Professional Documents
Culture Documents
KEAMANAN PANGAN
KELOMPOK VII
Rahmayanti
H311 12 278
Pramudia Ridwan
H311 12 280
Seniati Salahuddin
H311 12 281
Mirnawati M.
H311 12 282
H311 12 284
Darmawati
H311 12 285
Ripka Saputri
H311 12 286
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah yang
berjudul Biosensor Berbasis Aptamer disusun untuk memenuhi tugas matakuliah
Metode Pemisahan dan Pengukuran, Jurusan Kimia FMIPA universitas Hasanuddin,
Makassar.
Atas terselesaikannya makalah ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada
teman-teman yang telah membantu kami dalam menyusun makalah ini. Selain itu,
terima kasih kepada dosen yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan tugas
makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih kurang sempurna, oleh sebab itu
penulis mengharapkan segala saran dan kritik yang bersifat membangun dan
mendukung penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat menambah
wawasan penulis dan bermanfaat bagi pembaca pada umumnya serta rekan-rekan
sebidang ilmu pada khususnya.
Makassar, April 2015
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
biologis 2) transduser atau elemen detektor, bekerja dengan cara yang fisikokimia;
optik, piezoelektrik, elektrokimia, dll yang mengubah sinyal yang dihasilkan dari
interaksi antara analit dengan unsur biologis menjadi sinyal listrik dan 3) elektronik
yang terkait atau prosesor sinyal yang terutama bertanggung jawab untuk
menampilkan hasil dalam cara yang user-friendly. Contoh umum dari biosensor
komersial adalah biosensor glukosa darah, yang menggunakan enzim glukosa
oksidase untuk memecah glukosa darah turun.. Aptamer memiliki spesifikasi dan
afinitas tinggi untuk setiap molekul target yang secara prinsip dapat dipilih untuk
setiap molekul target yang diberikan, mulai dari molekul kecil sampai besar seperti
protein dan bahkan sel-sel. Selain itu aptamer sangat mudah disintesis dengan
reproduktifitas dan kemurnian yang tinggi. Berbeda dengan protein berbasis antibody
atau enzim, aptamers DNA biasanya sangat stabil secara kimiawi. Apabila aptamer
mengikat molekul target maka akan mengalami perubahan konformasi yang
signifikan, hal tersebut akan menawarkan fleksibilitas yang besar dalam desain
aptamer sebagai biosensor dengan sensitivitas deteksi dan selektivitas yang tinggi.
Karena struktur 3-dimensinya yang unik, maka aptamer dapat membentuk ikatan
dengan berbagai target dengan afinitas yang sebanding dengan antibodi. Oleh sebab
itu dengan menggunakan aptamer sebagai biosensor maka dapat dijadikan alat yang
penting untuk diagnosa dan terapi yang lebih baik dibandingkan menggunakan
biosensor reseptor alamai seperti antibod atau enzim.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka rumusan masalah yang di kaji adalah
sebagai berikut :
1.
2.
Tujuan
Adapun tujuan dari tulisan ini adalah sebagai berikut :
1.
2.
3.
PEMBAHASAN
optik, elektrokimia, dan sebagainya yang mengubah sinyal yang dihasilkan dari
interaksi antara analit dengan bioreseptor menjadi sinyal lain (yaitu, transduser)
yang dapat lebih mudah diukur dan dihitung.
3.
melakukan hal itu pertama mengoksidasi glukosa dan menggunakan dua elektron
untuk mengurangi FAD (komponen enzim) untuk FADH2. Hal ini pada gilirannya
teroksidasi oleh elektrode (menerima dua elektron dari elektroda) di sejumlah
langkah. Arus yang dihasilkan adalah ukuran konsentrasi glukosa. Dalam hal ini,
elektroda adalah transduser dan enzim adalah komponen biologis aktif.
2.1.2
Pengertian Aptamer
Aptamer adalah oligonukleotida pita tunggal (ssDNA atau RNA), yang
2.2
biologi), transduser, dan sistem elektronik pemroses sinyal. Unsur biologi yang
umumnya digunakan dalam mendesain suatu biosensor dapat berupa enzim, organel,
jaringan, antibodi, bakteri, jasad renik, dan DNA. Unsur biologi ini biasanya berada
dalam bentuk teramobilisasi pada suatu transduser. Amobilisasi sendiri dapat
dilakukan dengan berbagai cara baik dengan adsorpsi fisik, menggunakan membran
atau perangkap matriks atau dengan membuat ikatan kovalen antara biomolekul
dengan transduser. Untuk transduser, yang banyak digunakan dalam suatu biosensor
adalah transduser elektrokimia, optoelektronik, kristal piezoelektronik, transistor efek
medan dan temistor. Proses yangterjadi dalam transduser dapat berupa biosensor
kalorimetrik, potensiometrik, amperometrik, optikal maupun piezo-electric biosensor.
Sinyal yang keluar dari transduser ini kemudian diproses dalam suatu sistem
elektronik misalnya perekam atau komputer. Suatu Biosensor DNA (Aptamer) (atau
genosensor) menggunakan DNA yang diamobilisasi sebagai unsur pengenalnya.
Untuk Biosensor DNA (Aptamer) elektrokimia, unsur biologi yang
digunakan adalah DNA dan transdusernya adalah transduser lektrokimia. Metode
elektrokimia yang digunakan adalah voltametri, amperometri dan cyclic voltametry.
Berikut adalah contoh skema umum dari biosensor :
konformasi dari aptamer yang mana terjadi juga perubahan sifat-sifat optic dari
system tersebut (Steel, 1998).
Molekul-molekul analit yang berikatan menginduksikan perubahan terhadap
absorbansinya yang mana dapat dimonitor secara spektroskopi atau secara
kolorimetri. Ketika penggunaan aptamer-aptamer (bertentangan dengan antibodi)
menghasilkan lebih banyak struktur datar yang serbaguna dan kuat untuk
pendeteksian. (Alan, 2009)
2.3 Aptamer untuk Target Miromolekul
Pengembangan aptamers berbasis biosensor pemeriksaan dan aptamer
berbasis makanan terkait dapat ditemukan pada pembahasan berikut
2.3.1 Pengemasan Makanan
Kontaminasi dari kemasan produk makanan telah terdeteksi pada beberapa
makanan terakait, termasuk bahan makanan, senyawa-senyawa stimulant, dan
pengawet-pengawet makanan. Salah satu senyawa tersebut adalah Bisphenol A
(BPA), yang dikenal sebagai pengganggu endrocrine sejak tahun1930-an .
BPAvdigunakan sebagai senyawa monomer dalam produk plastik polikarbonat.
Keprihatinan utama mengenai penggunaan bisphenol A dalam produk konsumen
dilaporkan oleh media pada tahun 2008. Pada tahun 2010, sebuah laporan dari
Amerika Serikat Food and Drug Administration (FDA) menimbulkan kekhawatiran
lebih lanjut mengenai Paparan BPA untuk janin , bayi dan anak-anak . Pada bulan
September 2010 , Kanada menjadi negara pertama yang menyatakan BPA sebagai zat
beracun dan melarang penggunaannya dalam botol bayi (AS FDA, 2010). Beberapa
aptamers dan platform aptamer telah dikembangkan dalam menanggapi masalah ini.
Logam Berat
Logam anorganik mencemari bahan makanan termasuk ikan dan produk
ikan, daging dan produk daging, susu dan produk susu, telur, lemak dan minyak serta
pakan ternak. Arsenik adalah senyawa karsinogen yang beracun yang ditemukan di
banyak bagian dunia. Unsur ini terdapat dalam beberapa bilangan oksidasi (-3, 0, + 3,
dan 5 +); Namun, arsenat [As (V)] dan arsenit [As (III)] adalah yang paling
melimpah. Kontaminasi terhadap manusia dapat terjadi melalui konsumsi langsung,
seperti minum air yang telah terkontaminasi arsenik dan melalui tanaman yang
tumbuh dari tanah yang terakumulasi arsenik. Hal ini dapat mengakibatkan efek yang
lebih serius termasuk kanker, penyakit kulit, dan penyakit kardiovaskular arsenikosis
(M. Kim et al., 2009). Kim et al. mengembangkan aptamer DNA afinitas tinggi untuk
arsenik yang dapat mengikat arsenat [(As (V)] dan arsenit [As (III)] dengan
konstanta disosiasi masing-masing 5 dan 7 nM (M. Kim et al., 2009).
Selain As, terdapat pula Mercury ion (Hg2+) sangat beracun dan kontaminan
luas. Unsur ini dapat merusak sistem saraf dan endokrin pusat. Selain itu, ikan dan
kerang yang terkontaminasi merkuri dalam tubuh mereka, sering dalam bentuk
methylmercury. Kehadiran merkuri dalam ikan bisa menjadi masalah kesehatan,
terutama bagi perempuan yang sedang hamil, ibu menyusui, dan anak-anak (Xu et
al., 2010).
2.3.3
Ochratoxins
DNA 1: 5'-Biotin-CTA GCC CAC ACC CAC CGC ATT TCC CTC GTA GCC TGT3 'garis kontrol DNA probe 2: 5'-Biotin-TTT TTT TTT TTT TTT TTT-3. ) Yang
terkonjugasiuntuk streptavidin menggunakan 5 'biotin. Strip dikumpulkan sebagai
berikut (lihat Gambar. 3).
platform aptasensor menjanjikan dikembangkan sejauh ini termasuk bebas label tes
voltametri (Cheng et al, 2007), impendance spektroskopi Faradaic (Rodriguez et al.,
2005) dan teknologi RNA microarray (Collett et al., 2005).
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan :
1. Pada dasarnya biosensor terdiri dari tiga unsur yaitu unsur biologi (reseptor
biologi), transduser, dan sistem elektronik pemroses sinyal.
2. Biosensor berbasis aptamer dapat digunakan dalam mendeteksi kandungan
dalam makanan dengan metode elektokimia. Seperti mendeteksi logam
berat, racun, senyawa makromolekul, kontaminasi makanan akibat
pengemasan, dan lain-lain.
B. Saran
Secara kualitatif, kebutuhan akan biosensor sangat besar. Dan diperkirakan
permintaan biosensor di pasaran dunia akan selalu meningkat tiap tahun. Sehingga
sudah seyogyanya para peneliti memanfaatkan momentum tersebut untuk dapat
merintis dan mengembangkan sistem sensor dengan kreatifitas, langkah dan
kebijakan yang lebih baik lagi
DAFTAR PUSTAKA
Alan, K. H Cheng, et al. 2009. Design and Testng of Aptamer Biosensor for Protein
and Small molecules. Bioelectrochemistry 77, 1-12
Nutiu, Y. Lu. (2004). Structure-switching signal aptamers: transducing molecular.
Chem Eur J, 1868-1876.
Radi, Elgawad. 2011. Electrochemical Aptamer-Based Biosensor : Recent Advanes
and Perspective. International Journal of Electrochemistry Vol. 2011, Hal. 17
Steel, T.M. Herne, M.J. Tarlov. (1998). Electrochemical quantitation of DNA
immobi-lized on gold. Anal Chem, 46704677.
Wenjuan et al. 2008. Aptamer Biosensor for Protein Detection Using Gold
Nanoparticles. Analytical Chemsitry, 373, 213-219