Professional Documents
Culture Documents
Kelas Bioteknologi A1
Kelompok 3
DISUSUN OLEH :
Brigitta Winata
1306480295
Cakra Meliala
1306480774
Dini Khoirunnisa
1306414362
Dwitta Medya P
1306376944
Hana Rosanna
1306405465
Indah Pratiwi
1306397040
Raihandana Putra
1306480231
Sung Endah
1306479886
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2016
dengan garam kalsium klorida (CaCl2) atau rubidium klorida (RbCl) (Suharsono, 2006).
Pembuatan sel kompeten dengan penambahan larutan CaCl2 bertujuan untuk megganggu
keseimbangan kalsium dalam membran sel inang dengan adanya kation divalent Ca2+, dan
membantu terbukanya protein integral membran sebagai kanal ion karena adanya perbedaan
muatan. Membran akan dinetralkan dan plasmid DNA yang bersifat negatif akan dapat masuk
dan diintroduksikan.
II Prinsip
Prinsip dari pembuatan sel kompeten adalah dengan pemberian perlakuan khusus
terhadap sel baik secara fisik ataupun kimia agar kemampuan sel dalam menyerap DNA asing
untuk proses transformasi dapat ditingkatkan. Salah satu metode fisik yang paling sering
digunakan adalah dengan penambahan garam kalsium klorida (CaCl2)
IIITujuan
Menyediakan sel yang siap digunakan untuk transformasi DNA rekombinan ke sel
inang (E. coli) untuk memperoleh E. coli rekombinan
IV Alat dan Bahan
a
Alat
i
ii
iii
iv
Erlenmeyer 100ml
b Bahan
ii
Prosedur kerja
1. Tumbuhkan E. coli DH5a pada kaldu LB, 37C semalam
2. Inokulasikan masing-masing 0,4 mL ke dalam 10 mL LB di dalam 125 mL
erlenmeyer. Inkubasikan secara aerobik, 37c selama 3 jam.
3. Secara aseptik mikrobiologik masukkan 1,5 mL kultur segar dari tahap 2 ke dalam
tabung mikro steril untuk sentrifusi. Pelet sel dengan sentrifusi 5000 rpm selama 1
menit pada mikrosentrifus berpendingin.
Alur Kerja
VII
Kesimpulan
Sel kompeten adalah sel yang memiliki kemampuan untuk disisipi DNA dari luar
karena telah mendapatkan perlakuan khusus. Pada praktikum kali ini, digunakan bakteri
Escherichia coli untuk dibuat menjadi sel kompeten agar E.coli dapat mengambil DNA dari
lingkungannya. Pemilihan bakteri E.coli dikarenakan bakteri ini dapat ditemukan dalam
bentuk flora normal dalam tubuh dan dapat membelah dengan cepat sehingga sel rekombinan
yang dihasilkan akan lebih banyak dalam waktu yang singkat. Pembuatan sel kompeten
dilakukan karena pada kondisi normal, dinding sel bakteri akan melindungi sel dari
masuknya benda-benda asing termasuk juga DNA, sehingga DNA rekombinan yang telah
dimurnikan tidak dapat diintroduksikan ke dalam sel inang.
Pembuatan sel kompeten dapat dilakukan dengan perlakuan fisik penambahan garam
kalsium klorida (CaCl2). Penambahan Garam CaCl2 akan mempengaruhi keseimbangan
kalsium dan porositas membran sel sehingga pada saat terjadi lonjakan suhu membran
menjadi tidak selektif terhadap molekul asing dan menjadi permiabel terhadap produk ligasi
sehingga produk tersenut dapat masuk ke dalam sel. Pembuatan
menggunakan metode CaCl2 ini, cukup efisien dan tidak membutuhkan peralatan khusus.
Pada prakrikum kali ini, praktikan belum dapat melihat hasil yang diperoleh
dikarenakan praktikum tidak dilakukan.
:
VIII
Daftar Pustaka
1. Cowell IA, Austin CA. 1997. cDNA Library Protocols : Preparation of
Competent Cells for High-Efficiency Plasmid Transformation of Escherichia coli
Vol 69. Humana Pr.
2. Malik, Amarila. 2016. Protokol Kerja Bioteknologi. Laboratorium Mikrobiologi
dan Bioteknologi Farmasi. Depok : Fakultas Farmasi Universitas Indonesia.
3. Rifai, M. (2010). Genetika Rekombinasi dan Populasi. Ed. 1. Malang: Galaxy
Science.
4. Suharsono, W. U. (2006). Penuntun Praktikum Pelatihan Teknik Pengklonan Gen.
Bogor (ID): Pusat Penelitian Sumber Daya Hayati dan Bioteknologi IPB.
5. Suharsono et all. 2010. Isolasi dan Pengklonan Fragmen cDNA Gen Penyandi
H+-ATPase Membran Plasma dari Melastoma
malabathricum L. Institut
II.
I.
Pendahuluan
TRANSFORMASI
Transformasi adalah penyisipan materi genetik asing eksternal yang berupa fragmen
DNA (baik DNA kromosom maupun DNA plasmid) ke dalam sel melalui dinding sel yang
akan menjadi inang. Transformasi DNA merupakan salah satu metode untuk memasukkan
DNA ke dalam sel bakteri (Cowell & Austin, 1997). Metode ini sekarang secara luas dipakai
untuk mentransfer plasmid kecil dari satu galur bakteri ke galur lainnya (Hanahan 1983).
Transformasi pertama diperkenalkan oleh Frederick Griffith pada tahun 1982
berdasarkan pada penelitiannya bahwa suatu bakteri dapat melepaskan fragmen DNAnya ke
dalam suatu medium, yang kemudian akan masuk ke dalam sel bakteri lain yang ada dalam
kultur tersebut. Di alam, fragmen DNA tersebut biasanya dilepaskan oleh sel bakteri yang
mati atau mengalami autolisis. Namun, ternyata ada lebih dari 1% spesies bakteri yang
mampu melakukan transformasi secara alami, dimana mereka memproduksi protein-protein
tertentu yang dapat membawa DNA menyeberangi dinding sel.
Pada dasarnya, dinding sel berfungsi melindungi sel dari masuknya benda-benda
asing termasuk DNA, tetapi, dalam kondisi tertentu, dinding sel dapat memiliki semacam
celah atau lubang yang bisa dimasuki oleh DNA. Oleh sebab itu, sebelum melakukan
transformasi, bakteri yang akan digunakan perlu diubah terlebih dahulu dari sel regular
menjadi sel kompeten (sel yang dapat menyerap DNA karena telah mendapat
perlakuan fisik maupun kimia.) agar DNA plasmid dapat lebih mudah diintroduksikan
saat transformasi.
Pembuatan sel kompeten dapat dilakukan dengan penambahan larutan CaCl 2 untuk
membuat dinding sel menjadi permeable dan dapat dilalui oleh DNA plasmid dan teknik
Heat Shock mendinginkan, memanaskan, dan mendinginkan kembali pada gradian suhu
extreme agar DNA dapat masuk ke dalam sel dan tidak keluar kembali. Teknik ini
ditemukan oleh trio peneliti Stanley Cohen, Annie Chang, Leslie Hsu pada tahun 1972.
Transformasi alami biasanya melibatkan DNA rantai lurus (linear) sedangkan
transformasi artifisial melibatkan DNA rantai melingkar (plasmid) (Muladno, 2002).
Berdasarkan Tsen (2002), proses transformasi berlangsung dalam beberapa tahap, yaitu:
1.
Molekul DNA rantai ganda berikatan pada reseptor yang terdapat di permukaan
sel. Perikatan ini bersifat reversible.
2. Pengambilan DNA donor yang bersifat irreversible. Pada saat ini, DNA donor akan
menjadi resisten terhadap enzim DNAase yang ada di dalam medium.
3.
Konversi molekul DNA donor yang berupa rantai ganda menjadi molekul rantai
tunggal melalui degradasi nukleotida terhadap salah satu rantai.
4.
Integrasi (insersi kovalen) seluruh atau sebagian unting tunggal DNA donor
tersebut kedalam kromosom resipien.
5.
Tujuan
Mengintroduksikan DNA rekombinan yang telah dimurnikan ke sel inang (E.coli)
Alat
v
vi
Mikrosentrifus berpendingin
vii
viii
ix
d Bahan
iii
iv
vi
vii
viii
dH2O steril
V.
Prosedur kerja
1
Ke dalam dua tabung mikro steril masukkan masing-masing 100 l 0,1 M CaCl 2
steril. Pada salah satu tabung (tabung K = kontrol) masukkan 20 l dH 2O steril,
sedangkan pada tabung yang lain (tabung S = sampel), masukkan20 l larutan
100-500 ng pUC19. Kemudian tambahkan 200 l sel kompeten DH5
Letakkan pada 0OC (di atas es) selama 90 menit dengan kadang-kadang digoyang
dengan ujung jari telunjuk. Siapkan penangas 42OC
VI.
-6
-7
dan 10
O
Inkubasikan semua kultur di cawan pada 37 C selama satu malam (18-24 jam)
Alur Kerja
Pembuatan sampel
dan kontrol dalam
tabung mikro steril
Inkubasi keduanya
dengan goyangan
kuat (>100rpm)
pada suhu 37 oC
selama 90menit
Pindahkan sampel
dan kontrol ke
tabung reaksi steril,
masing-masing
ditambah 1 ml LB
Sentrifugasi dan
sebar bagian pelet
(supernatan
dibuang, kelebihan
supernatan dipakai
untuk meresuspensi
pelet sel).
Hasil transformasi
disebar
menggunakan beads
steril
Pada LA, sebarkan
100 l suspensi
tabung B dengan
pengenceran 10 -6
dan 10-7
Inkubasikan semua
kultur di cawan
pada 37OC selama
satu malam (18-24
jam)
VII.
Pembahasan
Pada praktikum transformasi kali ini, digunakan bakteri Escherichia coli yang sudah
dibuat terlebih dahulu menjadi sel kompeten E.coli DH5 agar E.coli dapat mengambil DNA
dari lingkungannya. Pemilihan bakteri E.coli dikarenakan bakteri ini dapat ditemukan dalam
bentuk flora normal dalam tubuh dan dapat membelah dengan cepat sehingga sel rekombinan
yang dihasilkan akan lebih banyak dalam waktu yang singkat.Sementara itu, pembuatan sel
kompeten dilakukan karena pada kondisi normal, dinding sel bakteri akan melindungi sel dari
masuknya benda-benda asing termasuk juga DNA, sehingga DNA rekombinan yang telah
dimurnikan tidak dapat diintroduksikan ke dalam sel inang.
Pembuatan sel kompeten dapat dilakukan dengan menggunakan larutan CaCl2 dan
metode heat shock (dikejutpanaskan). Fungsi penambahan larutan CaCl2 adalah megganggu
keseimbangan kalsium dalam membran sel inang dengan adanya kation divalent Ca2+, dan
membantu terbukanya protein integral membran sebagai kanal ion karena adanya perbedaan
muatan. Membran akan dinetralkan dan plasmid DNA yang bersifat negatif akan dapat masuk
dan diintroduksikan. Proses selanjutnya yaitu dikejutpanaskan (heat shock) pada suhu 42C
selama 60 detik dengan maksud membuat membran sel tertutup kembali karena terjadi
perubahan suhu yang mendadak (secara extreme) dari suhu rendah ke suhu tinggi. Proses ini
dilakukan pada suhu 42C karena suhu tidak terlalu tinggi sehingga bakteri masih tetap dapat
bertahan hidup dan DNA tidak rusak. Waktu yang dibutuhkan juga hanya beberapa detik,
karena apabila terlalu lama dikhawatirkan ada kemungkinan plasmid yang telah masuk dapat
keluar kembali. Sampel dan kontrol kemudian diinkubasikan pada suhu 37C (sesuai suhu
tubuh) karena suhu tersebut merupakan suhu optimal pertumbuhan bakteri E.coli.
Pada percobaan ini, dilakukan transformasi plasmid pUC19 yang memiliki 2 klaster
besar, yaitu resisten ampisilin dan lacZ pada E. coli. Untuk menguji apakah transformasi
yang dilakukan berhasil atau tidak, maka bakteri sampel dan kontrol diinokulasikan dalam
media agar yang berisi ampisilin (10 g/mL). Jika transformasi yang dilakukan berhasil
dengan baik, maka E. coli rekombinan hasil transformasi tersebut akan mengekspresikan gen
resisten ampisilin sehingga dapat bertahan hidup pada media yang mengandung ampisilin,
yang ditunjukkan dengan adanya koloni tunggal bakteri (bulatan-bulatan kuning) yang
tumbuh pada cawan petri seperti pada Gambar 1.
Pada praktikum kali ini, praktikan belum dapat melihat hasil yang diperloeh
dikarenakan keterbatasan waktu dan cawan yang berisi hasil transformsi perlu diinkubasi
pada suhu 37C selama satu malam (18-24 jam).
:
Gambar 1. Sel kompeten pUC19 (kiri) dan E.coli Rekombinan Hasil Transformasi (kanan)
malabathricum L. Institut
II. Prinsip
Pemisahan protein atau DNA berdasarkan proses migrasi molekul bermuatan di dalam
suatu media yang bermuatan listrik, dimana kecepatan migrasinya tergantung pada
muatan, ukuran, dan bentuk dari setiap molekul yang terlibat.
III.
Tujuan
untuk memisahkan protein dengan cara elektroforesis menggunakan gel poliakrilamida
secara discontinuous, selain itu menggunakan pula sodium dodecyl sulphate (SDS) untuk
mendenaturasi protein.
Komposisi Gel
Stacking gel berfungsi untuk menggumpalkan protein yang telah diload menjadi pita atau
band yang tajam sebelum gel terpisah pada resolving gel.
Resolving gel berfungsi untuk memisahkan protein berdasarka ukuran molekul dan
komposisi resolving gel biasanya diubah saat dilakukan optimasi gel untuk pemisahan
gel.
IV.
plat kaca disusun, dan dipasangkan spacer (penjepit kaca). Untuk menyiapkan gel
poliakrilimide-SDS 10%, ikutilah tabel di bawah ini. Resolving gel disiapkan terlebih
dahulu.
Tabel 1. Komposisi bahan resolving gel dan stacking gel.
Bahan
ddH2O
Resolving gel
4,15 mL
Stacking gel
3,05 mL
2,5 mL
------
pH 8,8
4x 0,5 M Tris HCl
-----
1,25 mL
pH 6,8
Akrilamida
3,3 mL
0,67 mL
Solutio 30%
APS 10%
TEMED
50 L
5 L
25 L
5 L
Kemudian, campuran resolving gel dituangkan ke dalam ruang antara lempeng kaca,
Sisakan kira-kira 2,5 cm dari tepi atas lempeng kaca untuk gel penumpuk. Tambahkan
isopropanol untuk menyingkirkan udara pada bagian atas gel serta meratakan bagian sel
yang terletak di bawah dan agar batas antar gel dapat terbentuk dengan baik. Biarkan
resolving gel berpolimerisasi selama kurang lebih 30 menit. Setelah resolving gel
berpolimerisasi, tuangkan campuran stacking gel yang sudah dipersiapkan sebelumnya
ke atas resoving gel yang telah berpolimerisasi. Sisir plastik (pembentuk sumur sampel)
disisipkan dan dibiarkan hingga gel membeku. Setelah stacking gel berpolimerisasi,
lepaskan sisir dari bagian atas dan klem serta spacer bagian bawah. Lempeng kaca yang
berisi gel diletakkan secara vertikal pada alat elektroforesis. Tempat dapar diisi dengan
dapar elektroda. Gelembung udara pada bagian bawah gel dapat disingkirkan dengan
penambahan isopropanol.
2. Persiapan Sampel
a
3. Elektroforesis
Setelah protein marker (5-8 l) dan sampel (10-15 l) dimasukkan ke dalam sumuran
(well), alat elektroforesis di set (semakin kecil arus, pemisahan akan semakin baik,
namun waktu akan semakin lama). Untuk running 1 gel biasanya diperlukan waktu 120
menit dan 180 menit untuk 2 gel.
Elektroforesis dihentikan ketika semua sampel dan protein maker mencapai dasar
resolving gel.
4. Staining Gel
a
Gel hasil elektroforesis digunakan untuk mengetahui ukuran protein serta menganalisa
bentuk pita proteinnya.
Gel yang telah selesai dielektroforesis difiksasi dengan merendam gel hasil elektroforesis
di dalam larutan fiksasi (10% asam asetat; 25% isopropanol; 65% aquadest) selama 15
menit. Larutan fiksasi kemudian dibuang lalu potongan gel ini direndam didalam larutan
staining Coomasie Brilliant Blue.
Setelah gel direndam, wadah yang berisi gel kemudian digoyangkan perlahan dan
dibiarkan selama satu malam dalam temperature kamar.
5. Destaining Gel
a
Gel kemudian dibilas beberapa kali dengan menggunakan aquadest steril atau direndam
dalam wadah plastic berisi aquadest. Gel kemudian disimpan didalam wadah plastic
dalam keadaan terendam oleh air. Hasil staining tersebut kemudian dibandingkan dengan
penanda protein untuk mengetahui perkiraan ukuran protein yang berhasil diperoleh.
VI.
Alur Kerja
Persiapan
Gel
VII.
Persiapan
Sampel
Staining
Gel
Elektrofore
sis
Destaining
Gel
Pembahasan
Pada praktikum kali ini tidak ada hasil percobaan karena tidak semua langkah kerja
dilakukan akibat terbatasnya waktu praktikum.
SDS merupakan teknik detergent anionic yang dapat melarutkan molekul
hidrofobik yang memberikan muatan negative pada struktur protein. Cara kerja SDS
PAGE adalah dengan menghambat interaksi hidrofobik dan merusak ikatan hidrogen.
SDS (Sodium Dodecyl Sulphate) pada percobaan ini digunakan untuk mendenaturasi
protein.
Sejumlah SDS dapat mengikat suatu rantai polipeptida sesuai dengan ukuran
molekul. Bila ditempatkan pada suatu medan listrik, muatan negatif SDS dapat
menghancurkan sebagian struktur kompleks protein dan secara kuat tertarik kearah anoda
(positively-charged electrode).
Stacking gel digunakan untuk mengumpulkan protein yang telah diload menjadi
pita atau band yang tajam sebelum gel terpisah pada resolving gel yang berfungsi sebagai
gel pemisah yang memisahkan protein berdasarkan ukuran molekul
Malik, Amarila. (2015). Penuntun Kerja : PCR, Purifikasi PCR, dan SDS-PAGE. Depok:
Laboratorium Mikrobiologi dan Bioteknologi Fakultas Farmasi UI.
How
To
Strain
an
SDS-PAGE
gel
https://www.youtube.com/watch?v=b-