Professional Documents
Culture Documents
A.
DEFINISI
B.
SEBAB-SEBAB PERSALINAN
Penyebab persalinan belum pasti diketahui,namun beberapa teori
4.
Induksi partus
Dapat pula ditimbulkan dengan jalan gagang laminaria yang dimasukan
PATOFISIOLOGI
D.
dropping yang merupakan kepala turun memasuki pintu atas panggul terutama
pada primigravida. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun. Perasaan
sering-sering atau susah buang air kecil karena kandung kemih tertekan oleh
bagian terbawah janin. Perasaan sakit diperut dan dipinggang oleh adanya
kontraksi-kontraksi lemah diuterus (fase labor pains). Servik menjadi lembek,
mulai mendatar dan sekresinya bertambah bisa bercampur darah (bloody show)
(Haffieva, 2011).
Tanda-Tanda In Partu :
Inpartu adalah seorang wanita yang sedang dalam keadaan persalinan.
Tanda-tanda inpartu adalah:
1. Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur.
2. Keluar lendir dan bercampur darah yang lebih banyak, robekan kecil
pada bagian servik.
3. Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya
4. Pada pemeriksaan dalam, servik mendatar
E.
FAKTOR PERSALINAN
1.
Merupakan jalan lahir yang harus dilewati oleh janin terdiri dari rongga
panggul, dasar panggul, serviks dan vagina. Syarat agar janin dan plasenta
dapat melalui jalan lahir tanpa ada rintangan, maka jalan lahir tersebut harus
normal. Passage terdiri dari :
a.
Os. Coxae
Os illium
Os. Ischium
Os. Pubis
b.
2)
3)
Os. Coccygis
a. Pintu atas panggul (PAP) = Disebut Inlet dibatasi oleh promontorium, linea
inominata dan pinggir atas symphisis.
b. Ruang tengah panggul (RTP) kira-kira pada spina ischiadica, disebut midlet
c. Pintu Bawah Panggul (PBP) dibatasi simfisis dan arkus pubis, disebut outlet
d. Ruang panggul yang sebenarnya (pelvis cavity) berada antara inlet dan
outlet.
Bidang-bidang :
a. Bidang Hodge I : dibentuk pada lingkaran PAP dengan bagian atas
symphisis dan promontorium
b. Bidang Hodge II : sejajar dengan Hodge I setinggi pinggir bawah
symphisis.
c. Bidang Hodge III : sejajar Hodge I dan II setinggi spina ischiadika kanan
dan kiri.
d. Bidang Hodge IV : sejajar Hodge I, II dan III setinggi os coccygis
2. POWER
4
Power adalah kekuatan atau tenaga untuk melahirkan yang terdiri dari
his atau kontraksi uterus dan tenaga meneran dari ibu. Power merupakan tenaga
primer atau kekuatan utama yang dihasilkan oleh adanya kontraksi dan retraksi
otot-otot rahim.
Kekuatan yang mendorong janin keluar (power) terdiri dari :
a.
dan
menjadi tebal dan lebih pendek. Kavum uteri menjadi lebih kecil serta
mendorong janin dan kantung amneon ke arah segmen bawah rahim dan
serviks.
b.
c.
d.
kontraksi simetris
b.
fundus dominan
c.
relaksasi
d.
e.
f.
terasa sakit
g.
terkoordinasi
h.
kadang dapat dipengaruhi dari luar secara fisik, kimia dan psikis
Interval Jarak antara his satu dengan his berikutnya, misalnya his datang
tiap 2 sampai 3 menit
f.
His Palsu
His palsu adalah kontraksi uterus yang tidak efisien atau spasme usus,
kandung kencing dan otot-otot dinding perut yang terasa nyeri. His palsu
timbul beberapa hari sampai satu bulan sebelum kehamilan cukup bulan. His
palsu dapat merugikan yaitu dengan membuat lelah pasien sehingga pada
waktu persalinan sungguhan mulai pasien berada dalam kondisi yang jelek,
baik fisik maupun mental.
Kelainan kontraksi otot rahim
a.
Inertia Uteri
1) His yang sifatnya lemah, pendek dan jarang dari his yang normal yang
terbagi menjadi : Inertia uteri primer : apabila sejak semula kekuatannya
sudah lemah
2) Inertia uteri sekunder : His pernah cukup kuat tapi kemudian melemah
Dapat ditegakkan dengan melakukan evaluasi pada pembukaan, bagian
terendah terdapat kaput dan mungkin ketuban telah pecah. His yang lemah
dapat menimbulkan bahaya terhadap ibu maupun janin sehingga
memerlukan konsultasi atau merujuk penderita ke rumah sakit, puskesmas
atau ke dokter spesialis.
b. Tetania uteri
His yang terlalu kuat dan terlalu sering, sehingga tidak terdapat
kesempatan reaksi otot rahim. Akibat dari tetania uteri dapat terjadi :
1) Persalinan Presipitatus
2) Persalinan yang berlangsung dalam waktu tiga jam. Akibat mungkin fatal
3) Terjadi persalinan tidak pada tempatnya
inversion uteri
Tetania uteri menyebabkan asfiksia intra uterin sampai kematian janin
dalam rahim
c.
b.
pimpinan persalinan
c.
d.
3.
PASSANGER
Passanger terdiri dari janin dan plasentaa. Janin merupakan passangge
utama dan bagian janin yang paling penting adalah kepala karena bagian yang
paling besar dan keras dari janin adalah kepala janin. Posisi dan besar kepala
dapat mempengaruhi jalan persalinan.
Kelainan kelainan yang sering menghambat dari pihak passangger
adalah kelainan ukuran dan bentuk kepala anak seperti hydrocephalus ataupun
anencephalus, kelainan letak seperti letak muka atau pun letak dahi, kelainan
kedudukan anak seperti kedudukan lintang atau letak sungsang.
7
4.
PSIKIS (PSIKOLOGIS)
Perasaan positif berupa kelegaan hati, seolah-olah pada saat itulah
5.
PENOLONG
Peran dari penolong persalinan dalam hal ini Bidan adalah
mengantisipasi dan menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan
janin. Proses tergantung dari kemampuan skill dan kesiapan penolong dalam
menghadapi proses persalinan.
F. KALA PERSALINAN
Persalinan dibagi dalam empat kala menurut Prawirohardjo (2006)
yaitu:
1.
Fase laten
Pembukaan servik berlangsung lambat, sampai pembukaan berlangsung
Fase aktif
Berlangsung selama 6 jam dibagi atas 3 sub fase :
1)
2)
3)
menjadi saluran yang continue, selaput amnio ruptur, kontraksi uterus kuat tiap
2-3 menit selama 50-60 detik untuk setiap kontraksi, kepala janin turun ke
pelvis.
2.
janin telah turun dan masuk ruang panggul, sehingga terjadilah tekanan pada
otot-otot dasar panggul yang secara reflek menimbulkan rasa ngedan karena
tekanan pada rectum sehingga merasa seperti BAB dengan tanda anus
membuka. Pada waktu his kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka dan
perineum meregang. Dengan his mengedan yang terpimpin akan lahir dan
diikuti oleh seluruh badan janin. Kala II pada primi 1.5-2 jam, pada multi 0.5
jam.
Mekanisme persalinan:
Janin dengan presentasi belakang kepala, ditemukan hampir sekitar 95
% dari semua kehamilan.Presentasi janin paling umum dipastikan dengan
palpasi abdomen dan kadangkala diperkuat sebelum atau pada saat awal
persalinan dengan pemeriksaan vagina (toucher). Pada kebanyakan kasus,
presentasi belakang kepala masuk dalampintu atas panggul dengan sutura
sagitalis melintang. Oleh karena itu kita uraikan dulu mekanisme persalinan
dalam presentasi belakang kepala dengan posisi ubun-ubun kecil melintang dan
anterior.
Karena panggul mempunyai bentuk yang tertentu , sedangkan ukuranukuran kepala bayi hampir sama besarnya dengan dengan ukuran dalam
panggul, maka jelas bahwa kepala harus menyesuaikan diri dengan bentuk
panggul mulai dari pintu atas panggul, ke bidang tengah panggul dan pada
pintu bawah panggul, supaya anak dapat lahir. Misalnya saja jika sutura
sagitalis dalam arah muka belakang pada pintu atas panggul, maka hal ini akan
mempersulit persalinan, karena diameter antero posterior adalah ukuran yang
terkecil dari pintu atas panggul. Sebaliknya pada pintu bawah panggul, sutura
sagitalis dalam jurusan muka belakang yang menguntungkan karena ukuran
terpanjang pada pintu bawah panggul ialah diameter antero posterior.
Gerakan-gerakan utama dari mekanisme persalinan adalah :
a.
Penurunan kepala.
b.
Fleksi.
c.
d.
Ekstensi.
e.
Ekspulsi.
f.
Penurunan Kepala.
Pada primigravida, masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul
biasanya sudah terjadi pada bulan terakhir dari kehamilan, tetapi pada
multigravida biasanya baru terjadi pada permulaan persalinan. Masuknya
kepala ke dalam PAP, biasanya dengan sutura sagitalis melintang dan dengan
fleksi yang ringan. Masuknya kepala melewati pintu atas panggul (PAP), dapat
10
dalam keadaan asinklitismus yaitu bila sutura sagitalis terdapat di tengahtengah jalan lahir tepat di antara simpisis dan promontorium.
Pada sinklitismus os parietal depan dan belakang sama tingginya. Jika
sutura sagitalis agak ke depan mendekati simpisis atau agak ke belakang
mendekati promontorium, maka dikatakan kepala dalam keadaan asinklitismus,
ada 2 jenis asinklitismus yaitu :
dan promontorium.
Sutura sagitalis mendekati simpisis dan os parietal belakang lebih rendah
b.
Fleksi
Pada awal persalinan, kepala bayi dalam keadaan fleksi yang ringan.
Dengan majunya kepala biasanya fleksi juga bertambah. Pada pergerakan ini
dagu dibawa lebih dekat ke arah dada janin sehingga ubun-ubun kecil lebih
rendah dari ubun-ubun besar hal ini disebabkan karena adanya tahanan dari
dinding seviks, dinding pelvis dan lantai pelvis. Dengan adanya fleksi, diameter
11
rupa sehingga bagian terendah dari bagian depan janin memutar ke depan ke
bawah simpisis. Pada presentasi belakang kepala bagian yang terendah ialah
daerah ubun-ubun kecil dan bagian inilah yang akan memutar ke depan kearah
simpisis. Rotasi dalam penting untuk menyelesaikan persalinan, karena rotasi
dalam merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan posisi kepala dengan
bentuk jalan lahir khususnya bidang tengah dan pintu bawah panggul.
d.
Ekstensi
Sesudah kepala janin sampai di dasar panggul dan ubun-ubun kecil
berada di bawah simpisis, maka terjadilah ekstensi dari kepala janin. Hal ini di
sebabkan karena sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul mengarah ke
depan dan ke atas sehingga kepala harus mengadakan fleksi untuk
melewatinya. Kalau kepala yang fleksi penuh pada waktu mencapai dasar
panggul tidak melakukan ekstensi maka kepala akan tertekan pada perineum
dan dapat menembusnya.
Subocciput yang tertahan pada pinggir bawah simpisis akan menjadi
pusat pemutaran (hypomochlion), maka lahirlah berturut-turut pada pinggir atas
perineum: ubun-ubun besar, dahi, hidung, mulut dan dagu bayi dengan gerakan
ekstensi.
e.
bayi memutar kembali ke arah punggung anak untuk menghilangkan torsi pada
leher yang terjadi karena putaran paksi dalam. Bahu melintasi pintu dalam
keadaan miring. Di dalam rongga panggul bahu akan menyesuaikan diri dengan
bentuk panggul yang dilaluinya, sehingga di dasar panggul setelah kepala bayi
lahir, bahu mengalami putaran dalam dimana ukuran bahu (diameter bisa
kromial) menempatkan diri dalam diameter anteroposterior dari pintu bawah
12
panggul. Bersamaan dengan itu kepala bayi juga melanjutkan putaran hingga
belakang kepala berhadapan dengan tuber ischiadikum sepihak.
f.
Ekspulsi
Setelah putaran paksi luar, bahu depan sampai di bawah simpisis dan
menjadi hipomochlion untuk kelahiran bahu belakang. Setelah kedua bahu bayi
lahir, selanjutnya seluruh badan bayi dilahirkan searah dengan sumbu jalan
lahir.
Dengan kontraksi yang efektif, fleksi kepala yang adekuat, dan janin
dengan ukuran yang rata-rata, sebagian besar oksiput yang posisinya posterior
berputar cepat segera setelah mencapai dasar panggul, dan persalinan tidak
begitu bertambah panjang. Tetapi pada kira-kira 5-10 % kasus, keadaan yang
menguntungkan ini tidak terjadi. Sebagai contoh kontraksi yang buruk atau
fleksi kepala yang salah atau keduanya, rotasi mungkin tidak sempurna atau
mungkin tidak terjadi sama sekali, khususnya kalau janin besar.
3.
Kala IV
Pengawasan, selama 2 jam setelah bayi dan plasenta lahir, mengamati
PEMERIKSAAN PENUNJANG
13
USG
Pemeriksaan Hb
H.
PENATALAKSANAAN
58 langkah asuhan persalinan normal diambil dari penuntun belajar
APN yang terdapat pada panduan pelatihan klinik APN "Asuhan Esensial,
Pencegahan dan Penanggulangan Segera Komplikasi Persalinan dan Bayi Baru
Lahir" yang diterbitkan oleh Jaringan Nasional Pelatihan Klinik - Kesehatan
Reproduksi (JNPK-KR), Departemen Kesehatan RI, 2008.
58 langkah APN terdiri dari:
I. Mengenali Gejala dan Tanda Kala Dua [1]
II. Menyiapkan Pertolongan Persalinan [2] [3] [4] [5] [6]
III. Memastikan Pembukaan Lengkap dan Keadaan Janin Baik [7] [8] [9] [10]
IV. Menyiapkan Ibu dan Keluarga Untuk Membantu Proses Bimbingan
Meneran [11] [13] [14]
V. Mempersiapkan Pertolongan Kelahiran Bayi [15] [16] [17] [18]
VI. Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi
Lahirnya kepala [19] [20] [21]
Lahirnya bahu [22]
Lahirnya badan dan tungkai [23] [24]
VII. Penanganan Bayi Baru Lahir [25] [26] [27] [28] [29] [30] [31] [32] [33]
VIII. Penatalaksanaan Aktif Kala Tiga [34] [35] [36]
Mengeluarkan plasenta [37] [38]
Rangsangan taktil (masase) uterus [39]
IX. Menilai Perdarahan [40] [41]
X. Melakukan Asuhan Pasca Persalinan [42] [43] [44] [45]
Evaluasi [46] [47] [48] [49] [50]
Kebersihan dan keamanan [51] [52] [53] [54] [] [56] [57]
Dokumentasi [58]
14
Gelarlah kain di atas perut ibu, tempat resusitasi dan ganjal bahu bayi
Siapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai di dalam
partus set.
Langkah 3
Kenakan atau pakai celemek plastik.
Langkah 4
Lepaskan dan simpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan dengan sabun
dan air bersih mengalir kemudian keringkan tangan dengan tissue atau handuk
pribadi yang bersih dan kering.
15
Langkah 5
Pakai sarung tangan DTT untuk melakukan pemeriksaan dalam.
Langkah 6
Masukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (Gunakan tangan yang memakai
sarung tangan DTT dan steril. Pastikan tidak terkontaminasi pada alat suntik).
Bila selaput ketuban dalam belum pecah dan pembukaan sudah lengkap
maka lakukan amniotomi.
Langkah 9
Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih
memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5% kemudian lepaskan dan
rendam dalam keadaan terbalik dalam larutan 0,5% selama 10 menit. Cuci
kedua tangah setelah sarung tangan dilepaskan.
Langkah 10
Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi/ saat relaksasi uterus untuk
memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120 160 x/ menit)
16
Dokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan semua hasilhasil penilaian serta asuhan lainnya pada partograf.
Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara
meneran apabila caranya tidak sesuai
17
Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir setelah 120
menit (2 jam) meneran (primigravida) atau 60 menit (1 jam) meneran
(multigravida).
Langkah 14
Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman,
jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.
V. Mempersiapkan Pertolongan Kelahiran Bayi
Langkah 15
Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala
bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm.
Langkah 16
Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian dibawah bokong ibu
Langkah 17
Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan
Langkah 18
Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan
VI. Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi
Lahirnya kepala
Langkah 19
Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva maka
lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan
kering. Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi
dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu untuk meneran perlahan sambil
bernapas cepat dan dangkal.
Langkah 20
18
Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang sesuai
jika hal itu terjadi, dan segera lanjutkan proses kelahiran bayi
Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat bagian atas
kepala bayi
Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua tempat
dan potong diantara klem tersebut.
Langkah 21
Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.
Lahirnya bahu
Langkah 22
Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental.
Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan kepala ke
arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis dan
kemudian gerakkan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.
Lahirnya badan dan tungkai
Langkah 23
Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah ke arah perineum ibu untuk
menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas
untuk menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah atas.
Langkah 24
Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke punggung,
bokong dan kaki. Pegang kedua mata kaki (masukkan telunjuk diantara kaki
dan pegang masing-masing mata kaki dengan ibu jari dan jari-jari lainnya).
VII. Penanganan Bayi Baru Lahir
Langkah 25
Lakukan penilaian (selintas):
19
Jika bayi tidak bernapas atau megap-megap segera lakukan tindakan resusitasi
(Langkah 25 ini berlanjut ke langkah-langkah prosedur resusitasi bayi baru
lahir dengan asfiksi).
Langkah 26
Keringkan dan posisikan tubuh bayi di atas perut ibu
Keringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya
(tanpa membersihkan verniks) kecuali bagian tangan
Dengan satu tangan, angkat tali pusat yang telah dijepit kemudian
lakukan pengguntingan tali pusat (lindungi perut bayi) di antara 2 klem tersebut
Ikat tali pusat dengan benang DTT/ steril pada satu sisi kemudian
lingkarkan kembali benang ke sisi berlawanan dan lakukan ikatan kedua
menggunakan benang dengan simpul kunci
20
Langkah 33
Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi.
VIII. Penatalaksanaan Aktif Kala Tiga
Langkah 34
Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 10 cm dari vulva.
Langkah 35
Letakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis, untuk
mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat.
Langkah 36
Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil tangan
yang lain mendorong uterus ke arah belakang atas (dorso-kranial) secara hatihati (untuk mencegah inversio uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40
detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi
berikutnya dan ulangi prosedur di atas.
Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau anggota
keluarga untuk melakukan stimulasi puting susu.
Mengeluarkan plasenta
Langkah 37
Lakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta terlepas,
minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar
lantai dan kemudian ke arah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan
tekanan dorso-kranial)
21
2.
3.
4.
5.
6.
Langkah 38
Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua
tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian
lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang telah disediakan.
Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril untuk
melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari tangan atau klem
DTT atau steril untuk mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal.
Rangsangan taktil (masase) uterus
Langkah 39
Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus,
letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan
melingkar secara lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras)
22
Langkah 41
Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan penjahitan
bila laserasi menyebabkan perdarahan.
X. Melakukan Asuhan Pasca Persalinan
Langkah 42
Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan
pervaginam.
Langkah 43
Beri cukup waktu untuk melakukan kontak kulit ibu bayi (di dada ibu paling
sedikit 1 jam)
Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah
berhasil menyusu.
Langkah 44
Lakukan penimbangan/ pengukuran bayi, beri tetes mata antibiotik profilaksis,
dan vitamin K1 1mg intramuskular di paha kiri anterolateral setelah satu jam
kontak kulit ibu bayi.
Langkah 45
Berikan suntikan imunisasi Hepatitis B (setelah satu jam pemberian Vitamin
K1) di paha kanan anterolateral.
Letakkan kembali bayi pada dada ibu bila bayi belum berhasil menyusu
di dalam satu jam pertama dan biarkan sampai bayi berhasil menyusu.
Evaluasi
Langkah 46
23
Periksa temperatur ibu sekali setiap jam selama 2 jam pertama pasca
persalinan
24
Pastikan ibu merasa nyaman, Bantu ibu memerikan ASI. Anjurkan keluarga
untuk memberi ibu minuman dan makanan yang diinginkannya.
Langkah 55
Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%.
Langkah 56
Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, balikkan bagian
dalam keluar dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
Langkah 57
Cuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan
dengan tissue atau handuk yang kering dan bersih.
Dokumentasi
Langkah 58
Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda vital dan
asuhan kala IV.
I. PERSIAPAN PERSALINAN
1.
Ibu :
a.
Gurita, 3 buah
b.
c.
Underware secukupnya
f.
2. Bayi :
a.
b.
c.
Diaper (popok sekali pakai) khusus new baby born, 1-2 buah
d.
e.
25
3. Penolong :
a. Memakai APD, terdiri dari : Sarung Tangan steril, Masker, Alas kaki,
celemek
b. Menyiapkan tempat persalinan, perlengkapan dan bahan
Penolong persalinan harus menilai ruangan dimana proses persalinan
akan berlangsung. Ruangan tersebut harus memiliki pencahayaan atau
penerangan yang cukup. Tempat tidur dengan kasur yang dilapisi kain
penutup yang bersih, kain tebal, dan pelapis anti bocor. Ruangan harus
hangat (tetapi jangan pamas), harus rersedia meja atau permukaan yang
bersih dan mudah dijangkau untuk meletakkan peralatan yang diperlukan.
c. Menyiapkan tempat dan lingkungan kelahiran bayi.
Memastikan bahwa rungan tersebut bersih, hangat (minimal 25 oC,
pencahayaan cukup dan bebas dari tiupan angin.
4. Alat :
Partus Set (didalam wadah stenis yang berpenutup) :
a. 2 klem Kelly atau 2 klem kocher
b. Gunting tali pusat
c. Benang tali pusat
d. Kateter nelaton
e.
Gunting episiotomy
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
4 kain bersih
Partograf
b.
Termometer
c.
Pita pengukur
26
d.
Feteskop / dopler
e.
f.
Stetoskop
g.
Tensi meter
h.
5. Obat-Obatan
Ibu:
a. 8 Ampul Oksitosin 1 ml 10 U (atau 4 oksitosin 2ml U/ml
b. 20 ml Lidokain 1% tanpa Epinefrin atau 10ml Lidokain 2% tanpa
Epinefrin
c. 3 botol RL
d. 2 Ampul metal ergometrin maleat ( disimpan dalam suhu 2-80C
Bayi:
a. Salep mata tetrasiklin
b. Vit K 1 mg
J. ASUHAN KEPERAWATAN
1.
a.
Pengakajian
1)
Integritas ego
Klien tampak tenang atau cemas
NOC
NIC
Keperawatan
Ansietas b/d
krisis situasi
keperawatan selama
kebutuhan tidak
..diharapkan ansietas
terpenuhi.
pada lingkungan,
criteria hasil:
tentang perubahan
1. TTV dbn
2. Pasien dapat
mengungkapkan
perasaan cemasnya
3. Lingkungan sekitar
pasien tenang dan
psikologis dan
fisiologis pada
persalinan
Kaji tingkat dan
penyebab ansietas
Pantau tekanan darah
kondusif
perasaannya
Berikan
lingkungan yang
tenang dan
nyaman untuk
2.
Kurang
pengetahuan
keperawatan
3.
pasien
Kaji
persiapan,tingkat
pengetahuan dan
harapan klien
kurang mengingat meningkat dengan criteria Beri informasi dan
kemajuan
informasi
yang hasil:
persalinan normal
diberikan,
1. Pasien dapat
Demonstrasikan
kesalahan
mendemonstrasikan
teknik pernapasan
interpretasi
teknik pernafasan
atau relaksasi
informasi.
dan posisi yang
dengan tepat untuk
tepat untuk fase
setiap fase
persalinan
persalinan
Risiko tinggi
Setelah dilakukan asuhan Kaji latar belakang
terhadap infeksi
keperawatan
maternal b/d
selama.diharapkan
budaya klien.
Kaji sekresi vagina,
pemeriksaan
pantau tanda-
28
vagina berulang
dan kontaminasi
hasil:
fekal.
1. TTV dbn
2. Tidak terdapat
tanda vital.
Tekankan pentingnya
mencuci tangan
yang baik.
tanda-tanda infeksi Gunakan teknik
aseptic saat
pemeriksaan
vagina.
Lakukan perawatan
perineal setelah
4.
Risiko tinggi
terhadap
keperawatan
eliminasi.
Pantau masukan dan
cairan b/d
haluaran.
selama,diharapkan cairan Pantau suhu setiap 4
jam atau lebih
seimbang dengan kriterian
masukan dan
hasil:
kekurangan
peningkatan
kehilangan cairan
melalui
1. TTV dbn
2. Input dan output cairan
seimbang
3. Turgor kulit baik
pernafasan mulut.
tinggi, pantau
tanda-tanda vital.
DJJ sesuai indikasi.
Kaji produksi mucus
dan turgor kulit.
Kolaborasi
pemberian cairan
parenteral.
Pantau kadar
5.
hematokrit.
Tentukan
Risiko tinggi
terhadap koping
keperawatan
pemahaman dan
individu tidak
selama..,diharapkan
harapan terhadap
efektif b/d
ketidakadekuatan
system
1. Pasien dapat
pendukung.
mengungkapkan
perasaannya
29
proses persalinan
Anjurkan
mengungkapkan
perasaan
Beri anjuran kuat thd
mekanisme koping
positif dan
Bantu relaksasi
2.
a.
1) Aktivitas istirahat
Klien tampak kelelahan.
2) Integritas ego
Klien tampak serius dan tampak hanyut dalam persalinan ketakutan tentang
kemampuan mengendalikan pernafasan.
3) Nyeri atau ketidaknyamanan
Kontraksi sedang, terjadi 2, 5-5 menit dan berakhir 30-40 detik.
4) Keamanan
Irama jantung janin terdeteksi agak di bawah pusat, pada posisi vertexs.
5) Seksualitas
Dilatasi servik dan 4-8 cm (1, 5 cm/jam pada multipara dan 1,2/ jam pada
primipara)
b. Intervensi
No. Diagnosa
1.
NOC
NIC
Keperawatan
Nyeri akut
Setelah dilakukan
berhubungan
asuhan keperawatan
ketidaknyamanan
dengan tekanan
selama..,diharapkan
mekanik dari
bagian presentasi.
criteria hasil:
nonverbal
Pantau dilatasi servik
Pantau tanda vital dan
1. TTV dbn
2. Pasien dapat
mendemonstrasikan
kontrol nyeri
Kaji derajat
DJJ
Bantu penggunaan
teknik pernapasan
dan relaksasi
Bantu tindakan
kenyamanan spt.
Gosok punggung, kaki
Anjurkan pasien
berkemih 1-2 jam
Berikan informasi
30
tentang ketersediaan
analgesic
Dukung keputusan
klien menggunakan
obat-obatan/tidak
Berikan lingkungan
2.
Perubahan
Setelah dilakukan
asuhan keperawatan
perubahan
selama.,diharapkan
masukan dan
kompresi mekanik
kandung kemih.
hasil:
1. Cairan seimbang
2. Berkemih teratur
yang tenang
Palpasi di atas
simpisis pubis
Monitor masukan
dan haluaran
Anjurkan upaya
berkemih sedikitnya
1-2 jam
Posisikan klien tegak
dan cucurkan air
hangat di atas
perineum
Ukur suhu dan nadi,
kaji adanya
peningkatan
Kaji kekeringan kulit
dan membrane
mukosa
3.
Risiko tinggi
Setelah dilakukan
terhadap koping
asuhan keperawatan
individu tidak
selama.,diharapkan
situasi.
Tentukan pemahaman
dan harapan terhadap
proses persalinan
Anjurkan
mengungkapkan
perasaan
Beri anjuran kuat
terhadap mekanisme
koping positif dan
bantu relaksasi
31
4.
Risiko tinggi
Setelah dilakukan
terhadap cedera
asuhan keperawatan
selama.,diharapkan
obat-obatan
pertambahan
criteria hasil:
mobilitas gastrik.
2. TTV dbn
3. Aktivitas uterus
baik
4. Posisi pasien
Pantau aktivitas
menjadi intensif
Hindari meninggikan
nyaman
miring ke kiri
Berikan perawatan
perineal selama 4
jam
Pantau suhu dan nadi
Kolaborasi
pemberian antibiotik
5.
Risiko tinggi
Setelah asuhan
terhadap
keperawatan
kerusakan gas
selama.,diharapkan
(IV)
Kaji adanya kondisi
yang menurunkan
janin b/d
Pantau
DJJ dengan
janin dalam kondisi baik
perubahan suplay
ketuban
1. DJJ dbn
2. Presentasi kepala (+) Instuksikan untuk tirah
3. Kontraksi uterus
baring bila presentasi
teratur
tidak masuk pelvis
darah
3.
KALA II
a.
Pengkajian
32
1)
Aktivitas/ istirahat
-
Melaporkan kelelahan
relaksasi
2)
3)
Integritas ego
Dapat merasakan kehilangan kontrol / sebaliknya
4)
Eliminasi
Keinginan untuk defekasi, kemungkinan terjadi distensi kandung kemih
5)
Nyeri / ketidaknyamanan
-
6)
Pernafasan
Peningkatan frekwensi pernafasan
7)
Seksualitas
-
b. Diagnosa Keperawatan
1)
2)
3)
c.
Intervensi
No.
Diagnosa
NOC
NIC
1.
Keperawatan
Nyeri akut b/d agen
Setelah dilakukan
cidera biologis:
asuhan keperawatan
33
Identifikasi derajat
tekanan mekanis
pada bagian
presentasi
selama.,diharapkan
ketidaknyamanan
Berikan
tanda/ tindakan
nyeri terkontrol dengan
kenyamanan seperti
criteria hasil:
1. TTV dbn
2. Pasien dapat
mendemostrasikan
nafas dalam dan
teknik mengejan
perawatan kulit,
mulut, perineal dan
alat-alat tahun yang
kering
Bantu pasien memilih
posisi yang nyaman
untuk mengedan
Pantau tanda vital ibu
dan DJJ
Kolaborasi pemasangan
2.
Perubahan
selama..,diharapkan
kondisi cardiovaskuler
criteria hasil:
selama upaya
mengedan
Anjurkan klien /
pasangan memilih
posisi persalinan yang
mengoptimalkan
3.
sirkulasi
Bantu klien dan
Risiko tinggi
Setelah asuhan
terhadap kerusakan
keperawatan
selama.,diharapkan
pada interaksi
tepat
Bantu
klien sesuai
integritas kulit terkontrol
hipertonik
perineum
tertutup (epiostomi)
34
kebutuhan
Kolaborasi epiostomi
garis tengah atau
medic lateral
Kolaborasi terhadap
pemantauan kandung
kemih dan kateterisasi
4.
a.
KALA III
Pengkajian
1)
Aktivitas / istirahat
Klien tampak senang dan keletihan
2)
Sirkulasi
-
kembali normal
dengan cepat
Nadi melambat
3)
4)
Nyeri / ketidaknyamanan
Dapat mengeluh tremor kaki dan menggigil
5)
Seksualitas
-
b. Intervensi
No.
Diagnosa
NOC
1.
Keperawatan
Risiko tinggi
Setelah dilakukan
terhadap
asuhan keperawatan
kekurangan volume
selama.,diharapkan
cairan seimbang
masukan oral,
muntah.
NIC
1. TTV dbn
2. Darah yang
keluar 200
300 cc
Instruksikan klien
untuk mendorong
pada kontraksi
Kaji tanda vital
setelah pemberian
oksitosin
Palpasi uterus
Kaji tanda dan gejala
shock
Massase uterus
dengan perlahan
setelah pengeluaran
35
plasenta
Kolaborasi pemberian
2.
Setelah dilakukan
trauma jaringan
asuhan keperawatan
setelah melahirkan
cairan parentral
Bantu penggunaan
teknik pernapasan
selama.,diharapkan Berikan kompres es
pada perineum
nyeri terkontrol
dengan criteria hasil:
1. Pasien dapat
control nyeri
setelah melahirkan
Ganti pakaian dan
liner basah
Berikan selimut
penghangat
Kolaborasi perbaikan
3.
Risiko tinggi
Setelah dilakukan
terhadap cedera
asuhan keperawatan
selama.,diharapkan
selama persalinan
cidera terkontrol
dengan criteria hasil:
1. Plasenta keluar
utuh
2. TTV dbn
episiotomy
Palpasi fundus uteri
dan massase dengan
perlahan
Kaji irama pernafasan
Bersihkan vulva dan
perineum dengan air
dan larutan
antiseptic
Kaji perilaku klien
dan perubahan
system saraf pusat
Dapatkan sampel
darah tali pusat,
kirim ke
laboratorium untuk
menentukan
golongan darah bayi
Kolaborasi pemberian
cairan parenteral
5.
KALA IV
36
a.
Pengkajian
1)
Aktivitas
Dapat tampak berenergi atau kelelahan
2)
Sirkulasi
Nadi biasanya lambat sampai (50-70x/menit) TD bervariasi, mungkin
Integritas Ego
Kecewa, rasa takut mengenai kondisi bayi, bahagia
4)
Eliminasi
Haemoroid, kandung kemih teraba di atas simfisis pubis
5)
Makanan/cairan
Mengeluh haus, lapar atau mual
6)
Neurosensori
Sensasi dan gerakan ekstremitas bawah menurun pada adanya anastesi
spinal
7)
Nyeri/ketidaknyamanan
Melaporkan nyeri, missal oleh karena trauma jaringan atau perbaikan
Keamanan
Peningkatan suhu tubuh
9)
Seksualitas
Fundus keras terkontraksi pada garis tengah terletak setinggi umbilicus,
Intervensi
No.
Diagnosa
NOC
1.
Keperawatan
Nyeri akut b/d
Setelah dilakukan
efek hormone,
asuhan keperawatan
trauma,edema
NIC
Kaji sifat dan derajat
ketidaknyamanan
selama.,diharapkan Beri informasi yang
37
jaringan, kelelahan
tepat tentang
fisik dan
criteria hasil:
perawatan selama
psikologis,
1. Pasien dapat
ansietas
control nyeri
periode pascapartum
Lakukan tindakan
kenyamanan
Anjurkan penggunaan
teknik relaksasi
Beri analgesic sesuai
2.
Resiko tinggi
Setelah
kekurangan
asuhan
kemampuan
dilakukan Tempatkan klien pada
keperawatan
kelelahan/ketegan
posisi rekumben
Kaji
hal yang
selama.,diharapkan
memperberat
cairan simbang dengan
gan miometri
criteria hasil:
1. TD dbn
2. Jumlah dan warna
lokhea dbn
kejadian intrapartal
Kaji masukan dan
haluaran
Perhatikan jenis
persalinan dan
anastesi, kehilangan
daripada persalinan
Kaji tekanan darah
dan nadi setiap 15
menit
Dengan perlahan
massase fundus bila
lunak
Kaji jumlah, warna
dan sifat aliran
lokhea
Kolaborasi pemberian
3.
Perubahan ikatan
Setelah dilakukan
proses keluarga
asuhan keperawatan
b/d
selama..,diharapkan
transisi/peningkata
38
cairan parentral
Anjurkan klien untuk
menggendong,
menyentuh bayi
Observasi dan catat
n anggota keluarga
interaksi bayi
Anjurkan
dan bantu
1. Ada kedekatan ibu
pemberian ASI,
dengan bayi
tergantung pada
pilihan klien
DAFTAR PUSTAKA
1. Bulechek, Gloria M, Joanne CM.
Selekta
Kedokteran
Jilid
2. Jakarta:
Media
Aesculapius.
4. Gary dkk. (2006). Obstetri Williams, Edisi 21. Jakarta, EGC.
5. Mc Closky & Bulechek. (2000). Nursing Intervention Classification
(NIC). United States of America: Mosby.
6. Meidian, JM. (2000). Nursing Outcomes Classification (NOC). United
States of America: Mosby.
7. Mitayani. (2009). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC
8. Moorhead S, Meridean M, Marion J. (2004). Nursing Outcomes
Classification (NOC). Fourth edition. USA: Mosby Elsevier.
9. NANDA International. (2009). NANDA-I: Nursing Diagnoses Definitions
& Classification 2009-2010. USA: Willey Blackwell Publication.
10. Wiknjosostro. (2002). Ilmu Kebidanan Edisi III. Jakarta: Yayasan Bima
pustaka Sarwana Prawirohardjo.
39