Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh :
Kelompok 5
Alexander Victory
1306408492
Amiratul Haq Rasyid
1306405446
Desi Aryani Tri L
1306411940
Hana Rosanna
1306405465
Monica Angeline
1306408542
Muthia Hanifah
1306408536
Nilam Sartika
1306408454
Sekar Alinda Nastiti
1306411953
Viktoria Mardhika E
1306411921
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan pertolongan-Nya
pada
penulis dapat
menyelesaikan
makalah
ini
tepat
Teknologi Sediaan Steril dan Aseptik Dispensing . Dalam makalah ini, penulis
membahas mengenai Rabbit Test untuk menguji kandungan pirogen dari
sediaan farmasetik.
Makalah ini dapat diselesaikan tak luput oleh adanya dorongan serta
bantuan baik secara materiil maupun moril kepada penulis. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu
dalam proses pembuatan makalah ini, terutama Dr. Mahdi Jufri, M. Si., Apt.
sebagai dosen pembimbing mata kuliah Teknologi Sediaan Steril dan Aseptik
Dispensing.
Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Namun,
penulis menyadari makalah ini jauh dari sempurna karena itu penulis
memohon maaf apabila terdapat kesalahan yang kurang berkenan. Selain
itu, penulis juga mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Terima
kasih.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.
DAFTAR ISI.... 3
BAB I
PENDAHULUAN 4
1.1.
Latar
Belakang..........
1.2.
4
Rumus
an Masalah....................................................................................... 4
1.3.
Tujuan
Penulisan.......
1.4.
BAB II
`
5
Metod
e Penulisan........................................................................................
ISI................................
2.1. Pirogen......................................................................................................
3.1. Kesimpulan 22
BAB IV LAMPIRAN.............................................................................................
4.1 Pertanyaan dan Jawaban........................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................... 24
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Obat yang diberikan dengan rute parenteral/ secara injeksi harus steril
dan bebas pirogen. Pirogen atau bakteri endotoksin adalah produk metabolik
organik dari bakteri gram negatif yang dapat menyebabkan demam dan
hipotensi pada pasien terdapat dalam jumlah yang berlebihan pada injeksi
intravena (IV).
Respon pirogenik sudah dikenal sejak tahun 1865, ketika dilaporkan
bahwa injeksi air suling menyebabkan hipertermia pada anjing. Kemudian,
pada tahun 1876, kehadiran pirogen yang dapat menyebabkan demam,
ditemukan dalam daging yang membusuk. Identifikasi komponen pirogenik
dari bakteri dicoba oleh Roussy pada tahun 1889 dan Centanni pada tahun
1894, yang menetapkan bahwa pirogen itu nonproteinaceous. Hort dan
Penfold pada tahun 1911 membuat kontribusi yang signifikan dalam
berhubungan produksi demam dan administrasi infus intravena. Mereka juga
adalah yang pertama untuk menggunakan kelinci sebagai hewan model
untuk mempelajari respon pirogenik.
Uji pirogenitas adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui apakan
suatu
sediaan
uji
bebas pirogen
atau
tidak
dengan
maksud
untuk
kompendium
telah
dasarnya
tetap
tidak
berubah
meskipun
kemajuan dalam ilmu parenteral dan teknologi telah ada tes lain yang lebih
efektif.
1.2
a.
b.
c.
d.
Rumusan Masalah
Apa yang dimaksud dengan pirogen?
Apa pengertian dan ketentuan dari rabbit test?
Bagaimana prosedur menjalankan uji pirogen dengan rabbit test?
Apa kekurangan dan kelebihan rabbit test dibanding tes pirogen lain?
1.3
Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui prosedur
dan ketentuan uji pirogen yang pertama digunakan, yaitu rabbit test
dalam sediaan parenteral, serta kekurangan dan kelebihannya.
1.4
Metode Penulisan
Dalam penyusunan makalah ini penulis menggunakan metode
studi literatur yang berasal dari buku referensi, jurnal-jurnal ilmiah, serta
situs internet yang terpercaya.
BAB II
ISI
2.1 Pirogen
Pirogen berasal dari kata pyro (fire) dan gen (beginning) dikarenakan
indikasi umum yang sering terjadi pada pasien adalah kenaikan suhu tubuh.
Semua bentuk mikroorganisme menghasilkan pirogen, tetapi pirogen yang
paling
poten
dihasilkan
oleh
bakteri
gram
positif,
yang
memiliki
yang
telah didepirogenasi
Di
lain
mikroorganisme
pihak,
sebagai
CoTui
dan
penghasil
Schrift
pirogen
menemukan
tergantung
bahwa
sifat
terhadap
tipe
pada
alat-alat
yang
yang
terhubung
dengan
alat
pembaca
elektronik
10
11
12
membuktikan bahwa pada kelinci dan manusia memiliki respon yang mirip
pada nanogram per kilogram untuk jumlah pirogenik endotoksin.
Bedasarkan USP, kelinci yang digunakan memiliki ketentuan sebagai
berikut:
13
Beberapa strain kelinci dapat digunakan sebagai hewan uji untuk uji
pirogen. Faktor kunci dalam memilih kelinci adalah peternak hewan,
ketahanan kelinci terhadap penyakit, ukuran yang cukup untuk kemudahan
penanganan, telinga yang besar, dan laju
albino adalah kelinci yang paling banyak digunakan, terutama strain dari
Selandia Baru dan Belgia.
Sangat penting bahwa kelinci koloni diperlakukan dengan hati-hati.
Tempat kelinci disimpan harus dikontrol suhu, kelembaban, pencahayaan,
dan kontaminasi potensial udara, dan makanannya. Setiap kelinci baru harus
dikarantina dan dipantau selama 1 sampai 2 minggu setelah diterima untuk
melihat adanya penyakit yang muncul. Bila kelinci sakit maka kelinci tidak
dapat disertakan dalam uji pirogen.
Kelinci harus dilatih untuk menyesuaikan dan beradaptasi dengan
lingkungan baru mereka di laboratorium pengujian pirogen. Metode yang
diterapkan telah ditinjau oleh Personeus. Kelinci harus terbiasa berada dalam
kandang mereka dan ditangani selama penyisipan termokopel
ke rektal
14
Kisaran suhu normal kelinci bisa berubah-ubah. Oleh karena itu dibutuhkan
pemulihan kembali suhu tubuh kelinci ke suhu normal sebelum diinjeksi
Kelinci dapat menjadi toleran terhadap aktivitas pirogenik setelah
suntikan berulang. Oleh karenanya kelinci yang menunjukkan kenaikan suhu
tubuhnya 0,6C atau lebih selama tes pirogen tidak dapat digunakan lagi
sebagai hewan uji pirogen selama minimal 2 minggu. Hal ini dilakukan untuk
menormalkan kembali kelinci setelah terkena efek pirogen.
2.3.4 Prosedur Rabbit Test (USP)
Berikut adalah hal-hal yang harus diperhatikan dalam uji pirogen
menggunakan kelinci berdasarkan USP:
a. Ruang
Uji dilakukan di area terpisah yang ditujukan untuk uji pirogen
dan di bawah kondisi lingkungan yang mirip dengan lingkungan
dimana hewan disimpan dan bebas dari gangguan yang membuat
hewan stress.
Fasilitas yang digunakan memiliki dua ruangan dasar. Ruangan
pertama digunakan untuk kelinci uji antara, dan ruang yang lain
digunakan untuk pengujian pyrogen yang sebenarnya. Kelinci dalam
restraining boxes dipindahkan dengan gerobak (cart/wagon) dari
ruang penahanan ke ruang uji. Kedua ruangan harus memiliki pintu
pemisah yang ditutup selama periode pengujian pyrogen. Kondisi
lingkungan di kedua ruangan harus identik.
b. Makanan dan minuman
Makanan ditahan terhadap kelinci selama periode pengujian.
Akses air diperbolehkan sepanjang waktu, tetapi dilarang selama
pengujian.
c. Suhu
Jika
pengukuran
suhu
rektal
dimasukkan
selama
periode
dinyatakan
lain
dalam
masing-masing
monografi,
kelinci
untuk
pengujian
pyrogen.
Ruangan
yang
17
18
nyaman
di
bagian
kaki
atau
punggung;
atau
kawat
terpenuhi, tes harus melanjutkan ke tahap kedua. Pada tahap kedua, tidak
lagi melibatkan jumlah suhu individual. Pada tahap kedua, lima kelinci
tambahan diberikan persiapan baru sampel uji yang sama seperti tiga kelinci
awal. Hasilnya dapat dinilai bebas pirogen jika tidak lebih dari tiga dari
delapan kelinci menunjukkan kenaikan suhu individual 0,5C atau lebih.
Persyaratan Kesehatan Masyarakat AS untuk Produk Biologi, Bagian 73,
suatu produk dinilai pirogenik jika setidaknya setengah dari kelinci diuji
menunjukkan kenaikan suhu 0,6C atau lebih, atau jika kenaikan suhu ratarata semua kelinci 0.5C atau lebih.
The British Pharmacopoeia (BP) (24) uji pirogen mempekerjakan skala
geser berdasarkan atas 3 kelinci dan kelompok tambahan dari 3 kelinci, jika
diperlukan, untuk total 12 kelinci. Skala ini ditunjukkan pada Tabel 2.3
dengan hasil uji USP termasuk untuk perbandingan.
koloni melalui (tidak ada pirogenisitas) pada dosis 0,156 ng/kg (atau 0,156
ng/ml menggunakan dosis 10 ml/kg). Studi yang sama juga melaporkan
bahwa
rata-rata
koloni
kelinci
akan
mencapai
kemungkinan
50%
(daripada
konsentrasi),
dimana
kelinci
memberikan
respons
22
memiliki
efek
samping
menurunkan
suhu
badan,
seperti
dan harus
Tabel 3. Contoh Obat yang tidak Dapat diuji dengan Uji Pirogen USP
Meskipun sebagian besar keterbatasan dan kekacauan saat ini
dari uji LAL, tidak bisa dilupakan bahwa uji pirogen kelinci USP selama
beberapa dekade telah dianggap sebagai test yang cukup sensitif untuk
pirogen dan telah membantu untuk menghilangkan kontaminasi pirogenik
dari obat-obat
farmasetik dan peralatan farmasi saat ini menggunakan uji LAL untuk tes
pirogen.
23
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pirogen atau bakteri endotoksin adalah produk metabolik organik dari
bakteri gram negatif yang dapat menyebabkan demam dan hipotensi pada
pasien terdapat dalam jumlah yang berlebihan pada injeksi intravena (IV).
Respon pirogenik jarang sekali yang fatal kecuali kondisi pasien sedang
sangat buruk dan dosis yang dipaparkan sangatlah besar. Akan tetapi,
24
penyiapan
terlebih
dahulu
sebelumnya
atau
butuh
perkembangan
yang
terjadi
pada
teknologi
sediaan
DAFTAR PUSTAKA
25
Sushruta, M., & Anubha, K. (2011). An overview of limulus amoebocyte lysate (LAL)
test. International Research Journal of Pharmacy, 2(4), 67-71.
26