You are on page 1of 20

A DEFINISI

Gastroenteritis adalah inflamasi membrane mukosa lambung dan usus halus.


Gastroenteritis akut ditandai dengan diare, dan pada beberapa kasus, muntah-muntah
yang berakibat kehilangan cairan dan elektrolit yang menimbulkan dehidrasi dan
gangguan keseimbangan elektrolit. (Lynn Betz,2009)
Gastroenteritis atau diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang
tidak normal atau tidak seperti biasanya, dimulai dengan peningkatan volume,
keenceran serta frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan pada neonatus lebih dari 4 kali
sehari dengan atau tanpa lendir dan darah (Hidayat AAA, 2006)
Diare adalah pengeluaran feses yang lunak dan cair disertai sensasi ingin
defekasi yang tidak dapat ditunda. (Grace, Pierce A &Borley, Neil R, 2006).
Diare adalah gejala kelainan pencernaan, absorbsi dan fungsi sekresi (Wong,
2001).
Diare mengacu pada kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang
terjadi dengan bagian feses tidak terbentuk (Nethina, 2001).
Diare adalah kehilangan banyak cairan dan elektrolit melalui tinja (Behrman, 1999).
Menurut pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa diare adalah gejala
kelainan sistem pencernaan, absorbsi, maupun fungsi sekresi dimana pasien mengalami
kehilangan cairan dan elektrolit melalui tinja dengan frekuensi buang air besar lebih
dari empat kali pada bayi dan lebih dari tiga kali pada anak dengan konsistensi feses
cair, dapat berwarna hijau bercampur lendir atau darah, atau lendir saja.
Diare dibagi menjadi dua yaitu:
1 Diare Akut
Diare akut dikarakteristikkan oleh perubahan tiba-tiba dengan frekuensi dan
2

kualitas defekasi.
Diare Kronis
Diare kronis yaitu diare yang lebih dari dua minggu

B ETIOLOGI
Terdapat 3 bahan dalam etiologi diare pada anak (Mary E. Muscari, 2005).
1 Diare Akut
Diare akut dapat disebabkan karena adanya bakteri, nonbakteri maupun adanya
infeksi.
a Bakteri penyebab diare akut antara lain organisme Escherichia coli dan
Salmonella serta Shigella. Diare akibat toksin Clostridium difficile dapat
b

diberikan terapi antibiotik.


Rotavirus merupakan penyebab diare nonbakteri (gastroenteritis) yang paling

sering.
Penyebab lain diare akut adalah infeksi lain (misal, infeksi traktus urinarius
dan pernapasan atas), pemberian makan yang berlebihan, antibiotik, toksin

yang teringesti, iriitable bowel syndrome, enterokolitis, dan intoleransi


2

terhadap laktosa.
Diare kronis biasanya dikaitkan dengan satu atau lebih penyebab berikut ini:
a Sindrom malabsorpsi
b Defek anatomis
c Reaksi alergik
d Intoleransi laktosa
e Respons inflamasi
f Imunodefisiensi
g Gangguan motilitas
h Gangguan endokrin
i Parasit
j Diare nonspesifik kronis
Faktor predisposisi diare antara lain, usia yang masih kecil, malnutrisi, penyakit
kronis, penggunaan antibiotik, air yang terkontaminasi, sanitasi atau higiene buruk,
pengolahan dan penyimpanan makanan yang tidak tepat.

C PATOFISIOLOGI
Patofisiologi bergantung pada penyebab diare (Mary E. Muscari, 2005)
1 Enterotoksin bakteri menginvasi dan menghancurkan sel-sel epitel usus,
2

menstimulasi sekresi cairan dan elektrolit dari sel kripta mukosa.


Penghancuran sel-sel mukosa vili oleh virus menyebabkan penurunan kapasitas

untuk absorpsi cairan dan elektrolit karena area permukaan usus yang lebih kecil.
Patofisiologi diare kronis bergantung pada penyebab utamanya. Lihat unit
pembahasan penyakit seliaka sebagai contoh diare yang disebabkan oleh gangguan
malabsorpsi.
Diare dalam jumlah besar juga dapat disebabkan faktor psikologis, misalnya

ketakutan atau jenis stres tertentu, yang diperantarai melalui stimulasi usus oleh saraf
parasimpatis. Juga terdapat jenis diare yang ditandai oleh pengeluaran feses dalam
jumlah sedikit tetapi sering. Penyebab diare jenis ini antara lain adalah kolitis
ulserabutiv dan penyakit Crohn. Kedua penyakit ini memiliki komponen fisik dan
psikogenik (Elizabeth J. Corwin, 2007).
Sebagian besar diare akut di sebabkan oleh infeksi. Banyak dampak yang
terjadi karena infeksi saluran cerna antara lain: pengeluaran toksin yang dapat
menimbulkan gangguan sekresi dan reabsorbsi cairan dan elektrolit dengan akibat
dehidrasi,gangguan keseimbangan elektrolit dan gangguan keseimbangan asam basa.
Invasi dan destruksi pada sel epitel, penetrasi ke lamina propia serta kerusakan
mikrovili yang dapat menimbulkan keadaan maldigesti dan malabsorbsi,dan apabila

tidak mendapatkan penanganan yang adekuat pada akhirnya dapat mengalami invasi
sistemik.
Gambar 1. Penyebab gastroenteritis
Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotavirus, Adenovirus
enteris, Virus Norwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter, Salmonella, Escherichia
coli, Yersinia dan lainnya), parasit (Biardia Lambia, Cryptosporidium). Beberapa
mikroorganisme patogen ini menyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi

enterotoksin atau sitotoksin dimana merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus
pada Gastroenteritis akut. Penularan Gastroenteritis bisa melalui fekal-oral dari satu
penderita ke yang lainnya.
Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen dikarenakan makanan dan
minuman yang terkontaminasi. Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah
gangguan osmotic (makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan
osmotic dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit
kedalam rongga usus,isi rongga usus berlebihan sehingga timbul diare).
Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus,
sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare. Gangguan
moltilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat dari
diare itu sendiri adalah kehilangan air dan elektrolit (Dehidrasi) yang mengakibatkan
gangguan asam basa (Asidosis Metabolik dan Hipokalemia), gangguan gizi (intake
kurang, output berlebih), hipoglikemia dangangguan sirkulasi darah.
D MANIFESTASI KLINIS
1 Diare akut

Akan hilang dalam waktu 72 jam dari onset.


Onset yang tak terduga dari buang air besar encer, gas-gas dalam perut, rasa

tidak enak, nyeri perut.


Nyeri pada kuadran kanan bawah disertai kram dan bunyi pada perut.
Demam.
2 Diare kronik
- Serangan lebih sering selama 2-3 periode yang lebih panjang.
- Penurunan BB dan nafsu makan.
- Demam indikasi terjadi infeksi.
- Dehidrasi tanda-tandanya hipotensi takikardi, denyut lemah
-

Gambar 2. Memeriksa popok basah pada bayi diare

Bentuk klinis diare


Diagnose
Diare cair akut

Didasarkan Pada Keadaan


Diare lebih dari 3 kali sehari berlangsung kurang dari 14

Kolera

b
a

hari
Tidak mengandung darah
Diare air cucian beras yang sering ada banyak dan cepat

menimbulkan dehidrasi berat, atau


Diare dengan dehidrasi berat selama terjadinya KLB

kolera, atau
Diare dengan hasil kultur tinja positif untuk V cholers 01

a
a
a

atau 0139
Diare berdarah (dilihat atau dilaporkan)
Diare yang berlangsung selama 14 hari atau lebih
Diare apapun yang disertai gizi buruk

Disentri
Diare persisten
Diare dengan gizi

buruk
Diare terkait antibiotika a
(Antibiotic Associated
Diarrhea)

Mendapat pengobatan antibiotic oral spectrum luas

Invaginasi

a
b
c

Dominan darah dan lender dalam tinja


Massa intra abdominal (abdominal mass)
Tangisan keras dan kepucatan pada bayi

Klasifikasi tingkat dehidrasi anak dengan diare


Klasifikasi
Dehidrasi berat

Tanda-tanda atau gejala


Terdapat 2 atau lebih tanda:
a
b
c
d

Pengobatan
Beri cairan untuk diare

Letargis/tidak sadar
dengan dehidrasi berat
Mata cekung
Tidak bisa minum atau malas minum
Cubitan perut kembali sangat lambat

( 2 detik)
Dehidrasi ringan Terdapat 2 atau lebih tanda:
atau sedang

a
b
c
d

Rewel gelisah
Mata cekung
Minum dengan lahap atau haus
Cubitan kulit kembali dengan lambat

Beri anak dengan cairan


dengan makanan untuk

dehidrasi ringan
Setelah
rehidrasi,
nasehati

ibu

untuk

penangan dirumah dan


Tanpa dehidrasi

Tidak

terdapat

cukup

tanda

untuk a

diklasifikasikan sebagai dehidrasi ringan

kapan kembali segera


Beri cairan dan makanan
untuk menangani diare

atau berat
b

dirumah
Nasehati

kembali segera
Kunjungan ulang dalam

ibu

kapan

waktu 5 hari jika tidak


membaik

E PEMERIKSAAN PENUNJANG
1 Diare akut
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan:
- Tes darah: hitung darah lengkap; anemia atau trombositosis mengarahkan
dengan adanya penyakit kronis. Albumin yang rendah bisa menjadi patokan
-

untuk tingkat keparahan penyakit namun tidak spesifik.


Kultur tinja bisa mengidentifikasi organisme penyebab. Bakteri C. Difficile
ditemukan pada 5% orang sehat; oleh karenanya diagnosis ditegakkan
berdasarkan adanya gejala disertai ditemukannya toksin, bukan berdasarkan
ditemukannya organisme saja.

Foto polos abdomen: bisa menunjukkan gambaran kolitis akut.

Diare kronis
Pemeriksaan penunjang yang akan dilakukan harus dipilih berdasarkan prioritas
diagnosis klinis yang paling mungkin:
-

Tes darah: secara umum dilakukan hitung darah lengkap, LED, biokimiawi
darah, tes khusus dilakukan untuk mengukur albumin serum, vitamin B12 dan

folat. Fungsi tiroid. Antibodi endomisial untuk penyakit siliaka.


Mikroskopik dan kultur tinja (x3): hasil kultur negatif belum menyingkirkan

giardiasis.
Lemak dan tinja: cara paling sederhana adalah pewarnaan sampel tinja dengan
Sudan black kemudian diperiksa di bawah mikroskop. Pada kasus yang lebih
sulit, kadar lemak tinja harus diukur, walaupun untuk pengukuran ini

dibutuhkan diet yang terstandardisasi.


Foto polos abdomen: pada foto polos abdomen bisa terlihat klasifikasi pankras,
sebainya diperiksa dengan endoscopic retrograde cholangiopancreatography

(ERCP) dan/atau CT pankreas.


Endoskopi, aspirasi duodenum, dan biopsi: untuk menyingkirkan penyakit

seliaka dan giardiasis.


Kolonoskopi dan biopsi: endoskopi saluran pencernaan bagian bawah lebih
menguntungkan dari pada pencitraan radiologi dengan kontras karena, bahkan
ketika mukosa terlihat normal pada biopsi bisa ditemukan kolitis mikroskopik

(misalnya kolistik limfositik, kolitis kolagenosa).


Hydrogen breath test: untuk hipolaktasia (laktosa) atau pertumbuhan

berlebihan bakteri pada usus halus (laktulosa).


Pencitraan usus halus: bisa menunjukkan divertikulum jejuni, penyakit Crohn

atau bahkan struktur usus halus.


Berat tinja 24 jam (diulang saat puasa): walaupun sering ditulis di urutan
terakhir daftar pemeriksaan penunjang pemeriksaan ini tetap merupakan cara

paling tepat untuk membedakan diare osmotik dan diare sekretorik.


Hormon usus puasa: jika ada dugaan tumor yang mensekresi hormonharus
dilakukan pengukuran kadar hormon puasa.

Menurut (Rubebsten dkk, 2007) jika merupakan episode akut tunggal dan belum
mereda setelah 5-7 hari, maka harus dilakukan pemeriksaan berikut:

Pemeriksaan darah lengkap untuk mencari anemia dan kultur darah untuk
Salminella typhi, S. Paratyphi, dan S. Enteritidid, khususnya bila ada riwayat

perjalanan ke luar negeri.


Pemeriksaan laboratorium tinja untuk mencari kista, telur, dan parasit (ameba,
Giardia) dan kultur (tifoid dan paratifoid, Campylobacter, Clostridium

difficile).
Sigmoidoskopi, khususnya pada dugaan kolistis ulseratif atau kangkaer (atau
kolitis ameba). Biopsi dan histologi bisa memiliki nilai diasnostik.

F PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan medis primer diarahkan pada pengontrolan dan menyembuhkan
penyakit yang mendasari (Baughman, 2000).
1 Untuk diare ringan, tingkatkan masukan cairan per oral; mungkin diresepkan
2

glukosa oral dan larutan elektrolit.


Untuk diare sedang, obat-obatan non-spesifik, difenoksilat (Lomotif) dan
loperamid (Imodium) untuk menurunkan motilitas dari sumber-sumber non-

infeksius.
Diresepkan antimicrobial jika telah teridentifikasi preparat infeksius atau diare

memburuk.
Terapi intravena untuk hidrasi cepat, terutama untuk pasien yang sangat muda atau
lansia.

Penatalaksanaan diare akut pada anak:


1

Rehidrasi sebagai prioritas utama terapi.


Ada 4 hal yang penting diperhatikan agar dapat memberikan rehidrasi
yang cepat dan akurat, yaitu:
a Jenis cairan yang hendak digunakan.
Pada saat ini cairan Ringer Laktat merupakan cairan pilihan karena tersedia
cukup banyak di pasaran meskipun jumlah kaliumnya rendah bila
dibandingkan dengan kadar kalium tinja. Bila RL tidak tersedia dapat
diberiakn NaCl isotonik (0,9%) yang sebaiknya ditambahkan dengan 1 ampul
Nabik 7,5% 50 ml pada setiap satu liter NaCl isotonik. Pada keadaan diare akut
awal yang ringan dapat diberikan cairan oralit untuk mencegah dehidrasi
b

dengan segala akibatnya.


Jumlah cairan yang hendak diberikan.
Pada prinsipnya jumlah cairan pengganti yang hendak diberikan harus sesuai
dengan jumlah cairan yang keluar dari badan. Jumlah kehilangan cairan dari
badan dapat dihitung dengan cara/rumus:
Mengukur BJ Plasma

Kebutuhan cairan dihitung dengan rumus:


BJ Plasma 1,025
x BB x 4 ml
0,001

Metode Pierce
Berdasarkan keadaan klinis, yakni:
- Diare ringan, kebutuhan cairan
- Diare sedang, kebutuhan cairan
- Diare ringan, kebutuhan cairan

= 5% x kg BB
= 8% x kg BB
= 10% x kg BB

Metode Perbandingan BB dan Umur


Total
BB (kg)

Umur

PWL

NWL

CWL

Kehilangan
Cairan

<3

< 1 bln

150

125

25

300

3-10

1 bln-2 thn

125

100

25

250

10-15

2-5 thn

100

080

25

205

15-25

5-10 thn

080

025

25

130

Sumber: Ngastiyah (1997)


Keterangan:
PWL : Previus Water Lose (ml/kgBB) = cairan muntah.
NWL: Normal Water Lose (ml/kgBB) = cairan diuresis, penguapan, pernapasan
CWL: Concomitant Water Lose (ml/KgBB) = cairan diare dan muntah yang terus
menerus.
1

Cairan per oral


Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang diberikan peroral berupa
cairan yang bersifat NaCl dan NaHCO3 dan glukosa. Untuk diare akut dan
kolera pada anak diatas 6 bulan kadar Natrium 90 mEg/l. Pada anak
dibawah umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan-sedang kadar natrium 50-60
mEg/l. Formula lengkap disebut oralit, sedangkan larutan gula garam dan

tajin disebut formula yang tidak lengkap karena banyak mengandung NaCl
dan sukrosa.
2

Cairan parentral
Diberikan pada klien yang mengalami dehidrasi berat, dengan rincian
sebagai berikut:
-

Untuk anak umur 1 bl -2 tahun berat badan 3-10 kg :

jam pertama : 40 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infusset berukuran


1 ml=15 tts atau 13 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes).
7 jam berikutnya : 12 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infusset
berukuran 1 ml=15 tts atau 4 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes).
16 jam berikutnya : 125 ml/kgBB/ oralit.

Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg :
1 jam pertama : 30 ml/kgBB/jam atau 8 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau
10 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).

Untuk anak lebih dari 5-10 tahun dengan berat badan 15-25 kg :
2

jam pertama : 20 ml/kgBB/jam atau 5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 7


tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
7 jam berikut : 10 ml/kgBB/jam atau 2,5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts
atau 3 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
16 jam berikut : 105 ml/kgBB oralit per oral.

Untuk bayi baru lahir dengan berat badan 2-3 kg :


Kebutuhan cairan: 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250 ml/kg/BB/24 jam,
jenis cairan 4:1 (4 bagian glukosa 5% + 1 bagian NaHCO3 1 %.
Kecepatan : 4 jam pertama : 25 ml/kgBB/jam atau 6 tts/kgBB/menit (1
ml = 15 tts) 8 tts/kg/BB/mt (1mt=20 tts).
-

Untuk bayi berat badan lahir rendah

Kebutuhan cairan: 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian


glukosa 10% + 1 bagian NaHCO3 1 %).

Dietetik
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat badan kurang
dari 7 kg, jenis makanan:
- Susu (ASI, susu formula yang mengandung laktosa rendah dan lemak tak
-

jenuh.
Makanan setengah padat (bubur atau makanan padat (nasi tim).
Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan misalnya
susu yang tidak mengandung laktosa dan asam lemak yang berantai sedang

atau tak jenuh.


Standar Nutrisi parenteral untuk anak diare adalah didasarkan atas kebutuhan
kalori, kebutuhan asam amino, dan kebutuhan mikronutrien.
Kebutuhan kalori
a BBLR : 150 Kkal/ Kg BB
b BBL C: 120 Kkal/ Kg BB/bulan
c BB 0- 10 Kg : 100Kkal/ Kg BB
d BB 11- 20 Kg : 1000 Kkal + 50 Kkal x (BB -10)
e BB > 20 Kg : 1500 Kkal + 20 Kkal x ( BB 20)
Kebutuhan Asam amino
a BBLR 2,5 3/ Kg BB
b Usia 0 -1 tahun : 2,5 g/ Kg BB
c Usia 2 -13 tahun 1,5 -2g/ kg BB
Kebutuhan Mikronutrien
a Kalium 1,5 2,5 meq/ kg BB
b Natrium 2,5 3,5 meq/ kg BB
Salah satu contoh makanan untuk anak dengan diare adalah bubur tempe
yang bertujuan untuk memberikan diet kepada anak dengan diare. Adapun
sasaran dan kegunaannya adalah untuk meringankan kerja usus bagi penderita
diare dan diberikan kepada anak usia 6 -12 bulan dan anak usia 1 -5 tahun.
Adapun bahan yang dibutuhkan adalah tepung beras 30 gram, tempe 50 gram,
margarine 10 gram dan gula pasir 20 gram, serta air 200 ml. Adapun caranya ada
2 yaitu cara pertama: tempe di blender ditambah 20 cc, campurkan tempe yang
sudah diblender dengan tepung beras, gula pasir, margarine dan air sebanyak 200
cc, aduk hingga rata, lalu mask diatas api sampai mengental dan siap disajikan.
Cara kedua: tempe direbus lalu dihaluskan, campur tempe , tepung beras,
margarine, gula pasir dengan sisa rebusan tempe sebanyak 200 cc. Masak diatas
api sampai mengental kemudian disaring dan siap untuk disajikan.

Obat-obatan
Tabel antidiare (Kee, 1996)
Obat

Pemakaian dan

Dosis

Opiat
Tingfur opium

pertimbangan

TR: D: PQ: 0,6 mL atau 10 tts, Untuk

diare

akut

dan

q.i.d. dicampur dengan air


nonspesifik. Obat golongan II
Camphorated: 5-10 mL, 1-4
kali/ hari
D: PO: 5-10 mL, 1-4 kali/ hari Untuk diare. Obat golongan
A: PO: 0,25-0,5 mL, 1-4 kali/
III
hari
D: PO: 15-30 mg, q.i.d.
Untuk diare

Paregorik

Kodein
Agen-agen
related
Difenoksilat

opiat
dengan D: PO: 2,5-5 mg, b.i.d,q.i.d.

atropin (Lomotil)

Anak >2 thn: 0,3-0,4 mg/kg,


setiap hari dalam dosis terbagi

Untuk diare akut, nonspesifik.


Obat golongan V.
Dosis untuk anak bervariasi
sesuai dengan umur.

4 atau 2 mg, 3-5 kali setiap


Loperamid (Imodium)

hari
D: PO: M: 4 mg, kemudian 2 Untuk

diare.

Obat

bebas

mg setelah buang air cair. terbaru. Kategori kehamilan


Tidak melebihi 16 mg/ hari.
B. Tidak mempengaruhi SSP.
A (5-8 thn) PO: 2 mgg, dosis
Kurang dari 1% yang
dapat diulangi, tidak melebihi
mencapai sirkulasi sistemik.
4 mg/ hari

Adsorben
Kaolin-Pektin

Sesuai dengan label

Untuk

diare.

Diberikan

(Kaopectate)

setelah setiap kali buang air

Garam-garam

cair. Obat bebas.


Untuk
diare,

bismut Sesuai dengan label

(Pepto-Bismol)

gangguan

lambung. Dalam bentuk cair


atau tablet.

Kombinasi
Difenoksilat

dengan Lihat agen-agen opiat related

Lihat agen-agen opiat related

atropin (Lomotil)
Parepektolin

Sesuai dengan label

Donnagel

kaopecatate
D: PO: M: 30 mg, kemudian Mengandung

Mengandung paregorik dan


atropin

dan

15-30 mg setelah setiap kali kaopectate


buang air cair
A: PO: 5-10 mg setelah setiap
Donnagel P-G

kali buang air cair


D: PO: 15 mg, setiap 3 jam

Mengandung opium, atropin,

dan kaopectate
Kunci: D: Dewasa; A: Anak-anak; PO: Per Oral; M: Mula-mula; TR: tingtur; >:
lebih dari; tts: tetes.
G. KOMPLIKASI
1.

Dehidrasi

2.

Renjatan hipovolemik

3.

Kejang

4.

Bakterimia

5.

Malnutrisi

6.

Hipoglikemia

7.

Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus.

H. ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian (data subjektif dan objektif)
Pengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data,analisa data dan penentuan
masalah.
Pengumpulan data diperoleh dengan cara intervensi,observasi, dan pemeriksaan fisik . Kaji
data menurut Cyndi Smith Greenberg,1992 adalah :
1. Identitas klien.
2. Riwayat keperawatan.
2.1.Awal kejadian: Awalnya suhu tubuh meningkat,anoreksia kemudian timbul diare.

2.2.Keluhan utama : Feses semakin cair,muntah,bila kehilangan banyak air dan


elektrolit terjadi gejala dehidrasi,berat badan menurun. Turgor kulit berkurang,selaput
lendir mulut dan bibir kering,frekwensi BAB lebih dari 4 kali dengan konsistensi encer.
3. Riwayat kesehatan masa lalu.
4. Riwayat penyakit keluarga.
5. Diagnosis Medis dan Terapi : Gastroenteritis Akut dan terapi obat antidiare, terapi
intravena, dan antibiotic.
6. Pengkajian Pola Gordon (Pola Fungsi Kesehatan).
1. Persepsi Kesehatan : pasien tidak mengetahui penyebab penyakitnya, higienitas
pasien sehari-sehari kurang baik.
2. Nutrisi metabolic : diawali dengan mual,muntah,anopreksia,menyebabkan
penurunan berat badan pasien.
3. Pola eliminasi : akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4 kali
sehari,BAK sedikit atau jarang.
4. Aktivitas : akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan adanya nyeri
akibat distensi abdomen yakni dibantu oleh orang lain.
5. Tidur/istirahat : akan terganggu karena adanya distensi abdomen yang akan
menimbulkan rasa tidak nyaman.
6. Kognitif/perceptual : pasien masih dapat menerima informasi namun kurang
berkonsentrasi karena nyeri abdomen.
7. Persepsi diri/konsep diri : pasien mengalami gangguan konsep diri karena
kebutuhan fisiologis nya terganggu sehingga aktualisasi diri tidak tercapai pada
fase sakit.
8. Seksual/reproduksi : mengalami penurunan libido akibat terfokus pada penyakit.

9. Peran hubungan : pasien memiliki hubungan yang baik dengan keluarga dan
peran pasien pada kehidupan sehari-hari mengalami gangguan.
10. Manajemen koping/stress : pasien mengalami kecemasan yang berangsurangsur dapat menjadi pencetus stress. Pasien memiliki koping yang adekuat.
11. Keyakinan/nilai : pasien memiliki kepercayaan, pasien jarang sembahyang
karena gejala penyakit.

6. Pemerikasaan fisik.
-

Inspeksi : mata cekung,ubun-ubun besar,selaput lendir,mulut dan bibir kering,berat


badan menurun,anus kemerahan.

Perkusi : adanya distensi abdomen.

Palpasi : Turgor kulit kurang elastis

Auskultasi : terdengarnya bising usus.

7. Pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan tinja,darah lengkap dan duodenum intubation yaitu untuk mengetahui
penyebab secara kuantitatif dan kualitatif.
A PATHWAY
Pathway diare
Infeksi

Makanan

Psikologi

Berkembang di usus

Toksik tidak dapat


diserap

Ansietas

Hipersekresi air &


elektrolit

Hiperperistaltik

Isi usus
Penyerapan makanan di
usus
Resiko integritas
syok
Gangguan
keseimbangan
Hilang
cairan
&volume
elektrolit
Kerusakan
Kekurangan
Dehidrasi
Frekuensi BAB
Diare
(hipovolemik)
cairan
dan elektrolit
berlebihan
kulit
cairan

Ketidakseimbangan
nutrisi: kurang dari
Distensi
Nafsu
Mual abdomen
muntah
makan
kebutuhan
tubuh

G ANALISA DATA
No.
1.

Data Fokus
Batasan karakteristik :
- Perubahan status mental
- Penurunan tekanan darah
- Penurunan tekanan nadi
- Penurunan turgor kulit
- Peurunan haluaran urine
- Membran mukosa kering
- Kulit kering
- Peningkatan hematokrit
- Peningkatan suhu tubuh
- Peningkatan frekuensi nadi
- Peningkatan konsentrasi urine
- Penurunan berat badan
- Haus
- Kelemahan

(Nurarif, Amin &


Kusuma, H., 2013)
Masalah
Etiologi
Keperawatan
Kekurangan volume
cairan

Output berlebih

Kekurang

dengan ou

2.

Batasan karakteristik:
-

3.

Nyeri abdomen sedikitnya 3

kali defekasi perhari


- Kram
- Bising usus hiperaktif
- Ada dorongan
Batasan karakteristik :
- Kram abdomen
- Nyeri abdomen
- Menghindari makanan
- Berat badan 20% atau lebih di
-

Diare

Proses infeksi dan


parasit

Diare ber
parasit

Ketidakseimbangan

Intake makanan

Ketidakse

nutrisi kurang dari

yang tidak adekuat

kebutuha

kebutuhan tubuh

makanan

bawah berat badan ideal


Kerapuhan kapiler
Diare
Kehilangan rambut berlebihan
Bising usus hiperaktif
Kurang makanan
Kurang informasi
Penurunan berat badan
dengan asupan makanan

4.

adekuat
Membran mukosa pucat
Ketidakmampuan memakan

makanan
Tonus otot menurun
Mengeluh gangguan sensasi

rasa
- Cepat kenyang setelah makan
- Sariawan rongga mulut
- Kelemahan otot pengunyah
- Klemahan otot untuk menelan
Batasan karakteristik :
-

Kerusakan lapisan kulit

(dermis)
Gangguan permukaan kulit

(epidermis)
Invasi struktur tubuh

Kerusakan integritas

Kelembapan

kulit

(NANDA, 2012-2014)
H RENCANA KEPERAWATAN
No.

Diagnosa Keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil

Kerusaka

dengan ke

1.

Kekurangan volume cairan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan

berhubungan dengan output

selama 3 x 24 jam, diharapkan kebutuhan

berlebih (00027).

cairan dan elektrolit dalam tubuh pasien dapat

Fluide
1 Tim
2

dip
Per

yan
Mo

teratasi dengan kriteria hasil:


-

Input dan output cairan elektrolit

seimbang.
Menunjukkan membran mukosa lembab
dan turgor jaringan normal.

me
4
5
6
7

tek
Mo
Ko
Mo
Do

Ko

Hypov
1 Mo

dan
Mo
Mo

2
3

2.

Diare berhubungan dengan proses

Setelah dilakukan tindakan keperawatan

infeksi dan parasit

selama 1 x 24 jam diharapkan diare pasien

pen
4 Mo
Diarhe
1

te
A

o
In

dapat teratasi dengan kriteria hasil:


-

Feses berbentuk, BAB sehari sekali-tiga


hari
Menjaga daerah sekitar resital dari iritasi
Tidak mengalami diare
Mempertahankan turgor kulit

m
4
5
6
7
8
9

d
E
Id
M
O
U
H

b
10 In

re

k
11 In

la
12 A

3.

Ketidakseimbangan nutrisi kurang

Setelah dilakukan tindakan keperawatan

dari kebutuhan tubuh berhubungan

selama 3 x 24 jam, diharapkan kebutuhan

dengan intake makanan yang tidak

nutrisi pasien dapat teratasi dengan kriteria

adekuat (00002).

hasil:
-

Berat badan ideal sesuai dengan tinggi

badan
Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
Menunjukan peningkatan fungsi

pengecapan dari menelan


Tidak terjadi penurunan berat badan
yang berarti

13 M
Nutriti

1 Ka
2 Ko

me

yan
3 An

int
4 An

pro
5 Ber
6 Mo

kal
7 Ber

nu

Nutriti
1
2

B
M

ba
M

ya
M

5
6

se
M
Ja

tid
M

8
9

pi
M
M

da
10 M

H
11 M

pe
12 M
4.

Kerusakan integritas kulit

Setelah dilakukan tindakan keperawatan

ke
Pressu

berhubungan dengan kelembapan

selama 3 x 24 jam, diharapkan kerusakan

1 An

(00046)

integritas kulit pasien dapat teratasi dengan


kriteria hasil:
-

Integritas kulit yang baik bisa


dipertahankan (sensasi, elastisitas,

temperatur, hidrasi, pigmentasi)


Tidak ada luka atau lesi pada kulit
Perfusi jaringan baik
Menunjukkan pemahaman dalam proses
perbaikan kulit dan mencegah terjadinya

cidere berulang
Mampu melindungi kulit dan
mempertahankan kelembaban kulit dan
perawatan alami

(NIC&NOC, 2008)

Daftar Pustaka
Baughman, Diane C. 2000. Keperawatan Medikal Bedah : Buku Saku untuk Brunner
dan

Suddarth. Jakarta : EGC.

Behrman, Richard E, dkk. 1999. Ilmu Kesehatan dan Anak Nelson, Volume 2. Edisi 15.
Alih

Bahasa A. Samik Wahab. Jakarta : EGC.

Corwin, Elizabeth J. 2007. Buku Saku Patofisiologi, Ed. 3; Alih Bahasa, Nike Budhi
Subekti. Jakarta: EGC.
Doctherman, J. McCloskey. 2008. Nursing Interventions Classification (NIC) & Nursing
Outcomes Clasifications (NOC). USA : Mosby.
Grace, Pierce A & Borley, Neil R. 2006. At a Glance Ilmu Bedah. Jakarta : Erlangga.
Herdman, T. Heather. 2013. NANDA Internasional Diagnosis Keperawatan : Definisi dan
Klasifikasi 2012-2014. Jakarta : EGC.
Kee, Joyce L.1996. Farmakologi : Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta: EGC.

pa
2 Jag

da
3 Mo

se
4 Ole

pa
5 Mo
6 Me

air

Muscari, Mary E. 2005. Panduan Belajar: Keperawatan Pediatrik; Alih Bahasa, Aifrina
Hany. Jakarta: EGC.
Nethina, Sandra, M. 2001. Pedoman Praktek Keperawatan. Alih Bahasa oleh Setiawan,
dkk. Jakarta : EGC.
Nurarif, Amin Huda dan Kusuma, Hardhi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperwatan
Berdasarkan Diagnose Medis dan NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: Mediaction
Publishing.
Wong, Donna L. dan Eaton, M. H(et all). 2001. Wongs Essentials of Pediatric Nursing.
(Ed.

6). Missouri : Mosby.

You might also like