Professional Documents
Culture Documents
Nama Mahasiswa
: Hendra Sucipta
NIM
: 11-2014-339
Tanda Tangan :
I. IDENTITAS
PASIEN
Nama
: By. Ny. IY
Tanggal Lahir
: 16 Desember 2015
Umur
: 7 hari
Jenis kelamin
: Laki-laki
Alamat
Suku Bangsa
Agama
: Islam
Pendidikan
: Belum sekolah
Tanggal masuk RS
: 16 Desember 2015
ORANG TUA
Ayah
Umur
Suku Bangsa :
Alamat
Agama
: Islam
: 41 tahun
Pendidikan
: SD (tamat)
Pekerjaan
: Supir
Penghasilan
Umur
Suku Bangsa :
Alamat
Agama
: Islam
Pendidikan
Pekerjaan
Penghasilan
: 36 tahun
Riwayat Kehamilan
Bayi dikandung selama 36 minggu menurut ibu pasien. Ibu pasien merasakan
kontraksi yang hilang timbul mulai dari hari Selasa, 16 Desember 2015 pagi sampai hari
Rabu, 17 Desember 2015 pukul 10.12. Intensitas kontraksi dirasakan semakin lama semakin
kuat sehingga ibu pasien dibawa ke RSUD Koja. Ibu pasien mengatakan tidak memiliki
riwayat trauma, atau perdarahan pada saat kehamilan. Ibu pasien memiliki penyakit
hipertensi pada saat kehamilan, dan juga memiliki riwayat penyakit sesak nafas yang
memburuk satu bulan belakangan. Ibu pasien tidak sedang mengonsumsi obat-obat apapun
pada saat kehamilan, dan juga tidak memiliki riwayat penyakit pada kandungannya.
(-)
Meningoencephalitis (-)
Kejang Demam
(-)
Tuberkulosis (-)
Pneumonia
(-)
ISK
(-)
Asma
(-)
Alergic Rhinitis
(-)
Amoebiasis
(-)
Polio
(-)
Difteri
(-)
Sindrom Nefrotik
(-)
Diare akut
(-)
Diare kronis
(-)
Disentri
(-)
Kolera
(-)
Tifus abdominalis
(-)
DHF
(-)
Cacar air
(-)
Campak
(-)
Batuk rejan
(-)
Tetanus
(-)
Glomerulonephritis
(-)
Lain-lain:
Kecelakaan (-)
Ya
Tidak
Hubungan
12 thn
9 thn
6 tahun
2 tahun
Pasien anak pertama dan merupakan anak kandung dari kedua orang tuanya.
Keterangan:
: laki-laki
perempuan : pasien
:
:
:
:
:
RSUD Koja
Dokter
Sectio Caesaria
Kurang bulan (36 minggu)
Berat badan lahir
: 1350 gram
Panjang badan lahir : 48 cm
Lingkar kepala
: 30 cm
Nilai APGAR
: 4/6
Kelainan bawaan
: Tidak ada
Kesadaran
: compos mentis
Frekuensi nafas
: 42 x/menit
Nadi
: 150 x/menit
Suhu
: 37C
Berat badan
: 1300 gram
Panjang badan : 48 cm
Sianosis
: Tidak ada
Lingkar Kepala : 30 cm
Edema
: Tidak ada
Lingkar dada
: 31 cm
: 9,5 cm
Anemis
: Tidak ada
Ikterik
: Tidak ada
PEMERIKSAAN SISTEMATIS
Kulit
: Warna merah muda, teraba hangat, tidak tampak ikterik, tidak ada
Mata
Telinga
Hidung
Pipi
Bibir
Gigi geligi
Mulut
Lidah
Tonsil
Faring
Leher
Toraks:
Paru :
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
retraksi sela iga (-), lesi kulit (-), gambaran vena (+)
: Tidak ada pelebaran sela iga
: Tidak dilakukan pemeriksaan
: Suara nafas vesikuler, tidak ada rhonki, tidak ada wheezing
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Jantung :
Abdomen :
Inspeksi
: (+)
Refleks menggengam
: (+)
Case Besar - Prematur | 7
Refleks menghisap
: (+)
Refleks moro
: (+)
: 16,8 g/dL
Leukosit
: 11.230 /L
Hematokrit
: 48,1 %
Trombosit
: 234.000 /L
ABO/Rh typing
: B Rh (D) Positif
IT Ratio
: 0,07
Serologi
CRP Kuantitatif
: 0,32
V. RESUME
Seorang bayi laki-laki lahir secara Sectio Caesaria di RSUD Koja dari ibu G 5P4A0,
dengan usia gestasi menurut ibu 36 minggu pada tanggal 16 Desember 2015 pukul 10.12
WIB. Berat badan lahir bayi 1350 gram, panjang badan 48 cm, lingkar kepala 30 cm, lingkar
dada 31 cm, dan lingkar lengan atas 9 cm. Apgar score 4/6 , anus (+), cacat (-), HR:
158x/menit, RR: 68x/menit, suhu 37oC, perhitungan gestasi menurut ballard score 20 (32
minggu), dan GDS 39 mg/dL. Bayi merintih, sianosis , terdapat retraksi berat , pernapasan
cuping hidung , dan akral dingin. Ibu pasien memiliki riwayat hipertensi selama kehamilan
dan sesak nafas satu bulan terakhir. Dari pemeriksaan penunjang didapatkan kesan adanya
infeksi.
VI. DIAGNOSIS KERJA
VII. PENATALAKSANAAN
Non Medikamentosa :
Medikamentosa
VIII. PROGNOSIS
Ad vitam
: dubia ad bonam
FOLLOW UP
24 Oktober 2015, pukul 07.00
S : Bayi menangis kuat, gerak aktif
O : BBS : 2700 gr
HR : 142 x/menit
GDS : 54 mg/dL
RR : 54 x/menit
T: 37,6oC
Mata : CA -/-, SI -/Cor : BJ I-II murni reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : SN vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/Abdomen : Supel, Bising usus (+)
Ekstremitas : Akral hangat
A : NKB-SMK
P : IVFD D10% + ca glucuronas (20) 80 cc/kgBB/24 jam 90 cc/kgBB/24 jam
Injeksi Bactesyn 2x150 mg (iv)
Injeksi Gentamicin 2 mg/36 jam (iv)
CPAP
T: 37oC
Mata : CA -/-, SI -/Cor : BJ I-II murni reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : SN vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/Abdomen : Supel, Bising usus (+)
Ekstremitas : Akral hangat
A : NKB-SMK
P : IVFD D10% + ca glucuronas (20) 90 cc/kgBB/24 jam
Injeksi Bactesyn 2x150 mg (iv)
Injeksi Gentamicin 2 mg/36 jam (iv)
CPAP
: FiO2 : 21%
PEEP : 5
Case Besar - Prematur | 10
Flow : 8
26 Oktober 2015, pukul 07.00
S : Bayi menangis kuat, gerak aktif
O : BBS : 2630 gr
HR : 142 x/menit
RR : 54 x/menit
T: 37,6oC
Mata : CA -/-, SI -/Cor : BJ I-II murni reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : SN vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/Abdomen : Supel, Bising usus (+)
Ekstremitas : Akral hangat
Rontgen thoraks : kesan suspek kardiomegali
A : NKB-SMK
P : IVFD D10% + KCl 90 cc/kgBB/24 jam
Injeksi Bactesyn 2x150 mg (iv)
Injeksi Gentamicin 2 mg/36 jam (iv)
Diet ASI 8x15 mL
CPAP aff
27 Oktober 2015, pukul 07.00
S : Bayi menangis kuat, gerak aktif
O : BBS : 2630 gr
HR : 144 x/menit
RR : 36 x/menit
T: 37,4oC
: 13,4 g/dL
Leukosit
: 8.600 /L
Hematokrit
: 41,4 %
Trombosit
: 310.000 /L
Case Besar - Prematur | 11
: 0,5 ng/mL
Serologi
CRP Kuantitatif
: 0,51
A : NKB-SMK
P : IVFD D10% + KCl 90 cc/kgBB/24 jam 36 cc/kgBB/24 jam
Injeksi Bactesyn 2x150 mg (iv)
Injeksi Gentamicin 2 mg/36 jam (iv)
Diet ASI 8x30-45 mL
28 Oktober 2015, pukul 07.00
S : Bayi menangis kuat, gerak aktif
O : BBS : 2990 gr
HR : 146 x/menit
RR : 44 x/menit
T: 36,6oC
: 12,64 mg/dL
Bilirubin direk
: 0,67 mg/dL
RR : 46 x/menit
T: 36,8oC
RR : 42 x/menit
T: 37,4oC
Mata : CA -/-, SI -/Cor : BJ I-II murni reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : SN vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/Abdomen : Supel, Bising usus (+)
Ekstremitas : Akral hangat
A : NKB-SMK
Mikrosefali
Kardiomegali
P : Injeksi Bactesyn 2x150 mg (iv)
Injeksi Gentamicin 2 mg/36 jam (iv)
Diet ASI 8x30-45 mL
USG kepala, ekokardiografi
Light therapy 24 jam
RR : 46 x/menit
T: 36,4oC
Mata : CA -/-, SI -/Cor : BJ I-II murni reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : SN vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/Abdomen : Supel, Bising usus (+)
Ekstremitas : Akral hangat
A : NKB-SMK
Mikrosefali
Kardiomegali
P : Injeksi Bactesyn 2x150 mg (iv)
Injeksi Gentamicin 2 mg/36 jam (iv)
Diet ASI 8x30-45 mL
Bilimetrix 7,84
Light therapy 24 jam
1 November 2015, pukul 07.00
S : Bayi menangis kuat, gerak aktif
O : BBS : 2290 gr
HR : 140 x/menit
RR : 42 x/menit
T: 37,6oC
Mata : CA -/-, SI -/Cor : BJ I-II murni reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : SN vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/Abdomen : Supel, Bising usus (+)
Ekstremitas : Akral hangat
A : NKB-SMK
Mikrosefali
Kardiomegali
P : Injeksi Bactesyn 2x150 mg (iv)
Injeksi Gentamicin 2 mg/36 jam (iv)
Diet ASI 8x30-45 mL
Light therapy 24 jam
Case Besar - Prematur | 15
RR : 40 x/menit
T: 36,4oC
Mata : CA -/-, SI -/Cor : BJ I-II murni reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : SN vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/Abdomen : Supel, Bising usus (+)
Ekstremitas : Akral hangat
USG kepala : kesan brain parenkim tidak tampak kelainan
A : NKB-SMK
Mikrosefali
Kardiomegali
P : Injeksi Bactesyn 2x150 mg (iv)
Injeksi Gentamicin 2 mg/36 jam (iv)
Diet ASI 8x30-45 mL
3 November 2015, pukul 07.00
S : Bayi menangis kuat, gerak aktif
O : BBS : 2290 gr
HR : 144 x/menit
RR : 48 x/menit
T: 36,6oC
Mata : CA -/-, SI -/Cor : BJ I-II murni reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : SN vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/Abdomen : Supel, Bising usus (+)
Ekstremitas : Akral hangat
Lab :
HEMATOLOGI
Darah Rutin
Hemoglobin
: 13,5 g/dL
Leukosit
: 12.200 /L
Hematokrit
: 39,7 %
Trombosit
: 454.000 /L
Serologi
CRP Kuantitatif
: 0,27
A : NKB-SMK
Mikrosefali
Kardiomegali
P : Injeksi Bactesyn 2x150 mg (iv) stop
Injeksi Gentamicin 2 mg/36 jam (iv) stop
Diet ASI 8x30-45 mL
4 November 2015, pukul 07.00
S : Bayi menangis kuat, gerak aktif
O : BBS : 2290 gr
HR : 140 x/menit
RR : 40 x/menit
T: 36,5oC
Mata : CA -/-, SI -/Cor : BJ I-II murni reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : SN vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/Abdomen : Supel, Bising usus (+)
Ekstremitas : Akral hangat
A : NKB-SMK
Mikrosefali
Kardiomegali
P : Diet ASI 8x30-45 mL
RR : 42 x/menit
T: 36,6oC
Mata : CA -/-, SI -/Cor : BJ I-II murni reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : SN vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/Abdomen : Supel, Bising usus (+)
Ekstremitas : Akral hangat
Lab :
KIMIA KLINIK
Albumin
: 3,84
Bilirubin total
: 5,22 mg/dL
Bilirubin direk
: 0,37 mg/dL
RR : 40 x/menit
T: 36,6oC
Mata : CA -/-, SI -/Cor : BJ I-II murni reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : SN vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/Abdomen : Supel, Bising usus (+)
Ekstremitas : Akral hangat
A : NKB-SMK
Mikrosefali
Kardiomegali
P : Bayi dapat rawat jalan
Case Besar - Prematur | 18
TINJAUAN PUSTAKA
Prematur
Pendahuluan
Kematian perinatal yang tinggi (70%) disebabkan oleh persalinan prematur. Bayi
prematur, karena tumbuh kembang organ vitalnya belum sempurna, menyebabkan ia masih
belum mampu untuk hidup di luar kandungan, sehingga sering mengalami adaptasi yang
dapat menimbulkan morbiditas serta mortalitas. Menurut WHO, persalinan prematur adalah
persalinan dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu atau berat bayi kurang dari 2500
gram. Persalinan prematur dapat terdiri dari persalinan prematur dengan usia kehamilan
kurang dari 37 minggu dengan berat badan janin sama untuk masa kehamilan (NKB-SMK),
serta persalinan prematur dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu dengan berat badan
kecil untuk masa kehamilan (NKB-KMK).1
Definisi
Menurut masa gestasinya, bayi dapat diklasifikasi menjadi bayi kurang bulan
(prematur, masa gestasi kurang dari 37 minggu), bayi cukup bulan (full term, masa gestasi
antara 37-42 minggu), serta bayi lebih bulan (post term, masa gestasi lebih dari 42 minggu).
Menurut WHO, persalinan prematur adalah persalinan dengan usia kehamilan kurang dari 37
minggu atau berat bayi kurang dari 2500 gram. Dengan demikian, persalinan prematur dapat
terdiri dari persalinan prematur dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu dengan berat
badan janin sama untuk masa kehamilan (NKB-SMK), serta persalinan prematur dengan usia
kehamilan kurang dari 37 minggu dengan berat badan kecil untuk masa kehamilan (NKBKMK). Nama lain dari golongan ini adalah small for gestational age (SGA), intrauterine
growth retardation (IUG Rad), atau intrauterine growth restriction (IUG Rst).1-3
Tabel 1. Persalinan prematur sesuai dengan kriteria WHO2
Etiologi
Faktor yang dapat menyebabkan persalinan prematur dapat dibedakan menjadi faktor
yang berasal dari maternal, pertumbuhan janin yang kurang selaras dan serasi, serta faktor
Case Besar - Prematur | 19
khusus. Yang termasuk dalam faktor yang berasal dari maternal adalah penyakit maternal,
seperti penyakit ginjal (pielonefritis), infeksi saluran kemih, hipertensi, preeklampsia
(tekanan darah tinggi dan proteinuria yang terjadi setelah masa gestasi 20 minggu), diabetes
melitus, penyakit hati, asma, hipertiroid, penyakit jantung, kolestasis, anemia dengan Hb <9
gram/dL, dan kelainan uterus, serta faktor gaya hidup perempuan, seperti merokok, atau
menggunakan obat bius (amfetamin) atau kokain. Usia ibu kurang dari 16 tahun dan primi
gravida pada usia di atas 30 tahun juga meningkatkan risiko terjadinya persalinan prematur.
Status sosio-ekonomi yang rendah, termasuk di dalamnya penghasilan yang rendah,
pendidikan rendah, dan nutrisi yang kurang juga menjadi faktor risiko persalinan prematur.
Pekerjaan fisik yang berat, tekanan mental (stres), atau kecemasan yang tinggi dapat
meningkatkan kejadian prematur. Riwayat pernah melahirkan prematur 1 kali mempunyai
risiko 4 kali lipat, sedangkan yang pernah melahirkan prematur 2 kali mempunyai risiko 6
kali lipat mengalami persalinan prematur pada kehamilan berikutnya.1,4,5
Pertumbuhan janin yang kurang selaras dan serasi dapat diakibatkan pertumbuhan
janin yang terlambat dan menimbulkan bayi KMK, terdapatnya pemicu persalinan prematur,
serta terdapatnya faktor inkompatibilitas darah. Pertumbuhan janin yang terlambat dapat
diakibatkan oleh gangguan sirkulasi retroplasenter, atau kekurangan gizi menahun. Faktorfaktor yang dapat memicu persalinan prematur mencakup terdapatnya solusio plasenta,
plasenta previa, infeksi yang menimbulkan korioamnionitis tanpa disertai ketuban pecah, atau
persalinan hamil ganda. Faktor inkompatibilitas darah mencakup inkompatibilitas rhesus dan
inkompatibilitas AB/O.1,4,5
Yang termasuk dalam faktor khusus adalah serviks inkompeten, yang dapat dijumpai
pada abortus atau persalinan prematur berulang, overdistensi uterus, kehamilan ganda, atau
kehamilan dengan hidramnion. Kehamilan dengan alat kontrasepsis dalam rahim (AKDR) in
situ (kegagalan AKDR) juga dapat menjadi penyebab persalinan prematur.1,4
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis bayi prematur, selain fungsi alat vitalnya yang masih rendah, dapat
juga dilihat dari ukuran fisik dan gambaran fisiknya. Dari ukuran fisiknya didapatkan usia
kehamilan kurang dari 37 minggu, berat badan bayi kurang dari 2500 gram, panjang badan
kurang atau sekitar 45 cm, serta lingkar kepala 33 cm, sedangkan lingkar perut 30 cm,
sehingga kepala tampak lebih besar, tetapi tulang kepala masih tipis.1,5
Dari gambaran fisiknya akan didapatkan kepala besar, kulit tipis dan transparan,
sehingga vena di bawah kulit dan gerak peristaltik usus dapat terlihat, rambut lanugo banyak,
sedangkan lapisan lemak kurang, serta otot masih lemah, sehingga napas lemah (dapat
disertai jeda napas iregular yang disebut apneu), tangisan lemah, dan kemampuan mengisap
Case Besar - Prematur | 20
masih kurang. Bagian anatomi mayor yang menggambarkan kematangan fisik bayi adalah
kartilago telinga, lipatan kaki, jaringan payudara, dan genitalia. Selain itu, tonus otot lebih
rendah dan aktivitas lebih sedikit dibandingkan dengan bayi cukup bulan.1,2,5
Pada bayi prematur juga dapat ditemukan anemia, perdarahan otak atau kerusakan
pada substansi alba, infeksi atau sepsis neonatal, hipoglikemia, respiratory distress syndrome,
emfisema pulmonal interstitial, atau perdarahan paru, ikterus neonatal, permasalahan
pernapasan akibat paru-paru imatur, pneumonia atau patent ductus arteriosus, serta inflamasi
intestinal berat (enterocolitis necrotizing).1,2
fisik dan meliputi elemen-elemen seperti perubahan lipatan telapak kaki dan perubahan
bentuk serta kekakuan daun telinga.3
Tabel 2. Penilaian fisik menurut Farr et al
Tidak seperti penilaian kehamilan berdasarkan kriteria fisik yang dapat dilakukan
segera setelah lahir, pemeriksaan neurologis harus dilakukan saat bayi berada dalam keadaan
tenang dan beristirahat. Bayi normal dan sebagian bayi BKB-SMK tanpa gangguan lain dapat
diperiksa secara akurat pada jam-jam pertama kehidupan. Namun pada bayi-bayi lain hal ini
baru dapat dilakukan di akhir hari pertama kehidupan, dan bagi sebagian lain baru pada hari
kedua atau ketiga. Selain itu bayi yang depresi, afiksia, mengalami kerusakan neurologis,
atau berada dalam keadaan sakit, sulit diperiksa secara akurat kapan saja penilaian dilakukan.
Penelitian neurologis seringkali tidak praktis digunakan sebagai alat untuk menentukan umur
kehamilan.3
Case Besar - Prematur | 22
Gambar 2. Grafik untuk memastikan umur kehamilan berdasarkan nilai total perkembangan
fisik dan neurologis3
Ballard et al menciptakan suatu versi pendek sistem Dubowitz. Pada prosedur ini
penggunaan kriteria neurologis tidak tergantung pada keadaan bayi yang tenang dan
beristirahat, sehingga dapat lebih diandalkan selama beberapa jam pertama kehidupan. Saat
ini sistem skoring Ballard merupakan alat utama yang digunakan untuk menilai masa
kehamilan pada bayi yang baru lahir.3,5
Gambar 3. Penilaian usia kehamilan menggunakan sistem skoring Ballard
Patofisiologi
Sebelum lahir, plasenta memegang peranan penting untuk janin, yaitu menyediakan
semua nutrisi untuk pertumbuhan, membuang produk hasil pembuangan janin, dan sintesis
hormon yang mendukung pertumbuhan janin. Sirkulasi maternal mengandung lebih banyak
substrat (seperti glukosa darah) dibandingkan dengan sirkulasi janin. Glukosa ini akan
digunakan plasenta untuk melakuka metabolisme aktif. Produk hasil pembuangan
metabolisme janin (seperti panas, urea, bilirubin, karbon dioksida) dipindahkan melalui
plasenta dan dibuang oleh organ ekskretori ibu (seperti hepar, paru-paru, ginjal, dan kulit).5
Case Besar - Prematur | 26
Plasenta juga berfungsi sebagai sawar terhadap infeksi melalui makrofag pada
mukosa dan dengan perpindahan imunoglobulin ibu (seperti IgG) ke janin pada usia gestasi
32-34 minggu. Disfungsi plasenta mempengaruhi perpindahan IgG. Aktivitas antibakteri dari
cairan amnion meningkat seiring dengan peningkatan usia gestasional.5
Gambar 4. Patofisiologi terjadinya persalinan prematur1
Penatalaksanaan
Pada saat bayi prematur dilahirkan, perlu dilakukan tindakan asesmen inisial.
Tanyakan usia gestasional segera, jika memungkinkan. Jaga bayi agar tetap hangat dan
kering, serta berikan stimulasi sesuai dengan guideline Neonatal Resuscitation Protocol
(NRP). Bawa bayi yang stabil untuk bersentuhan kulit dengan ibunya sesegara mungkin dan
tutup dengan selimut hangat. Lakukan asesmen inisial dan nilai skor Apgar pada saat bayi
sedang bersentuhan kulit dengan ibunya jika bayi tetap stabil. Jika skor Apgar pada bayi lahir
rendah, perlu dilakukan resusitasi neonatus. Resusitasi bayi baru lahir mengikuti urutan
sistematik yang sama dengan resusitasi pada pasien yang lebih besar, namun pendekatan
ABCD memerlukan kualifikasi tertentu.6,7
A merupakan singkatan untuk mengamankan jalan napas (airway) paten dengan
membersihkan cairan amnion atau mekonium dengan suction. A juga merupakan peringatan
untuk antisipasi, dan perlunya mengetahui riwayat kehamilan, persalinan, dan kelahiran. Nilai
Apgar yang rendah menunjukkan perlunya intubasi endotrakeal segera. Penggunaan sungkup
dan kantong udara sebaiknya dihindari, karena udara akan masuk ke paru dan lambung, yang
akan mengakibatkan lambung membesar dan menekan respiraasi. B mewakili bernapas
(breathing). Bila bayi baru lahir apnea atau hipoventilasi dan tetap sianosis, ventilasi bantuan
harus dimulai. Ventilasi harus dilakukan menggunakan sungkup yang sesuai, dan
dihubungkan dengan manometer untuk mencegah pemberian tekanan yang terlalu tinggi.
Bernapas harus ditunda sebentar apabila cairan ketuban hijau untuk menghindari mekonium
masuk ke dalam paru, yang dapat menyebabkan pneumonia aspirasi berat. C mewakili
sirkulasi (circulation) dan pijat jantung eksternal. Apabila ventilasi buatan tidak memperbaik
bradikardia, apabila terjadi asistole, atau bila denyut perifer tidak dapat dipalpasi, pijat
jantung eksternal harus dilakukan dengan kecepatan 120 kompresi/menit dengan rasio
kompresi dan napas sebesar 3:1. D mewakili pemberian obat (drugs). Apabila bradikardia
tidak berespons terhadap ventilasi atau bila terjadi asistole, obat-obatan resusitasi harus
diberikan. Epinefrin intravena (1:10.000), 0,1-0,3 mL/kg harus diberikan melalui akses vena
umbilikal atau diberikan melalui pipa endotrakeal. Obat-obatan tambahan untuk resusitasi
adalah natrium bikarbonat 2 mEq/kg IV berkepanjangan bila asidosis berkepanjangan dan
pemberian bolus infus cepat cairan jika perfusi buruk menandakan hipovolemia. Natrium
bikarbonat hanya diberikan bila dicurigai adanya asidosis metabolik berat atau dibuktikan
dengan analisa gas darah. Natrium bikarbonat tidak boleh diberikan sebelum ventilasi paru
adekuat.7
setelah lahir. Lakukan kontak kulit jika stabil untuk mengurangi stres bayi, optimalkan
respirasi dan saturasi oksigen, dan jaga dari apneu yang diakibatkan hipotermia. Jika ada
tanda-tanda distres pernapasan, evaluasi denyut nadi dengan oximeter, stabilkan bayi, dan
konsultasikan dengan penyedia pelayanan perinatal untuk mentransfer bayi ke perawatan
yang lebih intensif. Pada bayi dengan distres pernapasan, dapat digunakan continuous
positive airway pressure (cPAP) yang dapat diberakan menggunakan nasal cannul, dengan
masker (neopuff), atau menggunakan endotracheal tube. Berikan surfaktan segera (usia <2
jam) ketika diindikasikan dan sebagai profilaksis pada neonatur prematur berat.5,6
Kemudian, perlu dilakukan pencegahan terhadap hipotermia. Atur suhu lingkungan
agar netral, dengan mengeringkan bayi setelah lahir, lanjutkan kontak kulit dengan orang tua
pasien saat memungkinkan, tutup bayi dengan selimut yang hangat, pasangkan topi pada bayi
ketika tidak sedang melakukan kontak kulit, serta jaga kasur pasien dari udara. Suhu
lingkungan yang netral adalah suhu lingkungan dimana neonatus dapat mempertahankan
suhu normal dan mengonsumsi oksigen minimal untuk metabolisme. Penggunaan oksigen
yang meningkat dapat mengakibatkan hipoksia, metabolisme anaerob, dan produksi asam
laktat. Bayi prematur biasanya tidak dapat melakukan kompensasi terhadap suhu dingin
karena sedikitnya jaringan subkutaneus dan sedikitnya lemak cokelat untuk menghasilkan
panas. Hindari kehilangan panas ketika kontak kulit tidak memungkinkan atau tidak efektif
untuk menjaga suhu bayi, bedong bayi dengan 2 lapis, tingkatkan suhu agar sesuai dengan
menggunakan warmer atau inkubator, serta ukur suhu axilla untuk memastikan suhu bayi
36,5-37,5oC setiap 30 menit dalam 1 jam, kemudian setiap 4 jam dalam 24 jam pertama.
Tunda memandikan bayi sampai stabilitas suhu, respiratori, dan kardiovaskular tercapai
(biasanya 2-12 jam setelah lahir), pertimbangkan untuk memandikan bayi secara sebagian
dibandingkan dengan seluruh tubuh. Keringkan bayi langsung setelah mandi dan tutup kepala
bayi dengan topi yang kering. Letakakan bayi untuk kontak kulit dengan ibu jika
memungkinkan untuk menghangatkan tubuh secara optimal. Jika terjadi instabilitas suhu,
lakukan usaha untuk stabilisasi. Konsekuensi stres terhadap dingin adalah peningkatan
metabolisme dengan kehilangan berat badan atau kegagalan untuk menambah berat badan
serta penggunaan glukosa yang bertambah dengan digunakannya glikogen dan terjadi
hipoglikemia. Konsultasi dengan penyedia layanan perinatal untuk mengirim bayi ke
perawatan yang lebih intensif.5,6
Lakukan pencegahan terhadap sepsis. Identifikasi faktor risiko maternal dan bayi,
seperti ibu dengan Streptococcus grup B positif atau status yang tidak diketahui dengan
profilaksis antibiotik antenatal yang tidak adekuat, korioamnionitis (demam >38 oC), gejala
Case Besar - Prematur | 30
demam atau flu-like pada ibu, ruptur membran berkepanjangan (>18 jam), serta instabilitas
janin pada saat persalinan. Nilai dan monitor tanda-tanda infeksi, seperti distres pernapasan,
apneu, instabilitas suhu, instabilitas glukosa, warna kulit pucat atau sianotik, letargi, masalah
dalam pemberian makan, distensi abdomen, serta muntah. Jika terdapat tanda-tanda sepsis,
stabilkan bayi, inisiasi pemeriksaan sepsis (darah lengkap, kultur darah), dan mulai
pemberian antibiotik. Konsultasi dengan penyedia pelayanan perinatal untuk mengirim bayi
ke perawatan yang lebih intensif.6
Lakukan pencegahan terhadap hipoglikemia. Nilai riwayat antepartum/intrapartum
untuk kondisi yang meningkatkan risiko hipoglikemia, yang mencakup kondisi ibu, serta
kondisi bayi. Yang termasuk dalam kondisi ibu, seperti diabetes melitus gestasional atau
sebelumnya, hipertensi yang dicetuskan oleh kehamilan, obesitas ibu, penggunaan tokolitik
untuk
menunda
persalinan,
pemberian
glukosa
IV
yang
terlambat
pada
saat
antepartum/intrapartum, serta persalinan sulit atau lama. Yang termasuk dalam kondisi bayi,
seperti prematuritas, intrauterine growth restriction (IUGR), gemelli, skor Apgar <7,
instabilitas suhu/hipotermia, sepsis, distres pernapasan, serta polisitemia-hiperviskositas.
Lakukan monitor bayi untuk gejala-gejala hipoglikemia. Fasilitasi breastfeeding dalam 1 jam
setelah persalinan jika ibu dan bayi stabil. Lakukan monitor untuk memastikan nafsu makan
bayi, setidaknya 10-12 breastfeeding atau 8-10 formula per hari. Lakukan intervensi jika
diperlukan, tawarkan untuk minum, periksa glukosa setelah 1 jam setelah diberi minum, jika
masih rendah atau bayi tidak dapat minum cukup, koreksi glukosa secara IV dan konsultasi
dengan penyedia pelayanan perinatal untuk memindahkan bayi ke perawatan yang lebih
intensif.6
Lakukan pencegahan terhadap kesulitan minum. Identifikasi faktor maternal yang
dapat mempengaruhi kesuksesan breastfeeding, seperti gemelli, diabetes, hipertensi yang
dicetuskan kehamilan, korioamnionitis, dan persalinan dengan sectio cesarea. Sediakan
asistensi yang dibutuhkan untuk memastikan frekuensi pemberian minum yang adekuat,
paling sedikit 10-12 breastfeeding atau 8-10 formula per hari. Sediakan konsultan laktasi
yang berdedikasi.6
Pada breastfeeding pertama, evaluasi kemampuan dan pengalaman ibu. Segera
fasilitasi, tanpa diinterupsi, dan lakukan kontak kulit pada bayi yang stabil hingga
breastfeeding pertama selesai (biasanya dalam 1-2 jam pertama). Pada breastfeeding
selanjutnya, monitor dan catat frekuensi breastfeeding. Breastfeeding harus dinilai paling
sedikit 2 kali per hari untuk dievalusasi kordinasi menghisap, menelan, dan bernapas, posisi
dan kenyamanan ibu saat melakukan breastfeeding, serta kerapatan mulut bayi dan transfer
ASI. Pikirkan untuk menggunakan puting silikon sangat tipis pada bayi yang kerapatan
Case Besar - Prematur | 31
mulutnya tidak efektif. Nilai kelelahan ibu pada saat memberikan breastfeeding. Kesuksesan
breastfeeding dapat diukur dengan memonitor berat per hari, secara ideal saat bayi tidak
berpakaian. Kehilangan berat lebih dari 3% per hari atau 7% saat hari ketiga membutuhkan
evaluasi lanjut dan monitor ketat. Perlu dicatat juga pola muntah dan buang air besar.6
Pemberian suplementasi makanan hanya diberikan jika dibutuhkan secara medis.
Cairan IV maternal antenatal dapat menyebabkan diuresis bayi pada 24 jam pertama.
Peningkatan output urin dan kehilangan berat badan berlebih harus menjadi pertimbangan
saat mengevaluasi pemberian suplementasi. Suplemen diberikan tidak lebih dari volume yang
dianjurkan, 2-10 mL per makan (24 jam pertama), 5-15 mL per makan (24-48 jam), 15-30
mL per makan (48-72 jam), 30-60 mL per makan (72-96 jam). Evaluasi kebutuhan lanjutan
pemberian suplementasi dengan rencana pemberian makan harian.6
Breast pumping dapat dilakukan dengan bantuan alat. ASI yang dikeluarkan harus
segera diberikan pada bayi sesegera mungkin (idealnya tidak lebih dari 6 jam setelah
kelahiran) jika ibu dan bayi terpisah. Evaluasi perpindahan ASI dan bantu ibu memompa jika
ASI tidak adekuat.6
Lakukan
pencegahan
terhadap
hiperbilirubinemia.
Identifikasi
faktor
sampai 100-150 mL/kg/hari. Glucose infusion rate (GIR) biasanya dimulai pada 4-6
mg/kg/menit. Secara umum, untuk mencapai kadar ini, cairan dextrose 10% sebaiknya
digunakan. Pengecualian pada bayi berat lahir sangat rendah yang secara inisial sebaiknya
diberikan cairan dextrose 5% untuk mendapatkan GIR yang sama dan mencegah
hiperglikemia. Elektrolit sebaiknya tidak ditambahkan sampai usia 24 jam, ketika output urin
sudah adekuat. Elektrolit dan kalsium harus dimonitor saat usia 12-24 jam, bergantung pada
tingkat prematuritas dan masalah medis lainnya. Kebutuhan basal natrium adalah 2-3
mEq/kg/hari, kalium 1-2 mEq/kg/hari, dan kalsium 600 mg/kg/hari. Kehilangan cairan
melalui urin, yang dapat meningkat pada bayi yang lebih prematur dan yang mendapat
diuretik, memerlukan tambahan pemberian natrium.5
Lakukan skrining pada bayi baru lahir. Skrining sebaiknya dilakukan dalam 24 jam
setelah pemberian makan pertama. Pada pemeriksaan darah lengkap, dapat didapatkan hasil
anemia atau polisitemia yang tidak tampak secara klinis. Jumlah leukosit yang tinggi atau
rendah dan sejumlah netrofil imatur juga dapat ditemukan. Abnormalitas jumlah leukosit
dapat menandakan adanya infeksi. Pemeriksaan golongan darah dan uji antibodi (uji
Coombs) dilakukan untuk mendeteksi inkompatibilitas golongan darah pada ibu dan bayi,
serta untuk mengidentifikasi antibodi terhadap eritrosit fetus. Inkompatibilitas dapat
meningkatkan risiko ikterus dan kernikterus. Pada saat lahir, pemeriksaan serum elektrolit
pada bayi menggambarkan serum elektrolit pada ibu. Jika ibu mendapatkan magnesium sulfat
untuk menunda persalinan, usaha pernapasan bayi akan terganggu, dan kadar magnesium
serum akan meningkat. Kadar kalsium serum dapat rendah saat lahir pada bayi prematur.
Kadar glukosa serum pada bayi prematur harus dimonitor secara ketat karena risiko
hipoglikemia dan hiperglikemia pada bayi prematur. Prematuritas bukan merupakan indikasi
untuk dilakukan pemeriksaan radiologi. Pemeriksaan radiologi dilakukan pada organ yang
memiliki kelainan. Radiografi dada dilkaukan untuk menilai parenkim paru pada bayi dengan
distres pernapasan. USG kepala dilakukan untuk mendeteksi perdarahan intrakranial pada
bayi dengan berat lahir sangat rendah. Pungsi lumbal dapat dilakukan pada bayi dengan
kultur darah positif, atau pada bayi yang memliki tanda-tanda klinis infeksi (sepsis). Lakukan
juga pemeriksaan pendengaran. Lakukan evaluasi kelainan kongenital pada bayi.
Pertimbangkan penggunaan oximetri pada bayi dengan defek jantung kongenital. Skrining
maternal juga perlu untuk dilakukan. Lakukan pemeriksaan golongan darah ibu, nilai kembali
hasil laboratorium dan faktor risiko prenatal, nilai kembali penggunaan obat-obatan atau zat
selama kehamilan, nilai kembali penggunaan obat-obatan herbal dan suplemen, nilai kembali
riwayat merokok ibu, atau anggota keluarga lainnya, yakinkan ibu untuk berhenti merokok
Case Besar - Prematur | 33
selama kehamilan untuk mencegah relaps. Selain itu, perlu juga dilakukan skrining terhadap
kesehatan jiwa dan mood ibu. Orang tua yang terpisah dengan anaknya setelah lahir memiliki
risiko tinggi mengalami gangguan mood perinatal. Ibu dengan bayi prematur memiliki risiko
tinggi gangguan mood dalam 6 bulan postpartum (3 kali lebih tinggi daripada ibu dengan bayi
aterm).5,6
Prognosis
Prematuritas merupakan penyebab kematian utama pada bayi. Teknik medis dan
perawatan yang baik meningkatkan kemampuan bertahan bayi prematur. Lebih lama masa
kehamilan, lebih baik kemampuan bayi untuk bertahan. Prematuritas dapat memiliki efek
jangka panjang. Banyak bayi prematur memiliki masalah medis, perkembangan, atau sikap
yang berlanjut sampai masa kanak-kanak atau menjadi permanen. Lebih prematur bayi dan
lebih rendah berat badan lahir, komplikasi dapat menjadi lebih banyak. Namun, tidak
mungkin untuk memprediksi outcome bayi hanya berdasarkan masa gestasi atau berat badan
lahir.2
Komplikasi jangka panjang yang dapat terjadi pada bayi prematur mencakup diplasia
bronkopulmonari,
keterlambatan
pertumbuhan
dan
perkembangan,
disabilitas
atau
Analisa Kasus
Bayi Ny. IM merupakan bayi prematur borderline dengan masa gestasi 34 minggu
menurut skor Ballard. Ibu pasien memiliki riwayat hipertensi pada saat kehamilan, dan
memiliki riwayat abortus, serta persalinan prematur pada persalinan sebelumnya. Pada saat
dilahirkan, bayi menangis lemah, berat badan bayi 2700 gram, panjang badan 48 cm, lingkar
kepala 30 cm, nilai APGAR 7/8, dan tidak tampak adanya kelainan bawaan. Berdasarkan
kurva masa gestasional dengan berat badan lahir, bayi ini termasuk dalam NKB-SMK. Dari
Case Besar - Prematur | 34
pemeriksaan maturitas fisik, ditemukan kulit lembut, merah muda, vena tampak, lanugo
banyak, lipatan pada telapak kaki hanya ada melintang pada bagian anterior, areola tampak,
tidak menonjol, lengkung pinna baik, lembut, membalik baik, serta pada genitalianya testis
turun, dan rugae jelas.
Dari pemeriksaan penunjang, didapatkan kesan adanya infeksi, sehingga perlu
dilakukan pencegahan terhadap terjadinya sepsis dengan diberikan antibiotik. Bayi dirawat di
ruangan perinatologi di dalam inkubator untuk mencegah hipotermia yang rentan terjadi pada
bayi prematur. Pada bayi ini diberikan cairan IVFD D10% + Ca glukonas (20) sebanyak 80
cc/kg/hari, untuk mencegah terjadinya kehilangan cairan berlebih dan hipoglikemia. cPAP
dipasang untuk menghindari terjadinya distres pernapasan pada bayi ini. Pada saat dirawat,
tampak sklera ikterik dan dilakukan pemeriksaan bilirubin, dengan hasil bilirubin total 12,64
mg/dL, bilirubin direk 0,67 mg/dL, dan bilirubin indirek 11,97 mg/dL, sehingga dilakukan
light therapy. Setelah dilakukan light therapy, kadar bilirubin total menjadi 5,22 mg/dL,
bilirubin direk 0,37 mg/dL, dan bilirubin indirek 4,85 mg/dL.
Dilakukan pemeriksaan radiologi pada bayi ini berupa rontgen thoraks, dan USG
kepala. Dari pemeriksaan rontgen thoraks didapatkan kesan adanya suspek kardiomegali.
Dari pemeriksaan USG kepala didapatkan kesan tidak tampak adanya kelainan pada
parenkim otak. Dianjurkan untuk dilakukan pemeriksaan ekokardiografi untuk melihat
adanya kelainan pada aliran darah jantung yang menyebabkan kardiomegali.
Daftar Pustaka
1. Persalinan prematur. Dalam: Manuaba IBG, Manuaba IAC, Manuaba IBGF.
Pengantar kuliah obstetri. Jakarta: EGC; 2007. H. 432-9.
2. Kaneshiro NK. Premature infant. 20 November 2014. Downloaded from:
https://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001562.htm, 6 November 2015.
3. Damanik SM. Klasifikasi bayi menurut berat lahir dan masa gestasi. Dalam: Kosim
MS, Yunanto A, Dewi R, Sarosa GI, Usman A. Buku ajar neonatologi. Ed 1. Jakarta:
IDAI; 2008. H. 11-30.
4. Krisnadi SR. Kelainan lama kehamilan. Dalam: Sastrawinata S, Martaadisoebrata D,
Wirakusumah FF. Ilmu kesehatan reproduksi: obstetri patologi. Ed 2. Jakarta: EGC;
2005. H. 9-12.
5. Furdon SA.
Prematurity.
15
September
2014.
Downloaded
from: