Professional Documents
Culture Documents
KELOMPOK 4
ILHAM HAIDIR (H311 12 016)
FATURRAHMAN (H311 13 315)
NUR AFNI (H311 13 015)
ANTON RACHMAT (H311 13 301)
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Permintaan terhadap produk perikanan di masa depan akan meningkat
sebagai konsekuensi pertumbuhan jumlah penduduk, peningkatan daya beli dan
kecenderungan perubahan pola konsumsi dari produk peternakan ke produk
perikanan. Kesenjangan antara permintaan dan penawaran yang mendorong
peningkatan harga produk perikanan dapat merangsang dunia usaha untuk
menanamkan modalnya dalam usaha perikanan terutama yang berorientasi ekspor.
Kecenderungan relokasi industri perikanan dari negara maju ke negara
berkembang, terutama negara kita yang memiliki sumber daya perikanan yang
belum dimanfaatkan secara optimal bila di bandingkan dengan negara negara
lain, dan keunggulan komparatif biaya produksi.
Pada tahun 2003 devisa negara yang di peroleh dari ekspor produk
perikanan di upayakan mencapai 10 milyar USD. Bagian terbesar dari komoditas
ekspor tersebut berasal dari akuakultur komoditas ikan bernilai ekonomis tinggi
seperti udang, berbagai ikan karang, dan ikan hias
Ikan hias laut yang sangat berharga karena permintaan yang tinggi di pasar
domestik dan internasional. Hal ini merupakan salah satu kepentingan global yang
dikembangkan untuk menjaga ikan ini di penangkaran. Infeksi bakteri dan jamur
adalah kelemahan utama dalam kondisi penangkaran. Penyakit bakterial pada ikan
merupakan salah satu penyakit yang dapat menimbulkan kerugian yang tidak
sedikit. Selain dapat mematikan ikan, penyakit ini dapat mengakibatkan
menurunnya kualitas daging ikan yang terinfeksi. Bakteri patogen pada ikan dapat
bersifat sebagai infeksi primer atau sekunder. Penyakit akibat infeksi bakteri di
Indonesia ternyata dapat mengakibatkan kematian sekitar 50-100%.
Salah satu keanekaragaman hayati yang berpotensi untuk dikembangkan
dalam bidang farmasi adalah rumput laut. Rumput laut (seaweed), terutama dari
kelompok halimeda sp. Memiliki kemampuan untuk mengeluarkan metabolit
sekunder pada proses metabolismenya untuk mempertahankan diri dari serangan
predator. bahan aktif yang dikeluarkan halimeda sangat efektif untuk mencegah
serangan predator dan bakteri.
Rumput laut banyak dimanfaatkan oleh masyarakat pesisir sebagai obat
luar, salah satunya sebagai bahan antiseptik alami. Hasil penelitian Pringgenies et
al., (2011) menunjukkan potensi rumput laut sebagai antibakteri patogen yang
dapat menyebabkan penyakit infeksi. Maka dari itu pada makalah ini akan dibahas
mengenai Pengaruh Metabolit Sekunder Rumput Laut ( Halimeda Mikronesia )
di Pulau Lakshadweep Terhadap Patogen Air
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu :
1. Apakah rumput laut Halimeda mikronesia memiliki senyawa bioaktif yang
dapat dijadikan sebagai antibakteri ?
2. Bagaimana pengaruh metabolit sekunder ekstrak rumput laut Halimeda
mikronesia terhadap bakteri patogen air ?
BAB II
ISI
Preparasi Sampel
Rumput laut segar , Halimeda Micronesia dikumpulkan dari pasang
surut antar di Pulau Agatti ( 10 51'N dan 72 11'E ) , Lakshadweep , India .
dicuci secara menyeluruh dengan menggunakan air laut untuk menghilangkan
bahan asing dan dibawa ke laboratorium dalam ice box yang berisi air untuk
mencegah penguapan. Sampel dikeringkan dan dihaluskan menggunakan
lumpang. Sampel bubuk kemudian disimpan untuk diteliti.
2.1.2 Ektraksi Pelarut
Sampel bubuk halus ditimbang 30 g dan dilarutkan dalam 100 ml pelarut
(metanol dan aseton) dan di shaker pada 120 rpm selama 24 jam pada 35 oC untuk
memungkinkan ekstraksi senyawa aktif. Setelah 24 jam, kemudian disaring
menggunakan kertas saring Whatman (No 1) dengan menggunakan corong
Buchner kemudian di sentrifugasi pada 5000 rpm selama 20 menit. Supernatan
disaring dan ekstrak mentah disimpan di pendingin sampai digunakan lebih lanjut.
2.1.3 Uji Mikroorganisme
Bakteri
hydrophila,
Patogen
Vibrio
ikan
alginolyticus,
seperti
Providencia
rettgeri, Aeromonas
V. parahaemolyticus,
Proteus
proteus,
Pseudomonas
flurescens,
Entrobacter
sp,
Flavobacterium
sp,
senyawa alifatik CH2 dan CH3 dengan serapan yang terbentuk antara 2850, 1458
dan
1376 cm -1. Daerah dari 1734-1638 cm-1 merupakan C=O dalam anhidrat
dan C=O amida sekunder, berdasarkan urutan. Pita amina aromatik C-N muncul
antara 1237 cm-1. SO3H pada asam sulfonik, C-NH2 pada amina alifatik primer,
Ar-OH dalam fenol merupakan pita dari ester yang muncul kira-kira pada kisaran
serapan 1610, 1110 dan 669 cm-1. Pita yang berhubungan dengan P-H dijangkau
pada gelombang 2344 cm-1 yang menunjukkan peningkatan ketika dibandingkan
spektrum fosfin lemak murni (tabel 1, gambar 1 dan 2)
Organisme laut kaya dengan sumber baru dan senyawa bioaktif. Metabolit
primer atau sekunder yang diproduksi dengan organisme mungkin berpotensial
sebagai metabolit bioaktif yang penting pada industri farmasi. Sampai saat ini,
jumlah metabolit sekunder telah diisolasi dari lautan dan beberapa dipelajari untuk
pengembangan obat farmasi yang baru. Sel ekstrak dan konstituen aktif dari
berbagai alga telah ditunjukkan memiliki aktivitas antibakteri pada in vitro
melawan gram positif dan gram negatif bakteri.
Ishibashi et al. (1993)
20
21
(13 mm) dan A. hydrophila (11 mm) yang menegaskan bahwa rumput laut secara
umum memiliki senyawa bioaktif yang berfungsi sebagai antibakteri.
Crasta et al (1997)
15
aktivitas
penghambatan
yang
signifikan.
Tapi,
aktivitas
Halimeda Micronesia
menunjukkan
penghambatan
aktivitas
Aeromonas
hydrophila,
menguji 3 spesies dari alga laut dan 5 spesies dari mangrove untuk
aktivitas penghambatan dan menemukan aktivitas yang lebih jelas dalam beberapa
kelompok taksonomi tetapi pada musim yang berbeda. Mereka menemukan tidak
adanya aktivitas yang ditandai dengan Gracilaria sp, Enteromorpha sp, dan
Cladophora dalmatica. Tapi dalam penelitian ini, ekstrak aseton dan metanol dari
Halimeda Micronesia menunjukkan bahwa aktivitas antibakteri yang tinggi dan
moderat.
Sastry dan Rao (1994)
15
14
memprediksi
(C- OH) gugus samping dan (C-O-C) getaran ikatan glikosidik. Dalam
penelitian ini ada pita serapan dihubungkan dengan CH2 dan senyawa alifatik
CH3, C = O dalam anhidrida, C = O amida sekunder, C-N pita amina aromatik,
SO3H asam sulfonat, C - NH2 di amina alifatik primer dan Ar - OH pada fenol
ditunjukkan dalam aseton dan metanol ekstrak.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Dari hasil uraian pembahasan diatas maka dapat disimpulkan :
Produk alami dari metabolit sekunder menjadi sumber yang penting dalam
menggali senyawa aktif yang bernilai. Dalam penelitian ini aktivitas antibakteri
rumput laut disimpulkan memiliki sumber senyawa bioaktif yang banyak dalam
rumput laut Halimeda micronesica yang dapat dijadikan pertahanan terhadap
organisme berbahaya. Efisiensi aktivitas antimikroba bahan alam laut dari
makroalga dikatakan lebih tinggi dengan pelarut organik seperti aseton dan
metanol yang diketahui dengan analisis FTIR. Hasil penelitian di atas sangat
berhubungan terhadap hasil efisiensinya yaitu efek antimikroba pada sepuluh
mikroorganisme patogen air dengan aseton dan ekstrak metanol dari Halimeda
micronesica.
DAFTAR PUSTAKA
Ganeshamurthy, R., Ajith Kumar, T, T., Dhanyanithi, N. B., 2012, Effect Of
Secondary
Metabolites
Of
The
Seaweed
(Halimeda
Micronesia) At Lakshadweep Islands Against Aquatic Pathogens,
International Journal of Pharma and Bio Sciences, (3) B213-B220,
Tamil Nadu, India.