You are on page 1of 18

A.

ANATOMI FISIOLOGI UTERUS


Uterus merupakan organ muskular yang sebagian tertutup oleh peritoneum
/ serosa. Bentuk uterus menyerupai buah pir yang gepeng. Uterus wanita nullipara
panjang 6-8 cm, dibandingkan dengan 9-10 cm pada wanita multipara. Berat
uterus wanita yang pernah melahirkan antara 50-70 gram. Sedangkan pada yang
belum pernah melahirkan beratnya 80 gram / lebih.
Uterus terdiri dari:
1. Fundus Uteri
Merupakan bagian uterus proksimal, disitu ke-2 tuba fallopi berinsensi ke
uterus. Di dalam klinik penting diketahui sampai dimana fundus uteris berada oleh
karena tuanya kehamilan dapat diperkirakan dengan perabaan fundus uteri.
2. Korpus Uteri
Merupakan bagian uterus yang terbesar. Rongga yang terdapat pada
korpus uteri disebut kavum uteri. Dinding korpus uteri terdiri dari 3 lapisan:
serosa, muskula & mukosa. Mempunyai fungsi utama sebagai janin berkembang.
3. Serviks Uteri
Serviks merupakan bagian uterus dengan fungsi khusus, terletak dibawah
isthmus. Serviks memiliki serabut otot polos, namun terutama terdiri atas jaringan
kolagen, ditambah jaringan elastin serta pembuluh darah. Kelenjar ini berfungsi
mengeluarkan sekret yang kental dan lengket dari kanalis servikalis.
4. Dinding Uterus
Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan: endometrium, miometrium, dan
sebagian lapisan luar peritoneum parietalis.

Gambar 1. Reproduksi Interna Wanita

Gambar 2. Uterus Normal


B. DEFINISI MIOMA UTERI
Mioma uteri, dikenal juga dengan sebutan fibromioma, fibroid, atau
leiomioma merupakan neoplasma jinak yang berasal dari otot polos uterus dan
jaringan ikat yang menumpanginya. Mioma uteri berbatas tegas, tidak berkapsul,
dan berasal dari otot polos jaringan fibrous sehingga mioma uteri dapat
berkonsistensi padat jika jaringan ikatnya dominan, dan berkonsistensi lunak jika
otot rahimnya yang dominan.
Mioma uteri adalah tumor jinak yang berasal dari sel otot polos dan
jaringan ikat uterus. Mioma uteri adalah neoplasma yang paling sering terjadi
dalam uterus.
Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27% wanita berumur 25 tahun
mempunyai sarang mioma, pada wanita yang berkulit hitam ditemukan lebih
banyak. Mioma uteri belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarke,

sedangkan setelah menopause hanya kira-kira 10% mioma yang masih


bertumbuh. Di Indonesia mioma uteri ditemukan 2,39-11,7% pada semua
penderita ginekologik yang dirawat. Selain itu dilaporkan juga ditemukan pada
kurang lebih 20-25% wanita usia reproduksi dan meningkat 40% pada usia lebih
dari 35 tahun.

Gambar 3. Mioma Uteri


C. KLASIFIKASI
Mioma uteri hampir selalu berbentuk bulat, berbatas tegas dengan
sekitarnya, berwarna putih, padat, dan pada irisan melintang akan terlihat adanya
lapisan-lapisan yang membentuknya. Meskipun berbatas tegas mioma tidak
memiliki kapsul.
Menurut tempatnya di uterus dan menurut arah pertumbuhannya, maka
mioma uteri dibagi 4 jenis, yaitu :
1. Mioma Submukosa
Berada di bawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga uterus. Jenis ini
dijumpai 6,1% dari seluruh kasus mioma. Jenis ini sering memberikan keluhan
gangguan perdarahan. Mioma jenis lain meskipun besar mungkin belum
memberikan keluhan perdarahan, tetapi mioma submukosa, walaupun kecil
sering memberikan keluhan gangguan perdarahan. Mioma submukosa
umumnya dapat diketahui dengan tindakan kuretase, dengan adanya benjolan
waktu kuret, dikenal sebagai currete bump dan dengan pemeriksaan
histeroskopi dapat diketahui posisi tangkai tumor. Tumor jenis ini sering
mengalami infeksi, terutama pada mioma submukosa pedinkulata. Mioma
submukosa pedinkulata adalah jenis mioma submukosa yang mempunyai
tangkai. Tumor ini dapat keluar dari rongga rahim ke vagina, dikenal dengan
nama mioma geburt atau mioma yang dilahirkan, yang mudah mengalami

infeksi, ulserasi, dan infark. Pada beberapa kasus penderita akan mengalami
anemia dan sepsis karena proses di atas.
2. Mioma Intramural
Terdapat di dinding uterus di antara serabut miometrium. Karena pertumbuhan
tumor, jaringan otot sekitarnya akan terdesak dan terbentuk simpai yang
mengelilingi tumor. Bila di dalam dinding rahim dijumpai banyak mioma,
maka uterus akan mempunyai bentuk yang berbenjol-benjol dengan
konsistensi yang padat. Mioma yang terletak pada dinding depan uterus,
dalam pertumbuhannya akan menekan dan mendorong kandung kemih ke
atas, sehingga dapat menimbulkan keluhan miksi.
3. Mioma Subserosa
Apabila mioma tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol pada
permukaan uterus diliputi oleh serosa. Mioma subserosa dapat tumbuh di
antara kedua lapisan ligamentum latum menjadi mioma intraligamenter.
4. Mioma Intraligamenter
Mioma subserosa yang tumbuh menempel pada jaringan lain, misalnya ke
ligamentum atau omentum dan kemudian membebaskan diri dari uterus
sehingga disebut mondering/parasitic fibroid.
Jarang sekali ditemukan satu macam mioma saja dalam satu uterus. Mioma
pada serviks dapat menonjol ke dalam satu saluran servik sehingga ostium
uteri eksternum berbentuk bulan sabit.
D.

ETIOLOGI

Etiologi pasti belum diketahui

Peningkatan

reseptor

estrogen-progesteron

pada

jaringan

mioma

uteri

mempengarui pertumbuhan tumor

Faktor predisposisi yang bersifat herediter, telah diidentifikasi kromosom yang


membawa 145 gen yang diperkirakan berpengaruh pada pertumbuhan fibroid.
Sebagian ahli mengatakan bahwa fibroid uteri diwariskan dari gen sisi paternal.

Mioma biasanya membesar pada saat kehamilan dan mengecil setelah menopause
jarang ditemukan sebelum menarke.

Faktor Risiko terjadinya mioma uteri yaitu:


1.

Usia penderita
Mioma uteri ditemukan sekitar 20% pada wanita usia reproduksi dan

sekitar 40%-50% pada wanita usia di atas 40 tahun (Suhatno, 2007). Mioma uteri
jarang ditemukan sebelum menarke (sebelum mendapatkan haid). Sedangkan pada
wanita menopause mioma uteri ditemukan sebesar 10%.
2.

Hormon endogen (Endogenous Hormonal)


Konsentrasi estrogen pada jaringan mioma uteri lebih tinggi daripada

jaringan miometrium normal.


3.

Riwayat Keluarga
Wanita dengan garis keturunan tingkat pertama dengan penderita mioma

uteri mempunyai 2,5 kali kemungkinan untuk menderita mioma dibandingkan


dengan wanita tanpa garis keturunan penderita mioma uteri.
4.

Indeks Massa Tubuh (IMT)


Obesitas juga berperan dalam terjadinya mioma uteri.

5.

Makanan
Dilaporkan bahwa daging sapi, daging setengah matang (red meat), dan

daging babi menigkatkan insiden mioma uteri, namun sayuran hijau menurunkan
insiden mioma uteri.

6.

Kehamilan
Kehamilan dapat mempengaruhi mioma uteri karena tingginya kadar

esterogen dalam kehamilan dan bertambahnya vaskularisasi ke uterus. Hal ini


mempercepat pembesaran mioma uteri.
7.

Paritas
Mioma uteri lebih banyak terjadi pada wanita dengan multipara

dibandingkan dengan wanita yang mempunyai riwayat frekuensi melahirkan 1


(satu) atau 2 (dua) kali.

E.

PATOFISIOLOGI
Ammature muscle cell nest dalam miometrium akan berproliferasi hal

tersebut diakibatkan oleh rangsangan hormon estrogen. ukuran myoma sangat


bervariasi. sangat sering ditemukan pada bagian body uterus (corporeal) tapi dapat
juga terjadi pada servik. Tumot subcutan dapat tumbuh diatas pembuluh darah
endometrium dan menyebabkan perdarahan. Bila tumbuh dengan sangat besar
tumor ini dapat menyebabkan penghambat terhadap uterus dan menyebabkan
perubahan rongga uterus. Pada beberapa keadaan tumor subcutan berkembang
menjadi bertangkai dan menonjol melalui vagina atau cervik yang dapat
menyebabkan terjadi infeksi atau ulserasi. Tumor fibroid sangat jarang bersifat
ganas, infertile mungkin terjadi akibat dari myoma yang mengobstruksi atau
menyebabkan kelainan bentuk uterus atau tuba falofii. Myoma pada badan uterus
dapat menyebabkan aborsi secara spontan, dan hal ini menyebabkan kecilnya
pembukaan cervik yang membuat bayi lahir sulit.

F.

PATHWAY

G.

TANDA DAN GEJALA


Gejala yang timbul sangat tergantung pada tempat mioma, besarnya tumor,

perubahan dan komplikasi yang terjadi. Gejala yang mungkin timbul diantaranya:
1. Perdarahan abnormal, berupa hipermenore, menoragia dan metroragia.
Faktor-faktor yang menyebabkan perdarahan antara lain:

Terjadinya

hiperplasia

endometrium

sampai

adenokarsinoma

endometrium karena pengaruh ovarium


Permukaan endometrium yang lebih luas daripada biasanya
Atrofi endometrium di atas mioma submukosum
Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya mioma di
antara serabut miometrium
Rasa nyeri yang mungkin timbul karena gangguan sirkulasi darah pada

2.

sarang mioma, yang disertai nekrosis setempat dan peradangan. Nyeri


3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
H.

terutama saat menstruasi


Pembesaran perut bagian bawah
Uterus membesar merata
Infertilitas
Perdarahan setelah bersenggama
Dismenore
Abortus berulang
Poliuri, retention urine, konstipasi serta edema tungkai dan nyeri panggul.
DIAGNOSIS
Diagnosis mioma uteri dapat ditegakkan dari:

1. Anamnesis
Dari anamnesis dapat ditemukan antara lain :
Timbul benjolan diperut bagian bawah dalam waktu relatif lama.
Kadang-kadang disertai gangguan haid
Nyeri perut bila terinfeksi, terpuntir mioma bertangkai, atau pecah.
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a). Pemeriksaan abdomen

Uterus yang membesar dapat dipalpasi pada abdomen


Teraba benjolan tidak teratur, tetap dan lunak
Ada nyeri lepas yang disebabkan oleh perdarahan intraperitoneal

b). Pemeriksaan pelvis


Adanya dilatasi serviks

Uterus cenderung membesar, tidak beraturan dan berbentuk nodul


3.

Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis

mioma uteri , sebagai berikut :


a. Ultra Sonografi (USG), untuk menentukan jenis tumor, lokasi mioma,
ketebalan endometrium dan keadaan adneksa dalam rongga pelvis. Mioma
juga dapat dideteksi dengan Computerized Tomografi Scanning (CT
scan) ataupun Magnetic Resonance Image ( MRI), tetapi kedua pemeriksaan
itu lebih mahal.
b. Foto Bulk Nier Oversidth (BNO), Intra Vena Pielografi (IVP) pemeriksaaan
ini penting untuk menilai massa di rongga pelvis serta menilai fungsi ginjal
dan perjalanan ureter.
c. Histerografi dan histerokopi untuk menilai pasien mioma submukosa disertai
dengan infertilitas.
d. Laparoskopi untuk mengevaluasi massa pada pelvis.
e. Laboratorium: hitung darah lengkap dan apusan darah, untuk menilai kadar
hemoglobin dan hematokrit serta jumlah leukosit.
f. Tes kehamilan adalah untuk tes hormon Chorionic gonadotropin, karena bisa
membantu dalam mengevaluasi suatu pembesaran uterus, apakah oleh karena
kehamilan atau oleh karena adanya suatu mioma uteri yang dapat
menyebabkan pembesaran uterus menyerupai kehamilan.

Mioma Uteri
I.

DIAGNOSIS BANDING

Diagnosis banding yang harus dipikirkan dengan adanya mioma uteri adalah
kehamilan, neoplasma ovarium, adenomiosis, keganasan uterus.

J.

KOMPLIKASI

Komplikasi yang dapat terjadi pada mioma uteri secara umum, yaitu:
1.

Degenerasi ganas
Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma uteri cepat membesar dan

apabila terjadi pembesaran sarang mioma dalam menopause.


2.

Torsi (putaran tangkai)


Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan

sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadi sindrom


abdomen akut.
K.
1.

PENATALAKSANAAN
Penanganan mioma menurut usia, paritas, lokasi dan ukuran tumor
Penanganan mioma uteri tergantung pada usia, paritas, lokasi dan ukuran

tumor, dan terbagi atas :


a.

Penanganan konservatif
Cara penanganan konservatif dapat dilakukan sebagai berikut :

b.

1)

Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6 bulan.

2)

Monitor keadaan Hb

3)

Pemberian zat besi

4)

Penggunaan agonis GnRH untuk mengurangi ukuran mioma

Penanganan operatif
Intervensi operasi atau pembedahan pada penderita mioma uteri adalah :
1)

Perdarahan uterus abnormal yang menyebabkan penderita anemia

2)

Nyeri pelvis yang hebat

3)

Ketidakmampuan untuk mengevaluasi adneksa (biasanya karena


mioma berukuran kehamilan 12 minggu atau sebesar tinju dewasa)

4)

Gangguan buang air kecil (retensi urin)

5)

Pertumbuhan mioma setelah menopause

6)

Infertilitas

7)

Meningkatnya pertumbuhan mioma.

Jenis operasi yang dilakukan pada mioma uteri dapat berupa :


a.

Miomektomi
Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma tanpa pengangkatan

rahim/uterus. Miomektomi lebih sering di lakukan pada penderita mioma uteri


secara umum. Penatalaksanaan ini paling disarankan kepada wanita yang belum
memiliki keturunan setelah penyebab lain disingkirkan.
b.

Histerektomi
Histerektomi adalah tindakan operatif yang dilakukan untuk mengangkat

rahim, baik sebagian (subtotal) tanpa serviks uteri ataupun seluruhnya (total)
berikut serviks uteri. Histerektomi dapat dilakukan bila pasien tidak
menginginkan anak lagi, dan pada penderita yang memiliki mioma yang
simptomatik atau yang sudah bergejala. Ada dua cara histerektomi, yaitu :
1)

Histerektomi abdominal, dilakukan bila tumor besar terutama mioma


intraligamenter, torsi dan akan dilakukan ooforektomi

2)

Histerektomi vaginal, dilakukan bila tumor kecil (ukuran < uterus gravid 12
minggu) atau disertai dengan kelainan di vagina misalnya rektokel, sistokel
atau enterokel.
Kriteria menurut American College of Obstetricians Gynecologists

(ACOG) untuk histerektomi adalah sebagai berikut :


1)

Terdapatnya 1 sampai 3 mioma asimptomatik atau yang dapat teraba dari


luar dan dikeluhkan oleh pasien.

2)

Perdarahan uterus berlebihan, meliputi perdarahan yang banyak dan


bergumpal-gumpal atau berulang-ulang selama lebih dari 8 hari dan anemia
akibat kehilangan darah akut atau kronis.

3)

Rasa tidak nyaman di pelvis akibat mioma uteri meliputi nyeri hebat dan
akut, rasa tertekan punggung bawah atau perut bagian bawah yang kronis
dan penekanan pada vesika urinaria mengakibatkan frekuensi miksi yang
sering.
2.

Penatalaksanaan mioma uteri pada wanita hamil

Selama kehamilan, terapi awal yang memadai adalah tirah baring,


analgesia dan observasi terhadap mioma. Penatalaksanaan konservatif selalu lebih
disukai apabila janin imatur. Seksio sesarea merupakan indikasi untuk kelahiran
apabila mioma uteri menimbulkan kelainan letak janin, inersia uteri atau obstruksi
mekanik.

L.

PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Data biografi pasien
Riwayat kesehatan saat ini, meliputi : keluhan utama masuk RS, faktor
pencetus, lamanya keluhan, timbulnya keluhan, faktor yang memperberat,

upaya yang dilakukan untuk mengatasi, dan diagnosis medik.


Riwayat kesehatan masa lalu, meliputi : penyakit yang pernah dialami,
riwayat alergi, imunisasi, kebiasaan merokok,minum kopi, obat-obatan dan

alkohol
Riwayat kesehatan keluarga

Pemeriksaan fisik umum dan keluhan yang dialami. Untuk pasien dengan
kanker servik, pemeriksaan fisik dan pengkajian keluhan lebih spesifik ke
arah pengkajian obstretri dan ginekologi, meliputi :
o Riwayat kehamilan, meliputi : gangguan kehamilan, proses persalinan,
lama persalinan, tempat persalinan, masalah persalinan, masalah nifas
serta laktasi, masalah bayi dan keadaan anak saat ini
o Pemeriksaan genetalia
o Pemeriksaan payudara
o Riwayat operasi ginekologi
o Pemeriksaan pap smear
o Usia menarche
o Menopause
o Masalah yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi

Kesehatan lingkungan/hygiene
Aspek psikososial meliputi : pola pikir, persepsi diri, suasana hati,
hubungan/komunikasi, kebiasaan seksual, pertahanan koping, sistem nilai

M.
1.

dan kepercayaan dan tingkat perkembangan.


Data laboratorium dan pemeriksaan-pemeriksaan penunjang lain
Terapi medis yang diberikan
Efek samping dan respon pasien terhadap terapi
Persepsi klien terhadap penyakitnya

DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL


Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis (kanker serviks) dan
agen injuri fisik (jika dilakukan terapi pembedahan)

2.

Cemas b.d krisis situasional (histerektomi atau kemoterapi), ancaman


terhadap konsep diri, perubahan dalam status kesehatan, stres,

3.

Resiko infeksi dengan faktor resiko ketidakadekuatan pertahanan


sekunder;

ketidakadekuatan

pertahanan

(kemoterapi), dan prosedur invasi

imun

tubuh;

imunosupresi

4.

Gangguan eliminasi fekal : Konstipasi b.d menurunnya mobilitas intestinal

5.

Retensi urin b.d penekanan yang keras pada uretra

DIANGOSA KEPERAWATAN
Nyeri akut berhubungan dengan agen
injuri biologis (mioma uteri)

TUJUAN (NOC)
NOC : Kontrol Nyeri
Setelah dilakukan pemberian asuhan keperawatan
selama 1 x 4 jam, diharapkan respon nyeri pasien
dapat terkontrol dengan kriteria hasil sebagai berikut :
o Klien mampu mengenal faktor-faktor penyebab
nyeri, beratnya ringannya nyeri, durasi nyeri,
frekuensi dan letak bagian tubuh yang nyeri
o Klien mampu melakukan tindakan pertolongan

NIC : Manajeme
1. Kaji secara
karakteristik,
dan faktor-fa
2. observasi i
ketidaknyam
makan, aktita

o
o
o
o

o
o
o

non-analgetik, seperti napas dalam, relaksasi dan


distraksi
Klien melaporkan gejala-gejala kepada tim
kesehatan
Klien mampu mengontrol nyeri
Ekspresi wajah klien rileks
Klien melaporkan adanya penurunan tingkat nyeri
dalam rentang sedang (skala nyeri: 4 sampai 6)
hingga nyeri ringan (skala nyeri : 1 sampai 3)
Klien melaporkan dapat beristirahat dengan
nyaman
Nadi klien dalam batas normal (80-100x/menit)
Tekanan darah klien dalam batas normal (120/80
mmHG)
Frekuensi pernafasan klien dalam batas normal
(12 20 x/menit)

Cemas
b.d
krisis
situasional
(histerektomi), perubahan dalam
status kesehatan, stres

NOC: Kontrol Cemas


Setelah dilakukan asuhan keperawatann kepada
pasien selama 1 x 60 menit, diharapkan pasien
dapat mengkontrol cemas dengan kriteria hasil
sebagai berikut:
o Klien mampu menurunkan penyebabpenyebab kecemasan
o Klien manpu menggunakan strategi koping
yang efektif
o Klien melaporkan kepada perawat penurunan
kecemasan
o Klien mampu menggunakan teknik relaksasi
untuk menurunkan cemas
o Klien melaporkan kepada perawat tidur
cukup, tidak ada keluhan fisik akibat
kecemasan, dan tidak ada perilaku yang
menunjukkan kecemasan

Resiko infeksi dengan faktor resiko


ketidakadekuatan pertahanan
sekunder; ketidakadekuatan
pertahanan imun tubuh;
imunosupresi (kemoterapi), dan
prosedur invasi

NOC
Pengetahuan:Kontrol infeksi
Setelah dilakukan asuhan keperawatann kepada
pasien selama 1 x 60 menit, diharapkan pasien
dapat menjelaskan kembali cara mengkontrol
infeksi dengan kriteria hasil sebagai berikut:

3. Kolaborasi p
analgetik har
pemberian o
benar cara, b
4. Gunakan
mengekspres
5. Kaji pengalam
6. Evaluasi ten
telah digunak
7. Berikan duku
8. Berikan info
terjadi, dan ti
9. Ajarkan pen
guided image
10. Modifikasi ti
11. Anjurkan klie
12. Anjurkan kli
tindakan tida
NIC : Menurunk
1. Tenangkan pa
2. Jelaskan selu
yang mungki
3. Berusaha me
4. Berikan info
dengan komu
5. Mendamping
meningkatka
6. Dorong pasie
7. Ciptakan hub
8. Bantu pasie
kecemasan
9. Bantu pasien
dan dengarka
10. Ajarkan pasie
11. Anjurkan pas
12. Kolaborasi d
mengurangi k

NIC
Kontrol Infeksi
1. Bersikan ling
2. Ganti peralat
3. Batasi jumlah
4. Ajarkan cuci

Mampu menerangkan cara-cara penyebaran


infeksi
Mampu menerangkan factor-faktor yang
berkontribusi dengan penyebaran
Mampu menjelaskan tanda-tanda dan gejala
Mampu menjelaskan aktivitas yang dapat
meningkatkan resistensi terhadap infeksi

5. Anjurkan pas
6. Gunakan sab
7. Anjurkan pen
meninggalka
8. Cuci tangan s
9. Gunakan uni
10. Lakukan pera
11. Lakukan tek
septik dan as
12. Anjurkan isti
13. Kolaborasi p
prinsip pemb
dosis, benar w
14. Ajarkan pas
infeksi dan ca

Gangguan
eliminasi
fekal
:
Konstipasi b.d menurunnya mobilitas
intestinal

NOC
Buang Air Besar
Setelah dilakukan asuhan keperawatan kepada
pasien selama 1x 4 jam, diharapkan pasien tidak
mengalamai gangguan dalam buang air besar,
dengan kriteria hasil:
Pasien kembali ke pola dan normal dari
fungsi bowel
Terjadi perubahan pola hidup untuk
menurunkan factor penyebab konstipasi

NIC : Manajeme
1. Monitor tand
2. Monitor warn
3. Konsultasika
dan pengobat
4. Berikan caira
5. Konsumsi bu

Retensi urin b.d penekanan yang


keras pada uretra

NOC
Inkontinensia urin
Setelah dilakukan asuhan keperawaran selama
1x30
menit,
pasien
tidak
mengalami
inkontinensia urin, dengan kriteria hasil:
Pasien mampu memprekdisikan pola
eliminasi urin
Pasien mampu memulai dan memghentikan
aliran urin
Tidak adanya tanda-tanda infeksi

NIC: Pemasanga
1. Menjelaskan
2. Monitore inta
3. Menjaga tekn
4. Memelihara d

o
o
o
o

N.

Discharge Planning

1. Berikan informasi yang jelas tentang penyakit, tanda, gejala dan


pengobatan.
2. Berikan informasi tentang obat yang diberikan, baik waktu minum obat,
jumlah obat, efek samping yang mungkin muncul, cara minum obat saat di
rumah.
3. Jelaskan bahwa obat antibiotic harus dihabiskan.
4. Jelaskan kapan waktu yang tepat untuk melakukan aktivitas seksual
5. Motivasi klien untuk mengkonsumsi makanan tinggi protein, buah-buahan,
sayur dan biji-bijian yang dapat membantu penyembuhan luka operasi jika
dilakukan histerektomi.
6. Berikan informasi tentang pentingnya menjaga kebersihan dan kekeringan
luka pada luka post histerektomi.
7. Berikan informasi tentang tanda-tanda infeksi luka, yang meliputi
kemerahan pada luka, panas di area luka, bengkak, penurunan fungsi dan
nyeri.
8. Motivasi pasangan dan keluarga pasien agar ikut memberi dukungan kepada
pasien
9. Tekankan agar pasien kontrol rutin sesuai jadwal, dan bila terjadi hal-hal
yang tidak wajar, seperti perdarahan per vagina yang banyak, nyeri yang
tidak tertahan dan keluhan seperti sebelum pengobatan, segera periksa ke
rumah sakit.
10. Anjurkan agar pasien banyak istirahat dan tidak melakukan aktivitasaktivitas berat, seperti mengangkat beban berat, naik turun tangga,dll.

DAFTAR PUSTAKA
1. Bobak LJ. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC
2. Nanda International. 2012.
klassifikasi, Jakarata: EGC.

Diagnosis

Keperawatan:

Defenisi

dan

3. Carpenito LJ. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 10. Jakarta:
EGC
4. Doenges EM. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan.Jakarta: EGC
5. Joedosapoetro MS. 2003. Ilmu Kandungan. Wiknjosastro H, Saifudin AB,
Rachimhadi T. Editor. Edisi Ke-2. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
6. Manuaba IBG. 2003. Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetric dan

Ginekologi. Edisi 2. Jakarta : EGC

You might also like