You are on page 1of 20

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Diagnostic Assessment
4.1 Komitmen dan Kebijakan
PT. Angkasa Pura I (Persero) Bandar Udara I Gusti Ngurah Rai
berkomitmen untuk memberdayakan Organisasi Sistem Manajemen
Keselamatan untuk mengawasi perkembangan dan pelaksanaan Sistem
Manajemen Keselamatan dan memastikan efektifitas penerapan Sistem
tersebut telah berjalan dan terintegrasi dalam semua kegiatan. Safety
culture juga harus di pahami dan diterapkan oleh semua personil. Dalam
mengurangi risiko keselamatan operasional bandar udara sampai pada
titik terendah yang dapat diterimauntuk menuju target keselamatan yang
realistis. Melaksanakan audit keselamatan secara internal maupun
external dan tinjauan manajemen untuk memastikan peningkatan
keselamatan operasional bandar udara.
Dalam Manual Sistem Manajemen Keselamatan di PT. Angkasa Pura I
(Persero) Bandar Udara I Gusti Ngurah Rai melalui General Manager
selaku Accountable Executive akan selalu menyediakan bandar udara
yang memenuhi standar keselamatan. Semua tingkatan manajemen
operasional bertanggung jawab untuk menciptakan keselamatan. Seluruh
personil yang bekerja atau bertugas di Bandar Udara I Gusti Ngurah Rai
harus berpartisipasi dalam Sistem Manajemen Keselamtan dan berperan
aktif dalam mengidentifikasi, mengurangi, dan menghilangkan hazard,
sesuai dengan kebijakan dan sasaran keselamatan yang ada.
PT. Angkasa Pura I (Persero) Bandar Udara I Gusti Ngurah Rai
berkomitmen untuk memberdayakan Organisasi Sistem Manajemen
Keselamatan untuk mengawasi perkembangan dan pelaksanaan Sistem
Manajemen Keselamatan dan memastikan efektifitas penerapan Sistem
tersebut telah berjalan dan terintegrasi dalam semua kegiatan. Safety
culture juga harus di pahami dan diterapkan oleh semua personil. Dalam
mengurangi risiko keselamatan operasional bandar udara sampai pada
titik terendah yang dapat diterimauntuk menuju target keselamatan yang

realistis. Melaksanakan audit keselamatan secara internal maupun


external dan tinjauan manajemen untuk memastikan peningkatan
keselamatan operasional bandar udara.
Prinsip-prinsip Manajemen Keselamatan yang ada di PT. Angkasa
Pura I (Persero) Bandar Udara I Gusti Ngurah Rai Bali

Jaminan keselamatan operasional adalah faktor kunci kesuksesan di bandar


udara

Prinsip safety first akan dilaksanakan dalam operasional keseharian


Jajaran Departement Head mengemban tanggung jawab yang besar dalam

manajemen keselamatan
Pelaksanaan manajemen keselamatan merupakan fungsi eksekutif jajaran

departement head
Melalui pendidikan dan pelatihan berkelanjutan, seluruh pihak yang bekerja di
Bandar Udara I Gusti Ngurah Rai akan memahami peran dan tanggung jawab
masing-masing dalam pelaksanaan sistem manajemen keselamatan di

bandar udara
Budaya keselamatan yang terbuka dan transparan akan dibangun dan
dipromosikan sebagai proses pembelajaran dari accident /incident dalam

rangka peningkatan keselamatan operasional bandar udara


General Manager mendukung dan mengawasi tanggung jawab jajaran
Departement Head dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengembangan
sistem, manajemen keselamatan

Setiap terjadi perubahan dalam lingkungan kerja di PT. Angkasa Pura I


(Persero) Bandar Udara I Gusti Ngurah Rai Bali, baik perubahan internal maupun
eksternal, dibentuk suatu unit kerja yang akan melakukan perubahan.untuk
melakukan fungsi sistem manajemen keselamatan, maka dibentuk Safety
Management System, Quality Management dan Customer Service Departement
untuk melakukan penilaian secara formal terhadap hal-hal yang mempengaruhi
kinerja keselamatan operasional bandar udara. Hal itu diperlukan karena
perubahan tersebut dapat:

Membawa hazard baru


Mempengaruhi proses mitigasi risiko yang ada
Mempengaruhi efektifitas mitigasi risiko

Perubahan eksternal contohnya:

Perubahan peraturan perundang-undangan


Perubahan standar dan ketentuan di bidang kebandarudaraan
Perubahan sistem keamanan
Perubahan/pergantian perusahaan penerbangan, ground handling
agent, refuel service dan inflight catering service yang membawa
dampak perubahan pada operasi sisi udara misalnya pergantian tipe
pesawat atau GSE baru.

Perubahan internal contohnya:

Perubahan struktur organisasi


Peralatan baru
Prosedur baru
Perubahan infrastruktur bandar udara
Aspek-aspek

penting

yang

terjadi

pada

saat

perubahan

dikomunikasikan secara jelas dengan cara yang tepat pada kurun waktu yang
Menetapkan Perubahan

ditetapkan sebelum perubahan terjadi. Flowchart manajemen perubahan


dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Analisa Perubahan

Identifikasi Hazard

Flow Chart Manajemen Perubahan

Memeriksa Tingkat Keparahan Hazard (Severity)


Memeriksa Tingkat Kemungkinan terjadinya Hazard (Probability)

Memperkirakan Risiko

Ya

Risiko diterima

Apakah Risiko dapat ditolerir?

Tidak

Kurangi Risiko sampai tingkat yang dapat diterima

Bagan 4.1 Flow Chart Manajemen Perubahan


Dalam hal komunikasi Bandar Udara I Gusti Ngurah Rai dalam
pelaksanaan sosialisasi dan komunikasi keselamatan dilakukan oleh Safety
Management

System,

Quality

Management

dan

Customer

Service

Departement dan bekerjasama dengan Departement terkait kepada semua


pegawai sesuai dengan jenis informasi:
a. Informasi penting/kritikal, dilakukan sesuai dengan kebutuhan dengan
menggunakan:
1. safety alert
2. Safety board
3. Tatap muka
b. Informasi yang bersifat biasa, dilakukan setiap 6 bulan dengan menggunakan
1. Spanduk
2. Baliho
3. Billboard
4. Banner
5. Running text pada FIDS
6. Website Bandar Udara I Gusti Ngurah Rai

4.2 Perencanaan
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa perusahaan telah
memiliki perencanaan secara tertulis mengenai K3 yang menjelaskan
secara detil bagaimana bentuk perencanaan tersebut.

4.2.1 Perencanaan Identifikasi Bahaya, Penilaian, dan Pengendalian


Resiko
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa telah ada
prosedur terdokumentasi yang mempertimbangkan identifikasi
bahaya dan penilaian risiko dan pengendalian risiko.
4.2.2 Tujuan dan Sasaran
Dari hasil wawancara diperoleh keterangan bahwa
perusahaan telah menetapkan tujuan dan sasaran proyek K3
yang terdokumentasi.
Sasaran keselamatan PT. Angkasa Pura I (Persero)
Bandar Udara I Gusti Ngurah Rai Bali dalam Manual Sistem
Manajemen Keselamatan adalah sebagai berikut:
1. Meminimalkan risiko keselamatan serendah mungkin
sesuai tingkat risiko yang secara wajar dapat diterima
2. Mencapai standar dan kinerja keselamatan yang telah
ditetapkan
3. Menerapkan

secara

jelas

komitmen

keselamatan

kepada semua tingkat manajemen


4. Menciptakan budaya keselamatan bagi seluruh personel
bandar udara dan pihak-pihak yang beraktivitas di
bandar udara
5. Menjaga dan meningkatkan tingkat standar dan kinerja
keselamatan di bandar udara secara sistematis, proaktif,
terbuka, dan berkesinambungan
6. Meletakkan keselamatan di bandar udara sebagai garda
terdepan operasional bandar udara dan pengembangan
usaha jasa kebandarudaraan
7. Menjamin keselamatan personel

bandar

udara,

penggunajasa bandar udara, dan pihak-pihak lain yang


beraktivitas di bandar udara
Untuk mencapai sasaran keselamatan diatas maka PT.
Angkasa Pura I (Persero) Bandar Udara I Gusti Ngurah Rai Bali
melaksanakan:
1. Sistem pelaporan yang bersifat Non Punitive
2. Identifikasi hazard dan manajemen risiko
3. Pendidikan dan pelatihan personil

4. Komunikasi informasi keselamatan dengan cara dan alat


yang sesuai

4.2.3 Perencanaan Awal dan Perencanaan Kegiatan yang sedang


berlangsung.
Berdasarkan hasil wawancara perusahaan telah memiliki
perencanaan

awal

dan

perencanaan

kegiatan

yang

sedang

berlangsung.
4.3 Penerapan
4.3.1 Jaminan Kemampuan
Dalam rangka meningkatkan jaminan kemampuan karyawan
berdasarkan hasil observasi dan wawancara, PT. Angkasa Pura I
Bandar Udara I Gusti Ngurah Rai sudah secara rutin melakukan
pelatihan terkait K3 untuk meningkatkan skill, kemampuan pekerja
dalam implementasi keselamatan dan kesehatan kerja di bandara
dan juga untuk mengkomunikasikan kebijakan dan keselamatan
kepada semua pegawai dengan dukungan penuh

General

Manager.
Safety Management System, Quality Management & Customer
Service Departement Head mengatur kebutuhan diklat semua
pegawai terkait dengan keselamatan. Program diklat keselamatan
ini termasuk diklat awal dan/atau penyegaran untuk pegawai baru
maupun lama sesuai dengan tugas masing-masing. Program ini
mencakup diklat yang dilakukan secara eksternal maupun internal.
Contoh program diklat yang dilakukan : Pengenalan keselamatan,
respon terhadap emergency, keselamatan kerja bandara, penilaian
hazard, manajemen hazard,dll.
Program-program yang sudah

dilakukan

pihak

Safety

Management System, Quality Management & Customer Service


Departement

Head

melakukan

evaluasi

terhadap

efektifitas

pelaksanaan program terkait keselamatan operasional bandar


udara.

4.3.2 Kegiatan Pendukung


a. Pelaporan
Berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa Bandar
Udara I Gusti Ngurah Rai sudah terdapat prosedur pelaporan.
Hazard atau insiden (kecelakaan) dapat dilaporkan oleh
pegawai, manajemen, pelanggan, penumpang atau rekanan
kepada Safety Management System, Quality Management &
Customer Service Departement.
Adapun mekanisme pelaporan

yang

disusun

di

perusahaan dilakukan secara terbuka dan tertutup tentang


hazard,incident dan/atau accident dengan :
Sistem pelaporan yang tidak menyalahkan
Sistem pelaporan hazard secara rahasia
Manajemen akan memberikan tanggapan

terhadap

laporan hazard
Formulir pelaporan diisi dengan lengkap dan dikirimkan
kepada Safety Management System, Quality Management &
Customer Service Departement Head secepatnya. Sistem
pelaporan yang dimaksud adalah penerimaan, pengumpulan,
dan penyimpanan informasi tentang hazard dan risiko yang
dapat membawa dampak kepada organisasi dan kegiatan
operasional Bandar Udara I Gusti Ngurah Rai yaitu :
1. Hazard Report Forms
2. Safety Audits menggunakan Hazard Checklist
3. Laporan Hazard secara rahasia
4. Survey secara rahasia atau kuesioner terhadap staff
5. Komunikasi informal
6. Observasi terhadap petunjuk pelaksanaan kerja dan alur
kerja.
Pelaporan di bandara juga dapat dilakukan secara online
melalui SMART System yang disesuaikan dengan SKEP
49/III/2010 Direktur Jenderal Perhubungan Bandara.

Bandar Udara I Gusti Ngurah Rai melaporkan setiap


adanya kejadian (incident), kejadian serius (serious incident)
dan kecelakaan (accident) di bandar udara kepada :
1. Direktur Jenderal Perhubungan Udara
2. Direktur
3. Aeronautical Information
Tahapan pelaporan sesuai SKEP 40/III/2010 adalah :

Informasi Awal, dilaporkan sesegera mungkin


Laporan Awal, dilaporkan selambat-lambatnya 24 jam
Laporan Lanjutan, dilaporkan selambat-lambatnya 72
jam.
Data-data laporan yang ada dikumpulkan dan dibentuk
pelaporan

rutin

yang

diserahkan

ke

Otoritas

Bandara,

DISNAKER (Dinas Tenaga Kerja) PemKab, dan DISNAKER


Provinsi per 6 bulan sekali.
a. Dokumentasi
Berdasarkan

hasil

observasi

bandara

sudah

memiliki sistem pendokumentasian K3. Bandar Udara


I Gusti Ngurah Rai menerapkan prinsip manajemen
keselamatan dan perbaikan secara berkelanjutan
untuk mencapai sasaran keselamatan. Semua data
dan dokumentasi dilaksanakan dan dijaga oleh
masing-masing Section Head dan Officer di Safety
Management

System,

Quality

Management

&

Customer Service Departement.


Safety Management System, Quality Management
& Customer Service Departement Head bertanggung
jawab

untuk

melakukan

amandemen

terhadap

dokumentasi sistem manajemen keselamatan jika ada


perubahan atau penambahan amandemen.
4.4 Audit dan Investigasi
4.4.1 Audit

Bandar Udara I Gusti Ngurah Rai menerapkan program audit


keselamatan untuk memverifikasi pemenuhan standar keselamatan dan
untuk menentukan tingkat efektifitas keseluruhan program keselamatan
(Sistem Manajemen Keselamatan). Audit ini dilaksanakan bersamaan
dengan inspeksi teknis keselamatan bandar udara setahun sekali seperti
yang terancam dalam KM No. 24 tahun 2009 tentang PKPS 139 (CASR
139)
Safety Management System, Quality Management & Customer
Service Departement Head mengatur jadwal audit untuk hal-hal yang tidak
tercantum dalam inspeksi teknis keselamatan Bandar Udara I Gusti
Ngurah Rai. Audit program dilaksanakan secara berjadwal ataupun pada
saat diperlukan Safety Management System, Quality Management &
Customer Service Departement, untuk menindaklanjuti risiko-risiko yang
sudah diidentifikasi, beserta tindak lanjut dan orang yang bertanggung
jawab untuk melaksanakannya. Laporan beserta hasilnya dievaluasi oleh
Safety Management System, Quality Management & Customer Service
Department.
Checklist audit keselamatan ada pada Apendik L, dan checlist
keselamatan operasi bandara ada pada Apendik M.
Safety Management System, Quality Management & Customer
Service Department Head membuat rencana audit yang mencakup :

Frekuensi audit sistem Manajemen Keselamatan


Ruang lingkup audit
Identifikasi personel yang terlibat dalam audit
Penanggung jawab pelaksanaan audit
Penggunaan hazard checklist untuk identifikasi hazards ataupun potensial

risiko yang mungkin terjadi


Proses penyimpanan dokumen terkait dengan temuan selama proses audit

berlangsung
Metode penyampaian kepada manager dan personel terkait dengan hasil
temuan.
Safety Management System, Quality Management & Customer
Service Department Head memastikan laporan setiap audit selesai dalam

waktu tidak lebih dari 1 (satu) bulan. Laporan audit juga mencakup
rekomendasi untuk mencegah temuan tersebut terualang kembali, atau untuk
meminimalisasi dampak atau untuk mengatur supaya tingkat keselamatan
menjadi lebih baik. Laporan ini harus dipresentasikan di depan General
Manager dan disampaikan juga kepada Direktorat Bandar Udara-Direktorat
Jenderal Perhubungan Udara , cq Otoritas Bandara General Manager
melaksanakan audit terhadap peranan Safety Management System, Quality
Management & Customer Service Department.
Safety Management System, Quality Management & Customer
Service Department bertanggung jawab terhadap terlaksananya audit
keselamat. Audit ini harus terlaksana tidak lebih dari 12 bulan atau setiap ada
pekerjaan baru. Safety Management System, Quality Management &
Customer Service Department Head dapat mendelegasikan penilaian audit
kepada staf kompeten yang ditunjuk.
Setelah dilaksanakan audit, semua hazard dan temuan dibahas dan
diberi peringkat dalam Safety Action Group (SAG) untuk pemecahannya.
Hasil pembahasan dilaporkan ke General Manager Bandar Udara I Gusti
Ngurah Rai

4.4.2 Investigasi
Investigasi merupakan study detail terhadap semua keadaan di sekitar
peristiwa yang terjadi. Dalam Sistem Manajemen Keselamatan , investigasi
dilakukan oleh Safety Management System, Quality Management & Customer
Service Department terhadap timbulnya hazard, adanya insiden dan
kecelakaan. Investigasi ini dilakukan untuk mencari penyebab dasar kejadian
tersebut

dalam

rangka

meningkatkan

keselamatan

dan

mencegah

terulangnya kembalian kejadian yang sama. Safety Manager melakukan


investigasi terhadap peristiwa yang memicu keajadian, penyebab kejadian,
dan kejadian itu sendiri. Investigasi ini mempunyai 2 (dua) tujuan untuk :
1. Mengetahui fakta-fakta kejadian dan
2. Membuat rekomendasi terhadap apa yang harus dilakukan untuk mencegah
hal tersebut terulang kembali

Dalam pelaksanaan investigasi, Safety Management System, Quality


Management & Customer Service Department Head menunjuk orang-orang
yang kompeten untuk melaksanakan proses investigasi.
Dalam hal kejadian serius atau kecelakaan pesawat udara, Safety
Management System, Quality Management & Customer Servicre Department
Head memastikan bahwa KNKT diberitahu tentang hal tersebut da\n
berkoordinasi supaya investigasi KNKT berjalan dengan baik.
Safety Management System, Quality Management & Customer
Service Department Head bertanggung jawab untuk melaksanakan penilaian
terhadap hazards dan risiko (risk assessment) terkait dengan adanya
kejadian atau kecelakaan dengan melibatkan Safety Action Group.
4.5 Evaluasi Sistem Manajemen Keselamatan
Safety Management System, Quality Management & Customer Service
Department Head melakukan evaluasi tahunan terhadap Sistem Manajemen
Keselamatan :

Apakah kebijakan keselamatan telah jelas tertulis dan diapahami oleh semua

pegawai ?
Apakah sudah ada sistem pelaporan hazard yang dapat mencegah adanya

risiko ?
Bagaimana sistem pelaporan yang dilaksanakan memberikan kontribusi

terhadap keselamatan ?
Apakah sudah ada tanggapan (feedback) pada semua level pegawai ?
Apakah training sudah dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan pegawai ?
Dan hal hal lain yang dianggap perlu untuk dilakukan evaluasi
General Manager dan Safety Management System , Quality Management &

Customer Service Department Head menentukan bagaiamana evaluasi formal


Sistem Manajemen Keselamatan akan dilaksanakan sesuai dengan kompleksitas
operasi bandar udara, kompleksitas Sistem Manajemen Keselamatan dan
Ketersediaan SDM untuk pelaksanaan evaluasi ini. Pelaksanaan evaluasi dapat
dilakukan dengan melibatkan pihak eksternal, seperti DGCA , atau pihak lain.
General Manager dan Safety Management System, Quality Management &
Customer Service Department Head Juga memantau dan mengevaluasi hasil

pelaksanaan Sistem Management Keselamatan terhadap operasional bandar


udara baik jangka panajang maupun jangka pendek , seperti :

Kemampuan untuk identifikasi hazard sebelum adanya keajaiban atau

kecelakaan
Respon terhadap perubahan aktifitas di bandara, misalnya dampak

perubahan jadwal inspeksi rutin


Aktivitas sehari-hari
Perusahaan belum melakukan evaluasi terhadap SMK3 karena Angkasa Pura

I I Gusti Ngurah Rai lebih fokus kepada ISO 14001. Hasil wawancara
menjelaskan perusahaan melakukan evaluasi internal dan eksternal terhadap
sistem keselamatan dan lingkungan

setiap setahun sekali . eksternal yang

dimaksud adalah dari Dinas Tenaga Kerja Pemerintah Kabupaten dan Dinas
Tenaga Kerja Provinsi Bali.
Hasil penelitian menunjukkan pelaksanaan pengukuran dan evaluasi
PT.Angkas Pura I I Gusti Ngurah Rai sudah sesuai dengan ketentuan yang
berlaku . Dimana di perusahaan sudah ada pelaksanaan inspeksi K3.
Perusahaan juga sudah memiliki prosedur inspeksi yang terencana.

B. Tanggap darurat
4.6 Emergency Response Plan
Berdasarkan Undang-undang No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja, pada pasal 3 ayat 1 disebutkan bahwa adanya ketetapan-ketetapan
dalam

rangka

kebakaran,

mencegah,

mengurangi

menanggulangi

bahaya

kecelakaan,

peledakan

memadamkan

serta

memberikan

kesempatan/jalur penyelamatan diri pada waktu terjadi kejadian darurat


bahaya. Oleh sebab itu PT. Angkasa Pura I Bandar Udara I Gusti Ngurah
Rai akan menerapkan kesatuan sistem baku, dalam proses menyusun,
merencanakan,
darurat.
dokumen,

menetapkan

Sistem tanggap
yang

telah

dan

darurat

melaksanakan
ini

terintegerasi

system
dalam

tanggap
bentuk

ditetapkan bersama dan digunakan sebagai

standar baku dalam penangulangan kondisi darurat. Saat ini PT. Angkasa
Pura I Bandar Udara I Gusti Ngurah Rai

sudah memiliki Airport

Emergency Plan (AEP) dan Dokumen Airport Security Program (ASP)


sebagai pedoman dalam tindakan tanggap darurat di area Bandar udara.
Dokumen AEP (Airport Emergency Plan) merupakan salah satu
dokumen wajib yang harus dimiliki bandara sesuai dengan ketentuan
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 24 Tahun 2009 tentang Peraturan
Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 139 (Civil Aviation Safety
Regulations Part 139) tentang Bandar Udara. Dokumen ini menjadi
pegangan untuk penaggulangan keadaan darurat baik didalam maupun
diluar kawasan bandar udara radisus 5 mile / 8 km. Rencana AEP ini juga
tertuang dalam pasal 219 ayat 4 Undang-undang Nomor 1 Tahun 2009
yang berbunyi bahwa untuk menjaga dan meningkatkan kinerja fasilitas,
prosedur, dan personel, Unit penyelenggara bandar udara atau badan
usaha bandar udara wajib melakukan pelatihan penanggulangan keadaan
darurat secara berkala dan Pasal 345 menyebutkan bahwa Unit
penyelenggara bandar udara dan badan usaha bandar udara wajib
membuat program penanggulangan keadaan darurat.
Dari hasil observasi maka PT. Angkasa Pura I Bandar Udara I Gusti
Ngurah Rai

telah memenuhi prasyarat dan ketentuan terhadap upaya

dalam rangka penanggulangan dan pengendalian sumber bahaya.


Prosedur dan kebijakan ini telah dikomunikasikan pada semua tenaga
kerja

secara

menyeluruh.

Segenap

upaya

pengendalian

dan

penanggulangan keadaan darurat dapat terlaksana dengan baik, karena


ditunjang dan didukung semua tenaga kerja. Hal ini merupakan wujud
kepedulian perusahaan dalam pengoptimalan sistem tanggap darurat,
dengan mengambil langkah pengkodisian bahaya sampai level terendah.
Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per-05/MEN/1996
Lampiran I disebutkan bahwa, Kebijakan keselamatan dan kesehatan
kerja adalah dibuat melalui proses konsultasi, antara pengurus dan wakil
tenaga kerja yang kemudian harus dijelaskan dan disebarluaskan kepada
semua tenaga kerja. Hal ini jelas bahwa perusahaan tersebut telah sesuai
dengan peraturan perundangundangan seperti yang disebutkan diatas.
4.7 Tim Tanggap Darurat (Emergency Respone Team)
Meskipun PT. Angkasa Pura I I Gusti Ngurah Rai belum memiliki tim
tanggap darurat tetapi mereka sudah melakukan perencanaan untuk

pembentukan tim tanggap darurat yang melibatkan seluruh department d


area kerja Bandar Udara I Gusti Ngurah Rai . Perencanaan Team tanggap
darurat ini terdiri dari beberapa kesatuan personil dari setiap departemen,
dengan diberikan penekanan peran dan tanggung jawab masing masing.
Keterlibatan setiap perwakilan departemen, merupakan kesinambungan
dalam menindaklanjuti dan optimalisasi peran. Berdasarkan Keputusan
Menteri

Tenaga

kerja

RI

No.Kep-186/MEN/1999

tentang

unit

penanggulangan kebakaran di tempat kerja, khususnya pada pasal 3


disebutkan bahwa, Pembentukan unit penanggulangan kebakaran
dengan memperhatikan jumlah tenaga kerja dan atau klasifikasi potensi
bahaya kebakaran. Berdasarkan peraturan tersebut, maka perusahaan
telah sesuai didalam merencanakan dan mempertimbangkan peran dan
jumlah tenaga kerja.
4.8 Sarana dan Prasarana Kedaruratan
Langkah pengendalian bahaya yang telah diterapkan perusahaan
adalah dengan cara menyediakan dan menempatkan sarana prasarana
proteksi dan fasilitas penunjang (jalur evakuasi dan assembly point) dalam
menghadapi kondisi darurat. Fasilitas penunjang kedaruratan yang
disediakan perusahaan adalah:
a. Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
Pihak perusahaan telah menyediakan APAR yang disesuaikan
dengan karakteristik sumber bahaya potensial di setiap tempat kerja.
Pemeriksaan APAR di area Bandar Udara dilakukan secara rutin setiap
3 bulan sekali.

Penempatan dan pemasangan alat proteksi ini,

dipasang didinding yang mudah untuk dilihat dan dijangkau setiap


tenaga kerja. Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi

No.Per-04/MEN/1980

Tentang

Syarat-Syarat

Pemasangan dan Pemeliharaan APAR, pada pasal 4 ayat 1 disebutkan


bahwa, Setiap satu/kelompok APAR harus ditempatkan pada posisi
yang mudah untuk dilihat, mudah dijangkau dan diambil serta
dilengkapi pula dengan pemberian tanda pemasangan. Hal ini berarti
pihak perusahaan telah memenuhi ketentuan dan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku dalam perundang- undangan. Berdasarkan
Peraturan

Menteri

Tenaga

Kerja

dan

Transmigrasi

No.

Per-

04/MEN/1980 Tentang Syarat-Syarat Pemasangan dan Pemeliharaan


APAR, pasal 4 ayat 4 diperjelas bahwa pemasangan dan penempatan
APAR ini harus sesuai dengan jenis dan penggolongan sumber
bahaya. Hal ini berarti perusahaan telah sesuai dengan standar
kualifikasi yang tertuang dalam peraturan tersebut.
b. Sistem Detektor dan Alarm
Sistem proteksi kebakaran di area bandara secara rutin tiap
triwulan dilakukan pengujian dan pemeriksaan. Sedangkan alarm
system pada bagian pipe production line setiap bulannya dilakukan
pengujian dan inspeksi rutin, tidak menutup kemungkinan dilakukan
pengujian

yang

disesuaikan

dengan

kebutuhan

perusahaan.

Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per-02/MEN/1983


Tentang Instalasi Alarm Kebakaran Otomatik, pasal 3 yang disebutkan
bahwa, Setiap bangunan ruangan harus dilindungi secara tersendiri
dan detektor tersebut harus dipasang pada bagian bangunan, kecuali
apabila bagian bangunan tersebut telah dilindungi sebelumnya dengan
sistem pemadam kebakaran otomatik.
c. Fasilitas Hydrant
Pemeriksaan dan pengujian fasilitas Hydrant dilakukan setiap 1
bulan. Dalam pemeriksaan dan pengujian, meliputi pemeriksaan dan
pengujian terhadap kondisi fisik, box Hydrant, valve, nozzle, kondisi
alat bantu pembuka Hydrant, serta pegujian tekanan (pressure) pompa
air.
4.9 Prosedur Sistem Tanggap Darurat
Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.Per-05/MEN/1996
Tentang

Sistem

disebutkan

Manajemen

bahwa

dalam

Keselamatan

perencanaan

dan

dan

Kesehatan

persiapan

Kerja,

penetapan

prosedur, meliputi segala aspek perencanaan dan penetapan program


peningkatan sistem tangap darurat, metode komunikasi yang akan
dilakukan, keterlibatan unsur pendukung team tanggap darurat yang
terangkum bersama dalam kebijakan dan peran tanggung jawab semua
personel. Perusahaan ini telah sesuai ketentuan peraturan dalam
Permenaker tersebut. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia No.74 Tahun 2001, pasal 24 disebutkan bahwa, Setiap orang
yang melakukan kegiatan pengelolaan B3 ataupun kegiatan berbahaya

lainnya wajib menanggulangi terjadinya kecelakaan/keadaan darurat.


Diperjelas

pula

pada

pasal

25

(a)

disebutkan

bahwa

kegiatan

isolasi/mengamankan tempat terjadinya kecelakaan adalah hal penting


diupayakan pada saat terjadi keadaan darurat. Hal ini berarti, pihak
perusahaan telah sesuai dengan ketentuan peraturan tersebut. Saat
terjadi keadaan darurat, maka tindakan pengamanan, penyelamatan dan
usaha meminimalkan kerusakan sarana prasarana perusahaan harus
dilakukan dengan sigap dan cepat. PT. Angkasa Pura I I Gusti Ngurah Rai
telah menegaskan secara tertulis dan tidak tertulis bahwa penyelamatan
diri

sendiri

dan

rekan

kerja

sangat

diutamakan,

kemudian

bila

memungkinkan, selanjutnya dapat dilakukan penyelamatan terhadap


dokumen, sarana prasarana perusahaan. Dalam hal medis PT. Angkasa
Pura I Bandar Udara I Gusti Ngurah Rai sudah memiliki Kantor Kesehatan
Pelabuhan (KKP) yang difasilitasi oleh Kementrian Tenaga Kerja. Bandar
Udara belum memiliki klinik bandara khusus untuk umum dikarenakan
menghindari dua fungsi yang bersamaan dengan KKP. Tetapi untuk pihak
perusahaan sudah memiliki jaminan kesehatan, klinik dan dokter
perusahaan.
4.10 Pelatihan dan Simulasi
Serangkain prosedur

kebijakan

tentang

pemenuhan

program

competence, trainning and awareness perusahaan, telah terintegrasi


dalam sistem manajemen training yang konkret. Dalam perencanaan dan
pelaksanaan program training, perusahaan ini telah sesuai dengan
ketentuan yang tertulis dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.Per05/MEN/1996, pada lampiran I yang disebutkan bahwa, Perusahaan
harus

mempunyai

dan

menunjukkan

komitmen

penuh

terhadap

keselamatan dan kesehatan kerja yang diwujudkan dalam system


perencanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang terkoordinasi.
Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.Per-05/MEN/1996
lampiran I disebutkan pula bahwa, Upaya pengembangan sistem yang
efektif, sangat ditentukan oleh kompetensi kerja dan pelatihan dari setiap
tenaga kerja yang bersangkutan. Kemudian kompetensi ini harus
terintegrasikan ke dalam serangkaian proses di perusahaan terkait,
dimulai dari penerimaan, penilaian kerja tenaga kerja serta dari kefektifan

pelatihan. Dalam pelaksanaannya PT. Angkasa Pura I I Gusti Ngurah Rai


telah sesuai dengan ketentuan seperti apa yang tercantum dalam
peraturan perundangan diatas Pelaksanaan program pelatihan dan
simulasi mengenai tanggap darurat di perusahaan ini, sudah bisa
diterapkan secara rutin dan berkesinambungan selama satu tahun sekali.
C. Kegiatan Tambahan Selama Magang
Dalam meningkatkan kemampuan dan memperdalam dunia kerja
khususnya bidang keselamatan dan kesehatan kerja terdapat beberapa
kegiatan yang kami ikuti selama masa magang. Selain dengan metode
konsultasi, diskusi dan wawancara, baik dengan staff safety health
enviroment, serta seluruh karyawan. Kami juga melakukan dan mengikuti
beberapa kegiatan yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja
(K3), antara lain:
4.11 Pembuatan

Ceklist

Diagnosis

Assessment

SMK3

Sebagai

Perencanaan Penerapan SMK3


1. Tujuan Kegiatan
Penilaian ceklist diagnosis assessment SMK3 dilakukan untuk
mengetahui kondisi awal SMK3 perusahaan yang nantinya hasil dari
penilaian tersebut dapat di bandingkan dengan persyaratan Standar Audit
SMK3 dan dapat di jadikan sasaran konsultasi penerapan K3 di tempat
kerja.
2. Ruang Lingkup
Kami melakukan penilaian dengan wawancara kepada bagaian SHE
dan juga melakukan observasi dilingkungan kerja.
3. Prosedur
Kegiatan

pengecekan

tersebut

dengan

cara

mengisi

lembar

pengecekan (dalam bentuk checklist) sesuai dengan point-point yang


terdapat di SMK3.
4.12 Pembuatan Desain Spanduk dan Poster
Selama masa magang kami membantu membuat desain spanduk dan
poster untuk berbagai acara. Seperti spanduk pelatihan P3K, Donor

Darah, dan juga Safety Awareness. Kami juga membantu dalam


pembuatan desain poster kamar mandi sehat yang nantinya Bandar Udara
I Gusti Ngurah Rai akan mengikuti lomba Toilet Bersih.
4.13 Update UU K3 Secara Umum dan K3LH di Bandara
Tujuan dalam updateting undang undang berkenaan dengan K3 ini
untuk memperbaharui peraturan-peraturan baik pemerintah maupun
daerah sehingga peraturan tersebut dapat ditinjau secara terstruktur.
4.14 Mengikuti Rapat Kesiapan Tanggap Darurat Kebakaran di Bandar
Udara I Gusti Ngurah Rai
Rapat ini dihadiri oleh jajaran petinggi Co GM, SMS, HRD, Security,
PK-PPK. Dalam rapat ini membahas tentang perencanaan pembentukan
tim tanggap darurat kebakaran serta perencanaan prosedur tanggap
darurat kebakaran.
4.15 Membantu dalam Pembuatan SOP Tanggap Darurat PT. Akasa Pura I
Bandar Udara I Gusti Ngurah Rai
Tujuan dalam pembuatan SOP ini sebagai pedoman dalam
mempersiapkan penanganan kondisi darurat untuk mengurangi potensi
bahaya

dan

kesiapan

tanggap

darurat

untuk

mengembangkan

kesiapsiagaan personil terkait dalam penanganan kondisi darurat. Dalam


pembuatan SOP ini kami menyusun sesuai dengan arahan dari bagain
SHE PT. Angkasa Pura I Bandar Udara I Gusti Ngurah Rai.
4.16 Mengikuti Monitoring Lapangan di Bagian Domestik dan AirSide
bersama tim SHE
Dalam melakukan monitoring lapangan ini, tim SHE melakukan
inspeksi di area Bandar Udara I Gusti Ngurah Rai dan temuan-temuan
hazard (unsafe act dan unsafe condition) yang ada didokumentasikan
serta tim SHE menanyakan langsung dengan unit bersangkutan terkait
hazard tersebut.
4.17 Melakukan HIRARC dan JSA
Tujuan dalam melakukan
mengindentifikasi

keadaan

di

HIRARC
area

dan

bandara,

JSA

adalah

dapat

menemukan

serta

mengendalikan unsafe condition unsafe act yang ada diarea kerja sesuai

dengan form hirarch. Dan juga mengidentifikasi pekerjaan dari segi


keselamatan dan kesehatan pekerja melalui JSA. HIRARC dan JSA ini
kami lakukan diarea keberangkatan domestic dan juga airside Bandar
Udara I Gusti Ngurah Rai. Yang hasilnya akan diadvokasikan ke bagaian
kepala SHE untuk ditindaklanjuti. Menciptakan tempat kerja yang aman,
nyaman, dan efisien untuk mendorong produktivitas. Tahapan Penerapan
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3). Tahapan
dari SMK3 yang dijelaskan Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012
tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (SMK3) pasal 6 meliputi :
a. penetapan kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
b. perencanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
c. pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
d. pemantauan dan evaluasi kinerja Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
e. peninjauan dan peningkatan kinerja Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3)

4.18 Inspeksi Sistem Proteksi Kebakaran Aktif


Tujuan dalam melakukan inspeksi sistem proteksi kebakaran aktif
adalah memantau keadaan sistem proteksi yaitu meliputi APAR, HIDRAN,
Sprinkler dan Smoke detector/Heat detector. Inspeksi ini dilakukan juga
untuk pengecekan kesesuaian pemasangan dengan aturan sesuai dengan
aturan-aturan resmi K3 (Ukuran box HINDRA, jarak tinggi APAR dengan
lantai, jarak antara HIDRAN, jarak smoke detector).
Dari hasil observasi dapat disimpulkan alat proteksi yang ada di
bandara sudah sesuai dengan peraturan SNI, NAFP dan peraturan
pemerintah. Sehingga untuk selanjutnya dapat dilakukan pemantauan
berkala.

You might also like