You are on page 1of 13

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tersedak merupakan suatu kegawatdaruratan yang sangat
berbahaya,

karena

dalam

beberapa

menit

akan

terjadi

kekurangan oksigen secara general atau menyeluruh sehingga


hanya dalam hitungan menit pasien akan kehilangan refleks
nafas, denyut jantung, dan kematian secara permanen dari
batang otak, dalam bahasa lain kematian dari individu tersebut.1,2
Dari semua kasus tersedak yang terjadi pada anak-anak,
sepertiganya terjadi di saluran napas. Lima puluh lima persen dari
kasus benda asing di saluran napas terjadi pada anak-anak
berumur kurang dari 4 tahun. Pada tahun 1975 anak di bawah uur
4 tahun, insidens kematian mendadak akibat aspirasi atau
tertelan benda asing lebih tinggi. Bayi dibawah umur 1 tahun,
gawat napas karena aspirasi benda asing merupakan penyebab
utama kematian (National Safety Council, 1981).1
Pada dasarnya kita mengenal dua jenis tersedak. Tersedak
sebagian (partial/mild) artinya benda asing yang masuk hanya
menyumbat sebagian dari jalan napas, masih ada sedikit celah
untuk masuknya udara. Yang paling berat adalah tersedak total
(total blockage/severe) dimana benda asing yang masuk sudah
menutup semua bagian jalan napas, sehingga pasien menjadi
jatuh tidak sadarkan diri.2
Pengenalan dini akan tanda-tanda tersedak merupakan
langkah awal untuk keberhasilan dalam penanganan kasus
tersedak. Penting untuk membedakan kondisi tersedak dengan
kasus-kasus lain seperti asma, serangan jantung, stroke, atau
kondisi sakit lain yang menyebabkan gangguan pernapas.

B. Rumusan Masalah

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Apakah definisi tersedak?


Apa saja etiologi dan faktor predisposisi tersedak?
Bagaimanakah patogenesis tersedak?
Apa saja tanda dan gejala dan tanda tersedak?
Bagaiamana diagnosis dengan kasus tersedak?
Apa saja pemeriksaan penunjang tersedak?
Bagaimanakah penatalaksanaan tersedak?

C. Tujuan
1. Untuk
2. Untuk
3. Untuk
4. Untuk
5. Untuk
6. Untuk
7. Untuk

mengetahui
mengetahui
mengetahui
mengetahui
mengetahui
mengetahui
mengetahui

definisi tersedak
etiologi dan faktor predisposisi tersedak
patogenesis tersedak
tanda dan gejala dan tanda tersedak
diagnosis dengan kasus tersedak
pemeriksaan penunjang tersedak
penatalaksanaan tersedak

D. Manfaat
1. Mahasiswa dapat mengetahui definisi tersedak
2. Mahasiswa dapat mengetahui etiologi dan faktor predisposisi
tersedak
3. Mahasiswa dapat mengetahui patogenesis tersedak
4. Mahasiswa dapat mengetahui tanda dan gejala dan tanda
tersedak
5. Mahasiswa dapat mengetahui diagnosis dengan kasus tersedak
6. Mahasiswa dapat mengetahui pemeriksaan penunjang
tersedak
7. Mahasiswa dapat mengetahui penatalaksanaan tersedak

BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Tersedak adalah suatu keadaan masuknya benda asing
(makanan, minuman, atau benda-benda kecil lainnya) ke dalam
saluran napas sehingga menimbulkan keadaan gawat napas yang
dapat mengakibatkan kematian.1

B. Etiologi dan Faktor Predisposisi


Faktor yang mempermudah terjadinya aspirasi benda asing
ke dalam saluran napas antara lain, faktor personal (umur, jenis
kelamin, pekerjaan, kondisi sosial, tempat tinggal), kegagalan
mekanisme

proteksi

normal

(tidur,

kesadaran

menurun,

alkoholisme, dan epilepsi), faktor fisik yaitu kelainan dan penyakit


neurologik, proses menelan yang belum sempurna pada anak,
faktor dental, medikal dan surgikal (antara lain tindakan bedah,
ekstraksi gigi, belum tumbuhnya gigi molar pada anak yang
berumur <4 tahun), faktor kejiwaan (emosi, gangguan psikis),
ukuran dan bentuk serta sifat benda asing, faktor kecerobohan
(meletakkan benda asing di mulut, persiapan makanan yang
kurang baik, makan atau minum yang tergesa-gesa, makan sambil
bermain biasanya pada anak-anak, memberikan kacan atau
permen pada anak yang gigi molarnya berlum lengkap.1
C. Patogenesis
Benda asing mati (inanimate foreign bodies) di hidung
cenderung menyebabkan edema dan inflamasi mukosa hidung,
dapat terjadi ulserasi, epistaksis, jaringan granulasi dan dapat
berlanjut menjadi sinusitis. Benda asing hidup (animate foreign
bodies) menyebabkan reaksi inflamasi dengan derajat bervariasi,
dari infeksi lokal sampai destruksi masif tulang rawan dan tulang
hidung dengna membentuk daerah supurasi yang dalam dan
berbau.1,3
Tujuh puluh lima persen dari benda asing di bronkus
ditemukan pada anak dibawah umur dua tahun, dengan riwayat
yang khas, yaitu pada saat benda atau makanan ada di dalam
mulut, anak terawa atau menjerit, sehingga pada saat inspirasi,
laring terbuka dan makanan atau benda asing masuk ke dalam
laring. Pada saar benda asing itu terjepit di sfingter laring, pasien
batuk berulang-ulang, sumbatan di trakea, mengi dan sianosis. Bila
benda asing telah masuk ke dalam trakea atau bronkus, kadang-

kadang terjadi fase asimtomatik selama 24 jam atau lebih,


kemudian

diikuti

oleh

fase

pulmonum

dengan

gejala

yang

tergantung pada derajat sumbatan bronkus.1,3


Benda asing organik, seperti kacang-kacangan, mempunyai
sifat higroskopik, mudah menjadi lunak dan mengembang oleh air,
serta menyebabkan iritasi pada mukosa. Mukosa bronkus menjadi
edema, dan meradang, serta dapat pula terjadi jaringan granulasi
di sekitar benda asingm sehingga gejala sumbatan bronkus
semakin

menghebat.

Akibatnya

timbul

gejala

laringotrakeobronkitis, toksemia, batuk, dan demam yang tidak


terus-menerus.1,3
Benda asing anorganik menimbulkan reaksi jaringan yang
lebih ringan, dan lebih mudah didiagnosis dengan pemeriksaan
radiologik, karena umumnya benda asing anorganik bersifat
radiopak. Benda asing yang terbuat dari metal dan tipis, seperti
peniti, jarum, dapat masuk ke dalam bronkus yang lebih distal,
dengan gejala batuk spasmodik. Benda asing yang lama berada di
bronkus

dapat

menyebabkan

perubahan

patologik

jaringan,

sehingga menimbulkan komplikasi, antara lain penyakit paru


kronik supuratif, bronkiekatasis, abses paru, dan jaringan granulasi
yang menutupi benda asing.1,3
D. Gejala dan Tanda
Gejala sumbatan benda asing di dalam saluran napas
tergantung pada lokasi benda asing, derajat sumbatan (total atau
sebagian), sifat, bentuk, dan ukuran benda asing.

Seseorang yang mengalami aspirasi benda asing akan


mengalami 3 stadium, yaitu:1,2
1. Stadium permulaan, yaitu batuk hebat secara tiba-tiba (violent
paroxysm of coughing), rasa tercekik (choking), rasa tersumbat
di

tenggorok

(gagging),

bicara

gagap

(sputtering),

dan

obstruksi jalan napas yang terjadi segera.

2. Stadium kedua, ialah gejala stadium permulaan diikuti oleh


interval asimtomatik. Hal ini karena benda asing tersebut
tersangkut,

refleks-refleks

akan

melemah

dan

gejala

rangsangan akut menghilang. Stadium ini berbahaya, sering


menyebabkan keterlambatan diagnosis karena gejala belum
jelas.
3. Stadium

ketiga,

telah

terjadi

gejala

komplikasi

dengan

obstruksi, erosi atau infeksi sebagai akibat rekasi terhadap


benda

asing,

sehingga

timbul

batuk-batuk,

hemoptisis,

ditegakkan

berdasarkan

pneumonia, dan abses paru.


E. Diagnosis
Diagnosis

klinis

tersedak

anamnesis adanya riwayat masuknya benda asing ke dalam


saluran napas, tiba-tiba timbul choking (rasa tercekik), gejala,
tanda,

pemeriksaan

pemeriksaan

fisik

radiologi

dengan

sebagai

auskultasi,
pemeriksaan

palpasi

dan

penunjang.

Diagnosis pasti benda asing di saluran napas ditegakkan


setelah dilakukan endoskopi atas indikasi diagnostik dan
terapi.1,2
Anamnesis yang cermat perlu ditegakkan, karena kasus
aspirasi benda asing sering tidak segera dibawa ke dokter pada
saat kejadian. Perlu diketahui macam benda atau bahan yang
teraspirasi dan telah berapa lama tersedak benda asing
tersebut.1,2
F. Pemeriksaan Penunjang
Pada kasus benda asing di saluran napas dapat dilakukan
pemeriksaan radiologik dan laboratorium untuk membantu
menegakkan diagnosis.1,3,4
1. Pemeriksaan radiologi
Leher dalam posisi tegak untuk penilaian jaringan lunak
leher dan pemeriksaan toraks postero anterior dan lateral
sangat penting pada aspirasi benda asing. Karena benda

asing di bronkus sering tersumbat di orifisium bronkus


utama atau lobus, pemeriksaan paru sangat membantu
diagnosis.
2. Video fluoroskopi
Merupakan cara terbaik untuk melihat saluran napas secara
keseluruhan, dapat mengevaluasi pada saat ekspirasi dan
inspirasi dan adanya obstruksi parsial. Enfisiema obstruktif
merupakan bukti radiologik benda asing di saluran napas
setelah 24 jam benda teraspirasi. Gambaran emfisiema
tampak sebagai pergeseran mediastinum ke sisi paru yang
sehat pada saat ekspirasi dan pelebaran interkostal.
3. Bronkogram
Berguna untuk benda asing radiolusen yang berada di
perifer pandangan endoskopi, serta perlu untuk menilai
bronkiekatasis akibat benda asing yang lama berada di
bronkus.
4. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan darah diperlukan untuk mengetahu adanya
gangguan keseimbangan asam basa serta tanda infeksi
traktus trakeobronkial.
G. Penatalaksanaan
1. Penanganan tersedak untuk anak usia >1 tahun
dewasa yang masih sadar2,,3,4
a. Untuk tersedak ringan:
Jika korban masih bisa batuk, anjurkan korban untuk batuk
terus

menerussekeras-kerasnya.

Yang

tidak

boleh

dilakukan:
1. Memberi minum pada korban (jalan napas hanya boleh
dilalui oleh udara)
2. Memasukkan jari ke dalam mulut sebagai usaha untuk
mengeluarkan benda asing
b. Untuk tersedak berat:
1. Tanyakan kepada korban Apakah Anda tersedak?,
sekilas langkah ini terlihat agak rancu dan tidak
mungkin dilakukan. Tetapi hal ini dilakukan untuk
membedakan antara tersedak dan penyakit lain yang

menyebabkan gawat napas.


2. Lakukan abdominal thrust (Heimlich manuever) selama
beberapa kali sampai benda asing keluar atau sampai
korban menjadi tidak sadar.
Berikut ini merupakan langkah-langkah melakukan Heimlich
manuever:2,3,4
1. Berdiri atau berlutut di belakang korban (posisikan tubuh
sesuai dengan tinggi tubuh korban, pada pasien anak
kemungkinan harus berlutut)
2. Kepalkan salah satu telapak tangan
3. Letakkan kepalan tangan dengan arah ibu jari menempel ke
dinding perut korban, posisikan kepalan tangan 2 jari di atas
pusat (pusat selalu sejajar dengan tulang pinggul atas)
4. Kencangkan kepalan tangan dengan tangan satunya
sehingga kedua lengan melingkar di perut korban.
5. Lakukan penekanan ke arah belakang dan atas sampai
benda asing keluar

Abdominal thrust atau Hemlich manuever


Jika korban tersedak adalah wanita hamil atau orang
dewasa yang terlalu gemuk (obesitas) kita bisa melakukan

pilihan lain dengan melakukan chest thrust yaitu dengan


meletakkan kepalan tangan di tengah-tengah tulang dada.2,3,4

Pengganti Hemlich manuever pada korban wanita hamil


2.

Penanganan tersedak untuk anak usia >1 tahun


dewasa yang tidak sadar2,3,4
Jika korban menjadi jatuh tidak sadar lakukan langkahlangkah berikut:
a. Panggil bantuan medis segera
b. Buka jalan napas korban, jika benda asing dapat terlihat
lakukan

finger

swab

atau

sapuan

jari

untuk

mengeluarkan benda asing


c. Segera lakukan CPR/ RJP. Perbedaannya dengan CPR
biasa adalah setelah melakukan 30 kali kompresi dada,
periksalah

mulut

korban

terlebih

dahulu

sebelum

memberikan 2 kali napas bantuan.

Dikatakan telah sukses menangani korban tersedak yang


tidak sadar jika ada tanda-tanda berikut:

1. Dada korban terlihat naik ketika memberikan bantuan


napas
2. Melihat benda asing keluar dari mulut korban.
Lakukan langkah-langkah berikut ini jika sudah berhasil
menangani

korban

tersedak.

Karena

ada

beberapa

kemungkinan yang akan terjadi setelah benda asing keluar dari


mulut korban:
1. Berikan 2 kali napas
2. Lihat respons korban

(batuk,

muntah,

pergerakan),

kemudian periksa nadi di leher korban selama 10 detik.


3. Jika nadi tidak teraba dan korban juga tidak bernapas,
lanjutkan CPR dan pasang AED segera (jika tersedia). Jika
nadi ada tetapi napas tidak ada maka berikanlah bantuan
napas

saja

selama

menit,

dalam

menit

harus

memberikan 10 kali napas (jadi jeda antara napas adalah 6


detik). Setelah 2 menit periksalah apakah napasnya sudah
ada atau belum, jika korban sudah bernapas normal
posisikan

korban

miring

(posisi

pemulihan)

sambil

menunggu bantuan datang.


3.

Penanganan tersedak untuk bayi (<1 tahun)2,5


Penanganan tersedak untuk bayi tentunya berbeda
dengan anak yang berusia lebih dari 1 tahun. Kita tidak bisa
melakukan penekanan perut (Heimlich manuever) pada bayi
karena

dapat

mencederai

organ

dalam.

Penanganan

tersedak untuk bayi terdiri atas kombinasi penekanan dada


(chest thrust) dan tepukan punggung (back slaps).
Berikut ini merupakan langkah-langkah pertolongan
tersedak terhadap bayi yang masih sadar:2,5
a. Gendonglah bayi dengan posisi duduk atau berlutut
b. Buka pakaian bayi
c. Gendong bayi dengan posisi wajah ke bawah telungkup di
atas pangkuan tangan. Buat kepala bayi lebih rendah dari
kakinya.

Sangga

kepala

dan

rahang

bawah

bayi

menggunakan tangan (hati-hati untuk tidak menekan

leher bayi, karena ini akan menyebabkan tersumbatnya


saluran napas).
d. Berikan 5 kali
dipunggung,

tepukan

antara

di

tulang

punggung
belikat

(tepuklah

bayi,

jangan

menepuk di tengkuk). Gunakan pangkal telapak tangan


ketika memberikan tepukan.
e. Setelah memberikan 5 kali tepukan punggung, sanggalah
leher belakang bayi dengan tangan dan balikkan tubuh
bayi sehingga dalam posisi terlentang. Buat posisi kepala
bayi lebih rendah dari kakinya
f. Lakukan 5 kali penekanan dada (lokasi penekanan sama
dengan posisi penekanan dada pada proses CPR yaitu di
tengan-tengan tulang dada/di bawah garis imajiner antara
2 puting susu bayi). Hanya gunakan 2 jari saja yaitu jari
telunjuk dan jari tengah untuk melakukan chest thrust.
Ulangi langkah di atas sampai benda asing keluar dari
mulut bayi.

Teknik chest thrust atau tekanan dada

10

Teknik back slaps atau tepuk punggung


Jika benda asing belum bisa keluar dan bayi menjadi tidak
sadar (bayi terkulai lemas, tidak ada pergerakan, bibir membiru,
tidak

dapat

menangis

atau

mengeluarkan

suara)

penanganannya adalah sebagai berikut:2,5


1. Baringkan bayi di atas permukaan yang rata dan keras
2. Buka jalan napas bayi (mulut bayi) dan lihat apakah benda
asing

terlihat

atau

tidak.

Jika

terlihat

ambil

dengan

menggunakan sapuan jari. Jika benda asing tidak terlihat


jangan lakukan blind finger swab/mengkorek-korek mulut
bayi dengan tujuan untuk mencari benda asing tersebut
3. Jika benda asing tidak terlihat lakukan langkah selanjutnya
yaitu lakukanlah CPR yang terdiri dari 30 kali penekanan
dada diikuti 2 kali napas. Tetapi, perbedaan CPR korban
tersedak

dengan

korban

biasa

adalah

setiap

selesai

melakukan 30 kali penekanan dada periksalah dahulu mulut


bayi sebelum memberikan 2 kali bantuan napas.
Jika setelah 5 kali siklus CPR, benda asing masih belum
dapat keluar dan bayi masih belum sadar. Panggil bantuan
medis segera, kemudian lanjutkan CPR sampai bantuan medis

11

datang atau benda asingnya keluar.2,5


BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tersedak merupakan salah satu kasus kegawat daruratan
yang sangat berbahaya, sehingga membutuhkan penanganan
yang tepat dan cepat. Karena apabila tersedak berlangsung
lama tanpa penanganan, akan menyebabkan kurangnya suplai
oksigen secara menyeluruh sehingga korban akan kehilangan
refleks

nafas,

denyut

jantung,

dan

dapat

menyebabkan

kematian pada batang otak, bahkan kematian.


Untuk mendiagnosa suatu keadaan tersedak ditegakkan
melalui anmnesis berupa adanya riwayat masuknya benda
asing ke dalam saluran napas, didapatkan gejala dan tanda
berupa rasa tercekik, sulit bernapas, bicara gagap, bahkan
sampai tidak sadarkan diri.
Penanganannya sendiri berbeda-beda, tergantung dari
usia pasien (bayi, anak, atau dewasa) dan juga kondisi pasien
sendiri (sadar atau tidak sadar). Beberapa manuever dapat
diaplikasikan

dalam

menolong

pasien

tersedak,

seperti

Haemlich mauever, abdominal thrust, chest thrust, ataupun


back slaps tergantung dari kondisi dan usia pasien. Dengan
mengetahui

cara

penanganan

awal

dapat

menghentikan

komplikasi yang lebih lanjut.


B. Saran
Dibutuhkan pengetahuan dan keterampilan yang baik
mengenai penatalaksaksaan tersedak khususnya bagi perawat
dan mahasiswa keperawatan.

12

DAFTAR PUSTAKA
1. Boies LR, Adams GL. Buku Ajar Penyakit THT. Edisi VI. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran ECG; 1997.
2. Purwadianto A, Sampurna B. Kedaruratan Medik. Edisi Revisi.
Jakarta: Penerbit Binarupa Aksara; 2000.
3. Prakash UBS, Cartese DA. Tracheo-bronchial Foreign Bodies. In:
Prakash UBS, eds. Brochoscopy. Raven Press, New York 1994:
p.253-74
4. Darraw DH, Holinger LD. Foreign bodies of the larynx, trachea,
and bronchi. In: Bluestone CD, Stool SE, Kenna MA, eds.
Pediatric Otolaryngology, vol.2. Piladelphia, Pa. WB. Saunders,
1996: p.39-401
5. Birrel JF. Paediatric Otolaryngology, Wright, Bristol 1986: p.21255

13

You might also like