You are on page 1of 15

A.

PENGERTIAN
Placenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim
yaitu di atas dan dekat tulang cerviks dalam dan menutupi sebagian atau seluruh
ostium uteri internum. Angka kejadian plasenta previa adalah 0,4 0,6 % dari
keseluruhan persalinan.
Plasenta Previa adalah plasenta yang berimplantasi rendah sehingga menutupi
sebagian /seluruh ostium uteri internum (implantasi plasenta yang normal adalah pada
dinding depan, dinding belakang rahim atau di daerah fundus uteri).(Yuni Kusmiyati
dkk, 2009, Perawatan Ibu Hamil, hal. 158-159.
Menurut Cunningham (2006), plasenta previa merupakan implantasi plasenta di
bagian bawah sehingga menutupi ostium uteri internum, serta menimbulkan
perdarahan saat pembentukan segmen bawah Rahim

Gambar 1. Normal Placenta dan placenta previa

B. KLASIFIKASI
Placenta previa dibagi menjadi beberapa tingkatan, yaitu :
1. Marginal placenta previa
Plasenta tertanam pada satu tepi segmen rahim bawah dekat dengan tulang.
2. Incomplete / Parsial placenta previa
Menyiratkan penutupan tak sempurna
3. Total / Complete placenta previa
Seluruhnya tulang dalam tertutup oleh placenta, saat cervik sepenuhnya
berdilatasi
4. Implantasi rendah / low-lying implantasi
Digunakan saat placenta diposisikan pada segmen bawah rahim yang lebih rendah
tapi jauh dari tulang

Gambar 2. Kalsifikasi Placenta previa

C. ETIOLOGI
Penyebab pasti dari placenta previa belum diketahui sampai saat ini. Tetapi
berkurangnya vaskularisasi pada segmen bawah rahim karena bekas luka operasi
uterus, kehamilan molar, atau tumor yang menyebabkan implantasi placenta jadi lebih
rendah merupakan sebuah teori tentang penyebab palcenta previa yang masuk akal.

Selain itu, kehamilan multiple / lebih dari satu yang memerlukan permukaan
yang lebih besar untuk implantasi placenta mungkin juga menjadi salah satu
penyebab terjadinya placenta previa. Dan juga pembuluh darah yang sebelumnya
mengalami perubahan yang mungkin mengurangi suplai darah pada daerah itu, faktor
predisposisi itu untuk implantasi rendah pada kehamilan berikutnya.
D. PATHOLOGY
1.

Lokasi implantasi dan ukuran placenta saling terkait. Secara rinci, karena
sirkulasi pada segmen bawah sdikit lebih baik daripada fundus, placenta previa
mungkin butuh untuk menutupi area yang lebih besar untuk efisiensi yang
adekuat. Permukaan placenta previa mungkin lebih besar setidak-tidaknya 30%
lebih besar daripada placenta yang terimplantasi di fundus.

2.

Segmen bagian bawah relatif tanpa kontraksi dan perdarahan pantas


dipertimbangkan pada pembukaan sinus.

3.

Infeksi ascending dari vagina dapat menyebabkan placentitis, terutama di


daerah pajana atau di atas tulang.

4.

Placenta previa dapat terdorong miring, melintang, presentasi dan


mencegah perikatan pada keadaan fetal.

E. MANIFESTASI KLINIK
1. Rasa tak sakit, perdarahan uteri, terutama pada trimester ketiga.
2. Jarang terjadi pada episode pertama kejadian yang mengancam kehidupan atau
menyebabkan syok hipovolemik.
3. Kira-kira 7% dari placenta previa tanpa gejala dan merupakan suatu temuan yang
kebetulan pada scan ultrasonik.
4. Beberapa adalah jelmaan untuk pertama kali, saat uteri bawah merentang dan
tipis, saat sobek dan perdarahan terjadi di lokasi implantasi bawah.
5. Placenta previa mungkin tidak menyebabkan perdarahan hingga kelahiran mulai
atau hinga terjadi dilatasi lengkap. Perdarahan awal terjadi dan berlebih-lebih
pada total previa. Perdarahan yang merah terang mungkin terjadi secara
intermitten, saat pancaran, atau lebih jarang, mungkin jugaberlanjut. Ini mungkin

berawal saat wanita sedang istirahat atau di tengah-tengah aktifitas. Kebetulan


kejadian ini tidak pernah terjadi kecuali jika dilakukan pengkajian vaginal atau
rektal memulai perdarahan dengan kasar sebelum atau selama awal kehamilan.
6. Sikap yang tak terpengaruh oleh placenta previa adalah rasa sakit. Bagaimanapun
jika perdarahan yang pertama bersamaan dengan serangan kelahiran, wanita
mungkin mengalami rasa tak nyaman karena kontraksi uterus.
7. Pada pengkajian perut, jika fetus terletak longitudinal, ketinggian fundus biasanya
lebih besar dari yang diharapkan untuk umur kehamilannya karena placenta previa
menghalangi turunnya bagian-bagian janin.
8. Manuver leopod mungkin menampakkan fetus pada posisi miring atau melintang
karena abnormalitas lokasi implantasi placenta.
9. Seperti kaidah, fetal distress atau kemayian janin terjadi hanya jika bagian penting
placenta previa terlepas dari desidua basilis atau jika ibu menderita syok
hipovolemik.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. USG (Ultrasonographi)
Dapat mengungkapkan posisi rendah berbaring placnta tapi apakah placenta
melapisi cervik tidak biasa diungkapkan
2. Sinar X
Menampakkan kepadatan jaringan lembut untuk menampakkan bagian-bagian
tubuh janin.
3. Pemeriksaan laboratorium
Hemoglobin dan hematokrit menurun. Faktor pembekuan pada umumnya di
dalam batas normal.
4. Pengkajian vaginal
Pengkajian ini akan mendiagnosa placenta previa tapi seharusnya ditunda jika
memungkinkan hingga kelangsungan hidup tercapai (lebih baik sesuadah 34
minggu). Pemeriksaan ini disebut pula prosedur susunan ganda (double setup
procedure). Double setup adalah pemeriksaan steril pada vagina yang dilakukan
di ruang operasi dengan kesiapan staf dan alat untuk efek kelahiran secara cesar.

5. Isotop Scanning
Atau lokasi penempatan placenta.
6. Amniocentesis
Jika 35 36 minggu kehamilan tercapai, panduan ultrasound pada amniocentesis
untuk menaksir kematangan paru-paru (rasio lecithin / spingomyelin [LS] atau
kehadiran phosphatidygliserol) yang dijamin. Kelahiran segera dengan operasi
direkomendasikan jika paru-paru fetal sudah mature.
G. PENATALAKSANAAN / TERAPI SPESIFIK
1. Terapi ekspektatif

Tujuan terapi ekspektatif adalah supaya janin tidak terlahir prematur, pasien
dirawat tanpa melakukan pemeriksaan dalam melaui kanalis servisis. Upaya
diagnosis dilakukan secara non invasif. Pemantauan klinis dilaksanakan
secara ketat dan baik.
Syarat pemberian terapi ekspektatif :
a. Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian berhenti.
b. Belum ada tanda-tanda in partu.
c. Keadaan umum ibu cukup baik (kadar hemoglobin dalam batas normal)
d. Janin masih hidup.

Rawat inap, tirah baring, dan berikan antibiotik profilaksis.

Lakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui implantasi placenta, usia


kehamilan, profil biofisik, letak, dan presentasi janin.

Berikan tokolitik bila ada kontriksi :


-

MgSO4 4 gr IV dosis awal dilanjutkan 4 gr tiap 6 jam

Nifedipin 3 x 20 mg/hari

Betamethason 24 mg IV dosis tunggal untuk pematangan paru janin

Uji pematangan paru janin dengan Tes Kocok (Bubble Test) dari test
amniosentesis.

Bila setelah usia kehamilan di atas 34 minggu placenta masih berada di sekitar
ostinum uteri internum, maka dugaan plasenta previa menjadi jelas sehingga

perlu dilakukan observasi dan konseling untuk menghadapi kemungkinan


keadaan gawat darurat.

Bila perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37 mingu masih lama,
pasien dapat dipulangkan untuk rawat jalan (kecuali apabila rumah pasien di
luar kota dan jarak untuk mencapai RS lebih dari 2 jam) dengan pesan segera
kembali ke RS apabila terjadi perdarahan ulang.

2. Terapi aktif (tindakan segera)

Wanita hamil di atas 22 minggu dengan perdarahan pervaginam yang aktif dan
banyak harus segera ditatalaksana secara aktif tanpa memandang maturitas
janin.

Untuk diagnosis placenta previa dan menentukan cara menyelesaikan


persalinan, setelah semua persyaratan dipenuhi, lakukan PDOM jika :
-

Infus / tranfusi telah terpasang, kamar dan tim operasi telah siap

Kehamilan 37 minggu (BB 2500 gram) dan in partu

Janin telah meninggal atau terdapat anomali kongenital mayor (misal :


anensefali)

Perdarahan dengan bagian terbawah jsnin telah jauh melewati PAP (2/5
atau 3/5 pada palpasi luar)

Cara menyelesaikan persalinan dengan placenta previa adalah :


1. Seksio Cesaria (SC)

Prinsip utama dalam melakukan SC adalah untuk menyelamatkan ibu,


sehingga walaupun janin meninggal atau tak punya harapan hidup tindakan ini
tetap dilakukan.

Tujuan SC antara lain :


-

Melahirkan janin dengan segera sehingga uterus dapat segera berkontraksi


dan menghentikan perdarahan

Menghindarkan kemungkinan terjadinya robekan pada cervik uteri, jika


janin dilahirkan pervaginam

Tempat implantasi plasenta previa terdapat banyak vaskularisasi sehingga


cervik uteri dan segmen bawah rahim menjadi tipis dan mudah robek. Selain
itu, bekas tempat implantasi placenta sering menjadi sumber perdarahan

karena adanya perbedaan vaskularisasi dan susunan serabut otot dengan


korpus uteri.

Siapkan darah pengganti untuk stabilisasi dan pemulihan kondisi ibu

Lakukan perawatan lanjut pascabedah termasuk pemantauan perdarahan,


infeksi, dan keseimbangan cairan dan elektrolit.

2. Melahirkan pervaginam
Perdarahan akan berhenti jika ada penekanan pada placenta. Penekanan tersebut
dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut :

Amniotomi dan akselerasi


Umumnya dilakukan pada placenta previa lateralis / marginalis dengan
pembukaan > 3cm serta presentasi kepala. Dengan memecah ketuban, placent
akan mengikuti segmen bawah rahim dan ditekan oleh kepala janin. Jika
kontraksi uterus belum ada atau masih lemah akselerasi dengan infus
oksitosin.

Versi Braxton Hicks


Tujuan melakukan versi Braxton Hicks adalah mengadakan tamponade
placenta dengan bokong (dan kaki) janin. Versi Braxton Hicks tidak dilakukan
pada janin yang masih hidup.

Traksi dengan Cunam Willet


Kulit kepala janin dijepit dengan Cunam Willet, kemudian diberi beban
secukupnya sampai perdarahan berhenti. Tindakan ini kurang efektif untuk
menekan placentadan seringkali menyebabkan perdarahan pada kulit kepala.
Tindakan ini biasanya dikerjakan pada janin yang telah meninggal dan
perdarahan yang tidak aktif.

PATHWAYS

- bekas luka operasi pada uterus


- kehamilan multiple
- kehamilan multipara
- tumor endometrium
- vaskularisasi fundus

Placenta previa

Placenta previa
Seksio Cesarea
Post Operasi sc

Post Ansestasi Spinal


Penurunan saraf
ekstermitas Bawah
Kelumpuhan
Cemas

Penurunan saraf
otonom

Luka Post Operasi


Jaringan
terputus

Jaringan
terbuka

Merangsang
area sensorik
motorik

Proteksi
kurang

Nyeri

Invasi
bakteri
Resti
infeksi

Nifas
Uterus

Laktasi

Kontraksi
uterus

Adekuat

Progesteron dan
esterogen menurun

Pertumbuhan kelenjar
susu terangsang

Atonia uretri
Perdarahan

Lochea

Anemi

Oksitosin meningkat

Kekurangan
volume
cairan

HbO2
menurun

Ejeksi ASI

Metabolisme anaerob

Adekuat
ASI keluar

Asam laktat meningkat

Efektif
laktasi

Kebutuhan
meningkat

Tidak adekuat
ASI tidak keluar
Inefektif laktasi

Kelelahan

23

Nekrose

Penambahan
anggota baru

Isapan bayi

Hipovolemik

Suplai O2 ke jaringan menurun

Perubahan
psikologis

Prolaktin meningkat

Tidak Adekuat

Pengelupasan
desidua

Psikologis
(Taking in, taking
hold, taking go)

H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri b.d terputusnya kontinuitas jaringan
2. Kekurangan volume cairan b.d syok hipovolemik
3. Resiko infeksi b.d insisi luka operasi
4. Ansietas b.d kurangnya pengetahuan terhadap tindakan yang akan dilakukan
I. INTERVENSI KEPERAWATAN
1

Nyeri

NOC :
v Pain Level,
Definisi :
v Pain control,
Sensori yang tidak
v Comfort level
menyenangkan dan
Kriteria Hasil :

pengalaman emosional v Mampu mengontrol nyeri


yang muncul secara aktual (tahu penyebab nyeri,
atau potensial kerusakan
mampu menggunakan
jaringan atau
tehnik nonfarmakologi
menggambarkan adanya
untuk mengurangi nyeri,
kerusakan (Asosiasi Studi mencari bantuan)

Nyeri Internasional):
v Melaporkan bahwa nyeri
serangan mendadak atau
berkurang
dengan

pelan intensitasnya dari


menggunakan
ringan sampai berat yang
manajemen nyeri
dapat diantisipasi dengan v Mampu mengenali nyeri

akhir yang dapat


(skala,
intensitas,
diprediksi dan dengan
frekuensi dan tanda

durasi kurang dari 6 bulan. nyeri)


v Menyatakan rasa nyaman

Batasan karakteristik :
setelah nyeri berkurang
Laporan secara verbal v Tanda vital dalam rentang
atau non verbal
normal
Fakta dari observasi

Posisi antalgic untuk


menghindari nyeri
Gerakan melindungi

Tingkah laku berhatihati


Muka topeng
Gangguan tidur (mata

sayu, tampak capek, sulit


atau gerakan kacau,

menyeringai)
Terfokus pada diri
sendiri
Fokus menyempit

NIC :
Pain Management
Lakukan pengkajian nyeri
secara
komprehensif
termasuk
lokasi,
karakteristik,
durasi,
frekuensi,
kualitas
dan
faktor presipitasi
Observasi reaksi nonverbal
dari ketidaknyamanan
Gunakan teknik komunikasi
terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien
Kaji
kultur
yang
mempengaruhi respon nyeri
Evaluasi pengalaman nyeri
masa lampau
Evaluasi bersama pasien dan
tim kesehatan lain tentang
ketidakefektifan
kontrol
nyeri masa lampau
Bantu pasien dan keluarga
untuk
mencari
dan
menemukan dukungan
Kontrol lingkungan yang
dapat mempengaruhi nyeri
seperti
suhu
ruangan,
pencahayaan dan kebisingan
Kurangi faktor presipitasi
nyeri
Pilih dan lakukan penanganan
nyeri (farmakologi, non
farmakologi
dan
inter
personal)
Kaji tipe dan sumber nyeri

(penurunan persepsi
waktu, kerusakan proses
berpikir, penurunan
interaksi dengan orang
dan lingkungan)
Tingkah laku distraksi,
contoh : jalan-jalan,
menemui orang lain
dan/atau aktivitas,
aktivitas berulang-ulang)
Respon autonom
(seperti diaphoresis,
perubahan tekanan darah,
perubahan nafas, nadi dan
dilatasi pupil)
Perubahan autonomic
dalam tonus otot
(mungkin dalam rentang
dari lemah ke kaku)
Tingkah laku ekspresif
(contoh : gelisah,
merintih, menangis,
waspada, iritabel, nafas
panjang/berkeluh kesah)
Perubahan dalam nafsu
makan dan minum

Faktor yang
berhubungan :
Agen injuri (biologi,
kimia, fisik, psikologis)

Defisit Volume Cairan

NOC:

untuk
menentukan
intervensi
Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
Evaluasi keefektifan kontrol
nyeri
Tingkatkan istirahat
Kolaborasikan dengan dokter
jika ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak berhasil
Monitor penerimaan pasien
tentang manajemen nyeri

Analgesic Administration

Tentukan
lokasi,
karakteristik, kualitas, dan
derajat
nyeri
sebelum
pemberian obat
Cek instruksi dokter tentang
jenis obat, dosis, dan
frekuensi
Cek riwayat alergi

Pilih
analgesik
yang
diperlukan atau kombinasi
dari
analgesik
ketika
pemberian lebih dari satu
Tentukan pilihan analgesik
tergantung tipe dan beratnya
nyeri
Tentukan analgesik pilihan,
rute pemberian, dan dosis
optimal
Pilih rute pemberian secara
IV, IM untuk pengobatan
nyeri secara teratur
Monitor vital sign sebelum
dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali
Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat nyeri
Evaluasi efektivitas analgesik,
tanda dan gejala (efek
samping)
NIC :

Definisi : Penurunan
v
cairan intravaskuler,
v
interstisial, dan/atau
v
intrasellular. Ini mengarah
ke dehidrasi, kehilangan
cairan dengan pengeluaran
v
sodium
-

Batasan Karakteristik :
Kelemahan
v
Haus
Penurunan turgor
kulit/lidah
v
Membran mukosa/kulit
kering
Peningkatan denyut nadi,
penurunan tekanan darah,
penurunan
volume/tekanan nadi
Pengisian vena menurun
Perubahan status mental
Konsentrasi urine
meningkat
Temperatur tubuh
meningkat
Hematokrit meninggi
Kehilangan berat badan
seketika (kecuali pada
third spacing)
Faktor-faktor yang
berhubungan:
Kehilangan volume
cairan secara aktif
Kegagalan mekanisme
pengaturan

Resiko infeksi

Fluid balance
Hydration
Nutritional Status : Food
and Fluid Intake
Kriteria Hasil :
Mempertahankan urine
output sesuai dengan
usia dan BB, BJ urine
normal, HT normal
Tekanan darah, nadi, suhu
tubuh
dalam
batas
normal
Tidak ada tanda tanda
dehidrasi,
Elastisitas
turgor
kulit
baik,
membran
mukosa
lembab, tidak ada rasa
haus yang berlebihan

NOC :

Fluid management
Timbang popok/pembalut
jika diperlukan
Pertahankan
catatan
intake dan output yang
akurat
Monitor status hidrasi
( kelembaban membran
mukosa,
nadi
adekuat,
tekanan darah ortostatik ),
jika diperlukan
Monitor hasil lAb yang
sesuai dengan retensi cairan
(BUN , Hmt , osmolalitas
urin )
Monitor vital sign
Monitor
masukan
makanan / cairan dan hitung
intake kalori harian
Kolaborasi pemberian
cairan IV
Monitor status nutrisi
Berikan cairan
Berikan diuretik sesuai
interuksi
Berikan cairan IV pada
suhu ruangan
Dorong masukan oral
Berikan penggantian
nesogatrik sesuai output
Dorong keluarga untuk
membantu pasien makan
Tawarkan snack ( jus
buah, buah segar )
Kolaborasi dokter jika
tanda
cairan
berlebih
muncul meburuk
Atur
kemungkinan
tranfusi
Persiapan untuk tranfusi

NIC :

Definisi : Peningkatan
resiko masuknya
organisme patogen
Faktor-faktor resiko :
-

Prosedur Infasif

Ketidakcukupan

pengetahuan untuk
menghindari paparan
patogen
-

Trauma

Kerusakan jaringan

dan peningkatan paparan


lingkungan
-

Ruptur membran

amnion
-

Agen farmasi

(imunosupresan)
-

Malnutrisi

Peningkatan

paparan lingkungan
patogen
-

Imonusupresi

Ketidakadekuatan

imum buatan
-

Tidak adekuat

pertahanan sekunder
(penurunan Hb,
Leukopenia, penekanan
respon inflamasi)
-

Tidak adekuat

v Immune Status
v Knowledge : Infection
control
v Risk control
Kriteria Hasil :
v Klien bebas dari tanda
dan gejala infeksi
v
Mendeskripsikan
proses
penularan
penyakit, factor yang
mempengaruhi
penularan
serta
penatalaksanaannya,
v
Menunjukkan
kemampuan
untuk
mencegah
timbulnya
infeksi
v Jumlah leukosit dalam
batas normal
v
Menunjukkan
perilaku hidup sehat

Infection Control (Kontrol


infeksi)

Bersihkan lingkungan
setelah dipakai pasien lain

Pertahankan teknik
isolasi

Batasi pengunjung
bila perlu

Instruksikan pada
pengunjung untuk mencuci
tangan saat berkunjung dan
setelah berkunjung
meninggalkan pasien

Gunakan sabun
antimikrobia untuk cuci
tangan

Cuci tangan setiap


sebelum dan sesudah
tindakan kperawtan

Gunakan baju, sarung


tangan sebagai alat
pelindung

Pertahankan
lingkungan aseptik selama
pemasangan alat

Ganti letak IV perifer


dan line central dan dressing
sesuai dengan petunjuk
umum

Gunakan kateter
intermiten untuk
menurunkan infeksi
kandung kencing

Tingktkan intake
nutrisi

Berikan terapi
antibiotik bila perlu
Infection Protection
(proteksi terhadap infeksi)

Monitor tanda dan


gejala infeksi sistemik dan
lokal

Monitor hitung
granulosit, WBC

Monitor kerentanan

pertahanan tubuh primer


(kulit tidak utuh, trauma
jaringan, penurunan kerja
silia, cairan tubuh statis,
perubahan sekresi pH,
perubahan peristaltik)
-

Penyakit kronik

Ansietas
Definisi :
Perasaan gelisah yang tak
jelas dari
ketidaknyamanan atau
ketakutan yang disertai
respon autonom (sumner
tidak spesifik atau tidak
diketahui oleh individu);

NOC :
v Anxiety control
v Coping
Kriteria Hasil :
v
Klien
mampu
mengidentifikasi
dan
mengungkapkan gejala
cemas
v
Mengidentifikasi,
mengungkapkan
dan
menunjukkan
tehnik
untuk mengontol cemas
v Vital sign dalam batas

terhadap infeksi

Batasi pengunjung

Saring pengunjung
terhadap penyakit menular

Partahankan teknik
aspesis pada pasien yang
beresiko

Pertahankan teknik
isolasi k/p

Berikan perawatan
kuliat pada area epidema

Inspeksi kulit dan


membran mukosa terhadap
kemerahan, panas, drainase

Ispeksi kondisi luka /


insisi bedah

Dorong masukkan
nutrisi yang cukup

Dorong masukan
cairan

Dorong istirahat

Instruksikan pasien
untuk minum antibiotik
sesuai resep

Ajarkan pasien dan


keluarga tanda dan gejala
infeksi

Ajarkan cara
menghindari infeksi

Laporkan kecurigaan
infeksi

Laporkan kultur
positif
NIC :
Anxiety Reduction
(penurunan kecemasan)

Gunakan pendekatan
yang menenangkan

Nyatakan dengan jelas


harapan terhadap pelaku
pasien

Jelaskan semua
prosedur dan apa yang
dirasakan selama prosedur

Temani pasien untuk


memberikan keamanan dan

perasaan keprihatinan
disebabkan dari antisipasi
terhadap bahaya. Sinyal
ini merupakan peringatan
adanya ancaman yang

normal
v Postur tubuh, ekspresi
wajah, bahasa tubuh dan
tingkat
aktivitas
menunjukkan
berkurangnya
kecemasan

akan datang dan


memungkinkan individu
untuk mengambil langkah
untuk menyetujui terhadap
tindakan
Ditandai dengan
-

Gelisah

Insomnia

Resah

Ketakutan

Sedih

Fokus pada diri

Kekhawatiran

Cemas

DAFTAR PUSTAKA

mengurangi takut

Berikan informasi
faktual mengenai diagnosis,
tindakan prognosis

Dorong keluarga
untuk menemani anak

Lakukan back / neck


rub

Dengarkan dengan
penuh perhatian

Identifikasi tingkat
kecemasan

Bantu pasien
mengenal situasi yang
menimbulkan kecemasan

Dorong pasien untuk


mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi

Instruksikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi

Barikan obat untuk


mengurangi kecemasan

1. Smeltzer, Suzanne. C, Bare, Brenda. G. 2001. Buku Ajar Keperawatan MedikalBedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol. 2. Jakarta: EGC
2. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Editor :
Abdul Bari Saifudin, George Adriaansz, Gulardi Hanifa Wiknjosastro, Djoko
Waspodo. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. 2000
3. Doenges. 2001. Rencana Perawatan Maternal / Bayi : Pedoman Untuk
Perencanaan dan Dokumentasi Perawatan Pasien. Jakarta : EGC
4. Nurarif, A H dan Kusuma H. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan NANDA NIC NOC. Jil 2. Ed. Revisi. Media Action
Publishing. Yogyakarta.
5. Herdman, T. Heather. 2012. Nursing Diagnoses Definition and Classification
2012-2014. Oxford: Wiley-Blackwell
6. Moorhead, Sue.et al. 2004. Nursing Outcome Classification (NOC) Fourth
Edition. Missouri : Mosby. Elsevier
7. Dochterman, Joanne McCloskey.et al. 2008. Nursing Intervention Classification
Fifth Edition. Missouri : Mosby. Elsevier

You might also like