You are on page 1of 6

Khutbah Jumat

Khutah Ke 1


























, .
.


:


Puji dan syukur marilah kita panjatkan pada Alloh SWT atas rahmat-Nya lah kita pada hari yang
sangat mulia ini masih ditaqdirkan bisa berkumpul bersama menjalankan sebagian kewajiban yang
diperintahkan Alloh.
Shalawat dan salam marilah kita sampaikan pada Nabi Agung yang menjadi pimpinan alam sejagat
yang telah mengubah dunia dari kekufuran menjadi bertauhid kepada Alloh. Yakni habibana alkarim
Nabi Muhammad SAW.
Kaum muslimin yang dirahmati Allah, bertakwalah kepada-Nya dengan takwa yang sebenarbenarnya. Bersyukurlah atas segala nikmat yang telah Alloh pada kita, karena dengan bersyukurlah
nikmat kita akan semakin bertambah. Diantaranya adalah nikmat anak, baik anak laki-laki maupun
anak perempuan.
Perlu diketahui bahwa nikmat ini adalah adalah ujian dari Alloh bagi seorang hamba yang beriman.
Anak pula merupakan anugerah yang menjadi penyejuk pandangan di dunia dan akhirat. Ia juga bisa
membuat hati berbunga-bunga bahagia dan jiwa terasa lapang. Anak bisa menjadi penolong dalam
mengarungi kehidupan dunia dan doa ketika memasuki gerbang akhirat. Mereka yang berkumpul
dengan anak-anaknya di dunia dalam keadaan taat, maka akan dikumpulkan Allah di akhirat dalam
kemuliaan.
Allah Taala berfirman,



Artinya :Dan orang-oranng yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam
keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi
sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya. (QS.
Ath-Thur: 21).
Hadirin rahimakumulloh
Sesungguhnya ini adalah anugerah yang agung. Yang bisa diwujudkan apabila orang tua memiliki
rasa tanggung jawab terhadap anak-anaknya. Karena orang tualah yang harus membimbing sang
anak di lingkungan pertama mereka. Mereka juga yang bertanggung jawab dalam membimbing anakanaknya.
Hendaknya orang tua mendidik anak laki-laki dan perempuan dengan apa yang telah diwajibkan atas
mereka. Memberikan perhatian, bimbingan, dan arahan yang baik. Sehingga orang tua kelak akan
meninggalkan generasi yang baik, yang bermanfaat untuk dirinya dan umat Islam. Ketika seorang
hamba memperbaiki antara dirinya dengan Allah, maka Allah akan memperbaiki hubungannya
dengan sesama makhluk_Nya.

Tentu saja dalam membimbing anak harus diiringi dengan niat yang baik dan ikhlas, senantiasa
memohon pertolongan kepada Allah, memperbanyak doa yang penuh harap kepada Allah.
Sebagaimana Allah Taala berfirman,


Artinya : "Dan orang orang yang berkata: Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri
kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orangorang yang bertakwa". (QS. Al-Furqon: 74).
Orang-orang yang memohon demikian, mereka tidaklah hanya duduk-duduk saja tanpa melakukan
apapun. Syariat dan logika manusia mengatakan bahwa hal ini perlu usaha. Jika kita memohon
sesuatu kepada Allah, kita harus mengusahakannya dengan perbuatan kita sebagai bentuk sebabakibat. Misalnya seseorang meminta kepada Allah rezeki, ia haru berusaha menempuh sebab
tergapainya rezeki. Demikian juga orang yang meminta keturunan, ia harus berusaha dengan
menikahi seseorang. Orang yang meminta ditambahkan ilmu dan pemahaman, ia harus berusaha
dengan belajar. Orang yang meminta surga, maka ia harus menggapai sebabnya dengan
mengamalkan amalan shaleh yang bisa mengantarkannya ke surga.
Demikianlah, ketika seseorang meminta keturunan yang shaleh yang bisa menjadi penyejuk hatinya,
maka ia harus berusaha dengan kemampuannya. Baru setelah itu ia merasakan bahwa anak yang
shaleh adalah karunia yang agung.
Hal lainnya yang harus diperhatikan. Anak itu terkada bisa menjadi ujian dan kejelekan bagi keluarga
dan masyarakat. yang demikian lantaran kedua orang tua tidak melakukan apa yang Allah wajibkan
atas keduanya. Tidak melakukan pendidikan, perhatian, dan bimbingan secara maksimal. Kita lihat
ada terkadang seseorang merasa malas mendidik anaknya. Ia tidak memberikan arahan yang baik
terhadap buah hatinya. Akhirnya, ia pun terputus dari kemanfaatan di dunia dan akhirat. Jadilah ia
seorang yang merugi dan menyesal. Allah Taala berfirman,



Artinya : Katakanlah: Sesungguhnya orang-orang yang rugi ialah orang-orang yang merugikan diri
mereka sendiri dan keluarganya pada hari kiamat. Ingatlah yang demikian itu adalah kerugian yang
nyata. (QS. Az-Zumar: 15).
Namun ada fenomena yang mengherankan. Ada seseorang yang sibuk dengan menginvestasikan
hartanya, menjaga, memperhatikannya, memeliharanya, dan pikiran dan badannya disibukkan
dengan hartanya, bahkan istirahat dan tidurnya pun bersama hartanya, bersamaan dengan itumereka
lupa dengan istri dan anak-anak mereka.
Tentunya kita bertanya, apa artinya harta itu disbanding dengan istri dan anak-anak? Bukankah akan
lebih baik bagi mereka, jika seandainya meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran mereka untuk
mendidik istri dan anak-anak? Dengan hal itu mereka akan menjadi orang-orang yang bersyukur dan
melaksanakan perintah Allah. Allah Taala berfirman,





Artinya : Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang
bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan
tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan. (QS. At-Tahrim: 6).
Allah Taala meletakkan peranan kita dalam ayat ini. Ia menaruh tanggung jawab dan memerintahkan
kita untuk menjagai diri dan keluarga dari api neraka. Dia tidak memerintahkan kita untuk mejagai dari
diri kita saja, akan tetapi Dia firmankan untuk mejaga diri kita dan keluarga kita. Oleh karena itu,
sangat mengherankan orang-orang yang meremehkan perintah Allah dalam menunaikan hak istri dan
anak-anak.
Seandainya, api di dunia ini membakar anak-anak mereka, atau hanya sekedar hamper membakar
anak mereka, niscaya mereka akan berusaha sekuat tenaga untuk menyelematkannya. Dengan
segera mereka akan mencarikan dokter untuk mengobati luka bakar yang diderita anaknya. Lalu

menjauhkan untuk berupaya tidak Mereka ?akhirat api dari aman merasa mereka bisa bagaimana
ini demikian melakukan yang orang apakah mengerti, tidak Kita darinya. mereka anak-anak dan istri
menyombongkan yang orang-orang mereka atau lalai, ataukah akhirat, di ada yang api akan ragu
semua. kita kepada hidayah memberikan Allah Semoga ?diri
rahimakumulloh. . Hadirin
taat senantiasa yang shaleh yang anak menjadi kita anak-anak semoga khutbah, penutup Sebagai
rasul-Nya. berserta perintahkan Alloh telah yang apa segala melaksanakan Alloh, pada bertakwa dan
akan yang masa di kuat yang generasi menjadi dan tua orang dua ke pada berbakti Senantiasa
rabbalalamin. . ya Amiin datang.
Khutbah ke 2

TEKS KHUTBAH JUMAT


MENGGAPAI KEBERKAHAN HIDUP
Khotbah 1








.





.
.


:



.





.


.

.
Hadirin Jamaah Sholat Jumat yang dimuliakan Allah
Dari mimbar khutbah jumat ini khatib mengajak kepada diri khatib dan jamaah sekalian untuk
meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Peningkatan iman yang terus dilakukan
dengan peningkatan amal sholeh. Karena derajat kemuliaan seorang hamba di sisi Allah hanyalah
dinilai dengan ketakwaannya. Allah berfirman:

Sesungguhnya orang yang paling bertakwa di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa.
Hadirin Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah
Masyarakat yang berkah adalah masyarakat yang jauh dari dosa-dosa dan maksiat. Sebaliknya
masyarakat yang penuh dengan dosa-dosa dan kemaksiatan adalah masyarakat yang rentan. Ibarat
tubuh penuh dengan penyakit dan kotoran yang menjijikkan. Maka ia tidak produktif dan bahkan
tidak bisa diharapkan darinya kebaikan.
Keberkahan suatu masyarakat itu mempunyai syarat khusus yang telah dipatok oleh Al-Quran
sehingga dengan mewujudkannya akan terwujudlah masyarakat yang mendapatkan keberkahan,
sebagaimana firman Allah:

Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan
kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka
Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (Al-Arof: 96)
Ustadz Sayyid Qutb mengomentari ayat ini sebagaimana yang ditulisnya dalam tafsir zhilal, beliau
mengatakan: Berkah-berkah yang dijanjikan Allah kepada orang-orang yang beriman dan bertakwa
secara tegas dan meyakinkan itu, bermacam-macam jenis dan ragamnya. Juga tidak diperinci dan
tidak ditentukan batas-batanya oleh nash ayat itu. Isyarat yang diberikan nash Al-Quran itu
menggambarkan limpahan yang turun dari semua tempat, bersumber dari semua lokasi, tanpa batas,
tanpa perincian, dan tanpa penjelasan. Maka ia adalah berkah dengan segala macam warnanya,
dengan segala gambaran dan bentuknya. Keberkahan yang dijanjikan kepada orang beriman dan
bertakwa ialah bahwa keberberkahan itu kadang-kadang menyertai sesuatu yang jumlahnya sedikit,
tetapi memberikan manfaat yang banyak serta diiringi dengan kebaikan, keamanan, kerelaan, dan
kelapangan hati. Berapa banyak bangsa yang kaya dan kuat, tetapi hidup dalam penderitaan, tidak ada
rasa aman, penuh goncangan dan krisis, bahkan menunggu kehancuran.
Kaum muslimin yang dimuliakan Allah
Ketika kehidupan berjalan secara sinergis antara unsur-unsur pendorong dan pengekangnya, dengan
bekerja di bumi sambil memandang ke langit, terbebas dari hawa nafsu, menghambakan diri dan
tunduk kepada Allah. Berjalan dengan baik menuju ke arah yang diredoin oleh Allah, maka sudah
tentu kehidupan model ini akan diliputi dengan keberkahan, dipenuhi dengan kebaikan dan dinaungi
dengan kebahagian.
Berkah yang diperoleh bersama iman dan takwa adalah berkah yang meliputi segala sesuatu. Berkah
yang terdapat di dalam jiwa, dalam perasaan, dan dalam kehidupan bermasyarakat. Juga berkah yang
mengembangkan kehidupan dan meninggikan mutunya dalam setiap waktu. Jadi bukan semata-mata

melimpahnya kekayaan namun dibarengi dengan penderitaan, kesengsaraan, kerusakan bahkan


kegersangan jiwa.
Tuntutan keberkahan yang dapat diambil dari tuntunan ayat di atas adalah: merealisasikan keimanan
dalam keseharian, meningkatkan ketaqwaan dalam setiap amalan. Maka sebaliknya, hal-hal yang akan
menghilangkan keberkahan itu adalah karena mendustakan ajaran dan ayat-ayat Allah, kemudian
terperosoknya seseorang bahkan masyarakat ke dalam kubangan kemaksiatan.
Imam Ibnul Qayyim Al Jauziyah dalam salah satu bukunya Al jawaabul Kaafii liman Saala anid
Dawaaisy Syaafii menyebutkan beberapa bahaya dan pengaruh dosa terhadap kehidupan pribadi dan
masyarakat yang akan membawa pada hilangnya keberkahan. Di antaranya pengaruh buruk dosa dan
kemaksiatan itu adalah:
Pertama: Dosa memperlemah kesadaran akan keagungan Allah dalam hati.
Seorang yang penuh dengan dosa-dosa tidak akan lagi bersungguh-sungguh mengagungkan Allah.
Kaki akan terasa malas dan berat berat untuk melangkah ke masjid dan menghadiri pengajian. Badan
terasa sulit untuk bangun pada waktu fajar melaksanakan shalat subuh. Telinga tidak suka lagi
mendengarkan ayat-ayat Al Quran, lama kelamaan hati menjadi keras seperti batu bahkan bisa lebih
keras dari pada itu. Maka ia hilanglah rasa sensitive terhadap suatu dosa, tidak bergetar lagi hatinya
ketika keagungan Allah disebut. Allah berfirman:

Kemudian setelah itu hati kalian menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. Padahal di
antara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai daripadanya dan di antaranya sungguh
ada yang terbelah, lalu keluarlah mata air daripadanya dan di antaranya sungguh ada yang meluncur
jatuh, karena takut kepada Allah. Dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan.
(QS. Al-Baqoroh: 74)
Kedua: Dosa membuat seseorang tidak mempunyai rasa malu.
Seseorang yang biasa berbuat dosa, lama-kelamaan tidak merasa berdosa lagi. Bahkan ia tidak merasa
malu berbuat dosa di depan siapapun. Bila rasa malu hilang maka hilanglah kebaikan. Rosulullah saw
bersabda: Rasa malu itu semuanya baik. Maksud dari hadist ini adalah: bahwa semakin kuat rasa
malu dalam diri seseorang akan semakin menyebar darinya kebaikan. Dengan demikian masyarakat
yang mempunyai rasa malu adalah masyarakat yang baik pula dan penuh nuansa kemanusiaan.
Ketiga: Dosa menghilangkan keberkahan dan nikmat serta menggantikannya dengan bencana.
Allah swt. selalu menceritakan bahwa diazabnya umat-umat terdahulu adalah karena mereka berbuat
dosa. Dalam surat Al Ankabuut ayat 40 Allah SWT berfirman:

Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya, maka di antara mereka ada yang
Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil dan di antara mereka ada yang ditimpa suara keras yang
mengguntur, dan di antara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada
yang Kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi
merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri. (QS. An-Ankabut: 40)
:Dalam ayat yang lain Allah berfirman

Apakah mereka tidak memperhatikan berapa banyaknya generasi-generasi yang telah Kami
binasakan sebelum mereka, padahal (generasi itu), telah Kami teguhkan kedudukan mereka di muka
bumi, yaitu keteguhan yang belum pernah Kami berikan kepadamu, dan Kami curahkan hujan yang
lebat atas mereka dan Kami jadikan sungai-sungai mengalir di bawah mereka, kemudian Kami
binasakan mereka karena dosa mereka sendiri, dan kami ciptakan sesudah mereka generasi yang lain.
(QS. An-anam: 6)
Kaum muslimin jamaah jumat yang dimuliakan Allah
Kesimpulan yang dapat kita tarik dari khutbah yang singkat ini adalah: bahwa tidak mungkin individu
yang kotor, yang hidup di alam dosa, akan melahirkan masyarakat yang baik. Oleh karena itu, jalan
satu-satunya untuk membangun masyarakat yang bersih dan beradab, penuh dengan nuansa tolong-

dosa, dan keburukan dalam kerjasama dari jauh yang ketaqwaan, dan kebaikan dalam menolong
Kembali mengagungkan-Nya. dan Allah mentaati bersungguh-sungguh kembali dengan hanya adalah
kita kewajiban sebagai sholat menunaikan untuk anak-anak keluarga, mengajak masjid, meramaikan
Al-Quran, memahami dan membaca kondisinya, apapun dilalaikan boleh tak yang Allah kepada
dosa-dosa dari nafsu mengendalikan diketahui, sudah yang islam tentang pengetahuan menerapkan
saling dan peduli saling untuk melupakan tidak serta Allah murka mendatangkan yang sesuatu dan
tetangga. dan saudara sesama mengingatkan
keberkahan, mendapatkan yang bangsa kita bangsa dan masyarakat menjadikan Allah Semoga
dalam ke ketergelinciran dari terjauhkan dan terbaik yang Rosulullah umat dalam kita mengumpulkan
alamin. Rabbal ya Amiin kemaksiatan. jurang

.


.

Khotbah 2




.
.


.
.



: !!
. .
.


.
:

.


.



.
.








.

.



.




You might also like