Professional Documents
Culture Documents
Felix Halim
405110204
Unfamiliar Terms
MCV: Mean Corpuscular Volume/ volume
Rumusan Masalah
1. Apa yang menyebabkan obat penambah darah tidak
2.
3.
4.
5.
6.
bekerja?
Mengapa dokter memperingatkan agar tidak
sembarangan mengkonsumsi obat penambah darah?
Apa pemeriksaan penunjang lain selain pemeriksaan
laboratorium?
Apa hubungan pertanyaan dokter dengan gejalagejala yang timbul?
Mengapa obat diberikan berdasarkan hasil
laboratorium?
Apa banyak orang yang memiliki keluhan seperti T?
Curah Pendapat
1.
2.
3.
4.
5.
6.
- Absorpsi terganggu
- Kurang mengkonsumsi vitamin C
- Kerusakan organ perangsang dan organ yang memproduksi
eritrosit
- Penyakit kronik
- Untuk menghindari penumpukan Fe (Haemakromatosis)
-Harus mengetahui gejala dan jenis anemia (lewat pemeriksaan)
Pemeriksaan sumsum tulang, hati ginjal dan endokrin
- Makanan makanan mengandung besi (hem dan non-hem),
vitammin, protein
dan mineral
- Sakit/demampenyakit kronik
- Keluarga genetik
- Mentruasi darah banyak keluar dan tidak diimbangi dengan
asupan yang
cukup
- Berkebun/ke pantai infeksi parasit dam kandungan oksigen
yang berbeda
-Pemeriksaan fisik konjungtiva mata pucat, kuku berbentuk
seperti sendok, papil lidah mengalami atrofi
Agar mengetahui anemia yang diderita oleh T
Berhubungan dengan epidemiologi
Mind Map
etiologi
Epidemiologi
Komplikasi
transfus
i darah
gi
zi
Definisi
morfologi
Klasifikasi
Tata laksana
farmakologi
ANEMI
A
normokro
m
normosite
r
Patofisiologi
makrosite
Pemeriksaa
n
Laboratoriu
m
hipokrom mikrositer
Learning Objectives
1. Menjelaskan definisi anemia
2. Menjelaskan klasifikasi anemia berdasarkan
3.
4.
5.
6.
7.
8.
DEFINISI ANEMIA
Anemia secara fungsional adalah penurunan
Definisi Normositik
Normokrom
Anemia normositik :
Anemia dengan eritrosit berukuran normal
tetapi dengan penurunan kandungan Hb scr
proporsional, vol sel darah merah, & jmlh
eritrosit per milimeter kubik darah
Anemia normokrom :
Anemia dengan kandungan Hb scr
proporsional, vol sel darah merah, & jmlh
eritrosit per milimeter kubik darah
Definisi Anemia
Makrositer
Adalah anemia yang memiliki sel
darah merah yang lebih besar dari
normal tetapi konsentrasi
hemoglobin normal (MCV meningkat;
MCHC normal).
berlangsung
Hipokrom : pewarnaan yg kurang (hemoglobin nya
kurang)
Insufisinsi sintesis heme & besi menyebabkan VER
dan KHER mengalami penurunan.
Hanya sedikit besi yang terikat ke protoporfirin dan
enzim penentu kecepatan heme sintetase
memerlukan besi untuk menghentikan sintesis heme.
Kekurangan besi pembelahan terus berlanjut sel
sel lebih kecil.
Karena jumlah besi yang tidak memadai, jumlah Hb
di setiap sel juga berkurang hipokrom
KLASIFIKASI
Menurut morfologi :
Anemia mikrositik hipokrom
Anemia normositik normokrom
Anemia makrositik
Menurut etiologi
ETIOLOGI
Penyebab anemia antara lain :
1.Perdarahan
2.Kekurangan gizi seperti : zat besi, vitamin
B12, dan asam folat. (Barbara C. Long, 1996 )
3.Penyakit kronik, seperti gagal ginjal, abses
paru, bronkiektasis, empiema, dll.
4.Kelainan darah
5.Ketidaksanggupan sum-sum tulang
membentuk sel-sel darah. (Arif Mansjoer, 2001)
Anemia makrositik
Anemia normositik
Eritrosit normal
Patofisiologi
sel darah merah berkurang pengiriman O2 ke
Patofisiologi
adaptasi tubuh:
1. meningkatkan curah jantung dan
pernapasan O2 ke jaringan meningkat
2. meningkatkan pelepasan O2 oleh Hb
3. mengembangkan volume plasma dengan
menarik cairan dari sela-sela jaringan
4. meningkatkan pengiriman darah ke organ2
vital
Patofisiologi
Pucat vol darah, Hb berkurang, vasokontriksi
Patofisiologi
Gagal jantung anemia berat otot jantung
Anemia Normokrom
Normositer
a.Anemia pasca perdarahan akut
b.Anemia aplastik
c.Anemia hemolitik didapat
d.Anemia akibat penyakit kronik
e.Anemia pada gagal ginjal kronik
f. Anemia pada sindrom mielodisplastik
g.Anemia pada keganasan hematologik
Anemia pasca
perdarahan
akut
Kehilangan darah dalam
jumlah <20%
ml
<20
<1000
Gelisah
20-30
10001500
Gelisah, dyspnea
30-40
15002000
>40
>2000
Terapi
Obati penyebab
Bila kehilangan darah mencapai >1L segera
beri transfusi
Beri preparat besi jika diperlukan
Penyebab Anemia
Aplastik
Primer
Sekunder
Idiopatik didapat
Obat
Patofisiologi
Ada 3 teori yang dapat menerangkan
patofisiologi penyakit ini yaitu :
1. kerusakan sel hematopoietik
2. kerusakan lingkungan mikro sumsum
tulang
3. proses imunologik yang menekan
hematopoisis
Pentalaksanaan Awal
Menghentikan semua obat-obat atau
pengobatan yakni
Transplantasi sumsum tulang
Terapi imunosupresif
Patogenesis
Pemendekan masa hidup eritrosit
Gangguan metabolisme zat besi
Gangguan fungsi sumsum tulang
Gambaran Klinis
Pada anemia ringan dan sedang maka
Penatalaksanaan
Tidak ada pengobatan khusus untuk anemia
Patogenesis
Produksi Eritrosit
Fungsi Ginjal
Produksi EPO
Sumsum tulang
ANEMIA
Pengobatan
Transplantasi ginjal. Biasanya pada hari
Klasifikasi Anemia
Makrositer
a.Bentuk megaloblastik
1.Anemia defisiensi asam folat
2.Anemia defisiensi B12, termasuk anemia
pernisiosa
b.Bentuk non-megaloblastik
1.Anemia pada penyakit hati kronik
2.Anemia pada hipotiroidisme
3.Anemia pada sindrom mielodisplastik
Etiologi Anemia
Megaloblastik
patofisiologi
Defisiensi vit B12
Gagal membentuk
tetrahidrofolat
Pematangan sel
tidak normal
Sel besar-besar
(anemia
megaloblastik)
Karena :
defisiensi makanan
perubahan keadaan
metabolik
pertumbuhan bakteri
berlebihan yang perlu
vit B12 usus untuk
metabolismenya
sehingga terjadi
perebutan vit B12
Vitamin B12
Asam folat
7-30 g
200-250 g
Makanan utama
Produk hewan
saja
Pemasakan
Sedikit efeknya
Mudah rusak
1-2 g
100-150 g
Cadangan dalam
tubuh
2-3 mg (2-4
tahun)
10-12 mg (4 bulan)
Letak
Ileum
Mekanisme
Faktor intrinsik
Konversi menjadi
metiltetrahidrofolat
batas
2-3 g / hari
Absorbsi
90 g / hari
Bentuk terapeutik
umum
hidroksokobala
min
Malabsorbsi
Metabolisme yang
terganggu
Gangguan metabolik
(jarang)
Anemia megaloblastik
dengan penyebab tidak
Malabsorbsi
Obat-obatan
Kurang gizi
Kemungkinan jantung
membesar
1 mg per hari
5 mg per hari dosis tinggi
Terapi parenteral
Diet
Pemeriksaan Lab
1. Darah Tepi
- anemia makrositer dimana sel-sel eritrosit
-
membesar
anisositosis (ukuran eritrosit abnormal
bervariasi)
poikilositosis (bentuk eritrosit yang tidak
beraturan)
lekopenia, netropenia hipersegmentasi
Trombositopenia
ditemukannya normoblas di dalam darah tepi.
2. Sumsum Tulang:
PROTOPORPHYRI
N
BESI
Deff. Besi
An.
Sideroblastik
Inflamasi Kronik/
Keganasan
HEME
GLOBIN
Thalasemi
a
HEMOGLOBIN
penyebab utama :
~ makanan yang tidak memadai
~ malabsorbsi
~ peningkatan pengeluaran besi
- haid
- perdarahan saluran cerna
~ peningkatan kebutuhan besi
- bayi
- remaja
- wanita hamil
- menyusui
2.
Patofisiologi
Defek dasarnya adalah pemakaian besi untuk eritropoeisis
3. Anemia sideroblastik
- Anemia refrakter dengan sel hipokrom dalam
ANEMIA SIDEROBLASTIK
KLASIFIKASI
Herediter
Biasanya terjadi pada pria, dibawa oleh
wanita dan juga jarang terjadi pada
wanita.
mutasi tersering adalah pada gen asam
-aminolevulinat sintase (ALA-S) yang
terdapat pada kromoson X
Didapat
Primer
Mielodisplasia (anemia refrakter
dengan sideroblas cincin)
Sekunder
Pembentukan sideroblas cincin
juga terdapat di sumsum tulang
pada :
Penyakit
keganasan
sumsum
tulang
lain,
mis.
Jenis
mielodisplasia lain, mielofibrosis,
leukemia mieloid, mieloma
Obat, mis. Obat antituberkulosis
(isoniazid, sikloserin), alkohol,
timbal.
Kondisi
jinak
lain,
misalnya
anemia
hemolitik,
anemia
megaloblastik,
malabsorbsi,
artritis rematoid
ANEMIA SIDEROBLASTIK
PENYEBAB BEBAN BESI YANG BERLEBIHAN
Peningkatan absorpsi
besi
Peningkatan asupan
besi
Tranfusi eritrosit
berulang
ANEMIA SIDEROBLASTIK
GEJALA
Kelemahan
Kelelahan
Pallor
Hepatomegali
Splenomegali
Pretibial edema
Pigmentasi kulit
Hipokromia
Mikrositosis
Anisopoikilositosis
Hiperplasia normoblastik
Patofisiologi
Gangguan inkorporasi besi ke dalam protoprifin
(pembentukan heme, def vit B6)
Gangguan pembetukan
hemoglobin
Ring sideroblast
Mikrositik hipokrom
Eritropoesis efektif
ANEMIA
SIDEROBLA
ST
Patofisiologi
Kelainan sintesis heme, walaupun sintesis globin normal,
4. Thalasemia
- Terjadi penurunan kecepatan produksi rantai globin
- Sindrom ini di klasifikasikan berdasar rantai globin :
PATOFISIOLOGI
Molekul globin terdiri atas sepasang rantai- dan sepasang
PATOFISIOLOGI
Pada thalassemia-, kekurangan produksi rantai beta
Tipe
Thalasemia
Ekspresi
GenGlobin
Gambaran
Hematologis
Ekspresi Klinis
Temuan
Hemoglobin
Talasemia -2
(silent carier)
-/
Mikrositosis ringan
atau normal
Normal
Normal
Biasanya normal
Talasemia -1
Penyakit Hb H
Hidrops fetalis
-/-
--/
-/--
--/--
Mikrositosis,
hipokromia, anemia
ringan
Anak atau
dewasa: normal
Mikrositosis, benda
inklusi dengan
pengecatan supravital,
anemia sedang- berat
Thalasemia
intermedia
Anisositosis,
poikilositosis, anemia
berat.
Hidrops fetalis,
biasanya lahir
mati.
THALASEMIA
Sindrom Thalasemia-
Dampak :
Jika tidak terdapat keempat gen globin- menyebabkan
kematian in-vitro (hidrops fetalis).
Delesi tiga gen menyebabkan anemia mikrositik hipokrom
yang cukup berat (hb 7-11 g/dl) disertai splenomegali.
Hilangnya satu atau dua gen, menyebabkan MCV dan MCH
berjumlah rendah dan jumlah eritrosit lebih dari 5,5X1012 /l.
Klasifikasi Thalasemia
Tipe Thalasemia
Homozigot o
Homozigot +
Heterozigot
Heterozigot +
Ekspresi
Gen-Globin
o / o
/
+
/ o
/ +
Gambaran
Hematologis
Ekspresi
Klinis
Temuan
Hemoglobin
Anemiq berat
Anemia
Cooley
Anisositosis,
poikilositosis,
anemia sedangberat.
Thalasemia
Intermedia
Hb A : 20-40 %
HbF : 60-80 %
Mikrositosis,
hipokromia,
anemia ringansedang
Mungkin
menderita
splenomegali
, ikterus
Peningkatan
HbA2 dan HbF
Mikrositosis,
hipokromia,
anemia ringan
Normal
Normal
Tipe
Thalasemia
Ekspresi GenGlobin
Gambaran
Hematologis
Ekspresi Klinis
Temuan
Hemoglobin
Penyandang
tenang ,
heterozigot
/ +
Normal
Normal
Normal
Mikrositosis,
hipokromia,
anemia ringan
HbF: 5-20 %
HbA2: normal
atau rendah
Dewasa:serupa
dengan
heterozigot
Dewasa:serupa
dengan
heterozigot
Heterozigot
Heterozigot
/ ()o
/ ()o
Normal
GAMBARAN KLINIS
Thalasemia -mayor :
1. Anemia berat menjadi nyata pada usia 3-6 bulan setelah
kelahiran ketika seharusnya terjadi pergantian dari produksi
rantai- ke rantai-.
2. Pembesaran hati dan limpa terjadi akibat destruksi eritrosit
yang berlebihan, hemopoeisis ekstramedula, dan lebih lanjut
akibat penimbunan besi.
3. Pelebaran tulang yang disebabkan oleh hiperplasia sumsum
tulang yang hebat menyebabkan terjadinya fasies thalasemia
dan penipisan korteks di banyak tulang, dengan suatu
kecenderungan terjadinya fraktur dan penonjolan tengkorak
dengan suatu gambaran rambut berdiri (hair-on-end) pada foto
rontgen
Gejala Anemia
Gejala anemia timbul karena:
anoksia organ
mekanisme kompensasi tubuh terhadap kadar
O2 yang kurang
Berat ringannya gejala umum anemia tergantung:
a.Derajat penurunan hemoglobin
b.Kecepatan penurunan hemoglobin
c. Usia
d.Adanya kelainan jantung dan paru sebelumnya
Anoksia organ
target
Mekanisme
kompensasi tubuh
Gejala anemia
Gejala Anemia
1. Gejala umum anemia (sindrom anemia).
Gejala timbul karena iskemia organ target serta
Pemeriksaan laboratorium
hematologi
Kadar hemoglobin
Tes penyaring
Pemeriksaan rutin
Pemeriksaan sumsum
tulang
Indeks eritrosit
(MCH,MCV,MCHC)
Hapusan darah tepi
Laju endap darah
Hitung retikulosit
Hitung deferensial
Pemeriksaan atas
indikasi khusus
Pemeriksaan
laboratorium non
hematologi
Pemeriksaan
penunjang lainnya
Pemeriksaan Penunjang
A. KADAR BESI
Apusan Darah Tepi
1.
2. Besi Serum
3.
Uji ini dilakukan dengan cara yang sama seperti pemeriksaan besi
serum, namun ditambahkan kelebihan besi ke dalam sampel untuk
menjenuhkan semua tempat pengikatan transferin, dan besi yang
tidak terikat disingkirkan sebelum pemeriksaan.
4. Feritin Serum
besi serum
Persentase Saturasi =
TIBC
x 100
Feritin Serum
Feritin serum adalah suatu protein yang tidak mengandung besi dan berada
dalam konsentrasi relatif rendah dibandingkan feritin jaringan.
Rentang normal 20-250 g/dL pada laki2, 10-250 g/dL pada anak2
dan perempuan pramenopause.
1.
Dapat diukur pada darah vena atau kapiler dengan teknik makro atau
mikrokapiler.
Metode mikrohematokrit :
Menggunakan darah vena atau kapiler yang diisi ke sebuah tabung dengan
panjang 7cm dan diameter 1mm.
Tabung yang telah terisi dipusing 4-5 menit pada 10.000 g dengan
sentrifuge, dan proporsi plasma dan sel darah merah ditentukan dengan alat
pembaca berkalibrasi.
Teknik ini memungkinkan kita secara visual volume sel darah putih dan
trombosit yg membentuk buffy coat antara sel darah merah dan plasma.
Plasma supernatan juga harus diperiksa untuk melihat ada tidaknya ikterus
atau hemolisis.
3. Indeks Korpuskular
Volume Eritrosit Rerata (MCV)
a)
b)
c)
d)
Pengukuran LED
1.
2.
Metode Wintrobe
Teknik Westergren
Interpretasi LED
Terapi
1.Singkirkan penyebab yg mendasari
2.Kortikosteroid
3.Splenektomi jk gagal mempertahankan
Transfusi darah
Tindakan medis memberikan darah kepada penderita
mengangkut oksigen
- Memperbaiki volume darah tubuh
- Memperbaiki kekebalan
- Memperbaiki masalah pembekuan
risikonya
Demam (55%)
Disebabkan antibodi leukosit, antibodi trombosit atau
senyawa pirogen. Utk menghindarinya dilakukan uji cocok
silang.
Reaksi alergi (20%)
Reaksi alergi menyerupai urtikaria
Reaksi hemolitik (4%)
Tjd krn destruksi sel darah merah setelah transfusi akibat
darah yg inkompatibel (injeksi air ke dlm sirkulasi, transfusi
drh yg lisis, transfusi drh dg pemanasan berlebihan, dll)
Penularan penyakit
Hepatitis serum + (6%), HIV, hepatitis C, virus lain
Bakteri jg bs kontaminasi eritrositinfeksi dan sepsis setelah
transfusi
B. Pelaksanaan
Pakai sarung tangan
Catatlah tanda vital sebelum memulai transfusi
Jangan menambahkan obat ke dalam darah atau produk darah
Darah sudah harus diberikan dlm 30 menit setelah dikeluarkan dari
pendingin
Bila darah harus dihangatkan, maka hangatkan dlm penghangat
darah in - line dgn sistem pemantauan
Gunakan jarum ukuran 19 atau lebih pd vena
Gunakan selang khusus yg memiliki filter darah untuk menyaring
bekuan fibrin dan partikel lainnya
Untuk 15 menit pertama berikan transfusi secara perlahan tidak lebih
dari 5 ml/ menit
Observasi pasien dengan cermat akan adanya efek samping, bila tdk
ada efek samping dlm 15 mnt pertama, naikkan kecepatan aliran
kecuali pasien beresiko kelebihan sirkulasi
Observasi pasien sesering mungkin selama pemberian transfusi
Perhatikan bahwa waktu pemberian tdk melebihi 4 jam karena akan
terjadi peningkatan resiko proliferasi bakteri
Kriteria Pendonor
Kriteria calon donor (untuk keselamatan donor)
Berbadan sehat
Umur antara 17-60 tahun
Berat badan minimal 45 Kg
Kadar hemoglobin (Hb)
Wanita minimal = 12 gr %
Pria minimal = 12,5 gr %
Tekanan darah sistolik antara 100-180 mmHg; tekanan darah diastolik
antara 50-100 mmHg.
Denyut nadi berkisar antara 50-100 X/menit, teratur, tanpa denyut
patologis.
Tidak sedang : hamil, haid atau menyusui.
Interval penyumbangan darah minimal 8 minggu dengan
penyumbangan maksimal 5 kali pertahun.
Temperatur tubuh : 36,6 - 37,5o C (oral)
Manfaat Pendonor
Mengetahui golongan
darahnya.
Mengetahui tekanan darah
secara berkala (tiga bulan
sekali) pada setiap akan
menyumbangkan darahnya.
Dapat memperbarui darah di
tubuhnya, karena telah
menyumbangkan darahnya
sebanyak 350 cc. Kemudian
memperoleh darah yang baru
pada bulan berikutnya
Mengganti sel-sel darah merah
yang telah bermetabolisme
secara teratur, Sel darah
merah dibentuk dalam tubuh
oleh hati, ginjal
Nafsu makan bertambah.
Manfaat Resipien
Memperbaiki kapasitas pengangkutan
oksigen.
Mempertahankan volume darah.
KOMPLIKASI
Gangguan sistem neuromuskular yang
kecerdasan
infeksi
Epidemiologi Anemia
Gambaran Prevalensi Anemia di Dunia (dikutip dari De Maeyer
EM, et al, 1989)
ANAK
(0-4thn)
ANAK
(5-12thn)
LAKI
DEWASA
WANITA
(1549thn)
WANITA
HAMIL
Negara
maju
12%
7%
3%
14%
11%
Negara
berkemba
ng
51%
46%
26%
59%
47%
LOKASI
35%
Daftar Pustaka
Mansjoer, A., Triyanti K., Savitri R., Wardhani, W.I., Setiowulan W.,
TERIMA
KASIH...