Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Dasar Teori
II.1.1 Perpindahan Panas
Menurut Holman (1997), berpindahnya energi dari suatu tempat ke tempat lain karena
adanya perbedaan suhu diantara kedua tempat tersebut. Dalam proses perpindahan energi
tersebut tentu ada kecepatan perpindahan panas yang terjadi, atau yang lebih dikenal
dengan laju perpindahan panas. Maka ilmu perpindahan panas juga merupakan ilmu untuk
memperhitungkan laju perpindahan panas yang terjadi pada kondisi-kondisi tertentu. Kalor
sendiri adalah salah satu bentuk energi. Hukum kekekalan energi menyatakan bahwa energi tidak
musnah, contohnya hukum kekekalan massa dan momentum, ini artinya kalor tidak hilang. Energi
hanya berubah bentuk dari bentuk yang pertama ke bentuk yang ke dua. Menurut Holman
(1997), ada tiga bentuk mekanisme perpindahan panas yang diketahui, yaitu konduksi,
konveksi, dan radiasi.
1. Pancaran (Radiasi)
Perpindahan panas radiasi adalah proses di mana panas mengalir dari benda yang
bersuhu tinggi ke benda yang bersuhu rendah bila benda-benda itu terpisah di dalam
ruang, bahkan jika terdapat ruang hampa di antara benda-benda tersebut. Energi radiasi
dikeluarkan oleh benda karena temperatur, yang dipindahkan melalui ruang antara,
dalam bentuk gelombang elektromagnetik Pada hakekatnya proses perpindahan kalor
radiasi terjadi dengan perantaraan foton dan juga gelombang elektromagnet. Bila energi
radiasi menimpa suatu bahan, maka sebagian radiasi dipantulkan, sebagian diserap dan
sebagian diteruskan. Jadi dalam mempelajari perpindahan kalor radiasi akan dilibatkan
suatu fisik permukaan. Ciri-ciri radiasi yaitu :
Kalor radiasi merambat lurus.
Untuk perambatan itu tidak diperlukan medium (misalnya zat cair atau gas).
Perpindahan panas secara radiasi dapat dinyatakan dalam persamaan berikut :
dimana :
Q=
AT 4
..........................................................(1)
2. Hantaran (konduksi)
II-1
3. Aliran (konveksi)
Konveksi adalah perpindahan panas karena adanya gerakan/aliran/ pencampuran
dari bagian panas ke bagian yang dingin. Proses konveksi hanya terjadi di permukaan
bahan. Jadi dalam proses ini struktur bagian dalam bahan kurang penting. Keadaan
permukaan dan keadaan sekelilingnya serta kedudukan permukaan itu adalah yang
utama. Oleh karena konveksi hanya dapat terjadi melalui zat yang mengalir, maka
bentuk pengangkutan kalor ini hanya terdapat pada zat cair dan gas. Pada pemanasan
zat ini terjadi aliran, karena massa yang akan dipanaskan tidak sekaligus dibawa ke
suhu yang sama tinggi. Oleh karena itu bagian yang paling banyak atau yang pertama
dipanaskan memperoleh massa jenis yang lebih kecil daripada bagian massa yang
lebih dingin. Sebagai akibatnya terjadi sirkulasi, sehingga kalor akhimya tersebar pada
seluruh zat.
Menurut cara menggerakkan alirannya, perpindahan panas konveksi
diklasifikasikan menjadi dua, yakni konveksi bebas (free convection) dan konveksi
paksa (forced convection). Bila gerakan fluida disebabkan karena adanya perbedaan
kerapatan karena perbedaan suhu, maka perpindahan panasnya disebut sebagai
konveksi bebas (free / natural convection). Bila gerakan fluida disebabkan oleh gaya
pemaksa / eksitasi dari luar, misalkan dengan pompa atau kipas yang menggerakkan
LABORATORIUM PROSES PEMISAHAN DENGAN PERPINDAHAN
MASSA
DIII TEKNIK KIMIA FTI-ITS
II-2
h
T
A
Gambar II.4 Pola Aliran dan Distribusi Temperatur dalam Co-Current Flow
2. Aliran Counter-Current
LABORATORIUM PROSES PEMISAHAN DENGAN PERPINDAHAN
MASSA
DIII TEKNIK KIMIA FTI-ITS
II-5
Gambar II.5 Pola Aliran dan Distribusi Temperatur dalam Counter-Current Flow
Menurut Indra (2010), faktor yang mempengaruhi kinerja Heat Exchanger ialah :
1. Fouling faktor (Rd) fouling adalah peristiwa terakumulasinya padatan yang tidak
dikehendaki di permukaan Heat Exchanger yang berkontak dengan fluida kerja,
termasuk permukaan heat transfer. Penyebab terjadinya fouling ialah adanya pengotor
berat yaitu kerak keras yang berasal dari hasil korosi atau coke keras. Adanya pengotor
berpori yaitu kerak lunak yang berasal dari dekomposisi kerak keras. Fouling dapat
mengakibatkan kenaikan tahanan heat transfer, sehingga meningkatkan biaya, baik
investasi, operasi maupun perawatan. Untuk pengaruh ukuran heat exchanger ialah
ukurannya menjadi lebih besar, kehilangan energi meningkat, waktu shutdown lebih
panjang dan biaya perawatan meningkat. Variabel operasi yang berpengaruh terhadap
fouling diantaranya ialah kecepatan linier fluida (velocity), semakin tinggi kecepatan
linier fluida, maka semakin rendah kemungkinan terjadinya fouling.
2. Pressure drop, untuk mengetahui sejauh mana fluida dapat memepertahankan tekanan
yang dimilikinya selama fluida mengalir. Disebabkan oleh 2 hal : Friksi aliran dengan
dinding, Pembelokan aliran. Jika P terlalu besar : disebabkan jarak antar buffle yang
terlalu dekat, aliran menjadi lambat, perlu tenaga pompa yang besar. Jika P terlalu
rendah, perpindahan panas tidak sempurna.
Menurut Handy (2011), berdasarkan fungsinya, alat penukar kalor dapat
digolongkan sebagai berikut :
1. Chiller
Alat penukar kalor ini digunakan untuk mendinginkan fluida sampai pada temperatur
yang rendah. Temperatur fluida hasil pendinginan didalam chiller yang lebih rendah bila
dibandingkan dengan fluida pendinginan yang dilakukan dengan pendingin air. Untuk
chiller ini media pendingin biasanya digunakan amonia atau freon.
2. Kondensor
Alat penukar kalor ini digunakan untuk mendinginkan uap atau campuran uap, sehingga
berubah fasa menjadi cairan. Media pendingin yang dipakai biasanya air atau udara.
II-6
LABORATORIUM PROSES PEMISAHAN DENGAN PERPINDAHAN
MASSA
DIII TEKNIK KIMIA FTI-ITS
II-7
2. Shell-and-tube Exchanger
Menurut Kern (1965), menjelaskan bahwa jenis ini terdiri dari shell yang didalamnya
terdapat rangkaian pipa kecil yang disebut tube bundle. Perpindahan panas terjadi antara
fluida yang mengalir di dalam tube dan fluida yang mengalir di luar tube (pada shell side).
Shell and tube ini merupakan Heat exchanger yang paling banyak digunakan dalam prosesproses industri.
Keuntungan Shell and Tube Heat exchanger merupakan Heat exchanger yang paling
banyak digunakan di proses-proses industri karena mampu memberikan ratio area
perpindahan panas dengan volume dan massa fluida yang cukup kecil. Selain itu juga dapat
mengakomodasi ekspansi termal, mudah untuk dibersihkan, dan konstruksinya juga paling
murah di antara yang lain. Untuk menjamin bahwa fluida pada shell-side mengalir
melintasi tabung dan dengan demikian menyebabkan perpindahan kalor yang lebih tinggi,
maka di dalam shell tersebut dipasangkan sekat penghalang (baffles).
Menurut Muttaqin (2012), menyatakan bahwa shell and tube ini dibagi lagi sesuai
dengan penggunaannya yaitu class R (untuk keperluan proses dengan tekanan tinggi),
class C (untuk keperluan proses dengan tekanan dan temperatur menengah dan fluida yang
tidak korosif, serta class B (untuk keperluan fluida yang korosif). Proses pertukaran panas
pada kedua fluida ini terjadi pada dinding tube dimana terdapat dua proses perpindahan
yaitu secara konduksi dan konveksi. Heat exchanger tipe Shell and Tube dibedakan atas:
II-9
3. Cross-flow Exchanger
II-10
.................................. (5)
Dimana :
Qh
= Panas yang dilepas oleh fluida panas, kJ/s
Qc
= Panas yang dilepas oleh fluida dingin, kJ/s
Wh
= Laju alir fluida panas, kg/s
Wc
= Laju alir fluida dingin, kg/s
CP,h
= Kapasitas panas untuk fluida panas, kJ/kg oK
CP,c
= Kapasitas panas fluida dingin, kJ/kg oK
II.1.5.2 Logarithmic Mean Temperature Difference (LMTD)
Pada umumnya kedua fluida yang mengalir bervariasi tidak linear dengan
temperatur. Pada setiap titik T-t antara kedua aliran berbeda sehingga LMTD diperlukan
untuk mempelajari T-t vs Q, sehingga persamaan perpindahan panas di dalam double pipe
Exchanger menurut Geankoplis (1997), dapat ditulis sebagai berikut :
Q=A UD LMTD
...........................................(6)
Q
UD = A x LMTD
...........................................(7)
Dimana :
A
= Luas perpindahan panas, m2
UD
= Overall heat transfer coefficient, kJ/s m2 oK
LMTD
= Logarithmic Mean Temperature Difference, oK
Ketika fluida panas dan dingin dalam heat exchanger mengalir secara countercurrent atau co-current, Log Mean Temperature Difference (LMTD) akan digunakan :
( T 2 - T1 )
LMTD= ln T 2
.....................................(8)
T 1
Dimana T2 adalah perbedaan suhu pada ujung Exchanger dan T1 adalah ujung
yang lain. LMTD ini digunakan untuk double pipe heat exchanger dan 1-1
II-11
LABORATORIUM PROSES PEMISAHAN DENGAN PERPINDAHAN
MASSA
DIII TEKNIK KIMIA FTI-ITS
Cp
k
........................................................(12)
Karena untuk perhitungan OHTC harus dipergunakan satu harga luas perpindahan
panas yang biasanya adalah permukaan luar pipa, oleh karena itu Kern (1965), menyatakan
bahwa individual heat transfer coefficient aliran dalam pipa harus diubah dengan
menggunakan persamaan :
D1
Npr= hio x De ...................................................(13)
II.1.5.4 Fouling Factors
LABORATORIUM PROSES PEMISAHAN DENGAN PERPINDAHAN
MASSA
DIII TEKNIK KIMIA FTI-ITS
II-12
Qact
Qmak
II-13
II-14
Fluida
Air
Minyak Pelumas
(kg/m3)
1000
853,77
Cp (J/kg K)
4178
2118
Kf (W/m K)
0,620
0,1385
(kg/m s)
7,69 x 10-4
3,52 x 10-2
II-15
II-16