaran Vlt/3. Dalam hal ini, V adalah tegangan fasa-ke-fasa sistem standar
menurut IEC 60038.
Rasio Nominal
Perbandingan tegangan nominal primer dengan tegangan nominal sekunder.
Burden
Adalah beban pada terminal sekunder yang dinyatakan dalam besarnya daya
yang dikomsumsi beban pada faktor daya dan tegangan nominal sekunder.
Burden Nominal
Adalah burden yang mengakibatkan galat sama dengan galat nominal
(\.\
''.
Daya Nominal
Adalah daya keluaran (VA) trafo tegangan ketika bebannya sama dengan bui.l::
nominal dan tegangan sekundernya sama dengan tegangan nominal seku:,:::
Pada umumnya daya nominal adalah: 10, 15, 25, 30, 50, 75, 100. 150. lr r,. 1 r
400,500 VA. Daya nominal yang lebih disukai adalah yang diberi !an- r:. -Pernyataan daya nominal pada trafo tegangan tiga fasa adalah dara per :.-.
lt0
-egangan linggi
'e'a a:ar
Galat Nominal
Adalah galat yang terjadi ketika tegangan primer sama dengan tegangan nominal
primer dan beban sama dengan burden nominal.
Faktor Tegangan
Adalah suatu faktor pengali terhadap tegangan nominal primer yang menghasilkan
batas tertinggi tegangan pada kumparan primer trafo tegangan dalam waktu
terbatas. Dalam batas waktu tertentu, suatu trafo tegangan dapat bekerja di atas
tegangan nominalnya. Batas tertinggi tegangan kerja suatu trafo tegangan adalah
Vr_.uk, = Faktor Tegangan X Vr_no.inur. Faktor tegangan bergantung kepada metode
penyambungan kumparan primer trafo tegangan pada sistem, dan metode pembumian
sistem. Nilai faktor tegangan untuk berbagai metode pembumian sistem diperlihatkan
pada Tabel 6.2 berikut.
TABEL 6.2
Faktor Tegangan Menurut IEC 60044-2
Faktor
Metode
Pembumian Sistem
Metode Penyambungan
Tegangan
Waktu
Kumparan Primer
t,2
Kontinu
1,2
Kontinu
1,5
30 sekon
1,2
Kontinu
t,9
30 sekon
1,2
Kontinu
t,9
8 Jam
di
atas
6.6
Ketahanan Terhad ap
Tegangan Tertinggi
Peralatan
(V
. . kV-rms)
' maks/
Tegangan Frekuensi
0,72
1,2
3.6
10
'7)
20
Daya (kY-rms)
Tegangan Impuls
Petir Standar
(kY-Puncak)
40
60
28
60
75
r7,5
38
75
95
24
50
36
'10
t45
52
95
250
'12,5
140
325
100
185
450
185
450
230
550
t45
170
245
300
362
420
525
765
95
t25
170
230
550
275
650
275
650
750
325
(k!'-Puncalit
20
40
t2
t23
Tegangan Impuls
Hubung-Buka Standar
4@
950
1050
395
460
950
1050
'750
4@
1050
510
tt75
850
950
570
630
1300
1425
1050
1050
630
680
1425
1550
1050
1950
2100
t4?5
395
880
975
850
tt75
1550
Catatan: Nilai tertinggi diambil untuk peralatan pasangan yang berhadapan langsung denr::
tegangan lebih petir. Misalnya, peralatan yang dihubungkan langsung dengan
transmisi atau melalui kawat pendek
112
TABEL 6,4
Konsumsi (YA)
Konsumsi (YA)
Voltmeter
7<
Wattmeter
Perekam PF-Meter
7.5
PF- Meter
Perekam daya
"t,5
Sinkronoskop
15
Perekam tegangan
Frekuensimeter
6.7
Meter/Relai
75
8-70
Relai
TABEL 6.5
Perbandingan Trafo Tegangan Magnetik dengan Trafo Tegangan Kapasitif
transformasi
frekuensi
frekuensi
jika
Bab
Trafo Tegangan
113
TABEL 6.6
Untuk Keperluan
Voltmeter, kWh-Meter, Sinkronisasi,
relai jarak tanpa PLC
Bus 2
I unit
TTM
Tfi
*T:,1
Line
(a)
Keterangan:
TTM = Trafo
TTK =
PTK =
tegangan magnetik
Trafo tegangan kapasitif
Pembagi tegangan kapasitif
GAMBAR 6.14
Susunan trafo tegangan pada dua gardu induk
(b)
114
Peralatan Tegangan
rnggi
Pada Gambar 6.14b hanya trafo tegangan kapasitif yang digunakan pada penyulang.
Jumlah trafo tegangan kapasitif pada setiap penyulang bergantung kepada kebutuhan.
Untuk keperluan meter, sinkronoskop dan relai, tegangan diperoleh dari trafo tegangan
magnetik yang dipasang satu set per rel daya. Dalam hal ini, kapasitas trafo tegangan
magnetik harus cukup besar supaya mampu melayani konsumsi daya semua peralatan
meter, sinkronoskop dan relai. Susunan mana yang akan dipilih dari kedua susunan di
atas akhirnya ditetapkan berdasarkan pertimbangan biaya.
6.8
Uji Jenis
Dalam uji jenis dilakukan pengujian sebagai berikut:
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Pengujian
Pengujian
Pengujian
Pengujian
Pengujian
kenaikan temperatur
ketahanan
ketahanan
ketahanan
ketahanan
kondisi basah
Pengukuran galat
Pengukuran tegangan interferensi radio (radio interference voltage)
Pengujian peluahan sebagian Qtartial discharge)
Pengukuran rugi-rugi dielektrik
Penyetelan panjang sela pelindung
Pengujian ferroresonansi
Uii Rutin
Setelah
uji jenis selesai, dilakukan pengujian rutin. Uji rutin terdiri dari:
.
.
.
.
.
Pengukuran galat;
Pengujian ketahanan tegangan tinggi ac pada setiap seksi isolasi; dan
Pengujian peluahan sebagian
Jika ada pengujian yang non-standar, dan hasilnya tidak sesuai dengan spesifikasi,
maka pengujian diulang kembali, setelah pengujian yang lain selesai. Jika pengujian
Bab6 TrafoTegangan
115
ketahanan tegangan ac pada kumparan primer akan diulang, maka tegangan penguji":
yang dikenakan hanya 807c daripada tegangan yang dispesifikasikan.
Uii Khusus
Uji khusus adalah pengujian
.
.
.
.
6.9
'
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Perbandingan transformasi
Kapasitas keluaran per fasa
Kelas ketelitian
Kelas isolasi
Faktor tegangan dan tenggang waktunya
Pembumian trafo tegangan
Jenis pasangan dan kondisi lokasi pemasangan
Batas dimensi
Penggunaan
sua .tu
trafo tegangan:
t32.oool"/3 Y
100//3 v
275 kV
650 kV (puncak)
100/3 v
100 vA, KI.0,2
l.9Vnomlnal .4iam
9A,4jam
Kapasitansi
12.000 pF x.l0%o
Frekuensi
50 Hz
li
t
I
I
I
I
I
Bab 7
Trafo Arus
ama halnya dengan trafo tegangan, trafo arus tegangan tinggi digunakan untuk
memonitor kinerja suatu sistem tenaga listrik. Pengukuran arus pada jaringan
tegangan tinggi tak dapat dilakukan langsung seperti padajaringan tegangan rendah,
karena selain berbahaya bagi operator, membuat amperemeter yang mampu mengukur
langsung arus yang mengalir pada jaringan tegangan tinggi adalah hal yang sulit.
Pada sistem tenaga listrik ditemukan juga relai-relai proteksi yang mengontrol
kinerja sistem tenaga listrik. Relai-relai tersebut juga membutuhkan besaran sensor
berupa arus lemah. Oleh karena itu, diperlukan trafo arus untuk mentransformasi arus
kuat pada suatu jaringan ke suatu nilai arus lemah supaya dapat diukur amperemeter
dan dapat dimanfaatkan sebagai besaran sensor pada relai proteksi.
Berikut ini akan dijelaskan tentang fungsi, prinsip kerja dan karakteristik trafo
arus. Kemudian akan diuraikan tentang jenis-jenisnya, definisi-definisi yang berkaitan
dengan karakteristik trafo arus dan cara menentukan spesifikasi suatu trafo arus untuk
suatu keperluan tertentu. Di samping itu diberikan juga penjelasan tentang jenis-jenis
pengujian tegangan tinggi yang dilakukan pada suatu trafo arus tegangan tinggi.
7.1
Bab
117
Trafo Arus
GAMBAR 7.1
Trafo arus
Pada Gambar 7.1 diperlihatkan contoh trafo arus yang digunakan untuk tegangan
rendah, tegangan menengah dan tegangan tinggi.
Di samping untuk pengukuran arus, trafo arus juga dibutuhkan untuk pengukuran
daya dan energi; dibutuhkan juga untuk keperluan telemeter dan relai proteksi. Kumparan
primer trafo arus dihubungkan seri dengan jaringan atau peralatan yang akan diukur
arusnya, sedangkan kumparan sekunder dihubungkan dengan meter atau relai proteksi.
Pada umumnya peralatan ukur dan relai membutuhkan arus 1 atau 5A.
Trafb arus bekerja sebagai trafo yang terhubung singkat. Rentang kerja trafo arus
yang digunakan untuk pengukuran biasanya 0,05 sampai l,2kali arus yang akan diukur.
Trafo arus untuk tujuan proteksi dirancang sedemikian sehingga mampu mengalirkan
arus lebih daripada 10 kali arus nominalnya.
7.2
A yang sebanding dan satu fasa dengan arus primer. Pada Gambar 7.2 diperlihatka::
Kumparan
GAMBAR 7.2
Bagian utama dan rangkaian ekuivalen trafo arus
118
bagian utama trafo arus dan rangkaian ekuivalennya dilihat dari sisi sekunder. Prinsip
kerjanya sama dengan trafo daya satu fasa. Jika pada kumparan primer mengalir arus
1,. maka pada kumparan primer timbul gaya gerak magnet sebesar N,1,. Gaya gerak
magnet ini memproduksi fluks pada inti. Fluks ini membangkitkan gaya gerak listrik
pada kumparan sekunder (82).
Jika terminal kumparan sekunder tertutup, maka pada kumparan sekunder mengalir
arus 1r. Arus ini menimbulkan gaya gerak magnet NrI, pada kumparan sekunder. Bila
pada trafo arus tidak ada rugi-rugi daya (trafo ideal), maka berlaku persamaan:
N,I, = N,I,
7.1
atau
,,
Iz =*,
Nl
Dalam hal
ini:
N,
N2
Il
I2
7.2
Tegangan pada terminal sekunder (Vr) bergantung kepada impedansi Zr, yaitu
impedansi gabungan peralatan dan kabel penghubung yang tersambung pada terminal
sekunder trafo arus. Tegangan tersebut dapat dituliskan sebagai berikut:
Vz=
IzZz
7'3
Jika resistansi dan reaktansi bocor kumparan trafo arus dinyatakan dalam impedansi
internal 2,, maka gaya gerak listrik pada kumparan sekunder harus lebih besar daripada
tegangan sekunder agar rugi-rugi tegangan pada impedansi Z,dapat dikompensasi. Oleh
karena itu, persamaan di bawah ini harus dipenuhi:
IrZ,
7.4
atau
7'5
Dalam praktiknya trafo arus selalu mengandung arus eksitasi atau arus beban
Ams beban nol menimbulkan fluks bersama (d) yang dibutuhkan untuk
membangkitkan gaya gerak listrik E . Hubungan fluks bersama (@) dengan gaya gerak
listrik E, adalah sebagai berikut:
nol
(1p).
Ez=
Dalam hal ini:
f=
o=
A_
B_
4,44
Nz
d = 4,44 f
N2
AB
7.6
Gaya gerak listrik inilah yang mempertahankan aliran arus I, pada impedansi
(22 + Z). Maka, ampere belitan yang ditimbulkan arus beban nol (N,10) harus dapat
mengimbangi ampere belitan yang ditimbulkan arus primer (N,1,) dan ampere belitan
yang ditimbulkan arus sekunder (N212). Hubungan tersebut dapat dituliskan dalam
bentuk fasor:
Bab
119
Trafo Arus
'i-
N,Io-N,I,+NrI,
Jika arus
1o
diabaikan maka
atau sama
primer dan arus nominal sekunder. Perbandingan arus nominal primer dengan
arus
trafo arus dengan meter atau relai; dan impedansi relai atau meter. Jumlah
semua
a.
Jumlah belitan kumparan primer trafo arus sangat sedikit, tidak lebih daripada
lima belitan.
b.
Arus primer tidak dipengaruhi arus beban yang terhubung pada kumparan
c.
d.
sekundernya, karena arus primer ditentukan oleh arus pada jaringan yang diukur.
Semua beban pada kumparan sekunder dihubungkan seri.
Terminal sekunder trafo arus tidak boleh terbuka, oleh karena itu terminal kumparan
sekunder harus selalu dihubungkan dengan beban atau dihubung singkat jika
bebannya belum dihubungkan.
Berikut ini akan drjelaskan mengapa terminal sekunder trafo arus tidak boleh
terbuka. Jika arus sekunder nol, maka Persamaan 7.7 menjadi:
N,1o
= N,
1,
Karena 11 tidak berubah, maka fasor Nt10 yang berubah semakin besar sehingga sama
dengan fasor N, 1,. Telah dijelaskan bahwa Nrlo membangkitkan fluks bersama td'
pada inti trafo. Oleh karena itu, kenaikan N,1o akan memperbesar fluks bersama td'
Rugi-rugi inti suatu trafo arus berbanding kuadrat dengan fluks, sehingga kenaikan
fluks bersama (@) akan memperbesar rugi-rugi inti. Rugi-rugi inti menimbulkan pana.
pada inti trafo, sehingga temperatur inti semakin tinggi. Akibatnya isolasi kumparan
trafo arus rusak. Hal ini akan menimbulkan hubung singkat pada kumparan tratb. Di
samping itu, gaya gerak listrik yang dibangkitkan pada kumparan sekunder juga aka:r
bertambah besar. Hal ini dapat menimbulkan kerusakan pada isolasi kumparan.
7.3
a.
I, N.
i- i,
b.
Arus 1, tidak satu fasa lagi dengan 1r, hal ini menimbulkan kesalahan sudut.
120
linggi
Rasio nominal suatu trafo arus adalah perbandingan jumlah belitan sekunder dengan
jum-lah belitan primer, atau:
, N,
*r=N=
1,,
7.8
L,
Jika suatu ketika suatu trafo arus mengukur sembarang arus 1,, dan arus di belitan
sekundernya adalah Ir, maka menurut Gambar 1.3, galat rasio trafo arus tersebut adalah:
- Nrlr
-N/,
N212
y=
-l*J,-r,l
11,
rooz,
7.9
sedangkan galat sudut (6), yaitu beda sudut fasa fasor (NrI,) dengan fasor
adalah sama dengan jumlah proyeksi NrI, dan N,Io pada N,1,, yaitu:
Nrlr = NrI,
cos
NzIz cos
6+
(-Nrlr). N,1,
N,1o cos a
9rS
IrX"'
GAMBAR 7.3
Diagram fasor ampere belitan trafo arus
qz)
1.10
Bab
121
Trafo Arus
It
ez)
1
Nl
1,
adalah O, =
lt N, .
ki= -=l2 Nl
Io cos (90
dan
9r)
12
In cos (go
= ir-
l,
.11
gz)
1.12
1=
kn-tJI2lxrcos"
r1tr2
|
k - kl
7.13
r00vo
Tlx
kt^
kn
I,
1o
cos (go
9r)
-1 x lo0%o
1.t4
Persamaan 7.14 menunjukkan bahwa galat bergantung kepada arus beban nol (/o).
= 0, maka galat y = 0. Keadaan seperti ini tercapai hanya pada trafo arus ideal,
yaitu trafo arus tanpa rugi-rugi inti. Karena 5 sangat kecil, maka tg 5 dapat dianggap
sama dengan 6, sehingga galat sudut 5 dapat ditulis sebagai berikut:
Jika
1n
6=tg5=
1n
Karena eo= 90", maka sin (Eo - E) = coS gz. Selain itu, 5 = 0, maka cos 6
Dengan demikian, galat sudut dapat ditulis:
d=--
7.15
= l.
I^ N, cos g,
N, I,
1o
g,
Nr. I,
cos
1o
cos g,
k, I,
7.16
1V,
Persamaan l.l4 dan 7.16 menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempen-earuhi galat
suatu trafo arus adalah:
a.
b.
c.
d.
122
Pada Gambar 7.4 diperlihatkan pengaruh arus sekunder terhadap galat rasio dan galat
sudut. Dilihat dari sisi sekunder, arus beban nol pada suatu trafo arus dapat dituliskan
sebagai berikut:
Io=
Dalam hal
ini:
11
I
Po
lL,
=
=
=
=
HI
N2
=-llo BI
lL, Nz
7.17
Dari Persamaan J.6 dapat diperoleh nilai rapat magnetik B, dan jika nilai ini
disubstitusikan ke dalam Persamaan '7.17 maka akan menghasilkan:
'o
4.4
E. I
A po tr, Nr'
7.r8
memperbesar
Dari beberapa hubungan penting ini dapat dilihat bahwa perancangan trafo
arus sangat unik. Galat sebanding dengan panjang jalur magnet pada inti besi (/)
dan berbanding terbalik dengan luas penampang inti besi A. Hal penting lain yang
berpengaruh terhadap parameter trafo arus adalah gaya gerak magnet pada kumparan
primer dan sekunder. Hubungan kedua gaya gerak magnetik tersebut adalah sebagai
berikut:
1,, N, = 1,, N,
1.19
= 0,6
1,2 ohm, cos
9=
1,0
= 0.6
0.6 ohm. cos
GAMBAR 7.4
Pengaruh arus sekunder terhadap galat trafo arus
.p
1,0
Bab
Trafo Arus
123
0,0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 t,0
GAMBAR 7.5
Kurva magnetisasi baja silikon dan baja nikel
Galat dapat juga diperkecil dengan memperbanyak jumlah belitan sekunder (Nr).
Tetapi, penambahan jumlah belitan sekunder harus dibarengi dengan penambahan jumlah
belitan primer agar Persamaan '7.19 tetap terpenuhi. Akibatnya, jika terjadi hubung
singkat pada sistem, maka arus hubung singkat yang mengalir pada belitan primer akan
membangkitkal gaya gerak magnetik (A/111,.) yang sangat besar pada belitan primer.
Gaya gerak magnetik ini menimbulkan tekanan dinamis yang besar pada kumparan
trafo arus. Oleh karena itu, penambahan jumlah belitan primer ada batasnya.
Untuk memperoleh trafo arus berakurasi tinggi, inti trafo arus dibuat dari bahan
campuran besi-nikel. Permeabilitas bahan ini relatif tinggi, tetapi menghasilkan ga1 a
gerak listrik rendah, karena saturasi rapat fluks (B) yang dihasilkannya rendah. Pada
kurva magnetisasi yang diperlihatkan pada Gambar 7.5 terlihat bahwa nilai terting_ei
rapat fluks baja-nikel sekitar 7 x 103 gauss. Trafo arus yang digunakan untuk proteksi.
intinya dibuat dari campuran baja-silikon, yakni bahan yang mempunyai saturasi rapar
fluks yang tinggi. Pada Gambar 7.5 diperlihatkan bahwa saturasi rapat fluks baja-silikor:
besarnya di atas 16 x 103 gauss.
Jika dilakukan penambahan I dalam rangka mengurangi kuat medan elektrik pac:
isolasi trafo arus, maka galat akan bertambah. Agar galat tidak bertambah, maka l:'.
penampang inti harus diperbesar, akibatnya volume inti trafo bertambah secara kuadr:::i.
oleh karena itu dibutuhkan jenis konstruksi yang sangat kompak untuk mendapa:i.-panjang inti besi yang sekecil mungkin.
7.4
GALAT KOMPOSIT
Pada Gambar 7.6 diperlihatkan karakteristik magnetisasi suatu trafo arus. K::-.t:magnetisasi trafo arus ideal adalah berupa garis lurus berwarna gelap ,.r -;;-_r
karakteristik magnetisasi trafo arus aktual adalah seperti garis beru.ami -ir:-
-.
124
GAMBAR 7.6
Kurva magnetisasi trafo arus
Dalam praktiknya, pada trafo arus dengan inti besi tertutup (tanpa sela), ketika
puncak arus pada belitan primernya melebihi 1,s, kurva arus sesaat pada belitan
sekundernya tidak lagi berbentuk sinusoidal murni. Keadaan seperti ini dapat terjadi
jika pada belitan primer mengalir arus hubung singkat. OIeh karena itu, galat rasio
tidak dapat lagi dihitung dengan Persamaan 7.9. Pada keadaan seperti ini, galat disebut
galat komposit yang dihitung dengan persamaan 7.20'
Galat komporU =
=
=
iz =
Z=
k =
1r
lf r0,,,. -
7a
1.20
Unjuk kerja suatu trafo arus ketika belitan primernya dialiri arus hubung singkat,
digambarkan dengan faktor arus lebih n. untuk menyatakan bahwa ketika arus primer
sama dengan nlb,, galat masih dalam batas yang ditentukan. Untuk suatu trafo arus,
telah dibuat suatu standar untuk menyatakan batas galat dan faktor pengali arus lebih,
misalnya: O,5lM5;10P20; dan lain-lain. Simbol Mmenunjukkan trafo arus adalah untuk
pengukuran; dan simbol P menunjukkan bahrva trafo arus adalah untuk proteksi' Trafo
arus O,5lM5, menunjukkan bahwa trafo arus adalah untuk pengukuran, dan jika arus
primer sama dengan lima kali arus nominal primer, maka batas galat tertinggi adalah
0,57o. Simbol 10P20 menunjukkan bahrva trafo arus adalah untuk keperluan proteksi,
< 109a.
dan ketika arus primer 20 kali arus nominal primer, total galat
Bab
7.5
Trafo Arus
125
1.21
Dalam hal ini, Z, adalah impedansi kumparan sekunder trafo arus, Zu adal.ah impedansi
alat ukur, relai, atau peralatan yang terhubung pada terminal sekunder trafo arus; dan
Zr adalah impedansi kabel penghubung peralatan dengan terminal trafo arus.
Impedansi kabel penghubung dapat dianggap hanya berupa resistansi (R*). Nilai
tahanannya bergantung pada penggunaan trafo arus. Jika jarak antara terminal trafo
arus dengan peralatan adalah / (meter), resistivitas kabel adalah p (ohm . mm2/m; dan
luas penampang kabel adalah A (mm2), maka nilai resistansi kabel penghubung adalah
seperti diperlihatkan pada Tabel 7.1.
Jika S,, (VA) adalah burden satu peralatan pada rangkaian sekunder trafo arus dan
arus nominal peralatan tersebut dalam ampere adalah 1,,, maka impedansi peralatan
tersebut dapat dihitung dengan persamaan di bawah ini:
s
7,--+
o I:
1.22
Burden berbagai alat ukur diperlihatkan pada Tabel 7.2, sedangkan burden berbagai
TABEL 7.1
Penghubung (ohm)
Rr=
2pl
A
ol
R.KA
-',
R,_
*A
Rr=+
R.KA
_'
R,rA
2ol
ol
=L
ol
126
Burden nominal yang tercantum pada papan nama suatu trafo arus adalah total
burden tertinggi pada rangkaian sekunder trafo arus, yang membuat kesalahan pengukuran
sama dengan ketelitian yang tercantum pada papan nama trafo arus tersebut. Burden
nominal trafo arus yang sudah distandarisasi antara lain adalah: 2,5; 5; 7,5; l0;,
15;"
dan 30 VA.
TABEL 7.2
Burden
(vA)
Ammeter
Wattmeter
Faktor daya-meter
Perekam arus
Perekam daya
TABEL 7.3
Burden (VA)
1,5-5
1,8
0,07
3,5
Relai dava
0,23
1t,5
Relai diferensial
Relai Jarak
7.6
0,8-6
2-25
FAKTOR KEJENUHAN
Pada Gambar 7.6, terlihat bahwa ketika arus primer mencapai 1,,, rapat magnet pada
inti trafo arus mengalami kejenuhan. Perbandingan arus primer yang membuat rapat
magnet pada inti trafo arus mengalami kejenuhan (1,,), dengan arus nominal primer(11,)
,F k _
I,B
l.l
Iu,_ q,
7.23
B, dapat dianggap konstan dan tidak bergantung pada besaran burden, sedangkan
B,berbanding lurus dengan impedansi burden. Dengan demikian faktor kejenuhan dapat
dituliskan sebagai berikut.
r-1-1
'k
B,
7.24
Bab
Trafo Arus
127
Fr, = Fn,,
Z
1.25
Untuk keperluan proteksi, inti trafo arus harus lambat mengalami kejenuhan:
biasanya memiliki faktor kejenuhan tinggi yakni Fo = 10. Sedangkan trafo arus untuk
pengukuran harus segera jenuh. agar ketika arus hubung singkat mengalir pada belitan
primer, arus tidak naik secara linier mengikuti arus hubung singkat tersebut. Dengan
demikian. peralatan pada beiitan sekunder trafo arus tidak mengalami kerusakan. Maka.
trafo arus untuk pen-eukuran memiliki faktor kejenuhan rendah, yakni F.. = 5. Untuk
penggunaan pengukuran. trafo arus biasanya dioperasikan pada bagian kurva magnetisasi
yang linier.
Faktor kejenuhan dapat juga dipergunakan untuk memperkirakan luas penampan-e
l2nz"
A =Ci '"
NDalam hal
ini:
A.I
C.I
)
(cm-)
1.26
bahan
Z,
N2
7.7
128
besar atau sama dengan arus hubung singkat tertinggi yang diperkirakan akan mengalir
pada kumparan primer trafo arus. atau tidak boleh kurang daripada kapasitas pemutusan
arus pemutus daya yang bekerja sama dengan trafo arus tersebut. Arus termal waktu
singkat dapat juga dihitung dengan rumus di bar.vah ini.
/" =yr6
s,,,
'7.21
Dalam hal ini, s,,. adalah tingkat daya hubung singkat sistem jika hubung singkat
terjadi di titik instalasi trafo arus; dan v adalah tegangan fasa-ke-fasa sistem.
Jika arus termal waktu singkat dinyatakan dalam sembarang waktu /,, maka arus
termal waktu singkat dihitung dengan rumus di bar,vah ini.
Irr.(=
T,,
7.28
fl
Perbandingan arus termal waktu singkat dengan arus nominal primer (1,,,) disebut
II
1.29
1,,
1.30
Tekanan mekanis yang dialami trafo arus pada saat hubung singkat bergantung
pada nilai puncak arus tertinggi, jumlah belitan kumparan primer dan konfigurasi
kumparan. Tekanan mekanis dapat dikurangi dengan mengurangi jumlah belitan dan
memperkecil diameter kumparan. Puncak arus tertinggi yang dapat dipikul suatu trafo
arus bergantung kepada faktor dinamis waktu singkat. Faktor ini umumnya adalah 50
100' Untuk trafo arus komersil dapat dirancang antara 200 400. Jika faktor dinamis
-
rvaktu singkat lebih dari 400, maka sebaiknya digunakan trafo arus jenis konduktor
tunggal. Tetapi trafo arus jenis konduktor tunggal mempunyai burden, ketelitian dan
faktor batas ketelitian yang terbatas. Jika ternyata burden, ketelitian dan faktor batas
ketelitian tersebut tidak sesuai dengan kebutuhan, maka dipilih trafo arus jenis belitan
yang arus nominal primernya ditinggikan sedemikian sehingga faktor dinamis waktu
singkat tidak melebihi 400.
Bab
Trafo Arus
129
(a) Jenis
kumparan
GAMBAR 7.7
Jenis trafo arus dilihat dari konstruksi kumparan primer
130
dialiri arus hubung singkat sistem. Tetapi, trafo arus jenis konduktor tunggal dengan
arus nominal primer rendah memiliki ketelitian yang rendah. Hanya pada arus primer
nominal > 1000 A diperoleh ketelitian yang lebih tinggi. Ketelitian trafo arus jenis
konduktor tunggal dapat juga ditinggikan dengan menambah luas penampang intinya
(memperbesar A pada Persamaan 7.18). Akibatnya, dibutuhkan volume isolasi yang
semakin besar, sehingga biayanya menjadi lebih tinggi.
paralel. Dengan demikian arus primer nominal trafo arus dapat diatur, misalnya 1,2
dan 4 kali arus nominal. Perubahan arus primer nominal membuat rasio arus nominal
bervariasi, namun galat tetap tidak berubah untuk setiap rasio yang dipilih, karena amperebelitan tidak berubah pada setiap rasio. Tetapi, ketika belitan primer dihubungkan seri,
ketahanan arus waktu singkat lebih rendah daripada ketika belitan primer dihubungkan
paralel, dan ketahanan arus hubung singkat trafo arus menjadi berkurang.
Rasio ganda pada trafo arus jenis kumparan diperoleh dengan merangkai kumparan
primernya dalam hubungan seperli diperlihatkan pada Gambar 7.8. Jika arus nominal
tiap unit kumparan dimisalkan 100 A, maka dengan rangkaian seperti diperlihatkan
pada Gambar 7.8b, diperoleh arus nominal sebesar 200 A; dan dengan rangkaian seperti
diperlihatkan pada Gambar 7.8c, diperoleh arus nominal sebesar 400 A. Rancangan
seperti ini sangat menguntungkan, terutama jika tidak ada arus hubung singkat yang
mengalir pada sisi primernya, misalnya trafo arus yang digunakan di laboratorium.
Dengan cara seperti ini, dapat diperoleh beberapa ragam rasio tanpa mengorbankan
burden dan ketelitian.
Untuk memperoleh arus nominal primer dan arus waktu singkat yang tinggi,
kumparan primer trafo arus terbuat dari konduktor tunggal. Pada trafo arus jenis konduktor
tunggal, rasio ganda diperoleh dengan membuat sadapan di kumparan sekundernya.
Tetapi perlu diperhatikan bahwa daya keluaran sebanding dengan kuadrat ampere-belitan
sekundernya. Jika rasio dikurangi menjadi setengah, maka kapasitas dayanya berkurang
menjadi seperempat daripada semula, tetapi arus termal waktu singkat tetap seperti
semula. Kelas ketelitian dinyatakan pada saat semua belitan sekunder digunakan.
t,tt1(X)A
(b) 200 A
GAMBAR 7.8
(c) ,+00 A
Bab
Trafo Arus
131
GAMBAR 7.9
Trafo arus inti ganda
't32
Peralatan Tegangan
rnggi
TABEL 7.4
(vr)
5 (menit)
Penggunaan
0.1
+0,1
+5
0.2
+O)
+10
(C0 industri
0"5
+O5
+30
1.0
+1,0
+60
3.0
+3,0
5n
+5O
Kelas trafo arus ini dinyatakan dengan tanda "nP", dalam hal ini n menunjukkan
kelas ketelitian dan P menunjukkan trafo arus adalah untuk keperluan proteksi. Batas
ketelitian trafo arus yang digunakan untuk proteksi diperlihatkan pada Tabel 7.5.
TABEL 7.5
5P
+1,0
+60,0
t0P
+3,0
10
l5P
+5,0
15
Kelas
Nominal
dan6=GalatNominal
5
Kelas ketelitian trafo arus untuk berbagai relai proteksi diperlihatkan pada Tabel 7.6.
TABEL 7.6
Penggunaan
Relai arus lebih reaksi cepat(Instantaneous
overcurrent relay)
Kelas
l5P
Faktor batas ketelitian
(FBn
l0P
S, x FBK= 150
5Pdan 10P
5P
=5
Bab
Trafo Arus
133
Inti Tertutup
I"
GAMBAR 7.10
Fluks remanensi inti tertutup dan inti bersela udara
134
I diperlihatkan trafo
Konstruksi trafo arus dengan isolasi epoksi-resin sering dipakai uniuk pasangan
lua"r,
jaringan tegangan menengah sampai tegangan 110 kV.
Tiafo arus epoksi-resin memiliki
kekuatan gaya dinamis hubung singkat yang tinggi, sebab semua belitannya
tertanam
dalam bahan isolasi.
Trafo arus tegangan tinggi untuk gardu induk pasangan luar, dibuat dengan
isolasi
minyak-kertas yang ditempatkan dalam tabung porselen. Jenis konstruksi
trafo arus ini
dibedakan atas susunan bagian-bagian aktifnya (inti, belitan), yaitu: jenis
tangki logam,
jenis tabung isoiasi dan jenis gardu. Trafo arus jenis gardu mlmiliki
kelebihan, karena
penyulang pada rangkaian primernya lebih pendek, sehingga banyak digunakan
untuk
arus nominal dan arus hubung singkat yang besar. Trafo arus jenii tangki
logam, jenis
tabung isolasi dan jenis gardu diperlihatkan pada Gambar 1.12.
Pada sistem isolasi koaksial seperti pada kabel, bushing trafo dan rel
daya yang
diisolasi dengan SFu, selalu dimungkinkan untuk membuat trafo arus jenis konduktoi
tunggal tanpa menggunakan isolasi khusus. Dalam hal ini sering digunakan
inti berbentuk
cincin yang dikenakan mengelilingi isolasi kabel, bushing atau-rel. tselitan sekunder
dibelitkan secara seragam pada cincin, dengan demikian terminal sekunder
trafo arus
dapat dibuat pada lapisan terluar isolasi atau pada bagian isolasi yang
dibumikan. pada
Gambar 7.13 diperlihatkan sebuah trafo arus, inti cincin, dipasang piaa rel
daya gardu
isolasi SFu (GIS).
7.9
Keterangan:
i = Kumparan primer
2 = Kumparan sekunder
3
(.a)
GAMBAR 7.11
Trafo arus jenis pendukung dan jenis bushing
= Inti
Bab
Trafo Arus
135
Keterangan:
I = Kumparan primer
2 = Kumparan sekunder
3 = Inti
I
2
3
GAMBAR 7.12
Trafo arus tegangan trnggi
Keterangan:
1. Konduktor internal sebagai
kumparan primer
2. Inti berbentuk cincin
3. Kumparan sekunder
4. Elektroda pelindung
5. Tabung luar
6. Kontak terminal sekunder
1. Tutup penyekat gas
GAMBAR 7.13
Trafo arus pada rel daya gardu isolasi SF6
tegangan uji impuls petir. Trafo arus yang akan dipasang pada sistem tegang?r Z .r r
kV harus memiliki spesifikasi tegangan uji frekuensi daya pada kondisi kerin-s: lc!a:._i:l
uji impuls petir; dan tegangan uji impuls hubung-buka pada kondisi basah. \t::.,:-'
IEC 61869-1, tingkat isolasi trafo arus adalah seperti diperlihatkan pada Tate. - Kekuatan dielektrik isolasi trafo arus berkurang jika ditempatkan pa,1. . .,..
yang ketinggiannya lebih dari 1000 m di atas permukaan laut. Oleh karena iI-. t -ir.:'
isolasi trafo arus harus disesuaikan dengan lokasi penempatannya. \aitu -irj :.---faktor koreksi ketinggian (kr) dikalikan dengan tingkat isolasi pada kea.:.::. :':-;'
r35
(=
1000 m). Menurut IEC 61869-1, fakror koreksi ketinggian dapar dihirung dengan
rumus berikut:
zx(I/-1000)
a*
kr=e
7.31
Dalam hal ini, 11 = tinggi lokasi di atas permukaan laut (meter); ru I untuk tegangan
=
dan m = o,j5 untuk tegangan uji
Peralatan
(r-,u", kv- rms)
Tegangan Frekuensi
Daya (kV-rms)
Kering i
Tegangan lmpuls
Hubung-Buka
(kV-Puncak)
(kV-Puncak)
36
70
52
95
95
250
1)<
140
140
32s
123
230
230
550
145
275
2'/5
650
t70
325
325
750
245
460
460
t050
70
t70
300
460
1050
362
510
1175
9s0
420
630
1425
1050
550
680
l -5.50
117 5
800
975
2100
1550
7.10
Basah
Tegangan
Impuls Petir
<
8s0
TEGANGAN LUTUT
Jika pada belitan sekunder suatu trafo arus diberi tegangan sinusoidal frekuensi nominal.
sedangkan terminal primernya terbuka. maka akan diperoleh kurva eksitasi seperti
diperlihatkan pada Gambar 7.14.
Tegangan lutut adalah nilai et'ektif tegangan pada sisi sekunder, yang memberi
penambahan arus eksitasi lebih 50clc daripada arus eksitasi sebelumnya, jika tegangan
bertambah l0o/o daripada nilai tegangan tersebut (lihat Errpada Gambar 7.14). Tegangan
lutut perlu diperhitungkan jika trafo arus bakal digunakan untuk relai proteksi, terutama
jika trafo arus digunakan untuk relai diferensial dan relai jarak. Jika suatu trafo arus
akan digunakan untuk relai yang beroperasi cepat, ternyata tidak memiliki tegangan
lutut sebesar yang dibutuhkan, maka relai akan bekerja lebih lambat, sehingga relai
gagal memproteksi sistem.
Menurut IEC 60044-1, spesilikasi suatu trafo arus dapat ditetapkan berdasarkan
tegangan lutut (E *). Tegangan lutut lebih rendah daripada gaya gerak listrik nominal
Bab
Trafo Arus
137
GAMBAR 7,14
Kurva magnetisasi dan tegangan lutut
yang mungkin terjadi pada belitan sekunder. Arus sekunder tertinggi terjadi ketika
belitan primer dialiri arus hubung singkat tertinggi. Dengan demikian, tegangan lutut
dapat ditetapkan seperti persamaan di barvah ini:
E2k
>
0,8
E2_uk.
1.32
Berikut ini diberikan dua contoh perhitungan tegangan lutut, yaitu tegangan lutut
trafo arus yang digunakan untuk relai diferensial dan relai jarak.
138
Peralatan Tegangan
rnggi
'r,=
(UJ
I,t.\( -nlaKs
1.33
Jika hasil perhitungan menurut Persamaan 7.33 lebih kecil daripada 20 kali arus
nominal trafo daya yang diproteksi (1r), maka Ir, ditetapkan sama dengan 20 1,. Iika
arus transien di atas tidak dapat dihitung dengan pasti, maka 1,, secara pendekatan
dapat diambil sama dengan 20 1,,.
Jika arus hubung singkat transien tertinggi yang mungkin mengalir pada belitan
primer trafo arus adalah Ir,, maka arus sekunder tertinggi adalah Iz, Ir,x Ir,,lIr,,. pada
=
keadaan arus sekunder =
adalah:
E2
E2-uk,
='r,?(R,
+ R. +
fi
7.34
rrl
7.3s
R. = Resistansi relai
Sr. = Daya nominal relai
Ir, = Arus nominal relai
Rr = Resistansi kabel penghubung tanpa kabel balik
k, = I jika impedansi pembumian sistem tinggi atau sistem tidak dibumikan
= 2 jika sistem dibumikan langsung
>
0,8
,,,?6,+
ft. +
*.
or)
7.36
Setelah tegangan lutut diketahui, maka faktor kejenuhan trafo arus yang dibutuhkan
dapat dihitung, yaitu perbandingan tegangan lutut dengan tegangan nominal sekunder
trafo arus. atau:
TKlll
(q
Dalam hal
ini: Fr =
1r,, =
S,, =
V,L
7.31
Faktor kejenuhan
Arus nominal sekunder (A)
Daya nominal trafo
Terlihat bahwa untuk daya nominal yang tetap, faktor kejenuhan dapat diperkecil
dengan memperkecil arus nominal sekunder atau memperkecil tegangan lutut. Tegangan
lutut dapat diperkecil dengan memperbesar ukuran kabel penghubung. Cara yurg dipitil,
adalah cara yang memberi pengurangan biaya terbesar.
1.
Ketika hubung singkat terjadi pada ujung terjauh zona proteksi pertama, relai
mengukur impedansi hubung singkat dengan galat rasio trafo arus tidak lebih
daripada 3
54o.
Bab
139
Trafo Arus
Inti trafo arus tidak mengalami kejenuhan ketika belitan primer dialiri arus hubung
singkat tertinggi.
bahr.va waktu kerja relai tidak begitu terpengaruh oleh efek
yang
disebabkan
adanya komponen dc pada arus transien, maka tegangan
kejenuhan
persamaan di bawah ini:
harus
memenuhi
lutut trafo arus
Untuk meyakinkan
Ezr
0,8 1r,..r
?n"6,+
R* +
Il.)
7.38
Dalam hai ini, 1,,.-, adalah arus pada belitan primer jika hubung singkat terjadi
pada ujung zona proteksi pertama; dan ft,. adalah konstanta untuk memperhitungkan
keberadaan komponen dc pada arus hubung singkat tersebut. Pada sistem berfrekuensi
50 Hz, nilai konsantd k,, = 4 untuk LIR < 30 ms, dan k,, = 6 untuk LIR > 30 ms.
Resistansi kabel penghubung R*, dihitung menurut Tabel 7.1. LIR adalah perbandingan
induktansi dengan resistansi jaringan sistem, jika titik gangguan hubung singkat terjadi
pada ujung zona proteksi pertama.
1 .11
Standar
Standar yang dapat digunakan sebagai acuan antara lain adalah IEC, IEEE atau
standar nasional (SNI atau SPLN).
.
.
.
Rasio Nominal
Adalah perbandingan arus nominal primer dengan arus nominal sekunder.
Frekuensi Nominal
Frekuensi nominal sama dengan frekuensi sistem, 50 Hz atau 60 Hz.
Galat (Error)
Ada tiga jenis galat trafo arus, yaitu galat rasio, galat sudut dan -salat
Burden
Burden ditentukan berdasarkan pertimbangan beban (meter atau relai ,.
kabel penghubung trafo arus dengan beban.
k,r:::' '
:-
'
140
Arus Eksitasi
Adalah nilai efektif arus sekunder bila belitan sekunder diberi tegangan sinusoidal
frekuensi nominal, sedangkan terminal primer dibiarkan terbuka.
k, Ir, 10,9
11"
7.39
,F ,
I.r,t
Ir,,
7.40
Ketelitian
Ketelitian trafo arus bergantung kepada fungsinya. Ketelitian trafo arus untuk
keperluaan pengukuran lebih tinggi daripada ketelitian trafo arus untuk keperluan
proteksi.
Bab
Trafo Arus
141
ALF =
I;:
1.41
Untuk meter den_ean inti yang terbuat dari besi, faktor batas ketelitian tidak perlu
tinggi. Untuk keamanan alat ukur, lebih disukai memakai trafo arus yang intinya
jenuh pada nilai arus sedikit di atas rentang arus kerja alat ukur. Untuk relai
diferensial diperlukan dua set trafo arus. Tiap set harus mempunyai karakteristik
yang sama. Faktor batas ketelitian untuk relai jarak, biasanya diambil 20, jarang di
barvah 10. Faktor batas ketelitian berhubungan dengan burden. Jika burden hanya
setengah daripada burden nominal, maka faktor batas ketelitian dapat menjadi dua
kali lipat.
Tegangan lutut
Tegangan lutut diperhitun-gkan bila trafo arus dipergunakan untuk relai proteksi.
Jika digunakan bersama pemutus da1'a minyak (bulk oil circuit breaker), maka
trafo arus jenis bushing adalah lebih murah. Untuk jenis pemutus daya yang lain
digunakan trafo arus jenis tong-sak (posr). Ada kalanya trafo arus jenis tonggak
dengan belitan terpisah digunakan bersama dengan pemutus daya minyak. Hal ini
dilakukan karena keterbatasan burden dan ketelitian trafo arus jenis bushing. Jika
arus nominal sekunder dirancang 5 A, kabel ukur yang digunakan cukup panjang
dan trafo arus yang akan digunakan adalah jenis bushing, maka harus diperiksa
apakah burden total dapat dipikul oleh trafo tersebut.
Jumlah inti
Jumlah inti bergantung kepada jenis beban (meter dan relai) yang akan dilayani
trafo arus. Jika sistem proteksi terdiri dari proteksi primer dan proteksi cadangan.
maka dibutuhkan trafo arus dengan inti terpisah.
Tingkat isolasi
Tingkat isolasi trafo arus ditentukan menurut IEC 61869-1, seperti diperlihatkan
pada Tabel 7.7.
1.12
Uji Jenis
Uji jenis terdiri dari:
142
.
.
.
.
.
.
.
.
.
ketahanan tegangan tinggi ac frekuensi sistem pada kedua kumparan trafo arus
tegangan lebih antar belitan
pengukuran galat
pengujian arus waktu singkat
pengujian kenaikan temperatur
pengujian tegangan tinggi impuls
pengukuran ketelitian (khusus untuk trafo arus pengukuran)
arus keamanan instrumen (khusus untuk trafo arus pengukuran)
pengukuran galat rasio, sudut dan komposit (khusus untuk trafo proteksi)
Uji Rutin
Uji rutin meliputi:
.
.
.
.
.
pengukuran galat rasio, sudut dan komposit (khusus untuk trafo proteksi)
pengukuran ketelitian (khusus untuk trafo arus pengukuran)
Uji Tambahan
Uji tambahan untuk trafo
'
.
.
.
1,13
'
'
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Khusus untuk trafo arus kelas 5P perlu diinformasikan hal-hal tersebut di bawah ini:
. arus nominal kumparan primer
. rasio belitan nominal (N,/Nr)
'
.
.
tegangan lutut
tahanan kumparan sekunder maksimal
batas arus eksitasi
Bab 8
8.1
FUNGSI ISOLATOR
Pada transmisi hantaran udara, suatu konduktor dengan konduktor lain diisolir dengan
udara, sedangkan konduktor dengan menara atau tiang pendukung diisolir dengan bahan
isolasi padat yang disebut isolator. Jadi, isolator berfungsi sebagai pendukung konduktor
dan sekaligus memisahkan konduktor bertegangan dengan bagian yang bertegan-gan ntrl.
Selain pada transmisi, isolator juga drjumpai pada jaringan distribusi hantaran udara.
gardu induk dan panel pembagi daya. Padajaringan distribusi hantaran udara digunakan
sebagai penggantung atau penopang konduktor. Pada gardu induk digunakan seba-sai
pendukung sakelar pemisah, pendukung konduktor penghubung dan pen-egantun-s rel
daya. Pada panel pembagi daya, rel dengan rel dipisahkan oleh udara. sedangkan rel
dengan kerangka pendukung dipisahkan oleh isolator. Pada Gambar 8.1 diperlihatkan
isolator tegangan tinggi pada suatu transmisi hantaran udara dan sakelar pemisah.
Bushing adalah isolator yang digunakan untuk mengisolir badan suatu peralatan
dengan konduktor bertegangan tinggi yang menerobos badan peralatan tersebut. Bushing
ditemukan pada transformator, kapasitor tegangan tinggi, pemutus dal a dan trafo ukur'
Pada Gambar 8.2 diperlihatkan bushing pada trafo dan pemutus daya tegangan tinggi.
14
:.'.
a'.an Tegangan
rnggi
GAMBAR 8.1
lsolator pada transmisi dan sakelar pemisah
GAMBAR 8.2
Bushing pada trafo dan pemutus daya
8.2
KONSTRUKSI ISOLATOR
Pada Gambar 8.3, diperlihatkan contoh suatu isolator dan potongan penampangnya.
Terlihat bahwa bagian utama suatu isolator terdiri dari bahan dielektrik, kap dan fitting.
Di samping itu terdapat juga semen perekat antara dielektrik dengan kap dan antara
jepitan akibat magnetisasi. Konstruksi kap dan fitting, dan cara merekatnya ke bahan
dielektrik, akan menentukan kekuatan mekanis isolator. Bahan perekat yang umumnya
digunakan adalah semen.
Persyaratan umum yang harus dipenuhi dalam merancang isolator, antara lain
adalah:
Setiap lubang pada bahan isolasi, harus memiliki sumbu yang sejajar dengan
sumbu memanjang atau sumbu tegak isolator. Lubang dibuat pada temperatur
penempaan isolator.
Bab
145
Kap
GAMBAR 8.3
Penampang isolator piring
a
a
Tidak memiliki lekukan yang runcing agar pada isolator tidak terjadi medan
elektrik yang tinggi.
Permukaan isolator harus licin dan bebas dari partikel-partikel runcing.
Untuk menghindari terjadinya peluahan sebagian, maka isolator tidak boleh
mengandung rongga udara.
Tidak ada resiko meledak dan pecah.
Dimensi sirip dan jarak rambat diatur sedemikian sehingga isolator mudah
dibersihkan. Pembersihan dimaksud adalah pembersihan secara alami oleh hujan
atau pembersihan rutin. Kedua pembersihan tersebut adalah dalam rangka membuang
bahan polutan yang menempel pada permukaan isolator.
Jarak rambat isolator harus diperbesar, jika isolator dipasang pada kawasan yang
dihuni banyak burung.
Bahan perekat harus memiliki kekuatan adhesi yang tinggi.
8.3
PARAMETER ISOLATOR
Parameter geometris suatu isolator adalah suatu besaran yang membedakan profll suatu
GAMBAR 8.4
Profil dan parameter suatu isolator
146
ini diperlukan jika isolator terdiri dari gabungan beberapa unit isolator,
untuk menunjukkan karakteristik isolator secara keseluruhan. Parameter ini
merupakan perbandingan antara total jarak rambat (/,) dengan jarak terpendek
Parameter
antara bagian-bagian logam yang dikenakan tegangan normal pada isolator (s,).
Nilainya dianjurkan tidak lebih daripada 3,5 di daerah yang bobot polusinya ringan
dan sedang. dan tidak lebih daripada 4 untuk daerah yang bobot polusinya berat
dan sangat berat.
,DD,
(2o + sl
'
l,
8.1
PF=
(2p,+2pr+s)
8.2
Dalam hubungannya dengan tingkat bobot polusi, nilai PI'dianjurkan sebagai berikut
. PF lebih besar daripada 0,8 untuk tingkat polusi ringan dan sedang.
. PF lebih besar daripada 0,7 untuk tingkat polusi berat dan sangat berat.
Bab
8.4
147
7----\
7------q
(a) Pin
(D) Post
(c) Pin-post
GAMBAR 8.5
Jenis-jenis isolator pendukung
traato
GAMBAR 8.6
Pemasangan isolator pin dan pin-post
148
()
n
;If:-\
:l 1v\
tlJ!..-}U
_-k+*,
, L_---l
/#1
,/
,/
--P\ *
**
"8" -- *'
Sela
Busur
i
fr-----
.,\
Il
11
/41
{l
jllt
._l
-*"j-a
r...
-".--------,J
fs){1
l-------!
F*""e-"""qa
ll -------"rr*-
1t
il
ll
*"*:='"ru-,:,.4
(a)
Piring
GAMBAR 8.7
Bentuk-bentuk isolator gantung
Isolatorjenis post digunakan untuk pasangan dalam, antara lain sebagai penyangga
rel daya pada panel tegangan menengah. Isolator jenis post tidak bersirip seperti halnya
jenis pin-post, karena isolator ini dirancang untuk pasangan dalam.
Dilihat dari bentuknya, isolator gantung terdiri dari dua jenis, yaitu isolator piring
(Gambar 8.la) dan isolator batang tonggak (Gambar 8.7b).
Untuk transmisi tegangan tinggi, isolator piring dirangkai berbentuk rantai, seperti
diperlihatkan pada Gambar 8.1c. Tegangan lebih pada jaringan dapat menimbulkan
peristiwa lewat denyar, yaitu terjadinya busur api yang merambat melalui permukaan
isolator. Oleh karena itu, isolator rantai dilengkapi dengan tanduk busw (arcing horn)
agar busur api akibat peristiwa lewat denyar tidak merambat melalui permukaan isolator.
Isolator piring digunakan juga untuk jaringan hantaran udara tegangan menengah.
Pada jaringan tegangan menengah isolator piring digunakan pada tiang akhir dan tiang
sambungan seperti diperlihatkan pada Gambar 8.8.
GAMBAR 8.8
Rangkaian lengkap trafo tegangan kapasitil
Bab
8.5
149
Porselen
Bahan dielektrik untuk isolator umumnya adalah porselen, karena kekuatan dielektriknya
tinggi dan tidak dipengaruhi oleh kondisi udara di sekitarnya. Pada Gambar 8.9 ditunjukkan isolator yang terbuat dari bahan porselen.
Sampel uji porselen lang tebalnl'a 1.5 mm, dalam medan elektrik seragam,
mempunyai kekuatan elektrik sebesar 22 - 28 kV,,,,,/mm. Jika tebal porselen bertambah
maka kekuatan elektriknya berkurang. karena medan elektrik di dalam isolator semakin
tidak seragam. Bila tebal bertambah dari 10 mm hingga 30 mm, kekuatan elektrik
berkurang dari 80 kV,.,,,./mm menjadi 55 kV,,,,./mm. Kekuatan dielektrik porselen pada
tegangan impuls. 50 - 70% lebih tinggi daripada kekuatan dielektrik frekuensi daya.
Kekuatan mekanik porselen bergantung kepada cara pembuatannya. Porselen sangat
jika
baik
bekerja memikul beban tekan, tetapi sifat mekanisnya memburuk jika memikul
beban tekuk dan semakin memburuk jika memikul beban tarik. Kekuatan mekanis
porselen standar berdiameter 2 - 3 cm adalah 45.000 kg/cm2 untuk beban tekan; 700 kg/
cm2 untuk beban tekuk; dan 300 kg/cm2 untuk beban tarik. Kekuatan mekanik porselen
suatu isolator bergantung pada: konstruksijepitan, cara menghubungkan porselen dengan
jepitan, dan luas penampang porselen. Kekuatan mekanik porselen berkurang dengan
penambahan luas penampang porselen dan pengurangan itu lebih besar pada kekuatan
mekanik beban tarik dan beban tekuk.
Gelas
Dewasa ini, gelas semakin banyak digunakan sebagai bahan dielektrik isolator. Pada
Gambar 8.10 diperlihatkan isolator piring dan isolator pin yang terbuat dari gelas.
(rz) Isolator
GAMBAR 8.9
lsolator dari bahan porselen
Piring
150
Peralatan Tegangan
rnggi
GAMBAR 8.10
lsolator gelas
Isolator gelas lebih murah daripada porselen, sedangkan karakteristik elektrik dan
karakteristik mekanisnya tidak jauh berbeda dengan porselen. Karakteristik elektrik
dan mekanik gelas bergantung pada komposisi kimiawi dari gelas, khususnya pada
kandungan alkali yang terdapat dalam gelas. Adanya larutan alkali dalam komposisi
gelas akan menambah sifat higroskopis permukaan isolator sehingga konduktivitas
permukaan isolator semakin besar. Akibatnya, sifat elektrik isolator gelas alkali tinggi
lebih buruk daripada gelas alkali rendah, juga lebih buruk daripada porselen. Kekuatan
elektrik gelas alkali tinggi adalah 17,9 kY,,,,.lmm dan gelas alkali rendah adalah 48
kV,,,,/mm, yakni dua kali lebih tinggi daripada kekuatan elektrik porselen.
Jika isolator gelas alkali tinggi memikul tegangan tinggi searah, arus bocor pada
isolator tersebut dapat menimbulkan penguraian kimiawi pada gelas. Oleh karena
itu, isolator gelas alkali tinggi tidak digunakan untuk instalasi tegangan searah. Pada
tegangan bolak-balik, penguraian kimiawi karena arus bocor secara praktis tidak terjadi,
sehingga penuaan isolator akibat arus bocor berlangsung lebih lambat.
Dilihat dari proses pembuatannya, isolator gelas terdiri dari dua jenis, yaitu gelas
yang dikuatkan (annealed g/rzss) dan gelas yang dikeraskan (hardened glass). Kekuatan
mekanik sampel uji gelas yang dikuatkan lebih besar daripada porselen, karena regangan
mekanik internal pada gelas mudah dihilangkan pada saat proses penguatan. Pada
porselen, regangan internal secara praktis tetap ada. Hal ini akan mengurangi kekuatan
mekanis porselen. Gelas alkali tinggi memiliki koefisien pemuaian yang tinggi, sehingga
isolator gelas mudah pecah. Peristiwa ini sangat mungkin terjadi jika isolator gelas
dioperasikan pada suatu lokasi yang temperaturnya berubah-ubah dengan tajam. Hal
ini membuat gelas alkali tinggi dibatasi pemakaiannya hanya untuk instalasi pasangan
dalam, tidak untuk instalasi yang mengalami perubahan temperatur yang tajam. Isolator
untuk instalasi pasangan luar terbuat dari gelas alkali rendah yang dikuatkan.
Gelas alkali tinggi digunakan hanya jika isolator akan dikeraskan. Pengerasan
isolator gelas alkali tinggi bertujuan untuk memperoleh isolator yang memiliki kekuatan
rnekanik yang tinggi. Pengerasan dilakukan dengan memanaskan isolator gelas alkali
tinggi sampai mencapai temperatur 650 'C. Setelah itu, udara dingin ditiupkan ke dalam
gelas. Selama peniupan udara berlangsung, gelas mengalami pendinginan, sehingga
lapisan luar gelas menjadi keras, sedangkan bagian dalam gelas mengalami penyusutan.
Proses ini bertujuan untuk membuat lapisan luar gelas memiliki kekuatan tarik dan
bagian dalam gelas memiliki kekuatan tekan, sehingga jika suatu beban tarik dikenakan
pada sebuah isolator gelas yang dikeraskan, maka kerusakan mulai terjadi jika gaya
tarik pada lapisan luar melebihi kekuatan tarik gelas. Dengan demikian isolator gelas
yang dikeraskan lebih baik daripada isolator gelas yang dikuatkan.
Bab
ra.
-:
Isolator gelas alkali rendah yang dikeraskan dapat menahan beban dinan:.- -. - .
baik, sehingga masih layak dipakai sekalipun pernah jatuh dari tempat tin-eg . . - ongkos pembuatannya tinggi, karena pemanasan harus berlangsung sampai ten'.:,--.
gelas mencapai 780 'C. Isolator ini hanya digunakan jika dibutuhkan kekuatan n-.:. - '
yang tinggi dan stabil pada setiap perubahan temperatur.
Bahan Komposit
Isolator porselen dan gelas memiliki karakteristik elektrik yang baik, tetapi menr.
kelemahan, yaitu: massanya berat; mudah pecah; dan kemampuannya menahan tegani.'
berkurang karena polutan yang mudah menempel pada permukaannya. Untuk mengatr-.
kelemahan tersebut dikembangkan jenis isolator komposit. Bahan komposit tertLr.
untuk isolator adalah kertas. Tetapi, akhir-akhir ini yang paling diminati dan teru.
dikembangkan adalah karet silikon (silicon rubber).
Isolator komposit kertas digunakan untuk isolator hantaran udara jenis post, marrtel
peralatan uji tegangan tinggi dan bushing. Isolator komposit ini dibuat dari bahan kertas
yang dikeringkan melalui pemanasan. Pada temperatur tinggi, kertas dilapisi dengan
pernis, kemudian digulung membentuk tabung. Selanjutnya, tabung tersebut diarvetkan
melalui proses pemanasan sehingga tabung menjadi kokoh, permukaannl'a berkilat, dan
tidak menjadi lembut jika mengalami pemanasan ulang. Akhirnya permukaan isolator
kertas dipernis lagi. Isolator kertas yang diproses seperti ini menghasilkan isolator yang
kekuatan elektrik dan kekuatan mekanik yang cukup tinggi.
Struktur suatu isolator komposit diperlihatkan pada Gambar 8.11. Bagian utama
suatu isolator komposit adalah: inti berbentuk batang (rod) yang terbuat dari bahan
komposit, sarung yang terbuat dari bahan komposit, fiting yang terbuat dari bahan
logam dan bahan antar-muka (interface).
Inti berfungsi memikul beban mekanis isolator; dan terbuat dari fber-reinfurced
plastic (,ERP), yaitu komposit gelas dengan resin epoksi. Sarung merupakan komponen
yang menentukan sifat elektrik isolator komposit. Ada beberapa bahan r ang dapat
digunakan untuk sarung isolator, antara lain: ethylene propylene rubber (EPRt. erhtlene
prop_,-lene diene methl-lene (EPDM, polytetroJluoro ethylene efFD dan karet silikon
(silicone rtbber, SR). Bahan yang dapat digunakan untuk fltting, antara lain: baja
tempaan, besi lunak (malleable c:ast iron'), aluminum, besi tuang grafit, dan lain-lain.
Antar-muka berfungsi sebagai medium antara sarung dengan inti; dan seba-eai medium
antara sarung dengan fitting. Antar-muka terbuat dari bahan polymer, resin hidrolisis
atau metal stable silicon.
Isolator komposit memiliki keunggulan dibandingkan dengan isolator porselen
maupun isolator gelas, karena isolator komposit memiliki sifat sebagai berikut:
ffi
Sarung
Fitting
%ffi
GAMBAR 8.11
lsolator komposit
Fitting
;ii.'
152
Peralatan Tegangan
l.
2.
3.
4.
5.
6.
1.
8.
9.
rnggi
Ringan, karena rapat massanya lebih rendah daripada isolator porselen atau gelas.
Pembuatannya lebih mudah.
Tidak ada rongga udara, sehingga tidak terjadi peluahan sebagian di dalam bahan
isolator komposit.
Untuk memperoleh jarak rambat yang panjang, sarung dibuat berbentuk sederetan
sirip tipis, sehingga bentuk isolator lebih sederhana.
Tekanan karena angin terhadap isolator lebih rendah, karena sirip-siripnya tipis.
Karena bentuknya yang sederhana dan bobotnya ringan, maka mudah membawa
dan memasangnya.
Permukaan sarung memiliki sifat menolak air (hydrophobic), sehingga polutan
yang terbawa air tidak menempel permukaan sarung.
Karena polutan tidak menempel pada permukaan isolator, maka tegangan lewat
denyarnya tidak menurun karena polusi. Dengan kata lain, isolator komposit cocok
dipasang pada daerah yang bobot polusinya berat.
Jika tingkat ketahanan tegangannya hendak dinaikkan, cukup mengganti sarungnya
dengan sarung yang jarak rambatnya lebih panjang.
1.
2.
3.
4.
5.
Dari beberapa jenis sarung komposit yang sudah disebutkan terdahulu, sarung karet
silikon lebih disukai, karena memiliki beberapa keunggulan sebagai berikut:
l.
2.
3.
4.
5.
6.
8.6
f
r
t:
153
TABEL 8.1
Satuan
kV
Besaran
l:6
Panjang keseluruhan
mm
f -it,r-t
mm
llut
Jumlah sirip
Diameter sirip besar
mm
9l
mm
l{}
mm
51
mm
Bobot
kg
KV
-l
l0()
r6
18_5
kVrun.uu
550
KN
l0
yang disebut peristiwa lewat-denyar (fiashover) dan tembus listrik pada isolator yang
menyebabkan isolator pecah. Kegagalan suatu isolator dapat terjadi karena bahan
dielektrik isolator tembus listrlk (breakdown) atas karena terjadinya lewat denyar udara
pada permukaan isolator. Dalam kasus yang pertama, karakteristik listrik tidak dapat
pulih seperti semula dan sebagian dari isolator mengalami kerusakan mekanis sehingga
tidak dapat digunakan lagi dan harus diganti. Pada peristiwa lewat denyar, terjadr
busur api yang menimbulkan pemanasan pada permukaan isolator dan menimbulkan
hubung singkat fasa-ke-tanah. Jika relai proteksi bekerja, tegangan pada isolator menjadi
nol, akibatnya busur api padam. Dengan demikian, isolator tidak sempat men-salami
pemanasan yang lama sehingga terhindar dari kerusakan.
Semua isolator dirancang sedemikian hingga tegangan tembusnya jauh lebth
tinggi daripada tegangan lewat denyarnya. Dengan demikian, dasar pemilihan kekuatan
dielektrik suatu isolator adalah tegangan lewat denyarnya. Kekuatan dielektrik sur:::
isolator dan nilai tegangan tertinggi isoiator yang tidak menimbulkan leu'at denr ":.
dapat diperkirakan dari tiga karakteristik dasar isolator, yaitu: tegangan leu'at den'..:
bolak-balik pada keadaan kering; tegangan lewat denyar bolak-balik pada keuc:::-.
basah; dan karakteristik tegangan-waktu impuls standar.
Tegangan lewat denyar bolak-balik digunakan untuk memperkirakan kek-.:.:elektrik isolator jika memikul tegangan lebih internal, sedangkan karakteristik ii!;rl:rwaktu digunakan untuk memperkirakan kekuatan elektrik isolator jika memikul i.:..:'.j::
154
V=6V
8.3
Dalam hal ini, v adalah tegangan lewat denyar isolator pada sembarang keadaan
udara; v adalah tegangan lewat denyar isolator pada keadaan standar; dan d adalah
faktor koreksi udara. Jikar! adalah temperatur udara ("C) dan b adalah tekanan udara
(mmHg), maka faktor koreksi udara adalah:
d*
0.386
273 + {t
'
8.4
Jika kelembaban udara makin tinggi, maka tegangan lewat denyar bolak-balik
isolator makin tinggi. Jika V adalah tegangan lewat denyar isolator pada keadaan udara
standar dan kelembaban 1l g/m3, maka tegangan lewat denyar isolator pada sembarang
temperatur, tekanan dan kelembaban udara dapat ditentukan sebagai berikut:
v =0v'
kut
8'5
Dalam hal ini, k,, adalah faktor koreksi yang bergantung kepada kelembaban udara.
ko dengan kelembaban diperoleh secara empiris dan
hasilnya adalah seperti diperlihatkan pada Gambar 8.12.
Tegangan lewat denyar bolak-balik basah suatu isolator sangat penting diketahui
jika isolator itu akan dipasang di ruang terbuka. Tegangan ler,vat denyar bolak-balik
basah suatu isolator merupakan gambaran kekuatan dielektrik isolator tersebut ketika
basah karena air hujan. Sifat air hujan yang membasahi suatu isolator dicirikan atas tiga
hal, yaitu intensitas, arah dan konduktivitas air yang membasahi isolator tersebut. Oleh
karena itu, dalam pengujian tegangan lewat denyar bolak-balik basah suatu isolator,
air yang membasahi isolator perlu distandarisasi. Menurut IEC, persyaratan air yang
membasahi isolator ketika pengujian adalah sebagai berikut:
.
.
.
Tegangan lewat denyar bolak-balik basah suatu isolator juga bergantung kepada
kondisi udara, tetapi berdasarkan pengalaman, yang lebih berpengaruh adalah tekanan
udara, sedangkan temperatur tidak begitu berpengaruh. Jika lewat denyar terjadi pada
suatu isolator yang basah, maka peluahan melintasi air dan celah udara pada pada
permukaan isolator. Oleh karena itu, kenaikan tegangan lewat denyar bolak-balik basah
akibat kenaikan tekanan udara tidak sama pada setiap jenis konstruksi isolator. Jika
celah udara yang dilalui peluahan lebih panjang, maka pengaruh tekanan udara terhadap
tegangan lewat denyar basah semakin besar. Umumnya, setengah daripada lintasan
peluahan merupakan celah udara. Dengan anggapan ini, tegangan lervat denyar basah
pada sembarang tekanan udara dapat ditentukan sebagai berikut;
v=0,5
b\
(r * 160
)
-l
8.6
Dalam hal ini, v adalah tegangan lewat denyar basah pada tekanan udara standar.
Karakteristik tegangan-waktu ditentukan hanya pada keadaan kering dan permukaan
bersih, karena penurunan kekuatan elektrik isolator akibat air dapat diabaikan, hanya
sekitar 2 - 3ok. Karakteristik tegangan-waktu diperoleh melalui pengujian isolator dengan
tegangan impuls standar baik polaritas positif maupun polaritas negatif. Menurut IEC,
Bab
1.22
Impuls Penuh
Jenis Peralatan
t.20
l,l8
r\
\\
\\\
\ \\
\
C
1,10
t,08
1,06
O
1,04
I,I2
1,5
1,5
40
40
.L
5
Sela Batang
Isolator Suspensi
Isolator Post
Isolator Peralatan
Bushing
is
\
t,02
155
1,00
0,98
0,96
0,94
nq,
\-
\N s
\ s\
\
F
E
\
\
0,90
0,88
B
0,86
A
0.84
810t2141618202224
Kelembaban Mutlak Udara (g/cm3)
GAMBAR 8,12
Faktor koreksi kelembaban udara
waktu muka dan waktu ekor tegangan impuls standar adalah 1,2 x 50 pr,s. Tegangan
lewat denyar impuls pada sembarang temperatur dan tekanan udara dihitung dengan
Persamaan 8.3. Perlu diperhatikan bahwa faktor koreksi kelembaban k,,pada Gambar 8.7
berlaku untuk tegangan impuls terpotong pada waktu lebih daripada l0 mikrosekon. Jika
155
8 mikrosekon, maka penambahan faktor koreksi adalah 0,06 x 8/10 = 0,048; dengan
demikian faktor koreksi menjadi ft,, = 1,048.
Pengujian impuls dilakukan dengan tegangan impuls standar penuh dan impuls
terpotong 2 mikrosekon. Isolator harus mampu memikul tiga kali tegangan impuls
standar penuh dan setelah itu harus mampu memikul tiga kali tegangan impuls standar
terpotong.
8.7
Bab
8.8
lsolator dan
ISOLATOR TERPOLUSI
Setelah melalui waktu yang lama, isolator-isolator pasangan luar akan dic: -polutan yang dibawa oleh udara. Berikut ini akan dijelaskan tentang pen-sarL: tersebut terhadap kinerja isolator; pengaruh bobot polutan pada suatu kana:rr:. ,- -.
perancangan isolator pada kawasan tersebut; dan cara menentukan bobot polui.- : - suatu kawasan.
di
;.
berangsur-angsur membentuk suatu lapisan tipis pada permukaan isolator. Unsur polui.
yang paling berpengaruh terhadap unjuk kerja isolator adalah garam yang terbawa trle:
angin laut. Lapisan garam ini bersifat konduktif terutama pada keadaan cuaca len'rbar,.
berkabut atau ketika hujan gerimis. Jika cuaca seperti ini terjadi, maka akan mengalrr
arus bocor dari kawat fasa jaringan ke tiang penyangga melalui lapisan konduktif 1 ang
menempel di permukaan isolator.
Logam
--..--->
V*= IoR*
Lapisan kering
Lapisan polutan
Lapisan
poluran
-->
Lo-uam -------->
GAMBAR 8.13
lsolator terpolusi dan rangkaian ekuivalenny
frffLlK
Brdtn Pcrpustlkcrn
dan Kcrrsipatr
propinsi !"T.?":19*
158
ke titik b. Busur api akibat peluahan ini membuat lapisan polutan yang kering (.a - b)
terhubung singkat, akibatnya arus bocor semakin besar. Arus bocor ini akan memanaskan
lapisan polutan yang masih basah dan proses seperti di atas terulang lagi sehingga
terjadi peluahan dari titik & ke titik c. Akibatnya panjang busur api akibat peluahan
semakin bertambah, yaitu dari a ke c. Demikian seterusnya, secara berangsur-angsur
busur api semakin panjang, dan ketika busur api telah menghubungkan kedua jepitan
logam isolator (a - d), maka terjadilah peristiwa lewat-denyar pada isolator.
Oleh karena itu, dalam perencanaan isolator suatu jaringan, perlu adanya informasi
tentang tingkat bobot polusi di kawasan yang akan dilintasi jaringan tersebut. Informasi
ini merupakan pedoman bagi perencana untuk menentukan parameter isolator yang layak
digunakan pada kawasan tersebut. Sehubungan dengan hal ini, IEC telah menerbitkan
standar IEC 815 sebagai pedoman dalam pemilihan isolator di kawasan terpolusi.
Dengan standar ini, dapat dihitung jarak rambat isolator untuk suatu kawasan yang
telah diketahui tingkat bobot polusinya.
bagian konduktif bawah isolator. Menurut standar IEC 815, jarak rambat nominal
minimum suatu isolator, adalah sebagai berikut:
l,=JorxVxko
Dalam hal ini:
8.7
l,
/^,
V=
Jika isolator akan digunakan untuk mengisolir bagian yang bertegangan fasa-ke-fasa,
maka jarak rambat harus dikalikan dengan /3.
Jarak rambat spesifik suatu isolator bergantung pada tingkat bobot polusi di
kawasan pemasangan isolator. Menurut standar IEC 815, tingkat bobot polusi isolator
dibagi atas empat tingkatan. Besar jarak rambat spesifik isolator pada masing-masing
tingkat bobot polusi diperlihatkan pada Tabel 8.2.
Hasil pengujian laboratorium menunjukkan bahwa kinerja isolator menurun dengan
betambahnya diameter rata-rata isolator. Oleh karena itu, perlu suatu faktor koreksi
karena pertambahan diameter isolator. Faktor koreksi ini diperlukan untuk menaikkan
jarak rambat isolator, sehingga kinerja isolator semakin baik. Faktor koreksi sehubungan
dengan ukuran diameter isolator diperlihatkan pada Tabel 8.3.
TABEL 8.2
,I", (mm/kV)
Ringan
l6
Sedang
20
Berat
25
Sansat Berat
31
Bab
159
TABEL 8.3
300<D <500
a.
b.
c.
Berdasarkan analisa kualitatif kondisi lingkungan seperti diberikan pada Lampiran .1.
Berdasarkan evaluasi terhadap pengalaman lapangan tentang perilaku isolator yang
sudah terpasang di kawasan tersebut.
Berdasarkan pengukuran polutan isolator yang sudah terpasang/sudah beroperasi.
Menurut standar IEC 815, penentuan tingkat bobot polusi menurut metode (c) di
atas dapat dilakukan dengan salah satu cara di bawah ini;
1.
2.
3.
4.
5.
Berikut ini akan dijelaskan prosedur pengukuran ESDD. Untuk melarutkan polutan
isolator, diambil air destilasi sebanyak 500 ml. Air pelarut ini ditempatkan dalam ruangan
pendingin hingga temperatur air mencapai 20 'C. Air diaduk agar temperaturnya merata.
Ketika temperatur air mencapai 20 "C, konduktivitas air diukur dengan alat pengukur
konduktivitas (conductivitymeter). Konduktivitas air pelarut disetarakan dengan larutan
garam NaCl dalam air murni. Kesetaraannya ditentukan dengan mencari konsentrasi
garam dalam larutan air murni yang konduktivitasnya sama dengan konduktivitas air
pelarut (D,). Konsentrasi garam dalam suatu larutan air murni pada temperatur 20 oC,
dapat dihitung dengan persamaan di bawah ini:
p = (5,7 x 0ro),.0,
g.g
Dalam hal ini, D adalah konsentrasi garam (kg/m3) dan 0ro adalah konduktivitas larutan
pada temperatur 20 "C (S/m). Selanjutnya polutan yang menempel pada isolator dilarutkan
dalam air pelarut. Pekerjaan ini harus dilakukan dengan hati-hati, agar polutan dari luar
isolator tidak ikut terlarut dalam air. Larutan ditempatkan dalam ruangan pendingin
hingga temperaturnya mencapai 20 'C. Ketika temperatur larutan polutan mencapai
20 "C, konduktivitas larutan diukur dengan conductivitymeter. Kemudian dihitung
160
Tegangan finggi
konsentrasi ekuivalen garam larutan polutan dengan Persamaan 8.8, dan dimisalkan
hasilnya adalah Dr. Jika luas permukaan isolator telah diketahui, maka ESDD dihitung
dengan rumus di bawah ini:
(D _D)
K=G "
-a
8.9
Dalam hal ini, K adalah ESDD (mg/cm'?); G adalah volume air destilasi dalam gelas
ukur (cm3); dan A adalah luas permukaan isolator (cm2). Hubungan antara ESDD dengan
bobot polusi diperlihatkan pada tabel di Lampiran 4.
Luas permukaan isolator bergantung kepada bentuk isolator. Pada Tabel 8.4
diperlihatkan luas permukaan tiga jenis isolator.
TABEL 8.4
Luas Permukaan lsolator
Bentuk Isolator
A=ZIR.H,
+
{n,_nl
D.+D
A=rriLL
A=3
(2rrRrH,)
{r1,T
1n,
nl
Q^^
Logaml /E\
Diel e krri
_t_
ti
.---l;------=:
/--]--\
-ra
I -opam -/
(a) Isolator
161
Kapasitor
J
(b) Isolator Bersih
GAMBAR 8.14
Ekuivalen listrik suatu isolator piring
Berikut ini akan dijelaskan susunan kapasitansi dan pendekatan menghitun-e distribu\i
tegangan pada isolator rantai; dan cara-cara meratakan distribusi tegangan tersebur.
Kapasitansi lsolator
Pada Gambar 8.14a diperlihatkan suatu isolator piring. Isolator tersebut membenruk
suatu susunan "konduktor-dielektrik-konduktor". Oleh karena itu, suatu isolator dapat
dianggap merupakan suatu kapasitor (Gambar 8.14b). Jika pada permukaan isolator
ditemukan polutan yang membentuk suatu resistansi pada permukaan isolator, maka
isolator dianggap merupakan kapasitor yang paralel dengan suatu resistor (Gambar 8.14c).
Jika beberapa isolator piring dirangkai menjadi isolator rantai seperti diperlihatkan
pada Gambar 8.15, maka akan dijumpai tiga kelompok susunan "konduktor-dielektrikkonduktor", masing-masing dibentuk oleh:
a.
b.
c.
Konduktor
Transmisi
GAMBAR 8.15
Susunan "konduktor-dielektrik-konduktor" pada isolator rantai
162
Peralatan Tegangan
llnggi
Konduktor
Transmisi
GAMBAR 8.16
Rangkaian ekuivalen isolator rantai empat piring pada kondisi bersih
Dengan demikian, pada kondisi isolator rantai bersih (pada permukaan isolator tidak
ada polutan), rangkaian ekuivalennya adalah seperti diperlihatkan pada Gambar 8.16.
Pada umumnya, nilai kapasitansi-kapasitansi di atas adalah:
.
.
.
Kapasitansi isolator Cr = 50 - 70 pF
Kapasitansi kap isolator dengan menara Cr. = 4 - 5 pF
Kapasitansi kap dengan konduktor transmisi C, = 0,5 -
pF
l,,+i,,=irr*i,.
8.10
Jika tegangan pada suatu kapasitor C adalah V dan frekuensi tegangan tersebut adalah
I maka arus pada suatu kapasitor adalah i, = 2nfCV. Dengan demikian, Persamaan
8.10 dapat dituliskan sebagai berikut:
vt ,v,,-v,_ vt
2rtfc, - 2rit , - z.np rv\
ct
-+
lvh
- v) vl
cr =-+c,
v2
c1
v2
2rrK,
8.1
8.12
Bab
soraio'ca. Busn
ng
Menara
c1
rq
| ,,,
.,
iC,
<__
c2
V,,
tq
t"
GAMBAR 8.17
Rangkaian ekuivalen isolator rantai untuk perhitungan distribusi tegangan dengan Metode
Hukum Kirchhoff
i,r+irr=irr+i*
8. 13
_(V, + Vr),
- q -q
----r,
q-
V2l
V,
8.1.1
815
tn
v
rV -V -V--.....-V
Cr
Cr
(r-l)
lD
(V, + V, + ..... +
{,,_,,)
tn-t)
.)
V.
Lr
Jika jumlah isolator piring adalah n, maka Hukum Kirchhoff akan memberikar.
1) persamaan. Di samping (" - l) persamaan itu masih ada satu persamaan tesii.:r:
yang diperoleh, yaitu:
v,,,
= v, + v2 + v,+
""""""""""'
y,,
\1
Sehingga ada n persamaan dengan n tegar,gan (If yang tidak diketahui Dengan
......., V,n_,y dan V, dapat dihitung.
demikian, Vu V, V3, . .
164
Peraiatan Tegangan
rnggi
.l
{
^1
V +dV
J
dC.
Konduktor
O*
(rq
GAMBAR 8.18
Rangkaian ekuivalen elementer isolator rantai
Jika panjang seluruh isolator adalah L, maka kapasitansi setiap elemen adalah
sebagai berikut:
dct = C,
8. 18
dCr=
Crf
8.19
dCr=
C.f
8.20
dv,=_,:,!_!,;
jaC,'
8.21
Karena di, << i,, maka di, dapat diabaikan, sehingga Persamaan 8.21 menjadi:
,r, -u",-jrctd^
"
8.22
di,=dir-di,
dir=
V,
di, = (V
8.23
j, Cr*
V,) jtt C.
r,
8.24
maka diperoleh:
8.2s
BaoS .:;::'::-:_=.
(FV
I_
dx2
di
165
\ -^
- jaC,Ldx
'l?V'
N=-jrDC,Ldx
d(i2
i3)
Jika Persamaan 8.24 dan 8.25 disubstitusikan ke dalam Persamaan 8.27. didap.ii":
dV,
_V^,Cr+C,, VC,
d-r- tit q '-Fc,
r l.
tr+c.
,=1?
Iika
lv
V,=Afsinh(a.n\+A
-l
A_
ft
,trn ta (n
v
a2 sinh
I.fll +
dapar
8.10
8.-t
(a . N)
CV
D7
"- 6i*6'
8.32
Dalam hal ini: V adalah tegangan transmisi fasa ke netral n adalah nomor unit isolator:
dan N adalah jumlah unit isolator piring yang digunakan.
Menurut Persamaan 8.30, kurva distribusi tegangan pada isolator rantai adalah
seperti diperlihatkan pada Gambar 8.19. Terlihat, jika tegangan yang dipikul isolator
adalah tegangan bolak balik, maka distribusi tegangan pada setiap isolator tidak merata.
VIV
C. dan C, =
GAMBAR 8.19
Distribusi tegangan pada isolator rantai
0.
166
Peralatan Tegangan
rnggi
Jumlah isolator piring yang digunakan, kapasitansi Cr C2, dan C., mempengaruhi
tegangan yang dipikul setiap unit isolator. Makin banyak jumlah isolator yang digunakan,
maka tegangan yang dipikul setiap unit isolator makin kecil. Penambahan jumlah unit
isolator perlu dilakukan jika tegangan isolator yang terdekat ke kawat fasa lebih besar
daripada kekuatan dielektrik isolator tersebut.
Dalam pemilihan jenis isolator suatu transmisi perlu diketahui eflsiensi isolator
yang akan dipilih. Efisiensi suatu isolator dideflnisikan sebagai berikut:
q-
fasa
8.33
Jika efisiensi suatu isolator semakin rendah, maka tegangan pada unit isolator yang
paling dekat dengan karvat fasa semakin besar. Kenaikan tegangan ini perlu diwaspadai
supaya jangan sampai lebih besar daripada kekuatan dielektrik isolator.
Jika kekuatan dielektrik isolator yang dipakai rendah, maka tegangan unit isolator yang
paling dekat ke kawat fasa harus diperkecil. Hal ini dapat dilakukan dengan menambah
jumlah isolator. Penambahan ini akan memperkecil efisiensi isolator. Dengan kata lain,
jika kekuatan dielektrik isolator piring yang dipakai rendah, maka efisiensi isolator
makin kecil.
yang mengalami tekanan elektrik yang tinggi, sehingga pada kap atau fitting isolator
tersebut teriadi korona; sementara unit isolator lain mengalami tekanan elektrik yang
rendah. Oleh karena itu, perlu suatu usaha untuk meratakan distribusi tegangan pada
isolator rantai, supaya nilai tegangan pada setiap piring isolator mendekati sama.
Ada empat cara untuk meratakan distribusi tegangan pada isolator rantai, yaitu:
1.
2.
3.
4.
Memperkecil C, dengan menambah panjang lengan menara. Tetapi cara ini sangat
mahal, karena berdampak kepada peningkatan kekuatan konstruksi menara.
Melapisi permukaan isolator dengan bahan semikonduktor resistansi tinggi. Pada
keadaan basah, bahan pelapis ini akan dialiri arus bocor yang tinggi, sehingga arus
kapasitansi dapat diabaikan. Dengan demikian, arus bocor hanya melalui resistansi
permukaan isolator dan besarnya sama pada setiap piring isolator. Jika resistansi
permukaan isolator sama, maka tegangan pada setiap unit isolator adalah sama.
Kapasitansi setiap isolator piring dibuat bervariasi. Piring isolator yang memiliki
kapasitansi terbesar dipasang mengikat konduktor transmisi, sedangkan piring
isolator yang memiliki kapasitansi terkecil dipasang pada lengan menara.
Memperbesar C., seperti yang akan dijelaskan berikut ini.
Kurva distribusi tegangan yang ideal adalah linier (kurva l), yaitu jika kapasitansi
ke menara Crdan kapasitansi tegangan tinggi C, tidak ada. Jika hanya ada kapasitansi
ke menara, maka kurvanya menurun (kurva 2); dan jika hanya ada kapasitansi
tegangan tinggi, maka kurvanya naik (kurva 3). Jika kedua kapasitansi ini (C, dan
C,) diperhitungkan, maka kurva distribusi tegangan merupakan resultan kurva 2 dan
kurva 3 yang diperoleh dengan superposisi kedua kurva tersebut (kurva 4). Untuk
mendapatkannya, kurva 3 dikurangi sebesar AV, yaitu besar penyimpangan kurva 2 dari
kurva distribusi linier (kurva 1). Hal ini memperjelas bahwa distribusi tegangan semakin
Bab
167
og
/\
---==I
Elektroda
i
Perata
Konduktor
GAMBAR 8.20
Contoh bentuk-bentuk elektroda perata dan pemasangannya
linier akibat adanya kapasitansi tegangan tinggi. Dengan kata lain, efek kapasitansi ke
menara dapat dikompensasi dengan memperbesar nilai kapasitansi tegangan tinggi. Hal
ini dilakukan dengan membuat elektroda perata pada jepitan konduktor. Bentuk-bentuk
elektroda perata dan pemasangannya diperlihatkan pada Gambar 8.20.
Misalkan titik (1) pada Gambar 8.17 adalah unit ke-l dari N unit piring rang
membentuk suatu isolator rantai. Untuk nilai C, tertentu dan C, yang konstan, C,. harus
dibuat sedemikian besarnya sehingga tegangan pada tiap piring isolator sama. Tegan-ean
pada setiap isolator piring adalah Vr,= V,nlN. Jika syarat ini dipenuhi, maka seharusnya
1,,
= i,, = /,:
=
= 1rr,- rr = ir, dipenuhi.
Persamaan arus pada titik sambung tersebut adalah:
(Vt,,' V)
Cr= V, ot C,
8.3.1
Cr=
8.3s
atau
(Vk
Vp)
Akhirnya diperoleh:
C.=
C,
Vr, C,
vpt
V -V
8.36
8.10
BUSH I NG
Pada peralatan-peralatan listrik, ditemukan konduktor bertegangan tinggi yang dilervatkan
menerobos badan suatu peralatan yang dibumikan, melalui suatu lubang terbuka yang
dibuat sekecil mungkin. Untuk itu, dibutuhkan suatu pengikat padu yang berfungsi
mengikat konduktor tersebut ke badan peralatan, dan mengisolir konduktor tersebut
dengan badan peralatan yang dibumikan. Pengikat padu ini disebut bushing.
168
Peralatan Tegangan
linggi
Berikut ini akan dijelaskan tentang konstruksi suatu bushing, distribusi tegangan pada
isolator bushing dan cara-cara meratakan distribusi tegangan tersebut.
Konstruksi Bushing
Konstruksi suatu bushing sederhana diperlihatkan pada Gambar 8.21. Bagian utama
suatu bushing adalah inti atau konduktor, bahan dielektrik dan flens yang terbuat dari
logam. Fungsi inti adalah menyalurkan arus dari bagian dalam peralatan ke terminal
luar dan bekerja pada tegangan tinggi. Dengan bantuan flens isolator bushing diikatkan
pada badan peralatan yang dibumikan.
Bushing untuk tegangan AC sampai 30 kV dibuat dari bahan porselen atau damar
tuang. Untuk tegangan yang lebih tinggi, dielektrik yang lebih disukai adalah minyak
trafo; gulunganhardboard atau softpaper; dan kombinasi dielektrik cair dengan dielektrik
padat. Kemudian, bahan dielektrik tersebut dimasukkan ke dalam tabung porselen.
Gambar 8.21 memperlihatkan tekanan elektrik aksial E yang dapat menimbulkan
peluahan luncur pada permukaan dielektrik. Tekanan elektrik radial E,dapat menimbulkan
peluahan parsial pada rongga-rongga yang terdapat di antara flens dengan dielektrik
paling luar dan di antara inti dengan dielektrik bagian dalam. Untuk mencegah peluahan
ini, maka di antara dielektrik dengan flens diberi lapisan konduktif dengan teknik
penyemprotan; dan ujung lapisan yang terbentuk ditekuk untuk mengurangi efek medan
pinggir. Untuk mencegah peluahan parsial pada ruang-ruang udara terbuka yang terdapat
di antara inti dengan dielektrik, maka di antara inti dengan dielektrik dibuatjuga lapisan
konduktif atau diusahakan agar inti berpadu dengan dielektrik. Misalnya dengan memilih
dielektrik dari bahan damar tuang, sehingga inti melekat langsung dengan dielektriknya,
dengan demikian peluahan parsial pada ruang di antara inti dengan dielektrik dapat
dicegah. Masalah peluahan luncur dapat juga diatasi dengan mengurangi efek medan
pinggir, yaitu dengan menekuk ujung elektroda dan membuat elektroda melekat ke bahan
dielektrik. Kemudian dengan pemilihan profil dielektrik yang tepat, maka kuat medan
pada bidang miring yang berbatasan dengan udara dapat dikurangi di barvah nilai yang
diizinkan. Jika tegangan suatu bushing porselen ditinggikan, maka pada suatu tegangan
tertentu akan terjadi peluahan parsial pada rongga-rongga udara yang terdapat di antara
inti dengan dielektrik; dan jika tegangan terus dinaikkan maka akhirnya akan terjadi
peristiwa lewat-denyar. Dengan perkataan lain, peristiwa lewat denyar pada bushing
porselen lebih dahulu diawali dengan peristiwa peluahan parsial. Pada bushing damar
Flens
Flens
GAMBAR 8,21
Konstruksi suatu bushing sederhana
Bab
so
a:c'
la- B-sr
no
169
tuang, peristiwa lewat denyar tidak diarvali dengan peristi\\'a peluahan parsial. karena
pada bushing ini tidak ditemukan rongga-rongga udara di antara inti dengan dielektrik.
Karena damar mudah dilekatkan ke metal dan dapat dicetak dalant berbagai bentuk.
maka jenis isolasi damar menawarkan berbagai kemungkinan bentuk konstruksi.
di sepanjang bidang batas. Kekuatan elektrik bahan dielektrik ditentukan oleh tesangan
yang menimbulkan terjadinya lewat denyar pada bidang batas, karena nilainra lebih
rendah daripada tegangan yang menimbulkan terjadinya tembus listrik pada dielektrik.
Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa tekanan elektrik arah aksial jauh lebih kriti.
daripada tekanan elektrik arah radial.
Bushing untuk tegangan di atas 60 kV biasanya dilengkapi dengan elektroda perara
distribusi tegangan, yaitu elektroda tipis yang dipasang di antara flens dengan inti
seperti diperlihatkan pada Gambar 8.22a. Elektroda ini disebut elektroda perata atau
seringjuga disebut elektroda pengantara (intermediate electrode). Penambahan elektroda
perata membuat diameter flens semakin besar. Untuk mengurangi penambahan diameter
bushing, maka bahan elektroda perata dibuat dari logam tipis (foil). Dengan adanra
beberapa elektroda perata di antara inti dengan flens, maka ada beberapa kapasitor vang
terhubung seri di antara inti dengan flens seperti diperlihatkan pada Gambar 8.22b.
Flens
Flens
-I
r:'l
C.
Elektroda
perata
,-T-"'
*
Konduktor
(inti)
GAMBAR 8.22
Konstruksi suatu bushing dengan elektroda perata
170
Elektroda perata
<--
f,
f,
fl
listrik
GAMBAR 8.23
Efek elektroda perata terhadap distribusi medan elektrik
Dengan mengatur diameter dan panjang elektroda perata, nilai kapasitansi setiap
kapasitor dapat dibuat sama (Cr = Cz) sehingga beda potensial antara suatu bidang batas
dengan bidang batas lainnya menjadi sama rata. Hal ini mendorong perlunya dibuat
pembagian kapasitansi yang merata, yang dalam praktiknya hanya dapat direalisasi jika
bahan isolasi terbuat dari gulungan pita tipis. OIeh karena itu, prinsip perata tegangan
hanya dapat digunakan jika bahan dielektrik bushing terbuat dari hardboard atau soft
paper dan fllm plastik.
Pada Gambar 8.23, diperlihatkan efek elektroda perata terhadap distribusi medan
elektrik pada suatu bushing silindris.
v,
= ko(;-)'''
,,.u,
8.37
Dalam hal ini, s adalah tebal lapisan dielektrik dalam cm dan k* adalah faktor konfigurasi
yang bergantung pada jenis elektroda dan dielektrik. Nilai k* dapat diasumsikan seperti
diperlihatkan pada Tabel 8.5.
TABEL 8.5
kk
di udara
dalam SFu
tt
21
30
12
Bab
E-s: .o
171
Agar pemakaian dielektrik optimal maka ukuran elektroda perata diatur sedemikian
sehingga beda tegangan pada setiap lapisan merata. Jika beda tegangan inti dengan
bumi adalah V dan jumlah lapisan dielektrik adalah N, maka beda tegangan pada setiap
lapisan adalah:
8.lS
L,v =
N
du;.
kemungkinan yang dapat dilakukan untuk memperoleh keadaan tersebut. yaitu: mensatur
tebal lapisan dielektrik atau diameter elektroda, atau mengatur panjang elektroda perala.
Ukuran elektroda perata suatu bushing dapat dihitung dengan bantuan Gambar
8.24.Pada gambar diperlihatkan suatu lapisan dielektrik yang berada di antara elektroda
perata ke n dengan elektroda perata (n - l). Lapisan dinomori mulai dari titik pusat
inti (n = 0) sampai ke pinggir flens (n = Af. Misalkan tebal lapisan dielektrik adalah:
S =r -r
n-
8.39
|
Jika setisih pinggir dua elektroda berdekatan di sisi kiri b,,, sama dengan di sisi
kanan b,n, maka diperoleh bushing yang simetris. Selisih pinggir elektroda kiri dan
kanan akan berbeda jika dielektrik yang berbatasan dengan isolator bushing berbeda.
misalnya pada trafo daya, sebagian isolator bushing berbatasan dengan udara dan
sebagian lagi berbatasan dengan minyak trafo. Dalam hal ini, bagian isolator bushing
yang berbatasan dengan udara lebih panjang daripada bagian isolator bushing yang
berbatasan dalam minyak trafo.
Dengan mengabaikan efek medan pinggir, maka kapasitansi yang dibentuk dua
elektroda berdekatan adalah sebagai berikut:
un -
2re..e
urn
ln
8.40
=a
In-t
{
s
t
Elektroda perata
ke(n-l)
+
r;
t
GAMBAR 8,24
Ukuran elektroda perata
I
$
172
)a'z e:a^
-,egangan Trnggi
i
,i,
2re^e
U t
(-
il+ I
a n+
8.41
ln,
il
Agar tegangan pada setiap lapisan sama, maka harus dipenuhi persyaratafl C,*t=
c,. Dengan mempersamakan Persamaan 8.40 dengan persamaan 8.41, maka diperoleh:
r' *
r
1n
,+
ll
I -
8.42
ln=a
I
-
S,,
atau
a,,*1ao,,+
8.43
Dengan Persamaan 8.43 dapat ditentukan tebal lapisan berikutnya dengan menggunakan data tebal lapisan sebelumnya. Biasanya, radius lapisan paling dalam diketahui
lebih dahulu, yaitu sama dengan radius inti bushing. Radius inti ditentukan dengan
mempertimbangkan arus yang akan dialirkannya. Tebal dielektrik s,, dapat dihitung
dengan mengetahui AV yang dirancang pada satu lapisan dielektrik dan nilai maksimal
medan radial E, yang diizinkan terjadi pada bahan dielektrik:
',,"-
Av
8.44
E,
^,,r,
Jika panjang
ao
-LV
ab
= konstqn
8.45
(kiri dan
kanan)
konstan = br
konstan
=
=b
ar*l=
Agar
C,,_,
a,,
b,
b,
8.46
il
t,
173
h+=\f h+,
t
1L
I
'l
8.-17
=t
ar
or.
s+5
L=Nb
Urutan perhitungan dimensi bushing menurut prinsip perata aksial adalah seba-sai berikut
I
2.
3.
4.
Bab
l1/aOasitor tegangan tinggi adalah peralatan yang digunakan pada instalasi tegangan
tinggi, terutama untuk memperbaiki faktor daya (cos 9) sistem tenaga listrik.
J\
I \Dewasa ini, pemakaian kapasitor untuk perbaikan faktor daya semakin ekstensif,
karena kapasitor sudah dapat dikendalikan dengan alat-alat elektronik, sehingga nilai
kapasitansi kapasitor dapat diperoleh sesuai dengan yang dibutuhkan.
Dalam bab ini akan dijelaskan tentang klasifikasi, jenis, faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam perancangan suatu kapasitor tegangan tinggi; karakteristik operasi
suatu kapasitor; spesiflkasi kapasitor dan pengujian tegangan tinggi yang perlu
9.1
JENIS-JENIS KAPASITOR
Kapasitor tegangan tinggi dapat diklasifikasikan menurut penggunaannya, yaitu kapasitor
sistem tenaga listrik, kapasitor laboratorium tegangan tinggi dan kapasitor pembangkit
frekuensi tinggi
(o
silator).
Jenis kapasitor tegangan tinggi yang digunakan pada sistem tenaga listrik adalah:
1'
Kapasitor daya frekuensi 50 atau 60 Hz. Kapasitor ini ada tiga jenis, yaitu: kapasitor
shunt, kapasitor seri dan kapasitor penyadap.
a. Kapasitor shunt digunakan untuk kompensasi beban induktif, perbaikan faktor
daya dan untuk pengaturan tegangan ujung transmisi.
b. Kapasitor seri digunakan pada transmisi daya yang sangat panjang, bertujuan
untuk mengkompensasi reaktansi induktif transmisi. Dengan demikian, jatuh
tegangan dan komsumsi daya reaktif pada reaktansi transmisi dapat dikurangi.
c. Kapasitor penyadap digunakan untuk untuk menyadap daya dari jaringan
tegangan tinggi. Cara ini dilakukan untuk elektriflkasi suatu daerah yang
membutuhkan daya tidak begitu besar, misalnya elektrifikasi desa yang tidak
jauh dari jaringan transmisi.
2.
3.
komunikasi antar gardu induk atau antar pusat pembangkit (Power Line Carrier).
Kapasitor pembagi tegangan, yaitu kapasitor yang digunakan untuk pengukuran
tegangan transmisi dan rel daya.
Bab
4.
9 Kaoas::'-
175
5.
il
ir
trt
a.
Untuk mencapai nilai kapasitansi dan tegangan kerja yang diin-einkan. ada kaianr a
beberapa kapasitor dihubung paralel, atau dihubung seri, atau kombinari huL'ungan
paralel-seri. Umumnya kapasitor tegangan tinggi dipasang pada gardu induk pasansan
luar, pada jaringan tegangan menengah. Kapasitansinya dapat dibuat mencapai ratu.an
mikrofarad dengan tegangan kerja antara l0 - 20 kV. Pada Gambar 9.1 diperlihatkan
tiga contoh kapasitor yang sering ditemukan pada sistem tenaga listrik.
Jenis kapasitor yang digunakan di laboratorium tegangan tinggi adalah:
Kapasitor perata, yaitu kapasitor yang digunakan untuk meratakan gelombang
t.
Kapasitor impuls, yaitu kapasitor yang digunakan untuk pembangkit arus dan
3.
4.
rugi dielektrik.
Meski pada tegangan yang sangat tinggi, kapasitor dapat dibuat mendekati ideal.
yakni: rugi-rugi rendah dan tanpa induktansi sendiri. Satu unit kapasitor seperti yang
diperlihatkan pada Gambar 9.1a, dibentuk dari beberapa sel kapasitor.
Selanjutnya, beberapa unit kapasitor dapat dirangkaikan membentuk kapasitor bank
seperti diperlihatkan pada Gambar 9.2 di halaman 176.
GAMBAR 9.1
Kapasitor sistem tenaga listrik
176
GAMBAR 9.2
Kapasitor bank
9.2
tidak boleh mempunyai titik-titik lemah, karena pada titik-titik lemah mudah terjadi
tembus listrik. Untuk mencegah hal ini, dielektrik disusun bertindih satu sama lain.
Jika p, adalah peluang adanya titik lemah pada satu lapisan dielektrik, maka peluang
pada setiap satu lapisan dari n lapisan terjadi titik lemah pada tempat yang sama adalah
pr'. Jika memungkinkan, untuk film plastik dipilih 2lapisan; sedangkan untuk kertas
yang diperkirakan mempunyai peluang titik lemah lebih besar, dibuat 3 - 6 lapisan.
Pemilihan tebal dielektrik bergantung kepada tegangan kerja kapasitor. Tegangan
yang dapat diterapkan di antara dua foil adalah 2 kV. Tegangan ini menimbulkan kuat
Foil Aiuminium
GAMBAR 9.3
Bahan dasar suatu sel kapasitor
Kertas-impregnasi
Bab
177
medan elektrik sebesar 13 - 18 v/pcm pada dielektrik jenis kertas,40 v/p,m pada
dielektrik komposit dan lebih daripada 50 V/,um pada dielektrik film.
Susunan bahan seperti diperlihatkan pada Gambar 9.3 digulung berbentuk plat
dan di-press, supaya hasil gulungannya tipis. Bahan tersebut digulung dengan hati-hati
agar tidak ada pertikel yang menyelusup di antara foil dengan dielektrik. Rongga udara
harus ditiadakan, agar tidak terjadi peluahan sebagian ketika kapasitor beroperasi.
Sel kapasitor yang sudah terbentuk plat, dibungkus dengan beberapa lapis kertas
isolasi keras, lalu dicelupkan ke dalam isolasi cair alami atau sintetis, kemudian
dikeringkan di dalam ruang vakum tinggi. Hal ini dilakukan agar tidak ditemukan
rongga udara pada sel kapasitor dan permukaan dielektrik tidak bergelombang. Untuk
mencegah adanya rongga, maka dielektrik dipilih dari bahan fllm. Dewasa ini, telah
digunakan alat ultrasonik untuk memeriksa acla-tidaknya rongga udara di dalam kapasitor.
untuk memperoleh tegangan kerja dan daya yang lebih tinggi, beberapa sel
kapasitor dihubungkan dalam kombinasi seri dan paralel. Untuk memenuhi kapasitas
daya yang diinginkan, maka beberapa sel kapasitor dihubungkan pararer, sedangkan
untuk memenuhi tegangan yang diinginkan, maka beberapa sel kapasitor dihubungkan
seri. Sel-sel kapasitor ini disusun berdampingan dan diikat, kemudian dimasukkan
dalam suatu bejana atau tangki seperti diperlihatkan pada Gambar 9.4.
Sel kapasitor (4) disusun berdampingan dengan sel kapasitor lain. Antara satu sel
kapasitor dengan sel kapasitor lain diberi isolasi pembatas (7) untuk mencegah kerusakan
pada sel kapasitor lain jika sel kapasitor di sebelahnya mengalami kerusakan. Jika
satu sel kapasitor mengalami tembus listrik. maka terminal sel kapasitor seakan-akan
terhubung singkat, sehingga pada sel kapasitor mengalir arus hubung singkat. oleh
karena itu, tiap sel kapasitor ada kalanya dilengkapi dengan sekering untuk memutuskan
arus hubung singkat tersebut. Untuk mengisolir susunan sel kapasitor dengan tangki
digunakan isolasi kertas (5). Kemudian isolasi kertas dan semua sel kapasitor diikat
dengan plat pengikat (3). Akhirnya rakitan kapasitor dimasukkan dalam tangki baja atau
bejana isolasi (1). Untuk menghantarkan panas yang terjadi pada kapasitor ke medium
sekitar, maka tangki diisi dengan minyak isolasi yang tidak mengandung gelembung
udara (8).
Keterangan:
1. Tangki
2. Terminal
3. Plat pengikat
4. Kapasitor sel (4 unit)
5. Isolasi kertas
6. Papan logam pelindung
7. Isolasi pembatas sel
8. Minyak isolasi
GAMBAR 9.4
Konstruksi suatu unil kapasitor tegangan tinggi
178
9.3
E=
e.l
Elektroda dan dielektrik suatu kapasitor selalu dirancang sedemikian, sehingga kuat
medan elektrik pada dielektriknya merata.
Suatu kapasitor plat sejajar mempunyai kapasitansi sebesar:
^=
C
eoey'
-?
(farad)
9.2
Dalam hal ini: eo adalah permeabilitas udara (farad/m); e. adalah permeabilitas relatif
dielektrik; A adalah luas plat 1m2;; dan s adalah tebal dielektrik (m).
Kapasitor akan menyimpan daya sebesar:
,/
P
v2
2r
C=
\:
(+)
2r
eo
e,A
9.3
p=E2rrJxoe,
9.4
Dengan cara yang sama, diperoleh energi yang tersimpan pada kapasitor
tesansan searah
v:
o,
w = vzc = 0,5(#)'
+
"o ".
jika diberi
9.s
wl = 0,5 rt r,
"o
dan energi yang tinggi diperoleh jika
Kerapatan daya
dan beroperasi pada kuat medan elektrik yang tinggi.
9.6
J'
t
*
i
GAMBAR 9.5
Kapasitor plat sejajar
Bab
179
Tegangan mula dan kuat medan kapasitor plat sejajar tanpa perata kapasitansi
Pada kapasitor plat sejajar sederhana seperri diperlihatkan pada Gambar 9.5,
cenderung terjadi peluahan luncur pada pinggir elektrodanya, meskipun tegangan masih
relatif rendah. Jika peluahan ini berlangsung lama, maka dielektrik berangsur-angsur
rusak. oleh karena itu, tegangan operasional kapasitor harus lebih rendah daripada
tegangan awal terjadinya peluahan. Jika kapasitor diberi tegangan bolak-balik, maka
tegangan awal peluahan V" dapat diperoleh dengan pendekatan, yaitu;
V"
='tls
9.'7
Dengan demikian kuat medan yang menyebabkan peluahan pada dielektrik adalah:
-V"Ir!3
I
f;
i
I
9.8
Elektroda
I
I
180
Pinggir elektroda dibuat berbentuk lekukan dan menonjol. Kapasitor seperti ini
dapat digunakan untuk rangkaian frekuensi tinggi bertegangan sampai dengan l0 kV.
Dielektrik yang digunakan adalah campuran khusus titanium dioksida, permitivitas
relatifnya s, = 30 - 80. Faktor disipasi titanium dioksida menurun dengan naiknya
frekuensi. Pada frekuensi di atas 1,0 MHz, tg 6 < 10-3 dan kekuatan dielektriknya
Ea = 100 - 200 kVicm. Lapisan elektroda dibuat dengan menyemprotkan logam ke
permukaan dielektrik. Sambungan-sambungan disolder dengan halus. Pada kapasitor
jenis ini, medan pinggir mempengaruhi nilai kapasitansi efektif kapasitor.
s.4
ii
KAPASITilfi GUTUNG
Untuk memperoleh suatu kapasitor yang mampu memikul tegangan tinggi dan memiliki
kapasitansi yang besar, digunakan lembaran dielektrik tipis dan luas permukaannya besar.
Tetapi, jika tebal dielektrik semakin tipis, tekanan medan elektrik pada dielektrik semakin
tinggi, sehingga kapasitor membutuhkan bahan dielektrik yang kekuatan dielektriknya
tinggi. Jika luas permukaan dielektrik besar dan digelar mendatar, kapasitor akan membutuhkan ruang yang besar. Agar dimensi kapasitor kecil atau tidak membutuhkan ruang
yang besar, maka lembaran elektroda dan dielektriknya digulung dengan ketat. Hal ini
dapat dilakukan jika elektroda dan dielektrik terbuat dari bahan yang sangat tipis dan
mudah digulung. Umumnya, bahan elektroda dibuat dari foil aluminium, dan dielektrik
dibuat dari beberapa lapis bahan dielektrik yang sangat tipis.
Pada Gambar 9.8 diperlihatkan suatu gulungan sel kapasitor berbentuk plat.
Elektroda kapasitor jenis ini biasanya terbuat dari foil aluminium yang tebalnya kurang
lebih 10 g,m. Karena akan digulung, maka dibutuhkan minimal dua lembar dielektrik.
Letak foil dan dielektrik disusun berselang-seling seperti diperlihatkan pada Gambar
9.8. Dengan cara seperti ini, luas efektif elektroda dapat mencapai beberapa meter
kuadrat. Terminal dibuat dengan cara menyusun foil elektroda sedemikian, sehingga
tepi elektroda yang satu tidak tumpang-tindih dengan tepi elektroda yang lain. Cara
lain adalah menyisipkan terminal di antara foil elektroda dengan dielektrik. Letak kedua
terminal itu dibuat berseberangan dan jarak kedua terminal dibuat sejauh mungkin.
Tegangan operasi satu ssl kapasitor gulung terbatas karena dielektriknya tipis.
Maka, untuk memperoleh kapasitor yang tegangan kerjanya lebih tinggi, beberapa
sel kapasitor gulung disusun bertindih kemudian sel-sel kapasitor dihubungkan seri.
Susunan seperti diperlihatkan pada Gambar 9.94, dilakukan pada sel kapasitor gulung
berbentuk datar, sedangkan susunan seperti diperlihatkan pada Gambar 9.9b, dilakukan
pada sel kapasitor gulung berbentuk silinder.
t
.i
{6
f;
Keterangan:
Bab
181
I
2
3
Keterangan:
l. Sel kapasitor
2. Isolasi
3.
4.
Konektor
Terminal
Agar tinggi tumpukan kapasitor gulung silinder tidak terlalu besar, maka dilakukan
hubungan seri internal di samping hubungan eksternal. Untuk tujuan ini, beberapa
foil elektroda disisipkan sekaligus menjadi penghubung ke elektroda yang lain seperti
diperlihatkan pada Gambar 9. 10. Hanya foil elektroda yang pertama dan yang terakhir
yang nampak dan berperan sebagai terminal.
qfi
Kapasitansi ffiu$ungan
Parameter elektroda dan dielektrik suatu kapasitor gulung diperlihatkan pada Gambar 9.1 1.
Misalkan tebal dielektrik adalah s dan lebar foil logam yang tumpang-tindih adalah B.
Karena digulung, maka kapasitansi yang diperoleh menjadi dua kali lipat. Jika panjang
seluruh foil logam adalah L, maka besarnya kapasitansi yang diperoleh adalah:
C=2eoe,
BL
.s
9.9
Jarak tepi b dibutuhkan untuk mencegah terjadinya lewat denyar (flashover), biasanya
dibuat5-10mm.
182
l.
2.
3.
4.
5.
Minyak mineral mudah teroksidasi, dan hasil oksidasinya berupa asam, air
dan
lumpur halus.
Mudah disusupi rongga udara. Pada tegangan tertentu, pada rongga udara akan
terjadi peluahan listrik yang menghasilkan hidrogen dan molekul hidrokarbon
berbobot rendah.
Mudah terbakar, sehingga membutuhkan alat pencegah kebakaran. Penambahan
1.
2.
Jenis bahan impregnasi yang digunakan pada suatu kapasitor bergantung kepada
penggunaan kapasitor. Berikut ini akan dibahas jenis-jenis bahan impreganasi yang
digunakan pada berbagai jenis kapasitor.
Kapasitor pembagi tegangan dan kapasitor gandeng selalu diusahakan beroperasi
pada temperatur yang rendah. Temperatur kerja kapasitor tergantung pada kapasitansi,
sedangkan kapasitansi tergantung pada jenis dielektrik. Dielektrik yang lebih disukai
untuk kapasitor temperatur rendah adalah kertas yang diimpregnasi dengan minyak
mineral. Dengan cara ini dapat diperoleh e, = 4,2 dan tg 6 < 0,27o. Jika tegangan
awal peluahan terlewati dan berlangsung dalam waktu yang lama, maka bahan ini akan
melembut (terbentuk X-wax) dan tembus listrik akan terjadi pada tepi elektroda.
Untuk kapasitor daya digunakan dielektrik kertas atau kertas-foil yang diimpregnasi
dengan askarel (chlorinated diphenyl). Kertas yang diimpregnasi dengan askarel, menghasilkan dielektrik yang permitivitas relatifnyd , = 5,5. Dengan demikian, kapasitor
yang menggunakan jenis dielektrik ini, memiliki kerapatan daya yang besar. Bahan
Bab
183
impregnasi askarel dapat dioperasikan pada kuat medan yang sedikit lebih tinggi,
sehingga tegangan kapasitor dapat ditinggikan. Hal ini akan meningkatkan kerapatan
daya kapasitor. Peningkatan permitivitas dan tegangan operasi kapasitor memberi
kesimpulan: kerapatan daya pada dielektrik kertas-askarel jauh lebih besar daripada
kerapatan daya pada dielektrik kertas-minyak, sedangkan faktor disipasinya hampir
sama. Walaupun demikian, pemakaian askarel dapat menimbulkan asam hidroklorik
yang berbahaya pada pinggir logam, sehingga kapasitor harus beroperasi pada tegangan
di bawah tegangan awal peluahan. Selain askarel, masih ada media impregnasi lain
(misalnya, isoprop,-lbiphery;l), yang lebih baik ditinjau dari sudut pandang lingkungan.
Dengan menggunakan bahan ini, diperoleh dielektrik yang permitivitas relatifnya lebih
rendah (e, = 2,1). tetapi dapat beroperasi pada kuat medan elektrik yang lebih tinggi.
Kapasitor impuls membutuhkan kerapatan energi yang tinggi dan ditolerir bekerja
pada tegangan di atas tegangan aival peluahan. asalkan tegangan itu berlangsung
dalam waktu yang singkat. Bahan impregnasi pada kapasitor ini dapat berupa minyak
mineral. Selain daripada minyak mineral, kastroli dapat juga digunakan sebagai bahan
impregnasi. Bahan impregnasi kastroli membuat permeabilitas relatif kertas mencapai e,
= 5. Meskipun faktor disipasinya tinggi, hampir 17o,hal ini tidak begitu mengganggu.
Dalam hal khusus, gas secara teknis dapat dipakai sebagai media impregnasi, yakni
jika digunakan fllm plastik. Sebagai contoh, dengan film polyetilen dapat diperoleh
rugi-rugi dieletrik yang rendah tg 6 < l0-a dan e. = 10.
vr=
\0.5
,, (+)
9.10
Jika suatu kapasitor menggunakan 5 lapis dielektrik kertas-minyak, tebal masingmasing lapisan adalah l0 pcm dan e, = 4,2,maka menurut Persamaan 9.10, tegangan
awal peluahan kapasitor adalah V" = 1 kV. Oleh karena itu, batas operasi kuat medan
yang aman berada di bawah 20 Y lp,m. Pengalaman menunjukkan bahwa tegangan awal
peluahan dielektrik kertas-askarel sedikit lebih tinggi daripada tegangan awal peluahan
dielektrik kertas-minyak.
Pada kapasitor yang bekerja pada tegangan tinggi searah, unjuk-kerja kapasitor
hampir tidak dipengaruhi efek medan pinggir. Dalam pengujian tegangan tinggi searah,
perhatian terfokus pada tegangan tembus kritis gulungan, bukan terhadap tegangan awal
peluahan. Pengamatan menunjukkan bahwa untuk ketebalan dielektrik s tertentu, kekuatan
dielektrik (E ) meningkat tajam jika dielektrik menggunakan lapisan kertas yang lebih
tipis. Peningkatan kekuatan dielektrik ini adalah akibat berkurangnya peluang titik lemah,
karena semakin tipis kertasnya semakin banyak jumlah lapisan yang dibutuhkan. Pada
Tabel 9.1 pada halaman 184 diperlihatkan pengaruh jumlah lapisan terhadap kekuatan
dielektrik kertas-askarel, jika diuji dengan tegangan searah. Kerapatan kertas yang diuji
adalah 1,2 glcm3, sedangkan tebalnya 10 - 60 p,m.
184
Jumlah Lapisan
Er(Ylp.m)
100
170
230
Kertas dielektrik diusahakan setipis mungkin. Pada saat ini kertas dielektrik
untuk kapasitor sudah dapat dibuat setebal 6 pm. Tetapi, jika kertas semakin tipis,
biaya pembuatan kertas semakin mahal. Oleh karena itu, perlu dilakukan kompromi
antara pemilihan ketebalan kerlas dengan biaya pembuatan kertas, agar diperoleh biaya
pengadaan kertas yang optimum.
Kuat medan efektif yang dapat diterima pada suatu kapasitor bergantung kepada
keperluan kapasitor dan jenis dielektrik yang digunakan pada kapasitor tersebut. Pada
Tabel 9.2 diperlihatkan kuat medan efektif yang dapat diterima untuk berbagai jenis
Dielektrik
E (Ylp.m)
15-20
35-40
10
Kapasitor Daya AC
80
t5
100
<--
F<_
(a)
Bab
185
r, =*@ot,Ey
9.11
lembaran isolasi.
Gaya elektromagnetik yang diperlihatkan dalam Gambar 9.12b adalah hal yang
sangat penting diperhitungkan. Konstruksi penghubung antar gulungan harus memiliki
kualitas dan kekuatan mekanis yang tinggi agar mampu memikul gaya elektromagnetik
tersebut. Arus peluahan i akan menimbulkan medan magnet. Kuat medan magnet ini
harus diusahakan seminimum mungkin, yaitu dengan membuat arah arus pada setiap
gulungan foil sama dengan arah aksial.
Nilai sesaat tegangan (v) dan arus (l) pada suatu kapasitor impuls yang sedang
bekerja melepaskan muatannya diperlihatkan pada Gambar 9.13. Tekanan elektrik yang
ditrasilkannya dinyatakan oleh faktor osilasi ft. Umur suatu kapasitor impuls dinyatakan
dalam frekuensi pengoperasian kapasitor membuang muatan. Kapasitor impuls untuk
eksperimen fisika, biasanya dirancang memiliki umur sekitar N = 10.000 peluahan
pada faktor k = 0,8. Jika kuat medan operasional sebuah kapasitor semakin tinggi (k
semakin besar), maka umur kapasitor akan semakin pendek' Penurunan kuat medan
operasional dari k -- 0,8 menjadi k = 0,5, dapat menaikkan umur kapasitor menjadi
empat kali lebih lama. Nilai umum kuat medan operasional kapasitor impuls sama
dengan kapasitor tegangan searah, yaitu E = 80 - 100 V/mm.
9.6
t
186
Keterangan:
1. Bushing porselen
2. Tangki baja
3. Kapasitor gulung plat
4. Isolasi kertas atau papan tekan
5. Konduktor pipih
terminal tegangan tinggi dibuat berupa konduktor pita sedangkan terminal tegangan
rendahnya adalah tangki kapasitor itu sendiri.
9"7
satu fasa. Mula-mula beberapa unit kapasitor dihubungkan paralel membentuk satu
kelompok kapasitor. Kemudian beberapa kelompok kapasitor dihubungkan seri membentuk kapasitor bank satu fasa. Selanjutnya, tiga kapasitor bank satu fasa dihubungkan
bintang atau delta, untuk memperoleh kapasitor bank tiga fasa. Untuk lebih jelasnya,
contoh susunan kapasitor bank diperlihatkan pada Gambar 9.17.
:t,
Bab
Keterangan:
1. Terminal
2. Bejana porselen
3. Kapasitor gulung plat
4. Gips penekan
5. Bushing terminal
187
Keterangan:
1. Terminal berbentuk pita
2. Bushing
3. Tangki baja
4. Kapasitor gulun_e plat
5. Isolasi kenas atau papan-tekan
tegangan rendah
Kapasitor bank dilengkapi dengan sekering untuk memutuskan arus jika terjadi
hubung singkat atau kerusakan pada satu unit kapasitor. Sekering dapat dipasang
pada rangkaian eksternal seperti diperlihatkan pada Gambar 9.lla. Dengan cara ini,
sekering akan memisahkan unit kapasitor yang rusak dari kapasitor bank, sehingga
tidak menimbulkan kerusakan pada unit kapasitor yang lain, dan unit-unit kapasitor
yang tidak rusak tetap bekerja. Tetapi, ada dua masalah yang dihadapi dengan cara
s
I
t
! -.2
i "'-"'1"...l";
r-f-,vSekering
E+t+t 44il
_L_L-t iii
AA,A
,}_C_O
r--r-' AAA
#
a
Bank
Kapasitor;
per
Fasa
i
i
\i
hhB _Llt
hhh tEEEI
_Lii
i_L _L l:
AAA
AAA
.'f
KelomRok
l(np2sit61
Sekering
'--t
i
!ru iia
)+ )+
_t+
Unit Kapasitor
(a) Sekering eksternal
188
ini: Pertama, meskipun yang rusak hanya satu sel kapasitor, yang dipisahkan dari
kapasitor bank adalah satu unit kapasitor. Pemisahan satu unit kapasitor menyebabkan
perubahan kapasitansi kapasitor bank yang signifikan, sehingga tegangan kapasitor bank
tidak setimbang. Kedua, jika kapasitor dipasang di ruangan terbuka, maka polusi dapat
menimbulkan deteriorasi pada sekering. Untuk mengatasi kedua masalah ini, sekering
dipasang pada rangkaian internal unit kapasitor seperti diperlihatkan pada Gambar 9. 17b.
Dalam hal ini, jika terjadi kerusakan pada satu sel kapasitor, maka hanya sel kapasitor
tersebut yang dipisahkan dari kapasitor bank, sehingga perubahan nilai kapasitansi
kapasitor bank tidak sebesar caru yar,g pertama. Kelemahannya adalah bahwa cara ini
membutuhkan lebih banyak sekering.
Adakalanya kapasitor bank tidak dilengkapi dengan sekering. Dalam hal ini
beberapa unit kapasitor dihubungkan seri membentuk satu rantai kapasitor. Kemudian,
beberapa rantai kapasitor dihubungkan paralel membentuk kapasitor bank satu fasa
seperti diperlihatkan pada Gambar 9.18.
Jika satu unit kapasitor rusak atau terhubung singkat, kenaikan arus pada rangkaian
luar kapasitor bank tidak signifikan, sehingga kapasitor bank tetap dapat beroperasi.
Keuntungan lain yang dimiliki kapasitor tanpa sekering dibandingkan dengan kapasitor
bank yang dilengkapi sekering eksternal, adalah:
.
.
.
.
Unit kapasitor yang rusak harus diganti dengan unit kapasitor yang spesifikasi dan
dimensinya sama, sehingga harus selalu ada cadangan unit kapasitor yang persis
.
.
Menemukan unit kapasitor yang rusak dan menggantinya dengan kapasitor baru,
memerlukan waktu yang lebih lama.
Jika terjadi arus ke tanah akibat ketidaksetimbangan kapasitansi masing-masing
fasa, relai arus tanah bekerja memisahkan kapasitor bank dari sistem, dan hubung
m
,^,A,A
ffi
r-ru
ffi
ffi
,A,A,A
A,A,A,A,A,A,A,^,A
,^AA
Bab
Kapasitor Tegangan
Tinggi
189
singkat antara bushing atau bagian internal kapasitor bank dengan tangki membuat
sistem mengalami gangguan hubung singkat fasa-ke-tanah, dan mengakibatkan
pemutus daya membuka.
S"S
Nominal
Tegangan puncak
t20
Efektif
110
Tegangan
Daya Reaktif
135
Arus
180
Jika kapasitor bank ditempatkan pada lokasi terbuka, maka temperatur di sekitar
kapasitor sama dengan temperatur udara dan temperatur itu tidak dapat dikendalikan.
Di samping itu, kapasitor akan diterpa angin dan sinar matahari. Ada beberapa hal yang
berpengaruh terhadap temperatur sekitar dan temperatur operasi suatu kapasitor, yaitu:
.
.
.
Dalam pengoperasian suatu kapasitor, faktor-faktor berikut ini perlu diperhatikan, yaitu:
.
.
.
o
.
.
Asap, debu dan getaran mekanis yang mungkin menerpa unit-unit kapasitor.
Untuk memperpanjang umur suatu kapasitor bank, dilakukan cara sebagai berikut:
.
.
.
190
9.9
SPESIFIKASI KAPASITOR
Spesifikasi utama suatu kapasitor yang perlu diketahui adalah:
.
.
Tegangan nominal
adalah tegangan pengenal unit kapasitor. Umumnya 230; 460; 575;2400; 4160;
6900;7200;7910; 12.000; dan 13.800 volt.
Daya nominal
Daya reaktif pengenal unit kapasitor atau kapasitor bank dinyatakan dalam kVAR.
Umumnya 50, 100, 150, 200, 300, dan 400kVAR per unit. Jika bekerja di bawah
atau di atas tegangan nominal, maka daya reaktif yang dihasilkan kapasitor menjadi:
Daya reaktif = Daya no*in^t
Frekuensi
Frekuensi kapasitor untuk perbaikan faktor daya adalah 50 atau 60 Hz. Daya
reaktif kapasitor berbanding lurus dengan frekuensi sistem. Jika kapasitor bekerja
di luar frekuensi nominal, maka daya reaktifnya adalah:
Daya reaktif = Daya nominal
/ Frekuensi keria \
(ffi,
"
Resistor peluahan
Terminal unit kapasitor dihubungkan dengan suatu resistor untuk membuang muatan
kapasitor jika kapasitor tidak bekerja. Besar tahanan resistor harus sedemikian,
sehingga ketika kapasitor dilepaskan dari jaringan, tidak lebih daripada 5 menit
kemudian, tegangan pada terminal turun menjadi 50 V. Untuk kapasitor hingga
600 V waktu peluahan tidak lebih satu menit.
300 kali.
Arus bocor
Adalah arus yang mengalir dari gulungan kapasitor ke badan bejana kapasitor.
Faktor rugi-rugi
adalah faktor yang menyatakan besarnya rugi-rugi dielektrik pada sistem isolasi
kapasitor.
ttr
Bab
9.10
Kapasitor Tegangan
Trnggi
191
PENGUJIAN KAPASITOR
Sama halnya dengan peralatan tegangan tinggi sebelumnya, kapasitor juga mengalami
pengujian tegangan tinggi. Pengujian tegangan tinggi dilakukan sesuai dengan standar
yang dianut. Jenis pengujian yang dilakukan terhadap suatu kapasitor adalah: uji jenis,
uji rutin dan uji lapangan.
Uji Jenis
Pengujian dilakukan terhadap sejumlah sampel dari satu jenis kapasitor untuk melihat
kesesuaiannya dengan standar. Item yang sudah diujikan terhadap satu jenis kapasitor,
tidak diulang kembali. Pengujian yang dilakukan pada uji jenis adalah:
Pengujian bushing
Jika tegangan impuls standar diterapkan tiga kali, dan pada bushing tidak terjadi
lewat denyar, maka bushing dinyatakan lulus uji. Jika terjadi peristiwa lewat
denyar, maka pengujian dilakukan lagi seperti sebelumnya. Jika pada pengujian
tahap kedua ini tidak terjadi lervat denyar pada bushing, maka bushing dinyatakan
lulus uji.
Pengujian stabilitas termal
Suatu kapasitor dinyatakan stabil, jika temperatur badan tangki kapasitor hampir
konstan, bervariasi hanya +3 oC, selama kapasitor bekerja 24 jam.
>
600 V.
Uji Rutin
Uji rutin dilakukan pabrikan terhadap setiap kapasitor yang baru diproduksi. Sebelum
pengujian dilakukan, kapasitor dibersihkan terlebih dahulu. Uji rutin dilakukan pada
temperatur (25 t 5) 'C. Pengujian yang dilakukan adalah sebagai berikut:
192
Pengujian kapasitansi
Pengujian ini dilakukan pada setiap unit kapasitor untuk menunjukkan bahwa
keluaran daya reaktif kapasitor tidak lebih dari 1107o daya reaktif nominal ketika
kapasitor diberi tegangan dan frekuensi nominal.
Pengujian kebocoran
Pengujian ini dilakukan untuk meyakinkan kapasitor telah bebas dari kebocoran.
Artinya, lipatan-lipatan elemen dielektrik dan rongga-rongga yang sudah diisi,
semuanya sudah tertutup dengan rapat.
Pengujian sekering
Pengujian dilakukan pada kapasitor yang dilengkapi sekering internal. Kapasitor
dienergisasi dengan tegangan searah hingga tegangannya sama dengan 1,7 tegangan
efektif nominal. Kemudian kapasitor dire-energisasi, dengan menghubung-singkatkan
terminal tanpa melalui impedansi. Selisih kapasitansi kapasitor setelah pengujian
dengan kapasitansi sebelum pengujian, harus lebih rendah daripada nilai kapasitansi
jika
LJji E-apamgmn
Setelah pemasangan suatu kapasitor selesai, dan sebelum kapasitor dienergisasi, diadakan
lagi pengujian di lapangan. Tujuan pengujian ini adalah untuk meyakinkan bahwa
spesifikasi kapasitor tidak berubah walaupun kapasitor telah mengalami goncangan selama
dalam pengangkutan dan pemasangan. Pengujian yang dilakukan adalah sebagai berikut:
Pengukuran kapasitansi
Pengukuran dilakukan dengan kapasitansi-meter, pada tegangan beberapa persen
daripada tegangan nominal. Jika kapasitansi kapasitor nalk l0Vo, itu adalah pertanda
adanya sel atau unit kapasitor yang rusak.
ffimtu
ruffi
Yrmfrm Dayffi
rafo daya memiliki peranan sangat penting dalam sistem tenaga listrik. Seperti telah
dijelaskan sebelumnya, bahwa transmisi sistem tenaga listrik harus bertegangan tinggi
agar rugi-rugi daya tidak melebihi rugi-rugi yang diinginkan. Maka, dibutuhkan
trafo daya untuk menyalurkan daya dari generator bertegangan menengah ke transmisi
bertegangan tinggi; dan untuk menyalurkan daya dari transmisi bertegangan tinggi ke
jaringan distribusi. Kebutuhan trafo daya bertegangan tinggi dan berkapasitas besar,
menimbulkan persoalan dalam perencanaan isolasi, ukuran dan bobotnya.
Dalam bab ini, dibahas hal-hal terkait isolasi trafo daya, seperti: bahan dan
susunan isolasi; perataan distribusi tegangan pada kumparan trafo; metode pendinginan;
dan pengujian isolasi trafo. Untuk melihat peran isolasi pada suatu trafo daya, perlu
dipahami lebih dahulu prinsip kerja dari suatu trafo daya.
1fi"
rffiIruS
Keterangan:
1. Kumparan tegangan
tinggi
2. Kumparan tegangan
rendah
3.
Intl
4. Minyak isolasi
5. Tangki baja
6. Bushing tegangan
rendah
7
. Bushing tegangan
tinggi
123
(a) Kumparan piring
Konstruksi trafo
rF
194
Peralatan Tegangan
rnggi
Terlihat bahwa bagian utama suatu trafo adalah inti, dua set atau lebih kumparan,
dan isolasi. Inti trafo terbuat dari lembaran-lembaran baja silikon yang satu dengan
lainnya diisolasi dengan pernis. Kumparan terbuat dari bahan tembaga. Kumparan yang
dihubungkan ke sumber energi disebut kumparan primer, sedangkan kumparan yang
dihubungkan ke beban disebut kumparan sekunder. Bahan isolasi trafo tersusun dari
kombinasi bahan dielektrik cair dengan dielektrik padat.
Jika kumparan primer dihubungkan ke sumber tegangan bolak balik, sementara
kumparan sekunder dalam keadaan tidak dibebani, maka di kumparan primer mengalir
arus yang disebut dengan arus beban nol (1n). Arus ini akan membangkitkan fluks bolakbalik pada inti. Fluks bolak-balik ini dilingkupi oleh kumparan primer dan kumparan
sekunder, sehingga pada kedua kumparan timbul gaya gerak listrik yang besarnya:
E, = 4,44
/N,
(volt)
10.1
Ez=4,44fNr$(volt)
t0.2
Pada persamaan di atas: E, adalah gaya gerak listrik pada kumparan primer; {
adalah gaya gerak listrik pada kumparan sekunder; N, adalah jumlah belitan kumparan
primer; N, adalah jumlah belitan kumparan sekunder; f adalah frekuensi tegangan
sumber dalam Hz; dan @ adalah fluks magnetik pada inti dalam weber.
arus
sekunder (1r). Arus sekunder akan menimbulkan fluks pada inti trafo yang berlawanan
dengan fluks yang ditimbulkan arus 1r. Dengan kata lain, arus sekunder menimbulkan
demagnetisasi pada inti trafo. Untuk mengimbanginya, maka arus di kumparan primer
harus bertambah menjadi 1,, hingga dipenuhi:
N,
1o=Ntlt-N2
12
10.3
Gaya gerak listrik yang dibangkitkan pada kumparan menimbulkan medan elektrik
yang kuat pada isolasi kumparan, teristimewa pada isolasi di sekitar belitan kumparan
tegangan tinggi. Arus yang mengalir pada pada kumparan akan menimbulkan rugi-rugi
tembaga (i2r). Fluks pada inti akan menimbulkan rugi-rugi arus eddy dan rugi-rugi
histeresis, dan jumlah kedua rugi-rugi ini disebut rugi-rugi inti. Pemanasan karena rugirugi tembaga dan rugi-rugi inti akan menaikkan temperatur isolasi trafo. Di samping itu,
arus pada kumparan juga menimbulkan gaya mekanik, dan ketika dialin arus hubung
singkat, gaya ini menimbulkan tekanan yang berat pada isolasi. Oleh karena itu, sistem
isolasi harus memiliki syarat sebagai berikut: kekuatan dielektrik harus melebihi kuat
medan elektrik tertinggi yang ditemukan pada komponen trafo; sanggup memikul gaya
mekanis yang ditimbulkan arus hubung singkat; dan dapat mendisipasikan panas yang
terjadi pada trafo ke medium sekitar dengan baik.
10.2
Bab
10
195
Trafo Daya
trafo. Oleh karena itu, isolasi trafo daya harus disusun dan dihubungkan sedemikian
rupa, sehingga mampu memikul tekanan mekanik, tekanan elektrik dan tekanan termal.
elemen kumparan dihubungkan secara seri oleh konduktor penghubung. Setiap elemen
kumparan dihubungkan dengan elemen kumparan lainnya, dengan hubungan bersilang
atau hubungan berurut. Kedua cara itu diperlihatkan pada Gambar 10.3.
Pada hubungan silang (Gambar 10.3a), konduktor penghubung melintasi ruang
yang terdapat di antara satu elemen kumparan dengan elemen kumparan berikutnya
sehingga menimbulkan masalah khusus bagi isolasi; tetapi beda tegangan antara dua
elemen kumparan yang berjarak sama dari sumbu inti adalah sama (AV, = LV,).
Pada hubungan berurut (Gambar 10.3b), tidak ada masalah isolasi karena kehadiran
konduktor penghubung, karena penghubung elemen-elemen kumparan tidak melalui ruang
di antara elemen-elemen kumparan. Tetapi, yang menjadi masalah adalah perbedaan
tegangan antara dua titik pada kumparan berdekatan yang berjarak sama dari sumbu
inti. Jika jumlah unit kumparan dimisalkan 5 unit dan tegangan kerja semua kumparan
adalah 1,0 pu, maka tegangan satu elemen kumparan adalah 0,2 pu. Beda potensial
antara titik a pada elemen kumparan paling atas dengan titik b pada elemen kumparan
di bawahnya (kedua titik berjarak r, dari sumbu inti) adalah LVou= g. Beda potensial
BXffiflH
BXSXSSH
-l
MI
Kumparan
<.-|
'
Kumparan
silinder
ffi
Btrffi
ffiffi
ffiffiffi
Bffi ffi
ffiffi
ffiffi
mi
-t
E#6}XH
rdrir
ws,ffi[x]fls
rffi
Inti <----------------J
(a) Kumparan bertindih
H*fl
HffiJI
ffiBA
*I*ffi kffi
[]sfl Eig#q
piring
tffii
ffiffiffi
Ew
HSH
lffi$
196
1,0 pu
l0 ,8 pu
AV
0,8 pu
'f
fj
0,8 pu
AY
,6 pu
0,8 pu
0,4 pu
0,6 pu
0,4 pu
!
0,2 pu
0,4 pu
0,2 pu
0,4 pu
Konduktor
Konduktor
penghubung
f"
,i-r__)i
penghubung
o,o pu
-1-+
antara titik c pada elemen kumparan paling atas dengan titik d pada elemen kumparan
di bawahnya (kedua titik berjarak rrdat', sumbu inti) adalah LV"r=0,4 pu. Jadi, beda
potensial di antara satu titik pada suatu kumparan yang berjarak r dari sumbu inti
dengan satu titik pada kumparan berdekatan yang juga berjarak r dari sumbu inti,
bervariasi dari nol sampai dua kali tegangan satu elemen kumparan.
Berbeda dengan hubungan silang, satu elemen kumparan pada hubungan berurut
Kumparan
Primer
Kumparan
Sekunder
Kumparan
Kumparan
Kumparan
Sekunder
Primer
Primer
Kumparan
Sekunder
+
I
'7
4l
.5
10t
11
15 14 t3 12
t8
--/---9 20
21
Inti
(a)
(.b)
(c)
Bab
10
Trafo Daya
197
1.
2.
Arah belitan berlawanan (Gambar 10.5a). Dalam hal ini, arah belitan dua elemen
kumparan yang berdampingan dibuat berlawanan, sehingga arah gaya gerak listrik
pada kedua elemen kumparan tersebut menjadi berlawanan.
Arah belitan sama (Gambar 10.5b dan 10.5c). Dalam hal ini, arah belitan semua
elemen kumparan dibuat sama, sehingga arah gaya gerak listrik pada setiap elemen
kumparan sama. Untuk jenis arah belitan sama, ada dua cara penyambungan, yaitu
hubungan internal dan hubungan eksternal.
1CI.3
T[fiANfiAf\ TI[\lGGi
Konstruksi isolasi trafo daya, khususnya trafo daya bertegangan tinggi, adalah sangat
rumit. Masing-masing komponen transformer, yaitu belitan, elemen kumparan tegangan
---*
= Arah GGL
-*
=Arah GGL
-*-*
(a)
Arah belitan
berlawanan
(c)
=Arah GGL
Arah belitan samasambungan extemal
198
tinggi dan kumparan tegangan rendah harus diisolasi satu sama lain; elemen kumparan
diisolasi juga terhadap inti dan gandar dibumikan. Dengan demikian isolasi trafo daya
dapat dibagi atas tiga jenis, yaitu:
l.
2.
3.
Isolasi minor, yaitu isolasi yang memisahkan satu belitan dengan belitan lain
dalam satu elemen kumparan.
Isolasi mayor, yaitu isolasi yang memisahkan kumparan tegangan tinggi dengan
bagian yang bertegangan rendah. Isolasi ini terbagi lagi atas isolasi utama. yang
memisahkan kumparan tegangan tinggi dengan kumparan tegangan rendah; dan
isolasi gandar, yang memisahkan belitan tegangan tinggi dengan gandar.
Isolasi fasa, yaitu isolasi antara kumparan tegangan tinggi dengan kumparan
tegangan tinggi yang lain pada trafo tiga fasa.
Isolasi mayor, isolasi minor dan isolasi fasa, ketiganya disebut isolasi kumparan
tegangan tinggi. Penamaan ini diberikan karena kumparan tegangan tinggi merupakan
elektroda yang harus diisolasi terhadap bagian-bagian trafo yang bertegangan rendah.
Bahan isolasi yang utama digunakan, baik untuk isolasi mayor maupun isolasi minor,
adalah minyak trafo dikombinasikan dengan dielektrik padat.
Bab
10
Trafo Daya
199
dapat
diterima. Pada medan yang seragam, fungsi utama partisi adalah mencegah
terbentuknya
jembatan konduktif dalam minyak. oleh karena iiu,
efek partisi dalam minyak murni
tidak banyak, tapi berguna jika minyak bercampur dengan serat. Dalam hal
ini, partisi
akan beraktivitas sebagai pencegah terbentuknya jembatan konduktif
dalam minyak.
Semua efek partisi yang diutarakan di atas berlaku jika tebal panisi jauh
lebih kecil
daripada panjang sela elektroda. Jika partisi terlalu tebal, maka kuat
medan elektrik
dalam minyak akan bertambah besar, karena permitivitas minyak lebih
rendah daripada
permitivitas dielektrik padat. Meski demikian, partisi tidak dapat dibuat
terlalu tipis agar
V.
r,e"t
2007o
S=100mm
Keterangan:
V.s
200
Peralatan Tegangan
rnggi
Mlinyak Trafo
Minyak isolasi pada sutau trafo daya harus memiliki daya hantar panas yang baik agar
dapat membawa panas yang terjadi pada inti dan kumparan ke medium sekitamya.
Kekuatan dielektrik sistem isolasi dan umur suatu trafo bergantung sepenuhnya pada
kualitas minyak isolasi. Oleh karena itu, minyak isolasi yang digunakan pada suatu
trafo harus memenuhi syarat-syarat di bawah ini:
.
.
.
.
.
.
.
.
Menurut SPLN 49-1-1982, spesiflkasi minyak isolasi baru adalah seperti diberikan
pada Lampiran 5, sedangkan spesifikasi minyak isolasi yang sudah pernah dipakai
diberikan pada Lampiran 6.
Biasanya, setelah suatu trafo beroperasi dalam waktu lama, akan terjadi pengasaman
pada minyak isolasinya. Asam yang terjadi pada minyak cenderung mengakibatkan isolasi
kumparan rapuh dan mudah retak, terutama ketika dikenai tekanan mekanik yang terjadi
ketika kumparan dialiri arus hubung singkat. Tingkat keasaman yang tinggi sering ditandai
dari bau yang menyengat. Pengasaman dalam minyak diikuti dengan pembentukan
lumpur yang dapat menyumbat lorong-lorong pendingin, sehingga pembuangan panas
terhambat dan temperatur minyak meninggi. Hal ini dapat mengakibatkan tembus listrik
termal. Oleh karena itu, tingkat keasaman minyak trafo perlu diperiksa secara teratur,
minimal sekali dalam setahun.
Tingkat keasaman dinyatakan dari hasil pengujian beberapa sampel. Ukuran yang
digunakan adalah banyaknya potasium hidroksida yang dibutuhkan untuk menetralkan
keasaman 1 gram sampel. Jika tingkat keasaman mencapai 0,5, minyak harus dikondisikan
200
MIf;*yak T'rmfo
Minyak isolasi pada sutau trafo daya harus memiliki daya hantar panas yang baik agar
dapat membawa panas yang terjadi pada inti dan kumparan ke medium sekitarnya.
Kekuatan dielektrik sistem isolasi dan umur suatu trafo bergantung sepenuhnya pada
kualitas minyak isolasi. Oleh karena itu, minyak isolasi yang digunakan pada suatu
trafo harus memenuhi syarat-syarat di bawah ini:
.
.
.
.
.
.
.
.
Menurut SPLN 49-1-1982, spesifikasi minyak isolasi baru adalah seperti diberikan
pada Lampiran 5, sedangkan spesifikasi minyak isolasi yang sudah pernah dipakai
diberikan pada Lampiran 6.
Biasanya, setelah suatu trafo beroperasi dalam waktu lama, akan terjadi pengasaman
pada minyak isolasinya. Asam yang terjadi pada minyak cenderung mengakibatkan isolasi
kumparan rapuh dan mudah retak, terutama ketika dikenai tekanan mekanik yang terjadi
ketika kumparan dialiri arus hubung singkat. Tingkat keasaman yang tinggi sering ditandai
dari bau yang menyengat. Pengasaman dalam minyak diikuti dengan pembentukan
lumpur yang dapat menyumbat lorong-lorong pendingin, sehingga pembuangan panas
terhambat dan temperatur minyak meninggi. Hal ini dapat mengakibatkan tembus listrik
termal. Oleh karena itu, tingkat keasaman minyak trafo perlu diperiksa secara teratur,
minimal sekali dalam setahun.
Tingkat keasaman dinyatakan dari hasil pengujian beberapa sampel. Ukuran yang
digunakan adalah banyaknya potasium hidroksida yang dibutuhkan untuk menetralkan
keasaman 1 gram sampel. Jika tingkat keasaman mencapai 0,5, minyak harus dikondisikan
Bab
10
201
Trafo Daya
seperti semula atau diganti. Sementara itu, trafo daya tidak dibolehkan memikul beban
Iebih; tingkat keasaman minyak isolasi trafo diperiksa setiap bulan; dan jika perlu, inti
serta kumparan diangkat untuk melihat ada-tidaknya endapan lumpur pada inti dan
kumparan. Jika ada endapan lumpur, maka bagian-bagian trafo yang berlumpur harus
dibersihkan dengan minyak bersih yang disemprotkan.
Jika tingkat keasaman mencapai 1,5, trafo daya tidak boleh dioperasikan lagi, dan
minyaknya harus diganti. Inti dan kumparan harus diangkat dan dibersihkan dengan
minyak baru, dan jika perlu dilakukan pembongkaran kumparan. Jika tingkat keasaman
> 4, maka bekas-bekas endapan lumpur pada inti dan kumparan tidak mungkin dibuang,
lebih praktis menggantinya secara keseluruhan.
I*,4
SUSLJhJAN
MAYA
Isolasi mayor adalah bahan dielektrik yang memisahkan kumparan tegangan tinggi
dengan kumparan tegangan rendah dan gandar. Susunan isolasi mayor trafo daya sampai
tegangan 35 kV diperlihatkan pada Gambar 10.7.
Isolasi di antara kumparan tegangan tinggi dengan kumparan tegangan rendah
merupakan sela minyak yang terbagi-bagi oleh partisi. Kuat medan elektrik tertinggi
terdapat di sudut pinggir atas kumparan tegangan tinggi. Oleh karena itu, dimensi tabung
isolasi (2) dan isolasi gandar (6) harus memadai agar tidak terjadi peluahan pada sudut
pinggir tersebut. Dimensi isolasi mayor trafo daya dapat dilihat pada Tabel 10.1.
Pada tegangan yang lebih tinggi medan elektrik pada sudut pinggir atas kumparan
tegangan tinggi semakin besar, sehingga konstruksi isolasi pada sudut pinggir atas
kumparan semakin rumit. Pada Gambar 10.8 diperlihatkan susunan isolasi trafo daya
tegangan di atas 35 kV. Di antara kumparan tegangan tinggi (3) dan tegangan rendah
(4) terdapat tabung isolasi kertas-tekan (2), yang membagi minyak menjadi beberapa
bagian, sehingga dalam minyak tidak terbentuk jembatan konduktif, yang dapat
menghubung-singkatkan kumparan tegangan tinggi dengan kumparan tegangan rendah.
Untuk mencegah terjadinya peluahan dari sudut ujung kumparan trafo menerobos
minyak, maka digunakan cincin bersudut (7). Semakin tinggi tegangan nominal trafo
semakin banyak tabung isolasi dan cincin bersudut yang digunakan, sehingga konstruksi
isolasi trafo menjadi lebih rumit.
Sebuah elektroda cincin (8) ditempatkan di tiap kumparan untuk menyeragamkan
medan elektrik di kawasan ujung kumparan. Elektroda ini disebut cincin perata. Tegangan
Jarak ke gandar
(8, mm)
Jumlah silinder
dan tebal (mm)
Uji tegangan
Kumparan
3-6
8-10
I x2,5
25
l0
to-t2
20-25
25-30
70-80
1x3
1x5
35
Kelas Tegangan
KVms
35
2'1-30
110
5'7
6',7
110
2x6
200
150
95-10
180
275
220
130
260
3x6
4x6
85
400
202
r5
6
7
8
Keterangan:
Keterangan:
l.
2.
3.
4.
5.
6.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Inti
Tabung isolasi
Kumparan tegangan tinggi
Kumparan tegangan rendah
Gandar
Isolasi gandar
Inti
Tabung isolasi
Kumparan tegangan tinggi
Kumparan tegangan rendah
Gandar
Isolasi gandar
Cincin bersudut
pada satu cincin perata sama dengan tegangan lilitan terakhir kumparan yang dinaungi
cincin tersebut. Satu cincin perata harus terisolasi dari cincin perata yang lain, agar tidak
terjadi hubung singkat antar kumparan. Cincin perata dibalut dengan kertas-lembut.
Kumparan dan tabung isolasi diikat secara mekanis oleh cincin bersudut (7) dan
balok pengantara (6). Bahan cincin bersudut adalah kertas-tekan. Agar sirkulasi minyak
tetap terjamin, maka bahan-bahan ini disusun dengan jarak yang tepat.
10.5
Bab
10
Trafo Daya
203
V,=Vo
r0.4
Jika titik netral terisolasi (tidak dibumikan, 1, = 0), maka distribusi tegangan
sepanjang kumparan adalah:
V =Vo
cosh (r - x) d
cosh na
10.5
=\E
10.6
1_
HH
ttl
tt
L,C
vl
'o
,-T\
C,
/-T\
C.
"{ ---------->
t/
V
-5
-t--f-_l_r.
I.]-r
.l-r ",
tl
204
=nd
tr-
\i:
10.7
(!Lr,
).,u,
(%*)* o = -
di
r/-vo
v,---ll
o,",
10.8
10.9
Jika persamaan 10.9 dibandingkan dengan persamaan 10.8, maka dapat disimpulkan
bahwa ketika r = 0, tekanan elektrik pada seksi peftama kumparan naik a,", kali dari nilai
tekanan elektrik setelah mekanisme transien hilang. Jadi, nilai d,"" sangat menentukan
kenaikan tekanan elektrik pada seksi pertama kumparan. Maka, kumparan trafo harus
dirancang sedemikian hingga rasio kapasitansi ke tanah (C") dengan kapasitansi bersama
t
I
ou
V,
v,
o'q
Bab
'1
Trafo Daya
205
impuls pada kumparan. Meredam osilasi dengan memperbesar resistansi kumparan tidak
dilakukan, karena hal itu akan memperbesar rugi-rugi tembaga trafo. Suatu trafo daya
harus memiliki rugi-rugi yang kecil selama operasi normal. Satu-satunya cara adalah
menghindarkan terjadinya osilasi yang berbahaya. Jika perbedaan distribusi tegangan
awal dengan distribusi tegangan akhir semakin kecil, maka kemungkinan terjadinya
osilasi juga akan semakin kecil.
Cara kedua untuk meratakan distribusi tegangan awal adalah seperti diperlihatkan
pada Gambar 10.13. Dengan memparalelkan suatu kapasitor dengan kapasitansi antar
belitan, maka kapasitansi total antar belitan (C) semakin besar, sehingga C_. makin kecil,
dan mengakibatkan distribusi tegangan pada kumparan semakin merata. Dalam hal ini,
keberadaan kapasitor tambahan membuat sirkulasi minyak di antara belitan terhalang.
Oleh karena itu, konstruksi isolasi seperti ini digunakan untuk trafo bertegangan nominal
sampai 35 kV saja.
\\
Tabir
konduktif
(a)
206
Peralatan Tegangan
rnggi
c..
Kapasitor
c..
(a)
\b)
Cara yang paling efektif untuk menambah kapasitansi antar belitan adalah dengan
membuat kumparan tegangan tinggi terdiri dari beberapa lapis kumparan silinder
konsentris, di mana kumparan dihubungkan seperti diperlihatkan pada Gambar 10. 14.
Susunan kumparan yang biasa digunakan pada trafo daya bertegangan tinggi adalah
susunan kumparan interleaved yang skemanya diperlihatkan pada Gambar l0.l5a.
Aliran arus pada susunan kumparan ini diperlihatkan pada Gambar 10.150. Susunan
ini bertujuan untuk memperbesar kapasitansi antar belitan.
Suatu kumparan belitan tunggal yang dihubungkan seperti diperlihatkan pada Gambar
10.14, memiliki a.,, = 12; sedangkan dengan susunan interleaved seperti diperlihatkan
pada Gambar 10.15, didapat nilai a,", = 4, bahkan dengan rancangan khusus didapat
d,"" = 2'
Semua metode pemerataan distribusi tegangan di atas tidak membuat distribusi
tegangan benar-benar rata, tetapi dapat menurunkan tegangan lebih pada seksi kumparan
dan membatasi amplitudo osilasi natural yang terjadi pada belitan trafo. Dalam pemilihan
susunan kumparan, perlu diingat bahwa semakin banyak penghubung antar kumparan
yang bersilang, semakin bertambah pekerjaan konstruksi, sehingga biaya pembuatan
trafo semakin mahal.
Keterangan:
1. Belitan tegangan tinggi
2. Belitan tegangan rendah
3. Sumbu belitan
Bab
Kumparan
Tesansan Tinssi
Sumbu
"1
Inti
i2
i- -j- --r
l:'ll
ry1 Ewi#$;i;l
lri>
he*s#d
--*T
I
z' l+'
l
i
L-_.J-----W1
Y}
rli \
Ei-yffiffi$
;
--.i*-'[#**-r
I.oI
'"--#ltH--r
---.1:ft:l*,r
i
laldl
1_
207
iti
,-l,T
i i* 1*E*-,
,1i=I '-*lz'l-lti_l
iir
'
''-*14', l--I
rEl*r
i_ _r
Trafo Daya
i----_-l
l*
-*l#61-r I
I
rcl
17',ls'[rq]*ffi3
ru
--[*i3*-j
10
(a)
'
(e)
10.0
terjadi pada inti dan kumparan trafo ke udara bebas. Ada dua bahan pendingin yang
digunakan pada trafo daya, yaitu minyak mineral dan minyak sintetis.
Dilihat dari sirkulasi minyak dalam trafo, metode pendinginan dibagi atas dua
jenis:
l.
Minyak bersirkulasi sendiri. Dalam hal ini, minyak digunakan sebagai media yang
2.
trafo akan menaikkan temperatur minyak, dan akibatnya minyak akan bersirkulasi
secara alami. Ketika minyak bersirkulasi, panas yang timbul pada inti dan kumparan
dibawa ke permukaan tangki trafo.
Minyak bersirkulasi paksa (forced oil). Dalam hal ini, minyak di dalam trafo
bersirkulasi atas bantuan sebuah pompa. Dengan cara ini diperoleh sirkulasi minyak
yang lebih baik dibandingkan dengan cara di atas.
merendam
Panas pada
Dilihat dari metode penghantaran panas dari minyak ke udara bebas, pendinginan
trafo dibagi atas tiga jenis, yaitu:
208
10.
16 Dengan
1.
2.
3.
4.
Air Blast/OB)
Minyak bersirkulasi sendiri - pendingin air (Oil Immersed Water Cooled/OW).
Minyak bersirkulasi paksa - pendingin udara alami (Forced Oil Natural Air
(Oil
Immersed Natural
Cooled/Olg
5.
6.
CooledlOFM
Minyak bersirkulasi paksa - pendingin udara yang dihembuskan (Forced Oil Air
Blast Cooled/OFB)
Minyak bersirkulasi paksa - pendingin air (Forced Oil Water CooledlOFW)
Jenis pendinginan menentukan biaya dari suatu trafo. Ada kalanya trafo memiliki
dua metode pendinginan seperti ON/OFN atau ON/OB atau ONIOFB atau kadangkadang dengan tiga sistem sepefii ONIOB/OFB. Pemilihan jenis pendinginan yang
Radiator
Radiator
(a) Pendingin udara alami
Bab
10
Trafo Daya
209
pendinginan dari jenis ON ke jenis pendinginan lainnya tidak begitu nyata. Tetapi
pada unit yang lebih besar, perubahan jenis pendinginan dari O1l ke jenis pendinginan
yang lain akan menghemat biaya pembuatan dan mengurangi berat dan dimensi trafo,
sehingga pengangkutannya lebih mudah dan biaya pembuatan fondasinya lebih murah.
,Ifl,7
.
.
.
Uji rutin
Uji jenis
Uji tambahan
IEC telah mengeluarkan standar pengujian suatu trafo. Dalam standar ini dapat
ditemukan tentang kondisi pengujian, hal-hal yang perlu diuji dan prosedur pelaksanaan.
Secara umum. pengujian rutin trafo meliputi hal-hal sebagai berikut:
.
.
.
.
.
.
.
.
Rugi-rugi berbeban
Rugi beban nol dan arus beban nol
Resistansi isolasi
Pengujian ketahanan tegangan lebih dengan induksi
Pengujian ketahanan tegangan lebih dengan sumber terpisah
Pengujian jenis dilakukan untuk rancangan baru suatu trafo atau jika dibutuhkan
oleh pembeli. Pengujian jenis terdiri atas:
.
.
Trafo harus dirancang sedemikian rupa sehingga lulus dari pengujian jenis ketahanan
tegangan impuls. Kelulusan ini menunjukkan bahwa jumlah dan distribusi isolasi telah
tersusun dengan baik, sehingga mampu memikul tekanan elektrik karena tegangan
transien, khususnya isolasi antar belitan. Hal ini sangat penting untuk trafo yang kelas
tegangannya lebih tinggi dan trafo yang kumparannya dilengkapi dengan sadapan.
Adanya keharusan untuk mengadakan pengujian tegangan impuls tidak berpengaruh
kepada penambahan bahan isolasi, tetapi mengharuskan penataan susunan isolasi
kumparan yang mampu memikul tekanan elektrik transien.
Ada kalanya diadakan juga pengujian impuls terpotong, karena setelah trafo beroperasi ada kemungkinan trafo tersebut dikenai tegangan impuls terpotong.
Pengujian tambahan adalah pengukuran impedansi fasa urutan nol dan hal lain
yang dibutuhkan oleh pembeli.
Hasil pengujian dibandingkan dengan gambaran yang telah dikemukakan pabrik.
Jika perbedaan antara hasil pengukuran dengan ketetapan yang dibuat pabrik tidak lebih
besar daripada toleransi yang diizinkan, maka trafo dinyatakan lulus uji.
Lampiran
Lampiran
211
Karakteristik Konduktor
Tembaga dan Aluminium
Tabel
1.1
Ukuran
Konduktor
(circular mil)
r 000 000
900 000
800 000
750 000
g7,3o/o
Diameter
Kekuatan
Berat
Luar
Patah
(lb/mil)
(in)
0b)
1.151
43 830
16 300
1 300
0.0368
0.06"t2
37
t.092
39 510
14 670
1 220
37
1.092
35 120
13 040
1 130
0.0349
0.0329
JI
0.997
33 400
t2 230
31 1'70
27 020
22 510
21 590
tt4 0
0.0308
978
090
040
940
0.03
0.963
815
840
0,074
0,0826
0.0878
0.0937
0.1086
0.1296
815
840
Jumlah
Pilinan
.1
700 000
Daya
Hantar Arus
GMR
(f0
(A)
Resistansi pada
50"C/50 Hz
(ohm/mil)
600 000
0.891
500 000
0.8 14
500 000
0.81
450 000
400 000
350 000
350 000
300 000
0.17
9 750
7336
780
o.726
7 560
6521
o.679
5 590
s706
730
670
0,0260
0.0256
0.0243
0,0229
0.0214
0.71
5 140
5706
6"to
0.0225
0,1 84
0.629
3 510
4891
6t0
0.0199
0,214
300 000
0.657
3 170
610
0.0208
0,2t4
250 000
0.574
1 360
489r
4076
540
0.0181
250 000
0.6
4076
540
0.528
3450
480
0.0190
0.0167
0,2s7
0,257
211 600
1 130
9617
211 600
o 55?
9483
3450
0-028-5
0.t296
0.t437
0.1613
0.1 84
0,303
211 600
0,522
9t54
3450
167 800
t2
o-492
7556
2'736
167 800
'7
7366
2736
133 100
105 000
0,464
0.414
490
480
420
420
5926
21'10
360
0.t252
0.481
0.368
4752
1720
310
0,0111
0,607
83 690
0.328
3804
1364
270
0.0099
0,765
83 690
-')
270
0.0i02
0,757
082
.,
0.32
107
230
240
0.0088
66 370
66 370
s2 630
52 630
52 630
41'740
41 740
3620
3045
2913
I 3.51
66 3'tO
0.36
o )q)
0,258
3003
1061
220
0,0084
0.964
0,95s
0.945
0,26
2433
858
0,0079
t.216
-)
0,285
2359
2439
850
200
200
0.0081
841
190
0.0075
1,204
1,192
1879
674
180
0.001L
1,518
1970
667
t70
1,503
1505
534
150
0.0066
0.0064
JJ 100
-)
0,229
0.254
0.204
o.226
0.0175
0,303
0,0158
0,303
0.0116
0,0140
0.382
0.382
0.0090
1,914
(berlanjut)
212
lJkuran
Konduktor
(circular mil)
Jumlah
Pilinan
Diameter
Kekuatan
Berat
Resistansi pada
Patah
0b/mil)
(f0
(in)
0b)
Daya
Hantar Arus
(A)
GMR
Luar
50'C/50 Hz
(ohm/mil)
1591
529
40
424
420
30
90
0.0059
0.0057
0.0053
o.0047
0.0042
1,895
1205
Daya
GMR
Hantar Arus
(cm)
Resistansi pada
50"C/50 Hz
100
26 250
26 250
20 820
0.1819
0,20r
0,162
280
0,1443
030
) f -l
826
264
-) -.,
16 510
Tabel
1.2
Ukuran
Konduktor
(circular mil)
0, I 285
Diameter
Luar
(cm)
Kekuatan
Patah
(ke)
20
l0
2.4t
)1()
3.0
3.8
97 ,3Vo
Berat
(ke/km)
(A)
(ohm/km)
3',7
) q)1\
9 881
4594
300
1.1216
0,0419
900 000
3'7
2,7'737
7 921
4t34
220
1,0637
0.0461
1 000
000
800 000
37
2.7'737
5 930
3675
130
t.0021
0.0515
750 000
37
2.5324
5 150
3441
090
0.9'723
o.0547
700 000
37
2.4460
4 138
3216
040
0,9387
0.0584
600 000
3't
2 256
2756
940
0,8686
0.067'7
500 000
37
2.2631
2.0676
2297
840
2.0599
2297
840
0.7924
0,7802
0,0808
500 000
0 210
9793
450 000
9558
8958
2067
780
0.7406
0,0895
400 000
.8440
7965
838
730
0.6980
0, 005
350 000
724'7
7071
608
670
350 000
,8034
6867
608
670
0.6522
0,6858
300 000
.5977
6128
378
610
0.6056
0, JJJ
300 000
.6688
5974
378
610
0.6340
0, JJJ
250 000
,4580
5153
149
540
0.5526
0 601
2s0 000
,5240
5048
540
0,579'l
0 601
21t 600
,34tl
4362
972
480
0.5084
0, 888
211 600
4021
430t
972
490
0,5334
0, 888
1r5q
4152
972
480
0,4813
0 888
67 800
t2
,249'7
3427
771
420
0,3532
67 800
'7
1786
3341
711
420
0.4279
0,2380
0,2380
211 600
149
0,0808
t47
t47
33 100
,0516
2688
612
360
3,8159
0.2997
05 000
'7
0,9347
2155
485
310
0,3392
0.3782
83 690
'7
0.8331
725
384
210
0.3023
0,4767
83 690
0.9144
642
381
270
0.3097
0,47
66 310
0,74t7
381
305
230
0.269t
0.6007
66 370
362
302
299
240
220
0,2752
0,2548
0.5951
0,8128
0.6553
32t
66 370
52 630
0.6604
I04
242
200
0.2399
0,7577
52 630
0.7239
070
240
200
0.2454
0;t502
52 630
0.5817
106
237
190
0,2271
0;7427
4t
0.6452
852
190
180
0,2185
0.94s9
740
r7
0,5888
(berlanjut)
Lampiran
Ukuran
Konduktor
(circular mil)
4t
Jumlah
Pilinan
Diameter
(cm)
Kekuatan
Patah
(kg)
Luar
(kdkm)
Daya
GMR
Hantar Arus
(A)
(cm)
Resistansi pada
50"C/50 Hz
(ohm/km)
740
0.5 182
894
88
70
0.2021
33 100
-')
0,5740
683
50
50
94s
t,1926
11 100
0.4620
722
49
40
0, 798
1.1808
26 250
0.5105
547
t9
30
731
1,5017
26 250
0,4115
581
t8
20
0 603
1,4892
20 820
0.3665
467
94
10
0, 426
1.87s5
0.3264
375
74
0 271
2.3678
l6 -5 t0
Tabel
1.3
90
0.9365
Ukuran
Konduktor
.Iumlah
Diameter
Kekuatan
Pilinan
Luar
Tertinggi
CNI/AWG
AI/St
(in)
(rb)
Berat
590 000
54t19
.5450
510 500
54t19
431 000
54t19
351 000
54/19
272000
Berat
(lb/mil)
Daya
GMR
Hantar
Arus (A)
(f0
0,0520
0.067s
56 000
10 777
389
,5060
53 200
Resistansi pada
50"C/50 Hz
(ohm/mil)
10 237
340
0,0507
0.071
,4650
.50
400
9699
300
0.0493
0.0749
.4240
47 600
9160
1250
o.04'79
0,0792
54119
3820
44 800
8621
200
0,0465
0,084
1 192 -500
54119
,3380
41 100
8082
160
0,0450
0,0894
1 113 000
54t19
2930
40 200
7544
110
0.0435
0.0957
I 033 000
54t'7
2460
37 100
7019
060
0,0420
0,i025
954 000
54t7
960
34 200
64'.79
010
0,0403
0,118
900 000
54t"1
1620
32 300
61t2
970
0,0391
0 175
213
874 000
54t't
1460
31 400
5940
950
0,0386
0, 218
795 000
54/7
.0930
28 500
5399
900
0.0368
795 000
26t'.7
080
31 200
5770
900
0,0375
0 288
795 000
30119
1400
38 400
6517
910
0.0393
0, 288
7t5 500
54t7
,0360
26 300
4859
830
0,0349
0, 4'72
715 500
26/7
,0510
28 100
5 193
840
0.0355
0, 442
715 s00
30t19
,0810
34 600
5865
840
0.0372
0.1442
666 600
54t7
.0000
24 500
4527
800
0,0337
0.1 59
636 000
J4/ /
0,9770
23 600
4319
770
0,0329
0.1678
636 000
26/'l
0.9900
2-5
000
4616
780
0,0335
0,1618
636 000
30fi9
l .01 90
31 500
5213
780
0,0351
0,1618
605 000
54t7
0.9530
22 500
4109
0.1755
26t7
0.9660
24 100
4391
750
'/60
0,032t
605 000
0,0327
0,t72
556 500
2617
0.9270
22 400
4039
730
0,0313
0,1859
556 500
30t7
0,9530
27 200
4588
730
0.0328
0,18s9
500 000
30t7
0.9040
24 400
4122
690
0.0311
0.206
358
(berlanjut)
2'14
Kekuatan
Tertinggi
0b)
Berat
Daya
GMR
Resistansi pada
0b/mil)
Hantar
(f0
50'C/50 Hz
(ohm/mil)
0,0290
0.2t6
Ukuran
Konduktor
CI\{/AWG
Jumlah
Pilinan
Diameter
AI/St
(in)
477 000
26t7
0.8580
t9
477 000
30t7
0.8830
23 300
3933
6'70
0.0304
0,216
397 500
26t7
0,7830
6 190
2885
590
0,0265
0.259
397 500
30t7
0,8060
9 980
3277
600
0.0278
0.259
336 400
2611
0,72t0
4 050
2442
s30
0.0244
0,306
336 400
30t7
0.7410
"l 040
27"t4
530
0.0255
0,306
490
0.0230
0,342
Luar
430
Arus (A)
670
3462
300 000
26t7
0.6800
2 650
2178
300 000
3017
0.7000
s 430
2473
500
0,0241
0.342
2617
fi 64)
936
460
0.02t'7
0,385
266 800
Tabel
1.4
250
Daya
GMR
Hantar
Arus (A)
(cm)
Resistansi pada
50"C/50 Hz
Jumlah
Diameter
Kekuatan
Pilinan
Luar
Tertinggi
AVSt
(cm;
(kg)
590 000
54/t9
3,9243
25 40t.15
3031
.t4
1389
5849
0.0419
1 510 500
54119
3.8252
24131,09
2884.96
t340
5453
0.0441
431 000
s4t19
3.7211
22 861.04
2733.34
300
5026
0,0465
000
s4n9
3.6170
21 590.98
2581.44
1250
,4599
0,0492
t 272 000
54n9
3,5103
20 320.92
2429,54
200
,4173
0,0522
1 192 500
1 113 000
Ukuran
Konduktor
CM/AWG
1 351
(ohm/km)
54n9
1qR5
8 642.63
2277.64
160
.3715
0.0555
54t19
3.2842
I234.40
2t26.03
l1l0
,3258
0,0595
54t7
3.1648
6 828,26
978,07
r060
,280r
0,0637
954 000
54t7
3.0378
5 512.85
825,89
1010
.2283
0.0733
900 000
54t7
2,9515
4 65r.02
722,46
970
191'7
0.0730
87 4000
54/'7
2,9108
4 242,79
673,99
950
t765
0.0'757
79 5000
54t'7
2,7762
2927.37
52t,53
900
t2t6
0.0844
79 5000
26t7
2.8t43
4152.0'7
626,08
900
1429
0.0800
79 5000
30t19
2.8956
7 41't.93
836,60
910
19'78
0.0800
369.35
830
,0637
0,0915
1 033
000
71 5500
54/7
2,6314
71 5500
26t1
2,6695
2745.94
463,47
840
.0820
0,0896
71 5500
30fi9
2.7457
5 694.28
652,86
840
,1338
0.0896
66 6600
54t7
2.5400
275.78
800
,027t
0,0988
704;t't
217.17
'770
,0027
0,1043
r 339.80
1300,87
780
,0210
0.1005
929.47
113,00
63 6000
5417
2,4816
63 6000
26t7
2,5t46
63 6000
30fi9
2.5883
4 288.15
469,t1
780
.0698
0,100s
60 5000
5417
2.4206
0 205.82
157.98
750
0.9784
0.1090
60 5000
26t7
2.4536
0 93]l.57
237.46
760
0.9966
0.1069
55 6500
26t7
2,3546
0 160,46
t38.26
730
0.9540
0.1155
L0
(berlanjut)
Lampiran
Ukuran
Konduktor
Jumlah
Diameter
Kekuatan
Pilinan
Luar
Tertinggi
CIWAWG
AYSt
(cm)
(ke)
556 500
30/-7
2.4206
t2 337,70
Berat
(kg/km)
Daya
GMR
Resistansi pada
Hantar
Arus (A)
(cm)
50'C/50 Hz
(ohmikm)
t292.98
730
0.9997
0, 155
500 000
30t7
2.2962
I 161 .65
690
0,9479
477 000
2617
2,1793
8813"29
9'75.65
670
0.8839
0.1342
477 000
30t1
2.2428
10 568.69
1108.39
670
0.9265
0. 342
397 500
2611
1.9888
'7343.65
813,04
590
0,8077
0, 609
397 500
30t-7
2.0472
9062;7'7
923.51
600
0,8473
0 609
336 4oO
26t7
1,83 13
6372.9'7
688.20
530
0.7437
0 901
336 400
30t7
,8821
7'729,21
781;t6
530
0,7772
0, 901
300 000
26t7
1)T)
5737.94
613.80
490
0,7010
0,2t25
300 000
30t7
.7'780
6998.92
696,93
500
0.7345
0,2125
266 800
26t'7
1,6307
5102,91
545.60
460
0.6614
0.2392
Tabel
1.5
067,64
280
Ukuran
Lebar x Tebal
Ukuran
(mm x mm)
Penampang
(mm2)
Ill llll
Berat
(kg/m)
E-Cu F
TI
0.529
37
t77
312
398
Jenis
12x5
59,5
12x10
119,5
r.063
37
285
553
811
20x5
99,1
0,882
37
2'14
500
690
20x10
t99
l,'77
30
42'7
825
1180
30x5
149
l.33
37
379
672
896
30x10
299
2,66
30
5'.73
r060
1480
40x5
40x10
t99
t,77
37
482
836
1090
399
30
7t5
1290
1770
2280
50x5
249
I 55
) )')
37
583
994
1240
1920
50x10
499
4.44
30
852
1510
2040
2600
60x5
299
2.66
30
688
t 150
t440
22lO
60x10
599
5,33
30
985
1120
2300
2900
80x5
399
s5
30
885
1450
17-50
2720
80x10
799
7.11
30
1240
21tO
2790
3450
100x5
499
4,44
30
1080
t730
2050
3190
100
10
988
8,89
30
1490
2480
3260
3980
120
10
1200
t0,7
30
t740
2860
3740
4500
160
10
600
14,2
30
2220
3590
4680
5530
2000
t7,8
30
2690
4310
5610
6540
200 x 10
2'15
216
Tabe!
1.6
Ukuran
Ukuran
Lebar x Tebal
Berat
Jenis
(mmxmm)
Penampang
(mm2)
(kg/m)
E-AI F
12x
5qs
0,r60
72x10
19.5
EI
TII
10
t39
263
375
0.322
10
"t1
440
652
214
20x5
99,1
0.268
l0
392
537
20x10
199
0,538
10
331
643
942
30x5
t49
0,403
10
295
526
699
30x10
299
0.808
t0
445
832
TTIT
200
40x5
t99
0,538
10
376
658
851
40x10
399
1.08
10
557
1030
t460
1900
50x5
249
0,673
10
445
786
995
1520
499
1.35
10
667
t210
t7 t0
22t0
50
10
60x5
299
0.808
l0
533
910
I 130
1750
599
1,62
10
774
390
1940
2480
80x5
399
1.08
10
688
1150
1400
2180
80x10
799
2,16
10
983
1720
6,5
846
60
10
2380
2990
390
100x5
499
1,35
1660
2580
100
10
999
)70
6,5
190
2050
2790
3470
100
15
500
4,04
6,5
450
2500
3220
3380
120
10
r200
3,24
6,5
1390
2360
3200
3930
120
15
800
4.86
6,5
1680
2850
3650
4350
160
10
600
4,32
6,5
780
2960
4000
4820
160
15
2400
6,47
6.5
2130
3540
45 10
5210
200 x 10
2000
5.40
6,5
2160
3560
4'790
5710
200 x 15
3000
8,09
6,5
2580
4230
-5370
6t 90
.Tarak antar
konduktor minimal 50 mm
Lampiran
217
Lampiran 2
Karakteristik Mekanis
Tembaga dan Aluminium
Kekuatan
Modulus
Kekuatan
Kekuatan
Material
Regang o"
1N/mm2)'
Young E
(N/mm2)
MulurMin.
Mulur Max.
E-Cu-F20
200
11
104
E-Cu-F2-5
250
1t
101
E-Cu-F30
300
11
E-Cu-F37
370
t1 X
E-Al-F 6.5/7
65t70
Material
Kode
Dasar
o-,.
(N/mm2)
a-,*
(N/mm2)
Konduktivitas
pada 20'C
(m,/W.mm2)
120
57
200
290
56
101
250
360
56
to*
330
400
55
6,5 x 104
25
80
35.4
80
6,5 x
104
50
100
35.2
E-AI-F i0
100
6,5 x
104
70
t20
34,8
E-AI-F
r30
6,5 x 104
90
160
34,5
100
65 x
70
Tembaga
E-AI-F
Aluminium
Al-F
Paduan
Aluminium
13
10
E-Al Mg Si
0.5 F 17
E-Al Mg Si
0.5F 22
Copper-clad
Cu (15Vo)
Aluminium
Clad-Al
104
34
170
'7
104
t20
180
32
220
7x104
160
240
30
130
8x104
100
130
42,3
218
Lampiran 3
Tabel3.1
(kv)
Tabel
3.2
Tegangan
Maksimum
Sistem, V-ru"
(kv"_.)
300
362
52 kV
List I
(kv)
List 2 (kY)
(kV)
3,6
20
40
l0
1a
40
60
20
t2
60
'75
28
r7,5
'/5
95
38
24
9-5
125
50
36
t45
170
70
Dasar
1pr, =
V-"u"f
245
Tegangan Impuls
Pertlandingan
Tegangan
Hubung-Buka
Nominal
Tegangan Ketahanan
Ketahanan
Impuls Petir
lmpuls Petir
dengan
Nominal
Impuls Hubung-Buka
(kVprn"ur)
Per unit
kYp.n""k
3,06
7s0
t3
850
3,45
850
21
950
2,86
850
3,2
950
2.96
2;76
420
950
14J
3,06
1050
T2
950
24
1050
t2
1050
24
117 5
12
1050
24
n'75
t2
tl'7
24
36
1425
300
(berlanjttt)
Lampiran
Tegangan
Maksimum
Sistem, V-u1"
(kv"_,)
525
Dasar
t p,, = V-"urf,
Tegangan Impuls
Pertrandingan
Tegangan
Hubung-Buka
Nominal
Tegangan Ketahanan
Ketahanan
Impuls Petir
Impuls Petir
Per unit
kvprn."k
2,45
1050
429
t175
2.74
2.08
'765
625
219
1300
t425
2.28
dengan
Nominal
Impuls Hubung-Buka
(kVpun"ur)
1.12
1175
1.24
1300
1.36
r425
1.12
r.32
550
l.l0
425
1.19
550
r.38
800
1.09
550
1.28
800
1.4'l
2100
2.48
1550
300
425
1.21
.l6
800
1.26
1950
1.55
2400
Maksimum
(kVpon""r)
Sistem
(k\-,)
145
Isolasi Penuh
Isolasi Direduksi
Isolasi Penuh
lsolasi Direduksi
650
550
275
230
450
900
39-5
362
420
525
825
360
750
325
300
5'70
t75
510
050
461
6'75
'740
550
680
425
630
300
570
800
790
675
'740
-550
680
425
765
185
460
1050
245
630
2400
2100
980
1950
920
800
870
100
220
Lampiran 4
No.
Tingkat Bobot
Polusi
Ringan
ESDD
(mg/cm2)
0,06
Kawasan pegunungan
2.
Sedang
0,20
Berat
4.
Sangat Berat
0,60
>0,60
Lampiran
221
Lampiran 5
Sifat
No.
I
Kejernihan
Massa jenis
(20'C)
Satuan
g/cm3
Viskositas 20'C
cSt
<40
Kinematika -15"C
cSt
< 800
-30'c
nyala
Titik tuang
OC
Angka kenetralan
Korosi beleranp
Iegangan tembus
Iitik
Kelas 2
tEC296
< 0.895
tEC296
<25
mg KOH/s
>
140
-30
angka kenetralan
- kotoran
-40
tEC296
tEC296
kV/2.5 mm
>50
Ketahanan oksidasi
IEC296 A
Tidak korosif
b. sesudah diolah
ll
130
tRC296
>30
tEC296
< 0,03
a. sebelum diolah
l0
tEC296
tEC296
< 800
>
Metode Uji
Jernih
cSt
OC
Kelas
< 0.05
mg KOH/g
< 0,40
Vo
< 0.10
tEC296
IEC 250
IEC 474
74
&IEC
222
Lampiran 6
Sifat Minyak
Tegangan tembus
Tegangan
Batas Yang
Peralatan (kY)
Diizinkan
> 170
> 50 kV/2.5 mm
70 - 110
> 40 kV/2.5 mm
<70
> 30 kV/2.5 mm
> 170
<20 mgll
< 1'70
> 30 mg/l
Semua tegangan
<0,2 -2,0
Kandungan air
Faktor kebocoran
dielektrik
Metode Uji
IEC 156
ISO R 760
Resistivitas
Semua tegangan
1,0 gigaohm'm
Angka kenetralan
Semua tegangan
IEC296
Sedimen
Tidak terukur
IEC296
Titik nyala
Tegangan permukaan
Kandungan gas
Pemanasan
maksimum 15oC
> 15 x
>
170
10'3 Nm-l
TEC296
IEC296
Sedang diteliti IEC
223
Daftar Pustaka
l.
2.
3.
.1.
5.
& PV. Gupta, "Substcttion Design and Equipment", Dhanpat Rai & Sons, Delhi,
t919
Kuffel E. &ZaenglW.S.."High-Voltage Engineering", Pergamon Press, Oxtbrd, 1984
Gallagher T.J. & Pearmain A).,"High Voltage Measurement, Testing and Design", John Wiley & Sons,
Nerv York. 1983
Razevig D.Y.,"High Volrage Engineerlng" , Khanna Publishers, Delhi-6, 1912
DieterK. & Hermann K.,"High-Voltage lnsulationTechnology", Friedr. Vierveg & Sohn, Braunschweig,
Partap Singh Satnam
985
12.
13.
14.
15.
I
6.
17.
18.
19.
20.
21 .
22.
23.
980.
Kapur, P L.,"A Textbook o;f ELectricol Engineering Materials".Khanna Publisher, Delhi, 1984.
Yu, Koritsky, " A Tett Book of Electrical Engineering Materials" , Mir Publishers, Moscow, I 970.
24.
lEC,"Surgearresters-Partl:Non-linearResistorTypeGappedSurgeArresters;forA.C.",IEC60099-1
25.
IEC, "Szlrge Arresters - Part 4: Metal-oride Surge Arresters Without Gaps for A.C.", IEC 60099-4
Publication. 1999
Publication. 2009
26.
27.
28.
29.
30.
31.
lEC, "High-voltage Switchgear and Controlgear - Part 102: Alternating Current Disconnectors and
Earthirtg Switches" , IEC 6221 1-102 Publication, 2003
IEC."IEC Standard Voltages",IEC 60038 E,d.7.0,2009
IEC,"lnstrumentTransJormers - Part I: General Requirements",lEC61869-1,2001
Charoon U. Vatana, "Contamination lnvestigdtion ln Southern Thailand', Energi Listrik Volume III,
N0.3, Desember 1993
IEEE Working Group On Insulator Contamination,"Application Guide For Insulators In AContaminated
Environment" . Ceraver Sediver Publication. June 1 984
Lambeth P.J.- Auxel H.- Verma M.P, " Methods OJ Measuring The Severity O;f Natural Pollution As It
Affects W Insulatctr P e rformance", Electra CIGRE No. 20, 191 2, p. 31 -52
224
32.
Schneider
K.H. "The Measurement Of Site Pollution Severirl And lts Application To Insulator
Dimensioning For AC S"rstem". Electra CIGRE N0. 64, 19'79, p 101 - 116
Bernhard Boehle, "Srrlrcft gear ManuaL" , Asea Brown Boveri, Mannheim. 1988
33.
34. Eaton,J.Robert,"E/ectricPowerTransmissictnS_vsrems".Prentice-Hall.Inc.,NewJersey,1983
35. Rakosh Das Begamudre. "Ettra High Voltage AC Trartsmission Engineering", Wiley Eastern Limited,
New Delhi. 1987
36.
37.
38.
39.
40.
Charles A. Gross, "Prlwer S-ystem Anolysis", John Wiley & Sons, 1986
Turan G.. "Modern Power System Anal1,sis",JohnWiley & Sons, 1988
Heinz Frick. "Mekunika kknik Statika dan Kegunaannya", Penerbit Kanisius, Yogyakarta, 2000
41.
Garzon, R.D., "High Voltage Circuit Breakers-Design and Application". Marcel Dekker Inc., Nerv York.
PablaA.S&Abdu1 Hadi."SistemDistribusiDctyaListrik".PenerbitErlangga,Jakarta.
1994
Wadhrva, C.L.,"High Voltage Engineering". Nerv Age International (P) Limited, Publisher, New Delhl,
2007
1997
42. Hinrichsen Y.,"Metal-Oxide Surge Arrester Fundamentals" Siemens AG, Berlin, 2001
43. Cooray V. Edito1"Liglltnittg Protection", The Institution ofEngineering andTechnology, London,2010
44. Natarajan R., "Pou,er S,lslem Capacitors". CRC Press Taylor & Francis Group, USA, 2005
45. SPLN 60-7, "Kamar Uji Instrument Ukur Listrik Bagiun 7: Prosedur U.ji Trcnsformator Instrunen",
Perusahaan Umum Listrik Negara, Jakarta, 1992
46.
41 .
SPLN 49-1, "Miryak lsokrsi", Perusahaan Umum Listrik Negara, Jakarta, 1982
ABB Editor, "Instrument Trans.forners Application Guide", ABB High Voltage Products Department,
48.
Ludvika. Sweden,2009
Haddad A. and Warne D., Editor, "Adra nces in High
Institution of Engineering
19.
50.
51.
China Transporvers Electric Co., Ltd., *230kV-500kV High Voltage Gas Insulated Switchgear (GIS)".
http://rvrvrv.china-power-transformer.com/, 9 September 20 1 1
Shanglrai Yongjin Electric Equiprnent, "Prefabricuted Cable termination and Silicott Rubber Cold
.tft rint". http://rvwrv.chi naqualityshoes.com, 9 September 20 I 1
Chirra Electronic Products Wholesale Center, "Vacum CircLtit Breoker", Copyright Notice O 2011
o-digitirl.com Limited
52.
53.
54.
55.
Foshan Shunde Jia Dian Electric Co., Ltd.,"SGS Approved Outdoor AC High-Voltage Disconnect Switch
(GWg )", Copyright O 201 1 Focus Technology Co., Ltd.
56.
Wenzhou Haivo Electrical Co., Ltd., "Ouxbctr AC High Voltage Disconnector (Mod.el GWI)", Copyright
O 2011 zen-cart.cn. Powered by ZenCart
57.
58.
59.
60.
61.
62.
6-1.
64.
65.
66.
2005-201i JP
225
lndeks
A
actLtal insulating creepage
air-gap core 133
distance
146
F
faktor ketahanan tegangan lebih sementara 67
ferroresonansi 53. 112
flashover 55.
arcing
horn
148
Arester MO 63
arus hubung singkat 33
arus magnetisasi 89
arus pengisian transmisi 89
arus subtransien 34
arus transien 34
arus tunak 34
auxiliary
.iu
lrclr
95
B
29
breakdown 153
bulk oil circuit breeker 141
busur
api
12
I
intermediate electrode 169
intermediate transformer 701
conductivitymeter 159
counterpoise 82
ionisasi 13, 14
isolator gantung 147
isolator pendukung 147
disconnecting s'witch 83
G
gardu induk step down 2
gardu induk step up 2
gas SF6 16
gelas yang dikeraskan 150
gelas yang dikuatkan 150
geometric mean radius 43
deionisasi 13.
bilik kontak
153
pengantara 169
perata 5
perata ekstemal
J
jarak bocor yang disederhanakan 146
jarak rambat isolasi sebenarnya 146
jari-jari geometris rata-rata 43
jatuh tegangan 43
perata intermediasi 5
emisi 13. 16
emisi medan tinggi 16
emisi termal 16
Equivalent Salt Deposit Density 159
kapasitor gandeng
lM
226
kapasitor
kapasitor
kapasitor
kapasitor
kapasitor
kapasitor
Peralatan Teg
relai proteksi 12
penl'adap 17.1
perata 175
seri
174
shunt
17,1
sistem tenaga
standar
listrik
174
sakelar pemisah 83
175
kompresor 28
kontak bantu 95
kontak bergerak 27
kontak tetap 27
kumparan interleaved 206
shed overhang
i46
line discharge 89
sifat elektronegatif 31
sifat menolak air 152
sifat pencucian alami 146
simplified leakage distance 146
suspension 141
switching operation 9, 69
switching over voltage 104
logging
108
kontinu
tegangan kerja
api
tegangan telpaan
18
sela
tegangan sisa 7i
tegangan percik
telecontrol
l0
tembus
balik
101
listrik
153
U
ungapped
core
v
varistor
I "'::""?'J;'j;1:*.
Timut
Jarqa
23
drop
-il"iLtF
Pr"Ut"t
13
l0l
56
43
133
t9