Professional Documents
Culture Documents
Masalah
Pokok Bahasan
: Epistaksis
Sasaran
Waktu
Tanggal
: Juli 2015
Pelaksana
Tempat
2.
3.
4.
5.
6.
Pengertian epistaksis
2.
Penyebab epistaksis
3.
Penatalaksanaan epistaksis
4.
5.
Komplikasi epistaksis
6.
Pencegahan epistaksis
IV. Metode
1. Ceramah
Waktu
1. 5 menit
Kegiatan Penyuluhan
Kegiatan Pra Penyuluhan:
1.
Kegiatan Peserta
tempat
Kontrak waktu
Pembukaan :
2.
5 menit
Menjawab salam
mengucapkan salam.
3.
20 menit
Memperkenalkan diri.
Mendengarkan
Memperhatikan
Memperhatikan
diberikan.
Pelaksanaan :
kan
Memperhati
Memperhati
kan
epistaksis
kan
pelaksanaan epistaksis
Memperhati
Memperhati
kan
Memperhati
kan
4.
5 menit
Evaluasi :
Menjawab
pertanyaan
5.
pertanyaan.
Terminasi :
2 menit
Mendengarkan
Menjawab salam
VII. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a) Semua peserta mengikuti kegiatan penyuluhan
b) Penyelenggaraan kegiatan penyuluhan di Poli THT RS Ulin Banjarmasin
c) Pengorganisasian kegiatan sebelum hari pelaksanaan penyuluhan.
2. Evaluasi Proses
a) Seluruh peserta mengikuti kegiatan penyuluhan.
b) Peserta penyuluhan tidak ada yang meninggalkan tempat penyuluhan
sebelum kegiatan selesai.
c) Seluruh peserta terlibat aktif dalam kegiatan penyuluhan.
3. Evaluasi Hasil
Sesuai dengan TIK, diharapkan peserta mengikuti penyuluhan mampu
menyebutkan :
a) Pengertian epistaksis
b) Penyebab epistaksis
c) Penatalaksanaan epistaksis
VIII. Pengorganisasian
Moderator
Pembicara
Observer
Fasilitator
EPISTAKSIS
A.
Pengertian
Epistaksis adalah keluarnya darah dari hidung; merupakan suatu tanda atau keluhan
bukan penyakit. Perdarahan dari hidung dapat merupakan gejala yang sangat
menjengkelkan dan mengganggu, dan dapat pula mengancam nyawa. Faktor penyebab
harus dicari dan dikoreksi untuk mengobati epistaksis secara efektif.
Epistaksis atau yang sering disebut mimisan adalah suatu perdarahan yang terjadi
di rongga hidung yang dapat terjadi akibat kelainan lokal pada rongga hidung
ataupun karena kelainan yang terjadi di tempat lain dalam tubuh. Bagian dalam hidung
yang dilapisi oleh selaput lendir yang selalu basah banyak mengandung jalinan
pembuluh
darah, di bagian
darah disebut
pleksus
kiesselbach yang bila pembuluh darah ini pecah maka terlihat mimisan.
Epistaksis
atau
mimisan
biasanya
di
alami
oleh
anak
usia
TK-SD,
merupakan kejadian yang dapat disebabkan oleh pembuluh darah yang masih tipis dan
peka karena suatu benturan atau trauma akibat mengkorek-korek hidung, bersin
yang terlalu kuat, perubahan cuaca yang ekstrim (panas, kering) dan tekanan
udara juga dapat sebagai pemicu terjadinya mimisan yang dapat terjadi secara
sepontan.
Lokasi epistaksis
Menentukan sumber perdarahan amat penting, meskipun kadang-kadang sukar
ditanggulangi. Pada umumnya terdapat dua sumber perdarahan, yaitu dari bagian anterior
(depan) dan posterior (belakang).
1. Epistaksis anterior (depan) dapat berasal dari Pleksus Kiesselbach, merupakan
sumber perdarahan paling sering dijumpai anak-anak. Dapat juga berasal dari
arteri ethmoid anterior. Perdarahan dapat berhenti sendiri (spontan) dan dapat
dikendalikan dengan tindakan sederhana.
B.
Penyebab
Epistaksis dapat ditimbulkan oleh sebab-sebab lokal dan umum atau kelainan
sistemik.
1.
Lokal
a. Trauma
Epistaksis yang berhubungan dengan neoplasma biasanya mengeluarkan sekret
dengan kuat, bersin, mengorek hidung, trauma seperti terpukul, jatuh dan
sebagainya. Selain itu iritasi oleh gas yang merangsang dan trauma pada
pembedahan dapat juga menyebabkan epistaksis.
b. Infeksi
Infeksi hidung dan sinus paranasal, rinitis, sinusitis serta granuloma spesifik,
seperti lupus, sifilis dan lepra dapat menyebabkan epistaksis.
c. Neoplasma (keganasan)
Epistaksis yang berhubungan dengan neoplasma biasanya sedikit dan intermiten,
kadang-kadang ditandai dengan mukus yang bernoda darah, Hemongioma,
karsinoma, serta angiofibroma dapat menyebabkan epistaksis berat.
d. Kelainan kongenital
Kelainan kongenital yang sering menyebabkan epistaksis ialah perdarahan
telangiektasis heriditer (hereditary hemorrhagic telangiectasia/Osler's disease).
Pasien ini juga menderita telangiektasis di wajah, tangan atau bahkan di saluran
pencernaan dan/atau pembuluh darah paru.
e. Sebab-sebab lain termasuk benda asing
Ada benda asing (sesuatu yang masuk ke hidung) biasanya pada anak-anak.
f. Pengaruh lingkungan
Misalnya tinggal di daerah yang sangat tinggi, tekanan udara rendah atau
lingkungan udaranya sangat kering.
2.
Sistemik
a. Kelainan darah misalnya trombositopenia, hemofilia dan leukemia, ITP, diskrasia
darah, obat-obatan seperti terapi antikoagulan, aspirin dan fenilbutazon dapat pula
menyebabkan epistaksis berulang.
b. Penyakit kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah)
Hipertensi dan kelainan pembuluh darah, seperti pada aterosklerosis, nefritis
kronik, sirosis hepatis, sifilis, diabetes melitus dapat menyebabkan epistaksis.
Epistaksis akibat hipertensi biasanya hebat, sering kambuh dan prognosisnya
tidak baik.
c. Biasanya infeksi akut pada demam berdarah, influenza, morbili (campak), demam
tifoid.
d. Gangguan endokrin
Pada wanita hamil, menarche dan menopause sering terjadi epistaksis, kadangkadang beberapa wanita mengalami perdarahan persisten dari hidung menyertai
fase menstruasi.
a. Defisiensi Vitamin C dan K
b. Alkoholisme
c. Penyakit von Willebrand
Memanjangnya waktu pembekuan darah atau perdarahan berlebihan akibat
kekurangan faktor von Willebrand dalam membentuk sel keeping darah.
C. Penatalaksanaan
Tiga prinsip utama pelaksanaan epistaksis
1.
2.
3.
D. Tahap Pelaksanaan
Menghentikan pendarahan
Mencegah komplikasi
Mencegah ulang epistaksis
1. Usahakan penderita dalam keadaan duduk, bila kondisi lemah dapat di baringkan
dengan meletakkan bantal di belakang punggung.
2. Membersihkan/mengeluarkan bekuan darah.
3. Pertolongan pertama jika terjadi mimisan adalah dengan memencet hidung bagian
depan selama 10 menit (metode Trotter). Selama pemencetan sebaiknya bernapas
melalui mulut. Perdarahan ringan biasanya akan berhenti dengan cara ini.
Lakukan hal yang sama jika terjadi perdarahan berulang.
b.
Apabila
terdapat
keadaan
dimana
terjadi
tampat
c.
6.
Tampon dipertahankan hingga 2-3 hari, atau jika perlu hingga 5 hari
E. Komplikasi
1. Pendarahan hebat: shok, anemia
2. Penurunan tekanan darah yang mendadak.
3. Sinusitis (peradangan pada sinus)
4. Septal hematom (bekuan darah pada sekat hidung)
5. Deformitas (kelainan bentuk) hidung
6. Aspirasi (masuknya cairan ke saluran napas bawah)
7. Kerusakan jaringan hidung infeksi
F. Pencegahan
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mencegah terjadinya epistaksis
antara lain :
1.
Gunakan semprotan hidung atau tetes larutan garam, yang keduanya dapat
dibeli, pada kedua lubang hidung dua sampai tiga kali sehari. Untuk membuat
tetes larutan ini dapat mencampur 1 sendok teh garam ke dalam secangkir gelas,
didihkan selama 20 menit lalu biarkan sampai hangat kuku.
2.
3.
Gunakan gel hidung larut air di hidung, oleskan dengan cotton bud. Jangan
masukkan cotton bud melebihi 0,5 0,6 cm ke dalam hidung.
4.
5.
6.
7.
8.
Konsultasi ke dokter bila alergi tidak lagi bisa ditangani dengan obat alergi
biasa.
9.
1. Adam GL, Boies LR, Higler PA. (eds) Buku Ajar Penyakit THT, Edisi Keenam,
Philadelphia : WB Saunders, 1989. Editor Effendi H. Cetakan III. Jakarta, Penerbit
EGC, 1997.
2. Munir D, Haryono Y, Rambe AYM. Epistaksis. Majalah Kedokteran Nusantara 2006;
39: 3.
3. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol. 2 Hal 1063, Smeltzer dan
Wilson, Jakarta: EGC.
4. Iskandar N, Supardi EA. (eds) Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung
Tenggorokan. Edisi Keempat, Jakarta FKUI, 2000, hal. 91, 127-131.
5. Suryowati E. Epistaksis. Medical Study Club FKUII [cited 2009 Mar 1] Available
from: http://fkuii.org/tiki download_wiki_attachment.php?attId=2175&page=LEM
%20FK%20UII.
6. Mansjoer, Arif, 2000, Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Ed. III, media Aeuscualpius,
Jakarta