You are on page 1of 5

Vertigo dan Pusing pada Lansia

LatarBelakang
Istilah pusing dan vertigo mencakup berbagai gejala berkaitan dengan
gangguan orientasi spasial dan persepsi gerak, seperti ilusi gerak berputar (vertigo
berputar klasik) atau perasaan tidak dapat berdiri tegak, yang mana dapat
mempengaruhi secara objektif berupa kemampuan untuk mendapatkan tatapan
yang stabil, postur, dan gait. Ke semuanya itu menunjukkan masalaah yang serius
dan biasa terjadi pada lansia, yang mana prevalensinya mencapai 30% pada lansia
dengan usia lebih dari 60 tahun, dan meningkat menjadi 50% pada usia lebih dari
85 tahun.
Pusing pada lansia merupakan prediksi kuat penyebab jatuh. Selain itu,
adanya tes keseimbangan yang abnormal meningkatkan risiko fraktur pinggul dan
pergelangan tangan. Cedera yang berkaitan dengan jatuh, mengarah pada
keterbatasan mobilitas dan kehilangan kemandirian dan meningkatnya rasa takut
untuk jatuh, yang mana juga dapat memprediksi jatuh selanjutnya. Selain itu,
jatuh merupakan penyebab kematian yang tidak disengaja pada lansia yang
berusia lebih dari 65 tahun. Sedangkan pusing berkontribusi besar untuk terjadi
disabilitas pada usia lebih dari 65 tahun.
Meskipun kebanyakan dari pasien menunjukkan keberadaan gangguan
keseimbangan, pada lansia, penyebab umum vertigo dapat bermanifestasi berbeda
beda, dengan gejala yang membingungkan. Lansia melaporkan vertigo yang tidak
terlalu berputar dan pusing yang tidak spesifik, dan tidak stabil, dibandingkan
dengan pasien yang berumur lebih muda dengan kondisi yang sama. Hal ini
merupakan gangguan keseimbangan, termasuk pada gangguan keseimbangan ini
adalah hilangnya fungsi vestibular dan fungsi proprioseptif, dangan gangguan
integrasi sentral pada fungsi tersebut dan input sensori berkaitan dengan proses
penuaan, yang mana hal ini disebut sebagai presbistasis atau multisensory
dizziness. Selain itu, kekuatan dan massa otot skelet berkurang karena proses

penuaan, yang dapat meningkatkan risiko jatuh dan dapat mengakibatkan cedera
pada pasien lansia.
Halaman 2
Selain Head Impulse Testing (HIT), Subjective Visual Vertical (SVV)
test dengan metode bucket dan modifikasi dari Romberg dan Fukuda test
merupakan alternatif dengan tingkat kesulitan rendah untuk assesment yang sama,
dan dapat dikembangkan karena sederhana, biaya terjangkau, dan prosedur
screening-nya yang cepat. SVV dengan metode bucket bahkan memberikan
penilaian yang masuk akal dari komponen utricular di luar dari keterlibatan
Vestibular Evoked Myogenic Potential (VEMP). Tes yang dilakukan untuk
hipotensi postural, sensasi yang timbul pada perubahan posisi sendi, dan
gangguan gait juga berperan untuk menilai komponen non-vestibular.
Penilaian protokol HINTS (head impulse test, nystagmus directionality,
and test of skew) dapat dilakukan di pemeriksaan, dengan sensitivitas dan
spesifisitas yang tinggi untuk mendiagnosis stroke pada sindrom vestibular akut.
Tiga langkah pemeriksaan okulomotor ini menunjukkan sensitivitas lebih baik
dari MRI awal. MRI dapat memberikan hasil negatif palsu pada stroke
vertebrobasilar, dan tidak selalu tersedia.
Klinis yang didapatkan dari tes perubahan posisi untuk BPPV
menyumbang satu dari setiap tiga penyebab pusing pada lansia. Dengan skema
diagnosis dan terapi sederhana (walaupun tidak ada gejala berputar), tes
perubahan posisi ini harus dilakukan secara rutin. Sehingga, untuk mencari
diagnosis yang tepat, harus didapatkan riwayat klinis yang baik dan pemeriksaan
neuro-otologic menyeluruh, termasuk tes perubahan posisi, kebanyakan pasien
bisa mendapatkan manfaat dari tes vestibular, dan protokol penilaian stroke untuk
gangguan keseimbangan yang akut.
ETIOLOGI

Mayoritas penyakit yang menyebabkan pusing lebih sering terjadi pada


lansia. Hal ini dapat dijelaskan dengan probabilitas kumulatif paparan atau
perubahan yang terkait usia yang membuat lansia lebih rentan terhadap patologi
ini. Ringkasan penyebab utama pusing pada lansia ditunjukkan pada Tabel 1.

PENATALAKSANAAN DIZZINESS PADA LANSIA


Seperti pasien yang lebih muda, terapi spesifik untuk penyakit pada
lansia juga harus tersedia, seperti manuver reposisi untuk BPPV dan latihan
rehabilitasi untuk hipofungsi vestibular. Namun demikian, pertimbangan khusus
diperlukan. Tingginya tingkat kecurigaan untuk BPPV harus dipertahankan.
Dalam kasus yang meragukan, upaya pengobatan harus dipertimbangkan, seperti
pengurangan pemberian obat simptomatologi dan reposisi manuver yang aman
dan sederhana.
Pada sindrom akut, stroke harus selalu dilakukan pemeriksan HINTS.
Penekan terhadap vestibular harus tajam dan cepat karena efek penghambatan
terhadap kompensasi sentral. Meskipun steroid telah terbukti mengurangi
hilangnya fungsional seseorang dari waktu ke waktu, akan tetapi steroid tidak
meringan gejala akut. Efek samping steroid harus dipertimbangkan sebelum
pemberian, terutama pada kelompok usia ini.
Ilmu pengetahuan saat ini menyarankan inisiasi rehabilitasi vestibular
(VR) secepat mungkin setelah terjadinya sindrom vestibular akut. VR bekerja
sebagai katalis dan meningkatkan kompensasi terhadap pusat atas dasar tiga
prinsip : adaptasi (mengatur kembali jaringan VOR), substitusi ( penguatan
komponen non-vestibular dari keseimbangan ), dan habituasi (peningkatan
ambang sensoris).
Pusing yang berlangsung lama atau kronis mungkin berasal dari
kehilangan keseimbangan yang diperoleh sebelumnya (vestibular neuritis,
vestibulopathy bilateral) memiliki hasil yang baik dengan VR, khususnya dalam
hal kemandirian dan kualitas hidup, walaupun membutuhkan waktu yang lebih
lama dan terapi lebih intensif. Selain itu, VR diindikasikan pada presbystasis,
yang bertujuan untuk mengurangi gejala atau mengurangi risiko jatuh. Selain itu,

jika ada defisit kekuatan otot ekstremitas bawah, terapi spesifik dapat diarahkan
untuk latihan pada disfungsi alat gerak.

You might also like