Professional Documents
Culture Documents
Page 1
Supaya gak sesak lagi, biasanya ngapain? (mis. istirahat, cuaca panas)
Kalau tidur sesak gak? Kalo duduk masih sesak gak?
Ada keluhan lain pak? (batuk yang disertai dahak/ tidak berdahak, batuk darah,
nafas berbunyi/ tidak, demam, keringat malam, penurunan berat badan, nafsu
makan berkurang)
Apakah sudah pernah mengalami gejala seperti ini sebelumnya?
Sudah pernah berobat belum?
Kalo iya makan obat apa? Teratur ga?
Ada riwayat penyakit lain gak? (misal Diabetes Mellitus, Asma, TBC, darah
tinggi, gagal jantung, gagal ginjal, dll)
Sering olahraga gak? Merokok gak? Minum minuman alkohol?
Tempat kerjanya dimana? (mis. pabrik semen, pabrik batubara, banyak polusi)
Apa keluarga ada yang menderita seperti ini juga?
Page 2
Page 3
Page 4
Identification
Tanya nama, alamat, umur, dan pekerjaan . Kalau misalnya di meja sudah ada
skenario dengan informasi identitas langsung tanya dengan crosscheck aja :
Benar dengan bapak ____, Umur ___,Tinggal di____?
Inform consent
Tanya keluhan utama, lalu izin untuk tanya lebih lanjut
Saya akan melakukan tanya jawab lebih lanjut untuk mengetahui penyebab keluhan
bapak, apakah bapak bersedia?
2. Anamnesis
Apa keluhannya? (batuk)
Sejak kapan?
Batuknya kapan saja?
Batuknya hilang timbul atau terus menerus?
Batuknya gimana? (berdahak atau nggak, ada darah nggak)
Kalo berdahak, dahaknya gimana (cair atau kental)? Warnanya apa? Bau atau gak?
Dahaknya sedikit atau banyak?
Kalau ada darah, darahnya warna apa (warna merahnya gimana?)? darahnya
sedikit, bercak-bercak, atau banyak?
Batuknya semakin parah karena apa? (mis. debu, cuaca dingin, aktivitas)
Biasanya batuknya reda karena apa? (mis. Minum air hangat, istirahat, cuaca panas)
Ada keluhan lain pak? (nyeri dada, sesak napas, nafas berbunyi/ tidak, demam,
keringat malam, penurunan berat badan, nafsu makan berkurang)
Apakah sudah pernah mengalami gejala seperti ini sebelumnya?
Sudah pernah berobat belum?
Kalo iya makan obat apa? Teratur ga?
Ada riwayat penyakit lain gak? (misal Diabetes Mellitus, Asma, TBC, darah
tinggi, gagal jantung, gagal ginjal, dll)
Sering olahraga gak? Merokok gak? Minum minuman alkohol?
Page 5
Tempat kerjanya dimana? (mis. pabrik semen, pabrik batubara, banyak polusi)
Apa keluarga ada yang menderita seperti ini juga?
Tambahan!
a. Kencing berwarna merah dan pengunaan dalam jangka lama
adalah ciri khas pengunaan obat anti tuberkulosis (OAT)
b. Riwayat merokok sangat dikaitkan dengan PPOK dan tumor
c. Riwayat keluarga (atopik) sangat erat dengan asma
Page 6
Page 7
Inspeksi
-
Penderita berbaring lurus , kedua kaki diluruskan dan sejajar, kedua tangan
diletakkan lurus disamping badan
Kita berdiri didepan penderita, diantara kedua kakinya. Posisi ini supaya kita bisa
ngeliat kondisi kedua paru dari sudut dan kejauhan yang sama
Statis
-
Bentuk thoraks
Simetris atau tidak, normal atau tidak, adakah kelainan bentuk (pectus ekscavatum,
pectus carinatum, barrel chest, toraks paralitikus, dan kifosis atau lordosis)
Kelainan lain
Apakah ada kelainan warna , spider naevi, tonjolan, luka bekas operasi, edema,
penyempitan atau pemebaran sela iga
Dinamis (minta pasien untuk menarik napas dalam kemudian hembuskan perlahan),
perhatikan
-
Asimetri pernapasan
Sama atau pergerakan salah satu hemithoraks tertinggal di banding hemithoraks
sebelahnya.
Frekuensi pernapasan
Yang ini boleh sambil dipegang dikit dinding dadanya probandus biar ngitungnya
lebih jelas. Normal, bradipneu, atau takipneu.
Sifat pernapasan
Torakoabdominal (dominan toraks, biasanya cewek) atau Abdominotorakal
(dominan perut, biasanya cowok) ,kalo orang PPOK lanjut terlihat pernapasan
abdominal aja yang dominan karena dia kesusahan ekspirasi
Page 8
apnea/gak napas) , Biot (pola yang tidak teratur cepat dan kedalamannya diselingi
periode apnea, biasanya orang dengan kerusakan otak) , pernapasan cepat dangkal
(pneumoni,alkalosis)
-
Selain itu dengar juga jika ada bunyi-bunyi nafas seperti wheezing, suara serak
/hoarseness dan stridor (suara napas yang berkerok)
Contoh interpretasi:
dari inspeksi dapat dilihat bentuk dada Bapak normal, pergerakan dinding dadanya
simetris, frekuensi napasnya normal 20x/menit, sifat pernapasan torakoabdominal
dengan iramanya normal.
Palpasi
Sebelum stem fremitus, bagusnya kita palpasi secara umum dalam keadaan statis dulu
menggunakan telapak tangan :
Palpasi kelenjar getah bening supra dan infra klavikula membesar atau tidak lalu
palpasi dinding dada dan masing-masing ICS kiri dan kanan dari ICS 1 sampai bawah
dengan jari-jari tangan , raba apakah ada kelainan iga (krepitasi kalo ada fraktur iga),
nyeri tekan, tonjolan, dan suhu badan.
Interpretasi :
Tidak ada pembesaran KGB dan hasil perabaan pada dinding dada normal tidak
ada kelainan.
a. Stem fremitus: Normal, meningkat (ada cairan), menurun (ada udara)
Prosedur:
1) Letakkan kedua telapak tangan kedinding dada pemeriksa.
2) Minta pasien untuk mengucapkan tujuh puluh tujuh (77) dengan maksimal
setelah kita contohin (ucapin dengan jelas)
3) Dengarkan getaran yang sampai ketelapak tangan (stem fremitus).
Page 9
4) Telapak tangan pemeriksa harus menyentuh semua lobus. Karena itu, letakkan
telapak tangan pada puncak paru (lobus superior), lalu geser ketengah (lobus
media), dan bagian bawahparu (lobus inferior, jangan sampe ke perut).
5) Sebelum berpindah kelobus berikutnya, pindahkan posisi tangan pada kedua
sisi (disilangin) untuk lebih pasti mendengar stem fremitusnya.
Contoh interpretasi:
Stem fremitus normal, kiri sama dengan kanan, Apeks teraba.
Perkusi
Perkusi secara umum dilakukan secara menyeluruh pada dinding dada , dari ICS 2
kanan ke kiri, dilakukan secara zigzag, dengar suara sonor paru (normal, udara cukup),
hipersonor (kebanyakan udara), redup (saat melewati jantung ,ada konsolidasi,
fibrosis, atau benda padat lainnya), pekak ( beda yang tidak ada udara sama sekali
(tumor luas)
a. Batas paru-jantung
1. Identifikasi angulus ludovici, geser ke lateral kanan akan teraba costae 2
2. Satu jari di bawah costae 2 (ICS 2), palpasi ke medial. Dengarkan suara sonor
paru. Lakukan pada kedua sisi sampai terdengar perubahan suara menjadi
redup (kiri : ICS V linea mid clavicularis sinistra, kanan: linea sternalis dextra)
b. Batas paru-hati
1. Identifikasi angulus ludovici, geser ke lateral kanan akan teraba costae 2
2. Satu jari di bawah costae 2 (ICS 2), ketuk. Akan terdengar suara sonor. Terus
lakukan hingga terdengar suara pekak pada ICS 6.
3. Minta pasien menarik napas, tahan sebentar. Ketuk, akan terdengar suara
sonor (paru-paru sedang mengembang, hepar terdorong kebawah sehingga
terdengar sonor). Minta pasien menghembuskan napas, ketuk di tempat yang
sama, akan terdengar pekak (karena paru sudah tidak mengembang, diafragma
mendatar).
Page 10
c. Batas paru-lambung
Prinsip nya sama seperti perkusi paru, saat perkusi lambung akan terdengar suara
timpani pada ICS 8 linea aksilaris anterior.
Contoh interpretasi:
Berdasarkan hasil pemeriksaan, perkusi paru bapak normal,batas jantung paru
normal, peranjakan paru hepar normal di ICS 6.
Auskultasi
Auskultasi harus dilakukan secara sistematis, dimulai dari paru bagian atas, bergeser
ke bagian tengah dan bawah. Caranya sama kayak perkusi, dari paru kanan ke kiri
denger secara zigzag. Suara napas pokok harus didengarkan lebih dahulu, kemudian
suara napas (bising) tambahan
a. Suara vesikuler
Page 11
Contoh interpretasi:
Suara vesikuler normal terdengar di lobus bawah, suara bronchial terdengar di
trakea, tidak terdapat ronki dan mengi.
Pemeriksaan Fisik Ekstra Paru (kayaknya gakmungkin disuruh)
1. Clubbing finger
2. Sianosis
3. Hepar teraba
4. Peningkatan JVP
5. Edem tungkai
6. Pembesaran KGB
3. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik paru yang telah dilakukan, semuanya normal ya,
Pak.
4. Penutup
Baiklah, dari penjelasan saya tadi apa ada yang ingin Bapak tanyakan? Kalau begitu,
terima kasih atas kunjungan Bapak. Silahkan datang kemari jika ada rasa tidak
nyaman atau sekedar konsultasi. Terima kasih. Jaga kesehatannya ya, Pak!.
Untuk perkusi lebih fokusin ke perkusi lapang paru (yang zigzag) sama patas paru
hepar dan lambung
Page 12
Page 13
Page 14
8. Metode Palpasi
Interpretasi
a. Indurasi 0-4 mm : Uji tuberkulin negatif Arti klinis : tidak ada infeksi
Mycobacterium tuberculosis.
b. Indurasi 5-9 mm : Meragukan Hal ini bisa karena kesalahan teknik, reaksi silang
dengan
Mycobacterium atypikal atau pasca vaksinasi BCG.
c.
Things to remember
-
Page 15
Terapi farmakologi pada asma ada 2 golongan yaitu controller dan reliever. Pemberian obat
asma bisa dilakukan secara parenteral (SC, IM, IV), oral, atau inhalasi. Inhalasi ini pemberian
obat secara langsung dihisap ke saluran pernapasan sehingga efek lebih cepat dibanding oral,
dengan dosis yang diperlukan lebih sedikit untuk mendapatkan efek yang sama sehingga efek
samping juga dapat diminimalisir
1. Pelega/Reliever
Digunakan saat serangan
Untuk semua derajat asma
Yang termasuk sebagai golongan obat ini:
-
2. Controller
Mencegah terjadinya serangan asma (mengontrol)
Digunakan secara teratur
Diindikasikan untuk asma persisten sampai berat
Obat yang digunakan adalah steroid (menekan inflamasi) dosis rendah bila perlu
ditambahkan LABA (long acting beta agonist)
Yang termasuk obat golongan ini :
-
Leukotriene modifiers
Page 16
Theofilin
Cromones
Anti IgE
Glukokortikoid sistemik
A. Terapi Inhalasi
Beberapa terapi inhalasi :
-
Penguapan (nebulizer)
Page 17
Turbohaler
Rotahaler
Page 18
2. Prosedur Tindakan
Untuk pengunaan MDI aerosol
1. Bolak-balikkan inhaler untuk mengaduk sebelum digunakan (3 atau 4 kali dikocok)
2. Buka tutup inhaler (apabila inhaler sudah lama tidak digunakan ( > 1 minggu)
boleh dicoba disemprotkan ke udara terlebih dahulu untuk memastikan masih dari
berfungsi dengan baik)
3. Pasien diminta tarik nafas dalam lalu membuang nafas pelan-pelan dengan arah
jauh dari inhalernya
4. Masukkan inhaler kedalam mulut. Letakkan diantara gigi dan katupkan mulut agar
uapnya tidak keluar.
5. Mulai untuk menarik nafas perlahan dan selagi menarik nafas tekan bagian atas
inhaler dan terus tarik nafas perlahan sampai inspirasi penuh / nafas penuh.
6. Keluarkan inhaler dari dalam mulut, dan tahan nafas selama kurang lebih 5 detik.
7. Kemudian baru keluarkan nafas.
Page 19
Page 20
2. Pegang dengan posisi atas (bagian kecil) di atas. Kemudian putar basis dari turbuhaler
(yang berwarna merah kearah kanan).
3. Kemudian putar balik kearah kiri sampe terdengar bunyi klik yang menandakan telah
terisi.
4. Pasien diminta tarik nafas dalam lalu membuang nafas pelan-pelan dengan arah jauh dari
inhalernya. Masukkan bagian atas kedalam mulut diantara bibir dan pastikan tidak bocor.
Page 21
6. Keluarkan turbuhaler dari mulut dan buang nafas. Pasang kembali tutup dan simpan
dalam suhu ruangan.
2. Penutup
Baiklah dari penjelasan saya tadi apakah ada yang ingin anda tanyakan?
Kalau begitu terimakasih atas kunjungan bapak, silahkan datang kembali kalau ada
rasa tidak nyaman atau sekedar ingin konsultasi , jaga kesehatan ya pak!
Page 22
B. Terapi Nebulisasi
Alat dan bahan
1. Jet/compressor nebulizer atau tabung
oksigen
2.
3. Obat nebulizer
-ipatropium bromide, salbutamol
(combivent nebules 100 mcg)
-salbutamol nebules (ventolin nebules)
4. Disposable spuit 1 cc / 3 cc
5. cairanNaCl 0,9%
Page 23
Page 24
Page 25
jadi nebulisasi ini diteruskan sampai obatnya habis ya bu, tandanya bisa
dilihat dari asap gas yang berkurang dan cairan yang habis medication cup
11. Mengevaluasi respon klien (pola napas) apabila respon belum adekuat terapi dapat
diulang maksimal 3 kali dengan interval waktu antar terapi 30 45 menit.
12. Apabila kondisi pasien telah membaik alat dapat dimatikan (turn off)
13. Merapihkan pasien
14. Mencuci tangan
3. Penutup
Setelah kondisi pasien membaikdan stabil, pasien dapat dipulangkan.
Baiklah bu, kondisi Bapak sekarang sudah lumayan stabil. Kita pantau dulu untuk 1-2
jam kedepan, nanti kalo sudah baikan Bapak diperbolehkan pulang yaa
Page 26
Page 27
Page 28
B. HIDUNG
What to prepare
spekulum hidung
kaca tenggorok no 2-4
pinset bayonet
spatula lidah
lampu spiritus/ korek api
Procedure of Examination
Rhinoscopy Anterior
1. Pemeriksa dan pasien duduk dengan posisi saling berhadapan dan kaki tertutup
rapat. Pemeriksa mempersiapkan lampu kepala dan spekulum hidung yang
akan digunakan untuk melakukan pemeriksaan
2. Lakukan pengetesan ke tangan pemeriksa terlebih dahulu untuk memastikan
cahaya dari lampu kepala akan berjarak 20-30 cm ke objek yang akan dilihat
serta memiliki diameter 2-3 cm dengan sudut 60o
3. Arahkan cahaya lampu kepala ke arah hidung
4. Pegang spekulum menggunakan tangan kiri (kalo left handed pake tangan
kanan, intinya meggunakan tangan resesif jadi yang kidal jangan lupa kasih
Page 29
tau penguji) dengan cara jari tengah, jari manis dan kelingking memegang
bagian bawah spekulum dan ibu jari memegang bagian atasnya.
Sedangkan telunjuk akan memegang dorsum nasi pasien. tangan kanan
digunakan untuk mengatur posisi kepala pasien. Spekulum dimasukkan ke
hidung pasien dalam keadaan tertutup dan dikeluarkan dalam keadaan terbuka
5. Saat pemeriksaan perhatikan keadaan :
diperhatikan
Contoh interpretasi :
Tidak ada sekret, konka inferior dan konka media warnanya merah muda
(normal) dan tidak ada pembengkakan, septum nasi lurus atau tidak ada
deviasi, tidak ada massa dalam rongga hidung, tidak ada pendaahan ataupun
krusta
Rhinoscopy Posterior
1. Untuk pemeriksaan ini dipakai kaca tenggorok no. 2-4. Kaca ini dipanaskan
dulu dengan lampu spiritus atau dengan merendamkannya di air panas dengan
tujuan untuk mencegah kekaburan dikarenakan nafas pasien
2. Sebelum dipakai harus diuji dulu ke punggung tangan pemeriksa agar tidak
terlalu panas
DOUDERLIN Academic and Research AMSA UNSRI
Page 30
3. Lidah pasien ditekan dengan spatula lidah, pasien bernafas melalui mulut
kemudian kaca tenggorok dimasukkan ke belakang uvula dengan arah kaca ke
atas
4. Kemudian pasien diminta bernafas melalui hidung. Perlu diperhatikan agar
kaca tenggorok tidak menyentuh dinding posterior faring dengan tujuan untuk
mencegah pasien terangsang muntah
5. Sinar lampu diarahkan ke kaca tenggorok lalu perhatikan :
Contoh interpretasi :
Tidak ada post nasal drip, konka inferior, media, dan superior normal, septum
nasi bagian belakang normal, koana normal, fossa rossen muller tidak ada
kelainan, muara tuba dan torus tubarius normal
Page 31
C. TENGGOROKAN
What to prepare
- Spatula lidah
- Lampu kepala
- Kaca tenggorok no 5-8
- Kassa
- Lampu spiritus
Pocedure of Examination
1. Suruh pasien membuka mulut
2. Dua per tiga bagian depan lidah ditekan dengan spatula lidah kemudian
diperhatikan :
- Dinding belakang faring : warnanya, licin atau bergranula, sekret ada
atau tidak dan gerakan arkus faring.
- Tonsil : besar, warna, muara kripta, apakah ada detritus,
Page 32
Page 33
3. Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan THT yang telah dilakukan, semuanya normal.
4. Penutup
Baiklah, apakah dari penjelasan saya tadi ada yang ingin Bapak ingin tanyakan atau
sampaikan? Kalau begitu terima kasih atas kunjungan Bapak. Silahkan datang
kemari jika ada rasa tidak nyaman atau sekedar konsultasi. Terima kasih, Pak.
Jaga kesehatannya ya!
Page 34
Ingat Selalu
I
P
I
C
:Identifikasi
:posisi
:Inspirasi
:condition
1. Identifikasi :
2. Posisi :
Fotonya PA/AP/ Lateral/ Lateral decubitus
Simetris atau tidak simetris
Ciri-ciri foto AP / PA :
PA :
Dibawah hemidiafragma sinistra terdapat gambaran tanda adanya udara
(radiolusen) pada fundus gaster, yang disebut meganblase
Skapula tidak menutupi lapangan paru (seperti tertarik ke arah lateral)
Klavikula terangkat/ menjungkit
Simetris atau asimetris : Sudut antara kedua klavikula sama atau tidak
Page 35
AP:
Keterangan:
Gambar 1>> posisi AP
Page 36
3. Inspirasi
4. Kondisi
Liat kondisi film foto ronsen (lunak atau keras) jika terlalu lunak susah
untuk diinterpretasikan.
Page 37
Page 38
Keterangan gambar:
1.fibrosis
2.Cabang bronkus kanan yang terpotong
3. hilus relativ tidak menebal
Keterangan gambar:
1. Sudut costofrenicus tumpul
2. Ada penebalan pada pleura
3. Kesan: TB paru lama aktif lesi minimal + efusi pleura.
Page 39
Page 40
% pred FVC
Ringan
70 79
Sedang
60 69
Berat
35 59
Sangat berat
b. Nilai FEV1
< 35
% pred FEV1
Ringan
80
Sedang
50 FEV1 < 80
Berat
30 FEV1 < 50
Sangat berat
< 30
Page 41
Normal
obstruksi
Restriksi
FVC
80% pred
<N
FEV1
80% pred
<N
N/<N
FEV1/FVC
> 70%
< 70%
> 70%
2. Edukasi
Ingat!
Obstruksi
: sumbatan
Restriksi
: hambatan
3. Penutup
Baiklah, apakah dari penjelasan saya tadi ada yang ingin Bapak ingin tanyakan atau
sampaikan? Kalau begitu terima kasih atas kunjungan Bapak. Silahkan datang
kemari jika ada rasa tidak nyaman atau sekedar konsultasi. Terima kasih, Pak.
Jaga kesehatannya ya!
Page 42
Asma bronkiale
PPOK
Bronkiektasis
Fibrosis kistik
Bronkiolitis
Restriktif (Parenkim)
Sarkoidosis
Pneumokoniosis
Page 43
Page 44
Ada 6 jalur dengan kasus yang berbeda beda.. Berbeda dari blok sebelumnya yang setiap
jalur selama mejanya sama pasti yang dilakukan adalah sama.. Tapi dari 6 tsb, ada 4 kasus (2
kasus sama)..
Kasus
Tb dewasa 2x
Tb anak 2x
Tonsilofaringitis kronik eksaserbasi akut 1x
PPOK 1x
Jalur Tb dewasa
Meja 1 Anamnesis
Sudah jelas kasusnya Tb dewasa, keluhan yang pasti adalah batuk > 2 minggu.. Bisa kering,
berdahak bahkan berdarah.. Tinggal digali lagi seputar batuk dan gejala penyerta Tb
dewasa..
Meja 2 Pemeriksaan fisik
Meja 3 Pemeriksaan penunjang (Foto thorax)
Alhamdulillah tidak sampai ke interpretasi, cukup nanti saat koas saja berpusing tentang ini..
Jadi di foto thorax hanya cek list sebelum baca foto thorax (kelayakan/kriteria bisa dibaca)
dan bercerita bagaimana tata urutan membacanya (sentral ke perifer).. Ada di penjelasan
dosen dan ITnya..
Meja 4 Tatalaksana
Harus dibedakan antara kasus lama dan kasus baru, karena prinsip pengobatannya berbeda..
Cukup sampai apa saja dan berapa lama obatnya (fase awal dan fase lanjutan), tidak sampai
di dosis..
Page 45
Jalur Tb anak
Meja 1 Anamnesis
Sesuai nama jalurnya, kasusnya adalah Tb pada anak.
Meja 2 Pemeriksaan fisik
Meja 3 Pemeriksaan penunjang (tes Tuberkulin)
Tes tuberkulin ini dijelaskan bagaimana prosedur, indikasi, alat/bahan yang digunakan, serta
interpretasinya.
Meja 4 Tatalaksana
Ada 2 versi, ada yang menulis resep OAT anak (obatnya yang sudah dikombinasi seperti
rimcur/rifater), ada juga yang menghitung dosis obatnya. Menulis resep, diingat lagi Blok 12
bagaimana sistematikanya, sedangkan dosis, untuk anak ada perbedaan berdasarkan usia, nah
tinggal disesuaikan.
Jalur Tonsilofaringitis
Meja 1 Anamnesis
Kasusnya Tonsilofaringitis kronik eksaserbasi akut, kalo ingat gejala gejaladi slide dan
tutorial Insya Allah aman..
Meja 2 Pemeriksaan telinga (Otoskopi) dan orofaring
Jangan lupa prinsip awal sebelum pemeriksaan, pakai lampu kepala, posisi pasien dan
pemeriksa juga harus benar, cara memegang scapel lidah dan otoskop juga harus benar..
Meja 3 Pemeriksaan laring (Laringoskopi indirect)
Jangan lupa prinsip awal sebelum pemeriksaan, pakai lampu kepala, posisi pasien dan
pemeriksa, memanaskan kaca laring dan dites di punggung kulit, menarik lidah pasien pakai
kasa dst..
Meja 4 Tatalaksana (farmakologi, non farmakologi,serta indikasi tonsilektomi)
Page 46
Sebutin aja obat2nya, kausatif maupun simptomatik.. Lalu di akhir ditanya kalo tidak sembuh
bagaimana.. Itu kemungkinan memancing kita menyebutkan tonsilektomi, nah sebutkan
tatalaksana ini berdasarkan indikasinya.
Jalur PPOK
Meja 1 Anamnesis
Keluhan utama berupa sesak napas, jangan lupa tanyakan riwayat merokok.. Kalo batuk dan
ada dahak, gali lagi masalah dahak ini.. Tanyakan juga nyeri dada, kemungkinan jika sudah
kena di pleura..
Meja 2 Pemeriksaan fisik
Selalu jangan lupa prinsip awal sebelum pemeriksaan.. Di meja ini ada pemeriksaan vital
sign, udah babat abis dah kelima lima tanda vital.. Baru mulai pemeriksaan thorax dan
ekstrathorax..
Dimulai dari inspeksi, baru pegang memegang, baru ketuk mengetuk, baru dengar
mendengar.. Jangan dibalik, urutannya IPPA..
ini
apakah
kasus
Meja 4 Tatalaksana
Tatalaksana berupa nebulizer, jadi ceritanya ada pasien yang PPOK eksaserbasi akut nah
kita disuruh bagaimana cara menebulizer si pasien tsb.. Pasien (a.k.a probandus) awalnya
dalam keadaan tidur, nah kita suruh duduk dulu.. Nebulizer akan memberikan hasil yang
optimal kalo diberikan dalam posisi duduk..
by Agung Hadi Wibowo (Ahaw)
Page 47