You are on page 1of 51

1

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Usaha pertambangan telah memberikan harapan bagi banyak pihak baik di
lingkup nasional, daerah dan swasta. Sejak berlakunya otonomi daerah,
pemerintah di tingkat propinsi dan kabupaten berusaha untuk memperoleh
wewenang mengelola sumber-sumber mineral ini. Simanjuntak (2002) mengamati
bahwa pada tahun 2002, desentralisasi di sektor pertambangan memberi peluang
kepada pemerintah daerah dan individu-individu untuk terlibat langsung dalam
pengelolaan

sumber-sumber

mineral

tersebut.

Simanjuntak

(2002)

juga

menemukan bahwa walaupun sebagian infrastruktur yang dibutuhkan (hukum,


teknis dan modal) belumlah siap, pemerintah daerah nampaknya tidak ingin
kehilangan kesempatan.
Kecamatan Moramo Utara yang terletak di Kabupaten Konawe Selatan
merupakan salah satu kawasan yang memiliki banyak gunung batu, sumberdaya
hutan, laut, dan objek wisata. Dengan banyaknya potensi alam yang dimiliki oleh
Kecamatan Moramo Utara ini menjadikannya sebagai salah satu kawasan yanag
strategis dan menarik untuk di teliti. Tidak heran banyak pengunjung dari
Kecamatan lain yang datang ke Kecamatan Moramo Utara. Moramo Utara sendiri
terdiri dari beberapa desa yaitu, desa Puasana, Lalowaru, Tanjung tiram, Wawatu,
Mata Wawatu, Sanggula, Mekar jaya, Pundedao, Lamokula, dan Mata iwoi.
Kelebihan yang dimiliki oleh Kecamatan Moramo Utara adalah banyaknya
gunung batu yang tersebar disebagian besar wilayah Moramo Utara. Adapun desa-

desa yang di dalamnya terdapat gunung batu antara lain: Desa Wawatu, Mata
Wawatu, Sanggula, Mekar Jaya, Lamokula.
Salah satu desa yang masyarakatnya bekerja mengolah batu adalah di Desa
Wawatu. Keberadaan pengolahan batu gelondongan di Desa Wawatu Kecamatan
Moramo Utara tersebut dalam memenuhi kebutuhan permintaan yang ada
tentunya didukung oleh masyarakat setempat. Hal ini dikarenakan gunung batu
yang tersebar di desa-desa tersebut sebagian besar dimiliki oleh masyarakat
setempat, mereka kemudian berinisiatif untuk mengelola gunung tersebut melihat
adanya potensi pasar terhadap penjualan batu khususnya batu gelondongan.
Berdasarkan observasi awal pada Bulan Desember 2015 Masyarakat di
Lokasi Pekerja tambang menyatakan bahwa pada tahun 90-an Pekerja pemecah
batu di Desa Wawatu Kecamatan Moramo Utara Kabupaten Konawe Selatan
mengungkapkan yang pertama kali memulai usaha ini adalah orang tua mereka
(Nenek moyang). Kegiatan ini masih berlangsung awalnya melalui usaha
pengolahan tambang rakyat sampai sekarang dan justru semakin berkembang
dengan banyaknya didirikan pabrik pengolahan batu menggunakan mesin
pemecah batu gelondongan. Sampai saat ini Kecamatan Moramo Utara tetap
mampu bertahan sebagai salah satu kawasan penambangan batu galian C untuk
memenuhi seluruh kebutuhan batu gelondongan untuk keperluan pembangunan
infrastruktur pembangunan di seluruh wilayah Sulawesi Tenggara khususnya.
Banyaknya usaha pengolahan bahan galian C ini menunjukan bahwa sektor
ini menjadi tumpuan kehidupan masyarakat. Usaha pengolahan batu melibatkan
masyarakat sekitar lokasi tambang, baik itu dari pengusaha lokal, maupun

masyarakat sekitar. Usaha pengolahan batu tidak hanya ditekuni oleh kaum lakilaki namun justru banyak ditekuni oleh kaum wanita khususnya ibu-ibu rumah
tangga bahkan tidak sedikit anak-anak yang dilibatkan dalam pekerjaan tersebut.
Selain sebagai ibu rumah tangga, kaum wanita ini ikut berpartisipasi membantu
perekonomian keluarga sebagai pekerja tambang batu yakni pemecah batu
gelondongan. Kaum wanita ini ikut juga melibatkan anak-anak dalam membantu
pekerjaan mereka agar sesuai target yang diharapkan dalam satu hari kerja. Salah
satunya adalah memecahkan dan memisahkan serta mengisi penuh arko dengan
batu gelondongan dalam bentuk pecahan kecil (batu split). Hal ini dilakukan
karena keterbatasan tenaga dan usia pekerja wanita dibandingkan tenaga kerja
pria.
Berdasarkan uraian latar belakang sehingga menjadi menarik bagi penulis
untuk mengkaji bagaimana sebenarnya karakteristik dan tingkat motivasi pekerja
tambang batu di Desa Wawatu Kecamatan Moramo Utara Kabupaten Konawe
Selatan.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah dalam
penelitian ini, yaitu:
1. Bagaimana karakteristik pekerja tambang batu di Desa Wawatu Kecamatan

Moramo Utara Kabupaten Konawe Selatan?


2. Bagaimana tingkat motivasi pekerja tambang batu di Desa Wawatu
Kecamatan Moramo Utara Kabupaten Konawe Selatan?

3. Apa saja yang memotivasi pekerja tambang batu di Desa Wawatu Kecamatan

Moramo Utara Kabupaten Konawe Selatan?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian


Tujuan penelitian ini, yaitu:
1. Untuk mengetahui karakteristik pekerja tambang batu di Desa Wawatu

Kecamatan Moramo Utara Kabupaten Konawe Selatan.


2. Untuk mengetahui tingkat motivasi pekerja tambang batu di Desa Wawatu

Kecamatan Moramo Utara Kabupaten Konawe Selatan?


3. Untuk mengetahui motivasi pekerja untuk bekerja di usaha pengolahan

tambang batu di Desa Wawatu Kecamatan Moramo Utara Kabupaten Konawe


Selatan.
Adapun kegunaan yang dapat diambil dari penelitian ini, antara lain:
1. Pelaku Usaha Tambang, sebagai bahan informasi tentang karakteristik dan
motivasi pekerja tambang pada usaha kegiatan penambangan batu.
2. Peneliti, dapat mempertajam kemampuan analitik dalam memahami masalahmasalah tentang karakteristik dan motivasi pekerja tambang pada usaha
kegiatan penambangan batu.
3. Pembaca, hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi kalangan
akademisi sebagai informasi terhadap penelitian selanjutnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA


A. Karakteristik

Manusia merupakan motor penggerak sumber daya yang ada dalam rangka
aktifitas dan rutinitas dari sebuah organisasi atau perusahaan. Sebagaimana
diketahui sebuah organisasi atau perusahaan, didalamnya terdiri dari berbagai
macam individu yang tergolong dari berbagai status yang mana status tersebut
berupa pendidikan, jabatan dan golongan, pengalaman, jenis kelamin, status
perkawinan, tingkat pengeluaran, serta tingkat usia dari masing-masing individu
tersebut (Hasibuan, 2000 dalam Rahman, A., 2013). Manusia selalu berperan
aktif dan dominan dalam setiap kegiatan organisasi karena manusia menjadi
perencana dan penentu terwujudnya tujuan organisasi. Didalam suatu perusahaan
faktor manusia sebagai tenaga kerja merupakan sumber daya yang sangat penting,
karena manusia itulah yang akan membawa arah perkembangan suatu perusahaan.
Manusia dalam menyelesaikan suatu pekerjaan, mereka mempunyai motivasi
yang berbeda-beda.
Karakteristik merupakan ciri atau sifat yang berkemampuan untuk
memperbaiki kualitas hidup, sedangkan karakteristik individu adalah ciri khas
yang menunjukkan perbedaan seseorang tentang motivasi, inisiatif, kemampuan
untuk tetap tegar menghadapi tugas sampai tuntas atau memecahkan masalah atau
bagaimana menyesuaikan perubahan yang terkait erat dengan lingkungan yang
mempengaruhi kinerja individu. Seseorang sempat dipengaruhi oleh karakteristik
individunya baik ketika sebagai manajer ataupun sebagai bawahan yang
kontribusinya dalam pengambilan keputusan dan bertindak yang sangat erat
kaitannya dengan kinerja organisasi. Adapun yang mempengaruhi individu
tersebut antara lain: umur, jenis kelamin, pengalaman. Karakteristik yang akan

diteliti menurut (Gibson, 1996 dalam Dalimunthe, 2002 dalam Rahman, A.,
2013).
a. Umur
Pekerja yang lebih muda cenderung mempunyai fisik yang kuat, hubungan
kinerja dengan umur sangat erat kaitannya, alasannya adalah adanya keyakinan
yang meluas bahwa kinerja merosot dengan meningkatnya usia. Pada pekerja
yang berumur tua juga dianggap kurang luwes dan menolak teknologi baru.
Namun di lain pihak ada sejumlah kualitas positif yang ada pada karyawan yang
lebih tua, meliputi pengalaman, pertimbangan, etika kerja yang kuat, dan
komitmen terhadap mutu pekerja yang lebih muda cenderung mempunyai fisik
yang kuat, sehingga diharapkan dapat bekerja keras dan pada umumnya mereka
belum berkeluarga atau bila sudah berkeluarga anaknya relatif masih sedikit.
Tetapi pekerja yang lebih muda umumnya kurang berdisiplin, kurang bertanggung
jawab dan sering berpindah-pindah pekerjaan dibandingkan pekerja yang lebih tua
(Nitisemito, A.S., 1992).
b. Jenis Kelamin
Tidak ada perbedaan yang konsisten antara pria dan wanita dalam
kemampuan memecahkan masalah, ketrampilan analisis, dorongan kompetitif,
motivasi, sosiabilitas, atau kemampuan belajar. Namun studi-studi psikologi telah
menemukan bahwa wanita lebih bersedia untuk mematuhi wewenang, dan pria
lebih agresif dan lebih besar kemungkinannya daripada wanita dalam memiliki
pengharapan untuk sukses. Bukti yang konsisten juga menyatakan bahwa wanita
mempunyai tingkat kemangkiran yang lebih tinggi daripada pria.

c. Pengalaman
Faktor yang dapat mempengaruhi pengalaman kerja seseorang adalah waktu,
frekuensi, jenis tugas, penerapan, dan hasil (Kreitner dan Kinicki 2004).
Penjabaran mengenai masing-masing yang dapat mempengaruhi pengalaman
kerja adalah sebagai berikut:
1. Waktu
Semakin lama seseorang melaksanakan tugas akan memperoleh pengalaman
kerja yang lebih banyak.
2. Frekuensi
Semakin sering melaksanakan tugas sejenis umumnya orang tersebut akan
memperoleh pengalaman kerja yang lebih baik.
3. Jenis tugas
Semakin banyak jenis tugas yang dilaksanakan oleh seseorang maka
umumnya orang tersebut akan memperoleh pengalaman kerja yang lebih
banyak.
4. Penerapan
Semakin banyak penerapan pengetahuan, keterampilan, dan sikap seseorang
dalam melaksanakan tugas tentunya akan dapat meningkatkan pengalaman
kerja orang tersebut.
5. Hasil
Seseorang yang memiliki pengalaman kerja lebih banyak akan dapat
memperoleh hasil pelaksanaan tugas yang lebih baik.

Secara teoritis karakteristik individual mencakup sejumlah sifat dasar yang


melekat pada individu tertentu. Menurut Winardi (2004) dalam Rahman, A.,
(2013), karakteristik individual mencakup sifat-sifat berupa kemampuan dan
keterampilan; latar belakang keluarga, sosial penduduk, dan pengalaman; umur,
bangsa, jenis kelamin dan lainnya yang mencerminkan sifat demografis tertentu;
serta karakteristik psikologis yang terdiri dari persepsi, sikap, kepribadian, belajar,
dan motivasi.

B. Motivasi
B.1 Pengertian Motivasi
Motivasi berasal dari kata motif yang berarti dorongan atau daya
penggerak yang ada dalam diri seseorang yang menyebabkan seseorang
melakukan suatu tindakan atau aktifitas (Herijulianti, Indriani, Artini, 2001).
Motivasi adalah daya pendorong yang mengakibatkan seseorang mau dan
rela untuk mengerahkan kemampuan dalam bentuk keahlian atau keterampilan
tenaga dan waktunya untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yang menjadi
tanggung jawabnya dan menuaikan kewajibannya dalam rangka pencapaian
tujuan dari berbagai sasaran yang telah ditentukan sebelumnya (Siagian, 1998).
Motivasi berasal dari bahasa latin mevore berarti menggerakkan yaitu
kekuatan psikologis yang menggerakkan seseorang ke arah beberapa jenis
tindakan dan sebagai suatu kesediaan untuk menerima pembelajaran dengan
kesiapan sebagai bukti dari motivasi, dengan hasil faktor internal dan faktor

eksternal dan bukan hasil manipulasi eksternal saja (Haggard, Redman, Kort,
dalam Bastable, 2001).
B.2 Tujuan Motivasi
Secara umum tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan seseorang agar
timbul keinginan dan kemauan untuk melakukan sesuatu sehingga dapat
memperoleh hasil dan mencapai tujuan (Taufik, 2007).
Setiap tindakan motivasi seseorang mempunyai tujuan yang akan dicapai.
Makin jelas tujuan yang diharapkan atau akan dicapai, maka semakin jelas pula
bagaimana tindakan memotivasi itu dilakukan. Tindakan memotivasi akan lebih
dapat berhasil apabila tujuannya jelas dan didasari oleh yang dimotivasi. Oleh
karena itu, setiap orang yang akan memberikan motivasi pada seseorang harus
mengenal dan memahami benar-benar latar belakang kehidupan, kebutuhan serta
kepribadian orang yang akan dimotivasi (Taufik, 2007).
B.3 Fungsi Motivasi
Secara umum tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan seseorang agar
timbul keinginan dan kemauan untuk melakukan sesuatu sehingga dapat
memperoleh hasil dan mencapai tujuan (Taufik, 2007).
Setiap tindakan motivasi seseorang mempunyai tujuan yang akan dicapai.
Makin jelas tujuan yang diharapkan atau akan dicapai, maka semakin jelas pula
bagaimana tindakan memotivasi itu dilakukan. Tindakan memotivasi akan lebih
dapat berhasil apabila tujuannya jelas dan didasari oleh yang dimotivasi. Oleh
karena itu, setiap orang yang akan memberikan motivasi pada seseorang harus

10

mengenal dan memahami benar-benar latar belakang kehidupan, kebutuhan serta


kepribadian orang yang akan dimotivasi (Taufik, 2007).
B.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi
Menurut Ardana, dkk. (2008) dalam Setiawan, A. dan Bodroastuti, T.
(2012), banyak pakar yang telah menulis tentang berbagai faktor yang
mempengaruhi motivasi seseorang yang masing-masing punya aksentuasi
tersendiri, tetapi bila dipilah faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:
1) Karakteristik Individu
a. Minat.
b. Sikap terhadap diri sendiri, pekerjaan, dan situasi pekerjaan.
c. Kebutuhan individual.
d. Kemampuan dan kompentensi.
e. Pengetahuan tentang pekerjaan.
f. Emosi, suasana hati, perasaan keyakinan dan nilai-nilai.
2) Faktor-Faktor Pekerjaan
a. Faktor lingkungan pekerjaan yaitu: 1) Gaji dan benefit yang diterima. 2)
Kebijakan-kebijakan perusahaan. 3) Supervisi. 4) Hubungan antar
manusia. 5) Kondisi pekerjaan seperti jam kerja, lingkungan, fisik dan
sebagainya. 6) Budaya organisasi.
b. Faktor dalam pekerjaan yaitu: (1) Sifat pekerjaan. (2) Rancangan tugas
atau pekerjaan. (3) Pemberian pengakuan terhadap prestasi. (4) Tingkat
atau besarnya tanggung jawab yang diberikan. (5) Adanya perkembangan
dan kemajuan dalam pekerjaan. (6) Adanya kepuasan pekerjaan.
Saydan dalam Sayuti (2007) menyebutkan motivasi kerja seseorang di
dalam melaksanakan pekerjaannya dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor
internal yang berasal dari proses psikologis dalam diri seseorang, dan faktor
eksternal yang berasal dari luar diri (environment factors).

11

Menurut J. Ravianto (1985) dalam Handoko, J., (2015), faktor internal


adalah faktor yang berasal dari pekerja itu sendiri.

Faktor-faktor tersebut

meliputi:
a. Pendidikan
Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaaan
sekelompok orang yang diajarkan dari satu generasi ke generasi berikutnya
melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian.

Pendidikan sering terjadi

dibawah orang lain, tetapi juga memungkinkan secara otodidak (KBBI).


b. Keterampilan
Menurut Gordon (1994), pengertian keterampilan adalah kemampuan untuk
mengoperasikan pekerjaan secara mudah dan cermat. Pengertian ini biasanya
cenderung pada aktivitas psikomotor. Sedangkan menurut Nadler (1986),
pengertian keterampilan (skill) adalah keinginan yang memerlukan praktek
atau dapat diartikan sebagai implikasi dari aktivitas.
Menurut Robbins (2000) pada dasarnya keterampilan dapat dikategorikan
menjadi empat, yaitu:
a. Basic Literacy Skill
Keahlian dasar merupakan keahlian seseorang yang pasti dan wajib
dimiliki oleh kebanyakan orang, seperti membaca, menulis dan
mendengar.
b. Technical Skill
Keahlian teknik merupakan keahlian seseorang dalam pengembangan
teknik yang dimiliki, seperti menghitung secara tepat, mengoperasikan
computer.
c. Interpersonal Skill
Keahlian interpersonal merupakan kemampuan seseorang secara efektif
untuk berinteraksi dengan orang lain maupun rekan kerja, seperti

12

pendengar yang baik, menyampaikan pendapat secara jelas dan bekerja


dalam satu tim,
d. Problem Solving
Menyelesaikan masalah adalah proses aktivitas untuk menajamkan logika,
beragumentasi dan penyelesaian masalah serta kemampuan untuk
mengetahui penyebab, mengembangkan alternatif dan menganalisa serta
memilih penyesaian yang baik.
c. Sikap dan Atas Pekerjaan
Sikap (attitude) didefinisikan oleh Robbins (2007) sebagai pernyataan
evaluatif, baik yang menyenangkan maupun tidak menyenangkan terhadap
objek, individu atau peristiwa. Hal ini mencerminkan bagaimana perasaan
seseorang tentang sesuatu. Sementara Kreitner dan Kinicki (2005)
mendefinisikan sikap sebagai kecenderungan merespon sesuatu secara
konsisten untuk mendukung atau tidak mendukung dengan memperhatikan
objek tertentu.
Setyobroto (2004) merangkum batasan sikap dari berbagai ahli
psikologi sosial diantaranya pendapat G.W. Alport, Guilford, Adiseshiah dan
John Faryy, serta Kerlinger yaitu:
1. Sikap bukan pembawaan sejak lahir
2. Dapat berubah melalui pengalaman
3. Merupakan organisasi keyakinan-keyakinan
4. Merupakan kesiapan untuk bereaksi
5. Relatif bersifat tetap
6. Hanya cocok untuk situasi tertentu
7. Selalu berhungan dengan subjek dan objek tertentu
8. Bervariasi dalam kualitas dan intensitas
9. Meliputi sejumlah kecil atau banyak item
10. Mengandug komponen kognitif, afektif dan komatif

13

1. Faktor Eksternal (Saydan dalam Sayuti, 2007), terdiri dari:


a. Kondisi Lingkungan Kerja.
Lingkungan kerja adalah keseluruhan sarana dan prasarana kerja
yang ada di sekitar karyawan yang sedang melakukan pekerjaan yang
dapat mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan itu sendiri. Lingkungan
pekerjaan meliputi tempat bekerja, fasilitas dan alat bantu pekerjaan,
kebersihan, pencahayaan, ketenangan, termasuk juga hubungan kerja
antara orang-orang yang ada di tempat tersebut
b. Kompensasi yang Memadai.
Kompensasi yang memadai merupakan alat motivasi yang paling
ampuh bagi perusahaan untuk memberikan dorongan kepada para
karyawan untuk bekerja secara baik.

Menurut Mathis dan Jackson

(2006), penghargaan nyata yang diterima karyawan karena bekerja adalah


dalam bentuk gaji, insentif, dan tunjangan. Satu hal yang penting terhadap
retensi karyawan adalah mempunyai kompensasi kompetitif artinya
harus dekat dengan apa yang diberikan oleh perusahaan yang lain dan apa
yang diyakini oleh karyawan sesuai dengan kapabilitas, pengalaman dan
kinerjanya, apabila tidak dekat perputaran akan lebih tinggi.
Raymond (2001) menyatakan bahwa perusahaan menerima
keuntungan dari pekerja ketika ada perbedaan antara gaji dan insentif
yang diterima. Bagaimanapun kondisi maksimum jarang diraih dengan
gaji dan insentif yang rendah. Upah yang rendah tidak akan
membangkitkan motivasi para pekerja dan pengalaman mengindikasikan
bahwa motivasi meningkat ketika upah naik.
c. Jaminan Atas Pekerjaan

14

Karir adalah rangkaian posisi yang berkaitan dengan kerja yang


ditempati seseorang sepanjang hidupnya. Para karyawan mengejar karir
untuk dapat memenuhi kebutuhan individual secara mendalam.
Setiap orang akan bersedia untuk bekerja secara keras dengan
mengorbankan apa yang ada pada dirinya untuk perusahaan, kalau yang
bersangkutan merasa ada jaminan karir yang jelas dalam melakukan
pekerjaan. Hal ini akan dapat terwujud bila perusahaan dapat memberikan
jaminan karir untuk masa depan, baik berupa promosi jabatan, pangkat,
maupun jaminan pemberian kesempatan dan penempatan untuk dapat
mengembangkan potensi yang ada pada diri karyawan tersebut.

C. Pertambangan
Pertambangan adalah suatu kegiatan yang meliputi pengambilan dan
persiapan untuk pengolahan lanjutan dari benda padat, benda cair, dan gas.
Pertambangan dapat dilakukan di atas permukaan bumi (tambang terbuka)
maupun di bawah tanah (tambang dalam) termasuk penggalian, pengerukan, dan
penyedotan dengan tujuan mengambil benda padat, cair atau gas yang ada di
dalamnya. Hasil kegiatan ini antara lain, minyak dan gas bumi, batubara, pasir
besi, bijih timah, bijih nikel, bijih bauksit, bijih tembaga, bijih emas dan perak,
dan bijih mangan (Badan Pusat Statistik Kabupaten Konawe Selatan, 2015).
Menurut Wijayanto (2014), bahan galian atau barang tambang dapat
diklasifikasikan menjadi beberapa macam, yaitu:
1. Berdasarkan kedudukannya dalam industri
a. Mineral bahan bakar (fuels)

15

Contohnya: minyak bumi, batubara, dan bahan radiokatif.


b. Mineral industri
Contohnya: pasir kuarsa, tanah liat, batu gamping, gips, dan batu apung.
c. Mineral bijih logam (ore)
Contohnya: bijih besi, bijih emas, bijih perak, timah, dan bijih tembaga.
2. Berdasarkan cara terbentuknya
a. Bahan galian hasil pengayaan sekunder, yaitu bahan galian yang
b.

terkonsentrasi karena proses pelarutan pada batuan hasil pelapukan.


Bahan galian hasil pengendapan, yaitu bahan galian yang terkonsentrasi
karena pengendapan di dasar sungai atau genangan air yang terjadi

melalui proses pelapukan.


c. Bahan galian magmatik, adalah bahan galian yang terjadi dari magma
yang terdapat di dalam bumi.
d. Bahan galian pegmatik, adalah bahan galian yang terbentuk di dalam
diaterma dan dalam bentuk intrusi. Contohnya adalah timah putih di
Bangka Belitung.
e. Bahan galian hidrotermal, adalah bahan galian yang terbentuk melalui
resapan magma cair yang membeku terakhir di celah-celah struktur
lapisan bumi. Contohnya bijih perak dan emas yang terdapat dekat dengan
permukaan bumi, terjadi karena terbawa oleh magma cair melalui celahcelah dan setelah cairannya menguap, ia tinggal di dalam gang.
f. Bahan galian metamorphosis kontak, adalah bahan galian berupa batuan
sekitar magma, yang karena bersentuhan dengan magma berubah menjadi
mineral yang memiliki nilai ekonomi.
3. Berdasarkan kepentingan bagi negara
a. Golongan A

16

Bahan galian golongan A merupakan bahan galian yang mempengaruhi


perekonomian negara dan strategi bagi pertahanan dan keamanan.
Contohnya minyak bumi, batubara, besi, nikel, timah putih dan
aluminium. Biasanya bahan galian golongan A dikelola oleh negara.
b. Golongan B
Bahan galian golongan B merupakan bahan galian yang menjamin hajat
hidup orang banyak. Contohnya emas, perak, permata, intan, mika, dan
seng.

c. Golongan C
Bahan galian golongan C merupakan bahan galian yang digunakan untuk
bahan baku industri. Contohnya pasir, batu kapur, tanah liat, dan gips.
4. Berdasarkan asal-usul terjadinya
a. Mineral organik
Mineral organik adalah mineral yang terbentuk dari sisa-sisa organisme
yang telah mati karena terpengaruh oleh proses fisika, kimia, dan mekanik
yang akhirnya menjadi bahan tambang. Contohnya minyak bumi dan
batubara.
b. Mineral anorganik
Mineral anorganik adalah mineral yang terbentuk dari berbagai proses
mineralisasi senyama anorganik dan proses kimia fisika dalam magma.
Contohnya emas, perak, timah, besi, seng, dan nikel.
Menurut Dibyo, S. dan Ruswanto (2015), sumber daya alam yang tidak
dapat diperbarui sebagian besar didapat dari bahan galian. Bahan galian memiliki

17

jenis dan klasifikasi tersendiri.

Menurut cara pembentukannya, bahan galian

dibedakan menjadi sebagai berikut.


1) Bahan galian pegmatit, terbentuk di dalam saluran gunung api dan dalam
bentuk intruksi (gang, apofisa).
2) Bahan galian magnetit, berasal dari magma dan terdapat di dekat dapur
magma.
3) Bahan galian hasil metamorfosis kontak, yaitu batuan di sekitar magma yang
bersentuhan dengan magma.
4) Bahan galian hidrotermal, yaitu resapan magma cair yang membeku di celahcelah struktur lapisan bumi atau pada lapisan yang bersuhu relatif rendah.
5) Bahan galian hasil pengendapan, yaitu bahan galian yang ter konsentrasi
karena pengendapan di dasar sungai atau genangan air melalui proses
pelarutan atau tidak.
6) Bahan galian hasil pengayaan sekunder, yaitu bahan galian yang
terkonsentrasi karena proses pelarutan pada batuan hasil dari pelapukan.
Konsentrasi dapat terjadi di tempat asal batuan tersebut karena bagian
campurannya larut dan terbawa air.
Sesuai pedoman Departemen Pertambangan dan Energi menggolongkan
mineral ke dalam 3 kelompok sesuai PP No 27 tahun 1980, yaitu: (1) Kelompok A
(mineral strategik), hanya dapat ditambang oleh Pemerintah, tetapi perusahaan
domestik dan asing dapat mengadakan Join Venture dengan perusahaan
Pemerintah. Kelompok ini meliputi: minyak bumi, gas alam, batu bara, mineral
radio aktif, nikel, cobalt dan timah. (2) Kelompok B (mineral vital), dapat
ditambang oleh BUMN, BUMS, koperasi maupun pribadi warga Negara.
Kelompok ini meliputi; besi, mangan, berlian, seng, emas, perak bauksit, yodium
dan belerang. (3) Kelompok C (mineral lain), hanya dapat ditambang oleh

18

perusahaan swasta nasional.

Perusahaan asing dapat memberi dana dan

mengadakan kontrak pembelian. Kelompok ini meliputi; gampling, tanah liat,


asbestos, pasir kerikil, marmer, granit dan magnesit.
Menurut Dibyo, S. dan Ruswanto (2015), dalam Undang Undang No. 11
Tahun 1976 tentang Pertam bangan di Indonesia mengacu PP No. 25 Tahun 2000,
secara rinci telah menjelaskan mengenai kewenangan pemerintah dan provinsi
sebagai daerah otonomi termasuk di bidang pertambangan terdapat klasifikasi
bahan galian menurut kepentingannya bagi pemerintah, yaitu sebagai berikut.
1) Golongan A, yaitu golongan bahan galian yang strategis. Artinya bahan galian
tersebut penting untuk pertahanan/keamanan Negara atau untuk menjamin
perekonomian negara. Contoh: semua jenis batu bara, minyak bumi, bahan
radioaktif tambang aluminium (bauksit), timah putih, mangaan, besi, dan
nikel.
2) Golongan B, yaitu golongan galian yang vital, yang dapat menjamin hajat
hidup orang banyak. Contoh: emas, perak, magnesium, seng, wolfram, batu
permata, mika, dan asbes.
3) Golongan C, yaitu bahan galian yang tidak termasuk ke dalam golongan A
maupun B.
Dalam proses penambangan bahan galian golongan C untuk keperluan batu
gelondongan, split, dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:
1. Sistem penambangan adalah sistem penambangan terbuka (open cut);
2. Pembukaan atau pembersihan lahan (land clearing) dilakukan secara bertahap,
artinya hanya bagian lahan yang akan langsung atau segera ditambang saja
yang dibersihkan;

19

3. Setelah pembersih atau pembabatan, maka tanah pucuk (top soil) yang
berhumus dan biasanya subur tidak dibuang bersama-sama dengan tanah
penutup (over bulden/interburden) yang biasanya tidak subur, melainkan harus
disingkirkan dengan cara menimbun ditempat aman, kemudian ditanam
dengan areal lahan yang tersedia;
4. Pada saat mengupas tanah penutup (stripping of burden) tidak dibuang kearah
lembah yang curam yang akan berakibat memperbesar jumlah tanah yang
akan terbawa air sebagai lumpur dan menurunkan kemantapan lereng (slope
stability). Bila tumpukan tanah tersebut berada ditempat penimbunan yang
relatif datar, maka tumpukan harus diusahakan berbentuk jenjang dengan tidak
melebihi 1 meter;
5. Membuat jalan tambang dengan lebar dan kemiringan yang sesuai dengan
kestabilan lereng dan keselamatan lalu lintas alat muat dan alat angkut;
6. Lereng galian dibuat secara berjenjang dengan perbandingan 2 : 1 hingga 3 : 1
dengan kemiringan tidak melebihi 45 dan disesuaikan dengan bentuk
topografi;
7. Penggalian akan diakhiri pada ketinggian yang sama dengan dataran
sekelilingnya.
Menurut Dwiprasetyo, P. (2014), jenis batu galian tambang terbagi atas:
1. Batu Gelondongan
2. Batu Kubus
Cocok untuk industri marmer, mozaik kualitas ekspor, batu alam, batu hias;
tersedia tiga warna: biru, abu-abu, krem.

20

3. Batu Gajah
Cocok untuk penimbunan daerah-daerah rawa atau bibir pantai, penahan
ombak, reklmasi pantai dan pembuatan dermaga sederhana dan untuk batu
pondasi, dsb.
4. Base Course (Lapisan Kedua)
Cocok untuk lapisan kedua/ketiga dari suatu areal yang akan ditimbun,
dimana tanah dasarnya sudah cukup stabil.
5. Split Stone/Batu Pecah
Cocok untuk dasar badan jalan, penutup/pemberat pipa di dasar laut,
pengecoran lantai kerja, pengecoran/pembetonan horizontal, pengecoran
segala macam konstruksi mulai dari yang ringan sampai konstruksi berat,
seperti: jalan tol, gedung bertingkat, landasan pesawat udara, bantalan kereta
api, pelabuhan dan dermaga, tiang pancang dan jembatan, coastal road, dsb.
6. Agregat A, B
Material jenis adalah campuran batu split, abu batu dan pasir, yang dicampur
berdasarkan permintaan/kebutuhan proyek dan tergantung kebutuhannya.

D. Penelitian Terdahulu
Dalam kajian pustaka akan diulas tentang hasil-hasil penelitian terdahulu
yang memiliki isi atau relevansi dengan penelitian yang akan dilakukan, hal
tersebut sebagai acuan dan sebagai pembanding untuk mencari perbedaanperbedaan agar tidak terjadi adanya duplikasi. Beberapa penelitian sejenis yang
telah dilakukan sebelumnya, antara lain: Berdasarkan penelitian yang dilakukan
Vitasari, R. N., 2012 tentang Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Motivasi Kerja Pada Tim Pengeboran Eksplorasi Emas PT X. Motivasi kerja

21

pada tenaga kerja sangat mempengaruhi tingkat produktivitas perusahaan.


Dengan motivasi kerja yang tinggi diharapkan setiap tenaga kerja mau bekerja
keras dan antusias untuk mencapai produktivitas kerja yang tinggi. Penelitian
ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan
motivasi kerja pada tenaga kerja pengeboran Tim Eksplorasi Emas PT X.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa karakteristik individu pada tenaga
kerja pengeboran Tim Eksplorasi Emas PT X, yang meliputi: usia tenaga kerja
dengan usia muda sebesar 75%, masa kerja lama sebesar 63,6%, tingkat
pendidikan mayoritas tingkat lanjut sebesar 63,6%, status perkawinan
mayoritas adalah sudah menikah sebanyak 61,4%, tempat tinggal mayoritas
tinggal di camp/mess sebanyak 54,5%.

Tingkat prestasi kerja, pengakuan,

tanggung jawab, gaji/upah, kondisi kerja, supervisi dan motivasi kerja pada Tim
Pengeboran Eksplorasi Emas PT X yaitu sebagai berikut prestasi kerja rendah
(59,1%); pengakuan buruk (45,5%); tanggung jawab rendah (45,5%); gaji
rendah (59,1%); kondisi kerja buruk (36,4%), supervisi buruk (43,2%) serta
motivasi kerja rendah (54,5%).
Ada hubungan antara umur (p value = 0,036), tingkat pendidikan (p value
= 0,007), status perkawinan (p value = 0,020), tempat tinggal (p value = 0,002),
prestasi kerja (p value = 0,019), pengakuan (p value = 0,001), gaji (p value =
0,003), kondisi kerja (p value = 0,007), supervisi (p value = 0,001) dengan
motivasi kerja pada tim pengeboran eksplorasi emas PT X.

Tidak ada

hubungan antara masa kerja (p value = 0,277), tanggung jawab (p value =


0,204) dengan motivasi kerja pada tim pengeboran ekplorasi emas PT X.

22

Berdasarkan penelitian Wakano, M.A. (2014) yang berjudul Pengaruh


Budaya Perusahan, Motivasi, dan Keselamatan Kerja Terhadap Kinerja
Karyawan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh budaya
perusahan, motivasi, dan keselamatan kerja terhadap kinerja karyawan. Hasil
penelitian menunjukan bahwa secara parsial membuktikan budaya perusahan,
motivasi, dan keselamatan kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan pada PT.
Aneka Tambang, Tbk. Buli. Disarankan kepada perusahan untuk selalu
memberikan kenaikan gaji, mengembangkan keterampilan dan kemampuan pada
karyawan agar karyawan lebih meningkatkan kinerja dan menguntungkan bagi
perusahan.
Penelitian Rahman, A. (2013) yang berjudul Pengaruh Karakteristik
Individu, Motivasi dan Budaya Kerja terhadap Kinerja Pegawai pada Badan
Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan Kabupaten Donggala.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh karakteristik individu,
motivasi, budaya kerja terhadap kinerja karyawan di keluarga berencana dan
pemberdayaan perempuan di Kabupaten Donggala. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa (1) Variabel penelitian yaitu karakteristik individu, motivasi, budaya kerja
berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan dalam perencanaan keluarga
dan wanita lembaga pemberdayaan. (2) Karakteristik individu berpengaruh
signifikan terhadap kinerja Suami keluarga berencana dan perempuan lembaga
pemberdayaan karyawan. (3) Motivasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja
karyawan dalam perencanaan dan wanita badan Pemberdayaan Keluarga. (4)
Budaya kerja memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja karyawan di

23

keluarga berencana dan perempuan lembaga pemberdayaan di Kabupaten


Donggala.

E. Kerangka Pikir
Karakteristik manusia merupakan ciri atau sifat yang berkemampuan untuk
memperbaiki kualitas hidup, sedangkan karakteristik individu manusia adalah ciri
khas yang menunjukkan perbedaan seseorang tentang motivasi, inisiatif,
kemampuan untuk tetap tegar menghadapi tugas sampai tuntas atau memecahkan
masalah atau bagaimana menyesuaikan perubahan yang terkait erat dengan
lingkungan yang mempengaruhi kinerja individu, misalnya: umur, jenis kelamin
dan pengalaman bekerja yang telah dilalui.
Manusia dalam menyelesaikan suatu pekerjaan selain karakterisitik
individu, mereka juga mempunyai motivasi yang berbeda-beda. Diyakini ada
hubungan antara karakteristik dengan motivasi pekerja tambang Ada dua jenis
motivasi yakni faktor internal adalah keadaan pribadi seseorang yang mendorong
keinginan individu untuk melakukan kegiatan tertentu guna mencapai tujuan.
Motivasi internal meliputi ; a. pendidikan b. keterampilan c. sikap atas pekerjaan.
Faktor eksternal adalah motivasi yang datang dari luar individu dan tidak dapat
dikendalikan oleh individu tersebut. Faktor eksternal meliputi a. kondisi
lingkungan kerja b. kompensasi yang memadai c. jaminan atas pekerjaan. Adanya
motivasi tersebut mempengaruhi pekerja tambang untuk terus melakukan kegiatan
penambangan

dalam

rangka

menambah

pendapatan

dan

pemenuhan

24

kebutuhannya. Untuk lebih jelasnya tentang kerangka pikir dapat dilihat pada
Gambar 1.

KARAKTERISTIK
a. Umur
b. Jenis Kelamin
c. Pengalaman

FAKTOR INTERNAL
a. Pendidikan
b. Keterampilan
c. Sikap Atas Pekerjaan

FAKTOR EKSTERNAL
TINGKAT MOTIVASI
a. Waktu Kerja
b. Volume Kerja

a. Kondisi Lingkungan Kerja


b. Kompensasi Yang
Memadai
c. Jaminan Atas Pekerjaan

25

PENDAPATAN

Gambar 1. Kerangka Pikir

III.

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini akan dilaksanakan di Desa Wawatu Kecamataan Moramo
Utara, Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara. Penentuan lokasi secara
purposive dengan pertimbangan bahwa di desa ini merupakan salah satu lokasi
pertambangan bahan galian C di Kecamatan Moramo Utara. Waktu penelitian
selama dua bulan, yakni mulai bulan Desember Tahun 2015 sampai dengan
Januari Tahun 2016.

26

B. Variabel Penelitian
Variabel pada penelitian ini terdiri atas:
1. Karakteristik dari Pekerja Tambang Batu, meliputi:
1) Umur
2) Jenis Kelamin
3) Pengalaman
2. Motivasi dari Pekerja Tambang Batu, meliputi:
1) Faktor Internal, yaitu:
a. Pendidikan
b. Keterampilan
c. Sikap atas Pekerjaan
2) Faktor Eksternal, yaitu:
a. Kondisi Lingkungan Kerja.
b. Kompensasi yang Memadai.
c. Jaminan atas Pekerjaan

C. Populasi dan Penentuan Sampel


C.1 Populasi
Menurut Sugiyono (2011), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri
atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang bekerja sebagai
penambang galian C secara perorangan sebanyak 59 orang.
C.2 Sampel
Sugiyono (2011) mengemukan bahwa sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Metode pengambilan sampel
dalam penelitian ini menggunakan sampling jenuh (sensus). Menurut Sugiyono
(2004) dalam Gustiyah, R., (2009), sampling jenuh adalah teknik pengambilan

27

sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel karena jumlah
populasi kecil. Oleh karena itu, jumlah sampel dalam penelitian ini adalah
sebanyak 59 orang pekerja tambang batu.
D. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas:
1. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari responden melalui
wawancara dan menggunakan daftar pertanyaan.
2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari instansi terkait melalui studi
dokumentasi yang relevan dengan penelitian ini.
Teknik pengumpulan data yang dipergunakan untuk mendapatkan data yang
diperlukan adalah sebagai berikut:
1. Wawancara (Interview)
Wawancara dilakukan langsung dengan menggunakan daftar pertanyaan
(questionaire) yang telah dibuat kepada responden pekerja tambang batu
bersamaan dengan pengisian yang dilakukan oleh responden.

Teknik

pengumpulan data ini menggunakan kuisioner (angket) dengan cara


membagikan daftar pertanyaan yang telah disusun. Pertanyaan yang terdapat
di kuisioner ini adalah pertanyaan menyangkut fakta dan pendapat responden
tentang karakteristik dan motivasi yang mendorong pekerja tambang batu.
Hal ini dilakukan agar responden tidak salah dalam mengisi kuisioner yang
telah diajukan oleh peneliti. Dengan metode ini peneliti bisa mendapatkan
cukup informasi yang di perlukan dalam mendukung keakuratan data
penelitian.

28

2. Dokumentasi
Dokumentasi digunakan untuk melengkapi data dengan menambah dokumen
yang berkaitan dengan masalah yang dikaji. Dokumentasi yang dilakukan
dengan mengumpulkan dan mempelajari data yang diperoleh dari
Dinas/Instansi terkait berupa dokumen yang relevan untuk mendukung data
penelitian.

E. Teknik Analisis Data


Untuk menjawab tujuan penelitian tentang karakteristik dan motivasi
pekerja tambang batu, maka teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah analisis deskriptif.

F. Konsep Operasional
Konsep operasional adalah pengertian, ruang lingkup dan batasan
penelitian ini guna memudahkan dalam mengumpulkan memahami dan
menganalisa data yang berhubungan dengan penarikan kesimpulan dari hasil
pengamatan variabel yang ada, dimana konsep operasional yang digunakan dalam
penelitian ini.
1. Responden yang dimaksud dalam penelitian ini adalah masyarakat yang
berada di Desa Wawatu baik yang berprofesi sebagai pekerja pemecah batu.
2. Penambangan adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan cara
mengeksploitasi sumber daya alam yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan
manusia dengan cara mengolah hasil bumi yang ada.

29

3. Tambang batu adalah merupakan salah satu jenis tambang golongan C yang
biasanya dikelola oleh perorangan atau perusahaan yang digunakan untuk
memenuhi pembangunan konstruksi yang ada di daerah-daerah, yakni batu
gelondongan dan batu split.
4. Karakteristik adalah ciri atau sifat yang berkemampuan yang dimiliki pekerja
tambang batu untuk memperbaiki kualitas hidupnya yakni meliputi.
a. Umur, adalah usia responden dari sejak lahir sampai penelitian ini
dilakukan, diukur dalam tahun.
b. Jenis Kelamin, adalah keadaan kodrati atau jenis kelamin seseorang
berdasarkan keadaan anatomis, yaitu laki-laki dan perempuan.
c. Pengalaman, adalah pernyataan pekerja tambang batu tentang lamanya
bekerja menjadi pekerja tambang batu dari mulai bekerja sampai
penelitian ini dilakukan (tahun).
5. Motivasi Pekerja Tambang Batu adalah motif atau dorongan seseorang untuk
melakukan suatu pekerjaan baik dari faktor internal maupun eksternal.
6. Faktor Internal adalah motif atau dorongan yang ada dari dalam diri pekerja
untuk melakukan pekerjaan, meliputi:
a. Pendidikan adalah tingkat pendidikan baik formal maupun informal yang
pernah dilalui responden dalam mendukung pekerjaan tambang batu,
diukur dalam tahun.
b. Keterampilan adalah kemampuan seorang pekerja untuk melakukan
pekerjaan pemecah batu secara terampil, yang diukur terampil atau tidak
terampil.
c. Sikap atas Pekerjaan adalah pernyataan responden terhadap baik/setuju
tidaknya terhadap pekerjaan yang dilakukan
7. Faktor Eksternal adalah motif atau dorongan responden untuk melakukan
pekerjaan sebagai pekerja tambang batu dari faktor diluar dirinya, yang
meliputi:

30

a. Kondisi Lingkungan Kerja adalah kondisi tempat kerja yakni


ketersediaan sarana dan prasarana kerja yang ada di sekitar pekerja
tambang batu dalam melaksanakan pekerjaannya.
b. Kompensasi yang Memadai adalah hasil yang diperoleh pekerja tambang
batu dari kegiatan menambang yang diukur dalam bentuk tingkat
pendapatan (Rupiah).
c. Jaminan atas Pekerjaan adalah adanya jaminan usaha pekerja untuk terus
dapat melakukan pekerjaan memecah batu di lokasi pertambangan.
Sebagai tambahan, berikut disajikan tabel aspek indikator serta parameter
masing-masing variabel penelitian.
Tabel 1. Aspek Variabel, Indikator dan Parameter Penelitian
NO
.
1.

2.

VARIABEL

INDIKATOR

PARAMETER

Karakteristik
Pekerja
Tambang Batu:
a. Umur

Usia
Responden
(Tahun)

b. Jenis
Kelamin

Jenis Kelamin a. Laki-laki


Laki-laki dan b. Perempuan
Perempuan

c. Pengalaman

Lama Bekerja
sebagai
Pekerja
Tambang Batu
Waktu Kerja

Motivasi

Volume Kerja

a. Produktif
b. Tidak Produktif

a. 0 5 Tahun
b. > 5 10 tahun
c. > 10 tahun
a. Jam Berapa Mulai
Kerja
b. Berapa
Jam
Istirahat.
c. Jam Berapa Pulang
Kerja
a. Juamlah Batu yang
di hasilkan perhari

KET.

31

3.

Faktor Internal
Motivasi
Pekerja
Tambang Batu:
a. Pendidikan

Tingkat
Pendidikan
Formil
maupun
Informil

a.
1.
2.
3.
4.
5.

Formil:
TS
SD
SMP
SMA
PT

b. Informil:
1. Kursus
2. Pelatihan
b. Ketrampila
n

Kemampuan
untuk
melakukan
pekerjaan

a. kemampuan
menentukan
cara
menyelesaikan
tugas/pekerjaan
b. kemampuan
menentukan
prosedur
terbaik
dalam
melaksanakan tugas/
pekerjaan
c. kemampuan
menyelesaikan tugas
dengan baik
d. kemampuan
menentukan
ukuran/volume
tugas terbaik yang
dapat diselesaikan
e. kemampuan
menentukan ukuran
kualitas
tugas/pekerjaan
terbaik yang dapat
diselesaikan
f. kemampuan
memprediksi hasil
pelaksanaan
tugas/pekerjaan

32

Pernyataan
c. Sikap atas terhadap
Pekerjaan
pekerjaan
yang
dilakukan

4.

a. Kepuasan Kerja
b. Keterlibatan kerja
c. Komitmen
pada
tempat kerja

Faktor
Eksternal
Motivasi
Pekerja
Tambang Batu:
a. Kondisi
Lingkungan
Kerja

Kondisi
tempat kerja
yakni
ketersediaan
sarana
dan
prasarana
kerja

a. Adanya
sumber
penerangan
yang
cukup
b. Suhu udara
c. Suara bising
d. Ruang gerak yang
diperlukan
e. Keamanan kerja
f. Pemasangan tandatanda bahaya

b. Kompensasi Hasil
yang a. Pendapatan rendah
yang
diperoleh
b. Pendapatan sedang
Memadai
dalam bentuk c. Pendapatan tinggi
tingkat
pendapatan
c. Jaminan
atas
Pekerjaan

Adanya
a. Jaminan
jaminan usaha
pembayaran upah
untuk
terus b. Jaminan
dapat
keselamatan kerja
melakukan
pekerjaan

33

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Wilayah


Gambaran umum wilayah dalam penelitian ini terdiri dari beberapa sub
bagian, yaitu : (1) letak dan luas wilayah, (2) keadaan iklim dan topografi, (3)
keadaan penduduk dan (4) keadaan sarana dan prasarana sosial ekonomi.
A.1 Letak dan Luas Wilayah
Desa Wawatu merupakan salah satu desa di Wilayah Kecamatan Moramo
yang terletak 6 Km Ibukota Kecamatan Moramo. Desa Wawatu memiliki luas
wilayah 22,5/m2Ha. Batas-batas wilayah Desa adalah sebagai berikut :
a. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Tobi meita
b. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Mata Wawatu
c. Sebelah timur berbatasan dengan Laut
d. Sebelah utara berbatasan dengan Tanjung Tiram
A.2 Keadaan Iklim dan Topografi
Desa Puupi merupakan daerah yang beriklim tropis dan dipengaruhi oleh
musim kemarau dan musim hujan dengan suhu rata-rata harian 22-30oC. Jumlah
curah hujan rata-rata 1.000-2.500 mm/tahun dengan jumlah bulan sebanyak 5
bulan. Pada bulan November sampai dengan Maret, angin banyak mengandung
uap air yang berasal dari Benua Asia dan Samudera Pasifik, setelah sebelumnya
melewati beberapa lautan. Pada bulan-bulan tersebut terjadi musim penghujan.

34

Secara topografi, daratan yang mengelilingi Teluk Puupi berupa daerah berbukit,
lereng pegunungan, dataran rendah yang sempit dan banyak daerah aliran sungai.

B. Karakteristik Responden
Identitas responden menggambarkan keadaan sosial demografi responden
yang meliputi umur, tingkat pendidikan dan jumlah anggota keluarga.
B.1 Umur
Umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi aktifitas
setiap manusia dalam pekerjaan. Umur bagi seorang akan sangat
mempengaruhi kemampuan fisik dalam mengelola suatu usaha atau
pekerjaan. Umur sangat mempengaruhi aktivitas suami dan isteri
terhadap jumlah aktivitas yang mampu dilakukan dalam sehari, semakin
tinggi jumlah umur seseorang maka kemampuan fisiknya akan semakin
menurun. Umur juga berperan penting dalam kemampuan aktivitas
seseorang.
Menurut pendapat Soeharjo dan Patong (1984) bahwa umur
dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu umur produktif dan tidak
produktif. Kisaran umur 15-54 tahun tergolong usia produktif dan 55
tahun ke atas dikategorikan usia tidak produktif. Keadaan umur
responden di Desa Wawatu Kecamatan Moramo dapat dilihat pada
Tabel 2.
Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Umur di Desa Wawatu
Kecamatan Moramo, Tahun 2016

35

No
Golongan Umur
1 Produktif: 15-54
2 Tidak Produktif: >54
Jumlah

Jumlah Jiwa
57
2
59

Persen %
96,6
3,4
100.00

Tabel 2 menunjukkan bahwa sekitar 96.6% responden masih


dalam kategori umur produktif. Hal ini menunjukkan bahwa
kemampuan fisik dan kemampuan berfikir pekerja pemecah batu di
Desa Wawatu masih cukup baik. Dengan demikian, responden di Desa
Wawatu dianggap tidak memiliki hambatan yang berarti dalam kegiatan
usahanya akibat usia yang tidak lagi produktif.
B.2 Jenis Kelamin
Tidak ada perbedaan yang konsisten antara pria dan wanita
dalam kemampuan memecahkan masalah, ketrampilan analisis,
dorongan kompetitif, motivasi, sosiabilitas, atau kemampuan belajar.
Namun studi-studi psikologi telah menemukan bahwa wanita lebih
bersedia untuk mematuhi wewenang, dan pria lebih agresif dan lebih
besar kemungkinannya daripada wanita dalam memiliki pengharapan
untuk sukses. Adapun keadaan reponden di desa Wawatu berdasarkan
jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa
Wawatu Kecamatan Moramo, Tahun 2016

No

Jenis Kelamin

Jumlah Jiwa

Persen %

36

1
2

Laki-laki
Perempuan
Jumlah

56
3
59

94,9
5,1
100.00

Tabel 3 menunjukkan bahwa pekerja pemecah batu masih


didominasi oleh responden laki-laki yaitu sebanyak 94,9%. Banyaknya
responden laki-laki menunjukkan bahwa menjadi pekerja pemecah batu
bukanlah hal yang mudah dilakukan oleh perempuan.
B.3 Pengalaman
Pengalaman adalah hal mendasar
untuk menentukan kualitas kerja

yang menjadi tolak ukur

seseorang. Lamanya

rentang

pengalaman seseorang sangat berpengaruh dalah kemampuan kerjanya.


(Budi Adi, 2002). Menurut Kreitner dan Kinicki seseorang dikatakan
berpengalaman dalam suatu bidang apabila sudah menjalini bidang
tersebut selama 2 tahun ke atas. Karakteristik responden di desa
Wawatu berdsarkan Pengalaman Kerja dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan Pengalaman kerja di Desa
Wawatu Kecamatan Moramo, Tahun 2016

No
Lama Pengalaman
Jumlah Jiwa
Persen %
1 < 2 tahun
3
5,1
2 2 tahun
56
94,9
Jumlah
59
100.00
Berdsarkan tabel terdapat 94,9% responden yang sudah
berpengalaman dalam hal menjadi pekerja pemecah batu. Ini bermakna
bahwa hampir seluruh pekerja pemecah batu sudah mengetahui seluk
beluk proses pemecah batu hingga selesai..

37

B.4 Jumlah Anggota Keluarga


Besarnya kebutuhan yang akan ditanggung kepala keluarga
dalam rumahtangga dipengaruhi oleh jumlah anggota keluarga
responden. Anggota keluarga yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah banyaknya jiwa yang berada dalam satu rumahtangga (satu
rumah) yang memiliki hubungan darah.
Banyaknya jumlah anggota keluarga merupakan salah satu
pendorong utama bagi pekerja pemecah batu untuk lebih giat dalam
bekerja, karena sebagai kepala keluarga memiliki tanggung jawab
untuk memenuhi kebutuhan hidup dari setiap anggota keluarga yang
ditanggungnya. Soeharjo dan Patong (1984) mengkategorikan jumlah
anggota keluarga bahwa apabila terdapat 1-4 orang jumlah anggota
keluarga dikategorikan sebagai keluarga kecil, sedangkan jumlah
anggota keluarga di atas empat orang dikategorikan keluarga besar.
Keadaan rumahtangga keluarga berdasarkan jumlah anggota keluarga
responden dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Distribusi Rumahtangga Responden Berdasarkan Jumlah
Anggota Keluarga di Desa Wawatu, Tahun 2016
Jumlah Anggota (Jiwa)
Responden / (RT)
Persen (%)
Sendiri
10
16,9
14
33
56,0
>4
16
27,1
100.0
Jumlah

59

Tabel 5 menunjukkan bahwa sebanyak 10 responden atau


sebesar 16,9% masih berstatus sendiri dan 33 rumahtangga atau

38

sebesar 56,0% dapat dikategorikan sebagai keluarga kecil, karena


sebagian besar responden memiliki anggota keluarga kurang dari
empat orang. Umumnya, rumahtangga yang memiliki jumlah
anggota keluarga kecil, tidak memiliki tingkat pengeluaran
konsumsi yang besar, sebab jumlah tanggungan yang harus
dipenuhi kebutuhannya tidak begitu banyak. Meskipun demikian,
responden tetap harus memenuhi kebutuhan hidup keluarganya
dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan menjadi pekerja
pemecah batu.

C. Motivasi Internal
C1. Pendidikan Formal
Tingkat pendidikan formal dimaksud dalam penelitian ini
adalah tingkat pendidikan formal yang pernah dilalui oleh responden.
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang menentukan pola pikir
dan tindakan seseorang. Apabila pekerja pemecah batu memiliki
pendidikan yang memadai, maka pekerja pemecah batu tersebut akan
berfikir dan bertindak lebih rasional, serta akan mempunyai
kemampuan manajerial yang lebih baik. Keadaan penduduk di Desa
Wawatu berdasarkan tingkat pendidikan formal dapat dilihat pada
Tabel 6.

39

Tabel 6. Gambarn Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Formal


di Desa Wawatu, Tahun 2016
Jumlah

Pendidikan

%
Jumlah (Jiwa)
Tidak Sekolah
6
10,2
Tamat SD
9
15,3
Tamat SMP
28
47,5
Tamat SMA
16
27,1
Jumlah
42
100
Tabel 6 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan formal
responden cukup bervariasi mulai dari tidak tamat sekolah dasar
sampai tamat sekolah menengah atas. Rata-rata sebaran tingkat
pendidikan pekerja pemecah batu masih didominasi tingkat
pendidikan rendah yakni tamat sekolah menengah

pertama

sebanyak 47,5%. Rendahnya tingkat pendidikan responden


diakibatkan oleh tingkat lingkungan dan

keadaan ekonomi,

sehingga responden harus mengambil pekerjaan sampingan atau


beralih menjadi pekerja pemecah batu.
C.2 Keterampilan
Keterampilan yaitu kemampuan untuk menggunakan akal,
fikiran, ide dan kreatifitas dalam mengerjakan, mengubah ataupun
membuat sesuatu menjadi lebih bermakna sehngga menghasilkan
sebuah

nilai

dari

hasil

pekerjaan

tersebut.

keterampilan/

kemampuan tersebut pada dasarnya akan lebih baik bila terus


diasah dan dilatih untuk menaikkan kemampuan sehingga akan
menjadi ahli atau menguasai dari salah satu bidang keterampilan

40

yang ada. Adapun keterampilan responden di sajikan dalam tabel 7


berikut ini:
Tabel 7. Gambarn Responden Berdasarkan Tingkat Keterampilan
Formal di Desa Wawatu, Tahun 2016
Keterampilan
Jumlah
Persen (%)
Terampil
3
5,1
Sangat Terampil
56
94,9
Jumlah
59
100,00
Pada tabel 7 di atas, terlihat bahwa sebanyak 94,9%
responden sudah sangat terampil dalam mengkelola proses
pemecahan batu. Hal ini menjelaskan bahwa pekerja pemecah batu
memiliki motivasi yang sangat tinggi untuk bekerja. Pekerja
pemecah batu tidak serta merta mendapatkan keahliannya secara
instan. Namum di dapatkan setelah melakukan pekerjaan yang
selalu berulang-ulang sehingga menjadi ahli dan sangat terampil..
C.3 Sikap atas pekerjaan
Sikap (attitude) didefinisikan oleh Robbins (2007) sebagai
pernyataan evaluatif, baik yang menyenangkan maupun tidak
menyenangkan terhadap objek, individu, atau peristiwa. Hal ini
mencerminkan bagaimana perasaan seseorang tentang sesuatu.
Sementara Kreitner dan Kinicki (2005) mendefinisikan
sikap sebagai kecenderungan merespon sesuatu secara konsisten
untuk mendukung atau tidak mendukung dengan memperhatikan
objek tertentu.

41

Sikap adalah pernyataan-pernyataan evaluatif-baik yang


diinginkan atau yang tidak diinginkan-mengenai objek, orang, atau
peristiwa. Ini berkaitan pula dengan sikap terhadap kepuasan
kerja. Istilah kepuasan keja merujuk pada sifat umum individu
terhadap pekerjaannya.Seseorang dnegan tingkat kepuasan tinggi
menunjukkan ikap yang positif tehdap kerja itu. Berikut adalah
gambaran sikap atas pekerjaan responden di desa wawatu pada
tabel 8.
Tabel 8. Gambarn Responden Berdasarkan Tingkat Sikap atas
pekerjaan di Desa Wawatu, Tahun 2016
Sikap Atas Pekerjaan
Jumlah
Persen (%)
Menyukai
1
1,7
Sangat Menyukai
58
98,3
Jumlah
59
100,00
Pada tabel 8 di atas, terlihat bahwa sebanyak 98,3%
responden sangat menyukai propesi mereka menjadi pemecahan
batu. Hal ini menjelaskan bahwa sikap pekerja pemecah batu
memiliki motivasi tinggi yang menunjukkan sikap positif untuk
melakukan pekerjaannya.

D. Motivas eksternal
D.1 Kondisi Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja adalah kehidupan sosial, psikologi, dan
fisik dalam perusahaan yang berpengaruh terhadap pekerja dalam
melaksanakan tugasnya. Kehidupan manusia tidak terlepas dari
berbagai keadaan lingkungan sekitarnya, antara manusia dan

42

lingkungan terdapat hubungan yang sangat erat. Dalam hal ini,


manusia akan selalu berusaha untuk beradaptasi dengan berbagai
keadaan

lingkungan

sekitarnya. Berikut

adalah

gambaran

lingkungan kerja para pekerja pemecah batu di desa Wawatu


pada tabel 9.
Tabel 9. Gambarn Responden Berdasarkan Tingkat Kondisi
Lingkungan Kerja di Desa Wawatu, Tahun 2016
Kondisi Lingkkungan Kerja
Jumlah
Persen (%)
Cukup tersedia
4
6,8
Tersedia
55
93,2
Jumlah
59
100,00
Pada tabel 9 di atas, terlihat bahwa sebanyak 93,2%
responden menganggap kondisi lingkungan sudah cukup tersedia..
Hal ini menjelaskan bahwa pekerja pemecah batu tidak hanya
memiliki motivasi internal yang tinggi, namun juga memiliki
motivasi ekternal yang tinggi pula dalam bentuk kondisi
lingkungan kerja.
D.2 Kompensasi
Kompensasi adalah segala sesuatu yang diterima para
karyawan sebagai balas jasa untuk kerja mereka. Kompensasi juga
merupakan salah satu cara yang paling efektif bagi pekerja guna
meningkatkan prestasi kerja, motivasi serta kepuasan kerja. Sistem
kompensasi yang baik akan mampu memberikan kepuasan bagi
karyawan

dan

memungkinkan

perusahaan

memperoleh,

mempekerjakan, dan mempertahankan karyawan. Berikut adalah

43

gambaran responden berdasarkan kompensasi yang memadai di


desa wawatu pada tabel 10:
Tabel 10. Gambarn Responden Berdasarkan Tingkat Kompensasi di
Desa Wawatu, Tahun 2016
Kompensasi
Jumlah
Persen (%)
Cukup Memadai
8
13,6
Memadai
28
47,5
Sangat memadai
23
39,0
Jumlah
59
100,00
Pada tabel 10 di atas, terlihat bahwa sebanyak 39%
responden menganggap kompensasi sudah sangat memadai dan
47,5% menganggap sudah memadai. Hal ini menjelaskan bahwa
pekerja pemecah batu tidak hanya memiliki motivasi internal yang
tinggi, namun juga memiliki motivasi ekternal yang tinggi pula
dalam bentuk Kompensasi.
D.3 Jaminan dalam Bekerja
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu
pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan
baik jasmani maupun rohani. Dengan keselamatan dan kesehatan
kerja maka para pihak diharapkan dapat melakukan pekerjaan
dengan aman dan nyaman. Pekerjaan dikatakan aman jika apapun
yang dilakukan oleh pekerja tersebut, resiko yang mungkin muncul
dapat dihindari. Pekerjaan dikatakan nyaman jika para pekerja
yang bersangkutan dapat melakukan pekerjaan dengan merasa
nyaman dan betah, sehingga tidak mudah capek. Keselamatan dan
kesehatan kerja merupakan salah satu aspek perlindungan tenaga
kerja yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun

44

2003. Berikut adalah gambaran responden berdsarkan jaminann


dalam bekerja di desa wawatu pada tabel 11:
Tabel 11. Gambarn Responden Berdasarkan Tingkat Jaminan
Keselamatan Kerja di Desa Wawatu, Tahun 2016
Jaminan dalam bekerja
Jumlah
Persen (%)
Tidak terjamin
55
93,2
Terjamin
3
5,1
Sangat terjamin
1
1,7
100,0
Jumlah
59
0
Pada tabel di atas, terlihat bahwa sebanyak 93,2%
responden menganggap menganggap jaminan dalam bekerja tidak
terjamin. Hal ini di karenakan alat yang pekerja pakai tidak sesuai
dengan standar penambang batu. Sehingga bisa membuat para
pekerja terluka dalam melaukan proses pemecahan batu.
E. Tingkat Motivasi Pekerja Tambang Batu Di Desa Wawatu Kecamatan
Moramo Utara Kabupaten Konawe Selatan
Menurut Hasibuan (1999:95) menyebutkan bahwa motivasi kerja
adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan
kerja seseorang, agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif dan
terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan.
Senada dengan definisi di atas, Siagian (1996:138) mengemukakan
bahwa motivasi sebagai daya pendorong yang mengakibatkan seorang
anggota organisasi mau dan rela untuk menggerakkan kemampuannya
(dalam bentuk keahlian atau keterampilan) tenaga dan waktunya untuk

45

menyelenggarakan berbagai kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya dan


menunaikan kewajibannya, dalam rangka pencapaian tujuan dan berbagai
sasaran organisasi yang telah ditentukan sebelumnya. Motivasi juga
merupakan usaha-usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau
kelompok orang tertentu bergerak melakukan sesuatu karena ingin
mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapatkan kepuasan dengan
perbuatannya.
Berdasarkan analsis gambaran motivasi pekerja pemecah batu di
desa wawatu kecamatan moramo utara kabupaten Konawe selatan
menjelaskan bahwa tingkat motivasi pekerja pemecah batu sangatlah
tinggi.
Adapun yang hal-hal internal yang memotivasi pekerja pemecah
batu yaitu (1). pendidikan formal, pendidikan formal tidaklah sangat
mempengaruhi dalam menggerakkan pekerja pemecah batu untuk bekerja,
ini dibuktikan bahwa 74,6% pendidikan mereka hanya di tingkat SMP dan
SMA. (20) keterampilan, keterampilan sangat mempengaruhi dalam
melakukan pekerjaan pemecah batu. keterampilan yang baik dalam
melakukan pekerjaan memecah batu akan sangat menghemat tenaga dan
waktu dibandingkan pekerj yang baru memulai propesi pekerja batu, hal

46

ini di buktikan bahwa 94,6% pekerja pemecah batu memiliki keterampilan


sangat memadai. dan (3). sikap dalam bekerja, sikap dalam bekerja adalah
hal yang mendasar dalam melekukan pekerjaan pemecah batu. ini
disebabkan semakin baik sikap seorang pekerja maka semakin positif pula
seseorang terhadap pekerjaan yang di lakukan. hal ini di buktikan bahwa
98,3% pekerja sangat menyukai pekerjaan menjadi pemecah batu.
Selain hal-hal bersifat internal adapula motivasi pekerja dalam hal
eksternal, diantaranya yaitu: (1) Kondisi Lingkungan Kerja, Menurut
Bambang (1991:122), kondisi lingkungan kerja merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi kinerja seorang pegawai. Seorang pegawai
yang bekerja di lingkungan kerja yang mendukung dia untuk bekerja
secara optimal akan menghasilkan kinerja yang baik, sebaliknya jika
seorang pegawai bekerja dalam lingkungan kerja yang tidak memadai dan
tidak mendukung untuk bekerja secara optimal akan membuat pegawai
yang bersangkutan menjadi malas, cepat lelah sehingga kinerja pegawai
tersebut akan rendah. Hal ini dibuktikan bahwa 93,2% kondisi lingkungan
sudah tersedia. (2). Kompensasi, Sebagian besar masyarakat khususnya
pekerja menganggap kompensasi sangat penting, sebab besarnya
kompensasi bagi mereka mencerminkan ukuran nilai karya mereka
diantara para pekerja itu sendiri, keluarga dan masyarakat. Tingkat
kompensasi

pekerja

menentukan

skala

kehidupannya,

sedangkan

kompensasi relatif menunjukkan status, martabat, dan harga diri mereka.

47

Jadi bila para pekerja memandang kompensasi mereka tidak memadai,


prestasi kerja, motivasi dan kepuasan kerja mereka bias turun secara
dramatis. Hal ini di buktikan bahwa 86,5% pekerja sudah merasa cukup
dengan kompensasi yang ada. (3).Jaminan tenaga kerja, jaminan tenaga
kerja sangat penting dalam menjamin kenyman kerja seseorang, jika
kesalamatan kerja sudah tidak terjamin makan kondisi keamanan mereka
akan terancam pula. Hal ini membuktikan bahwa 93,2% tidak terjamin.

V.

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa; (1) Tingkat
motivasi pekerja pemecah batu merupakan bagian yang urgen dalam suatu
pekerjaan yang berfungsi sebagai alat untuk pencapaian tujuan atau
sasaran yang ingin dicapai, (2) Tingkat motivasi pekerja pemecah batu
mengandung dua tujuan utama dalam diri individu yaitu untuk memenuhi
kebutuhan atau keinginan pribadi dan membantu sesama, dan (3) Tingkat
motivasi pekerja pemecah batu yang diberikan kepada seseorang hanya
efektif manakala di dalam diri seseorang itu memiliki kepercayaan atau
keyakinan untuk maju dan berhasil dalam bekerja.

48

DAFTAR PUSTAKA
Basuki, S., 2006. Metodologi Penelitian. Wedatama Widya Sastra dan Fakultas
Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia. Jakarta.
Brahmasari, I. A. dan Suprayetno, A., 2008. Pengaruh Motivasi Kerja,
Kepemimpinan dan Budaya Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja
Karyawan serta Dampaknya pada Kinerja Perusahaan (Studi kasus pada
PT. Pei Hai International Wiratama Indonesia). Pasca Sarjana Universitas
17 Agustus Surabaya. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Vol.10, No.
2, September 2008: 124-135.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Konawe Selatan, 2015. Pertambangan.
Kompleks Perkantoran Pemda Kabupaten Konawe Selatan, Jalan Poros 60
Andoolo 93811; Email : bps7405@bps.go.id.
Diakses pada
http://konselkab.bps.go.id/index.php/istilah/472.
Dwiprasetyo, P., 2014. Batu Gunung, Batu Gelondongan, Batu Gajah, Batu
Kubus (Marmer, Mozaik, Hias), Batu Split.
Diakses pada
http://www.indonetwork.co.id/ksu_batulima/5382218/batu-gunung-batugelondongan-batu-gajah-batu-kubus-marmer.htm. Tanggal 1 Dec. 2014,
13:06:34
Dibyo, S. dan Ruswanto, 2015. Jenis-Jenis dan Klasifikasi Bahan Galian.
Diakses
pada
http://ssbelajar.blogspot.co.id/2013/01/jenis-jenis-danklasifikasi-bahan-galian.html. Tanggal 5 November 2015, 08:50:55 PM
Farlen, F., 2011. Pengaruh Motivasi Kerja dan Kemampuan Kerja Terhadap
Kinerja Karyawan (Studi pada Karyawan Pt. United Tractors, Tbk

49

Samarinda). Jurusan Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu


Politik Universitas Pembangunan NasionalVeteran. Yogyakarta.
Gustiyah, R., 2009. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Kerja
Penyuluh Perindustrian pada Kantor Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Kota Medan. Sekolah Pascasarjana. Universitas Sumatera
Utara. Medan.
Harza, F., dkk., 2015. Pengaruh Motivasi Intrinsik, Motivasi Ekstrinsik dan
Komitmen Organsasi Terhadap Kinerja Karyawan pada Bank BTN Kantor
Cabang Malang.
Fakultas Ilmu Administrasi Universtas Brawijaya
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id.
Jurnal Administrasi Bisnis
(JAB), Vol. 22 No. 1 Mei 2015.
Handoko, J., 2015. Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Karyawan Terhadap
Produktivitas Kerja Studi Kasus pada Karyawan Bagian Produksi PT.
Anugerah Mulia Indobel (Cokelat Monggo). Skripsi, Program Studi
Manajemen Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi, Universitas Sanata
Dharma. Yogyakarta.
ILO, 2004. Pekerja Anak di Pertambangan Informal di Kutai Barat, Kalimantan
Timur: Kajian Cepat. Kantor Perburuhan Internasional. Jakarta.
Iskandar, 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial. Gaung Persada
Press. Jakarta.
Kartika, E. W. dan Kaihatu, T. S., 2010. Analisis Pengaruh Motivasi Kerja
Terhadap Kepuasan Kerja (Studi Kasus pada Karyawan Restoran di
Pakuwon Food Festival Surabaya). Program Manajemen Perhotelan,
Fakultas Ekonomi, Universitas Kristen Petra Email: endo@peter.petra.ac.id,
tommykaihatu@yahoo.com.
Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan,
Vol.12, No. 1, Maret 2010: 100-112
Munandar, A. S., 2001.
Psikologi Industri dan Organisasi, Universitas
Indonesia Press. Jakarta.
Martoyo, S., 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia. BPFE. Yogyakarta.
Nitisemito, A.S., 1992. Manajemen Personalia, Edisi Revisi. Ghalia. Jakarta.
Nawawi, H., 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Bisnis yang
Kompetitif. Gajah Mada University Press. Yogyakarta
Priyono, D. E., 2014. Analisis Karakteristik dan Motivasi Wisatawan di
Kompleks Wisata Candi Ceto Kabupaten Karanganyar Tahun 2013.

50

Thesis, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas


Maret.
Riyadi, S., 2011. Pengaruh Kompensasi Finansial, Gaya Kepemimpinan, dan
Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan pada Perusahaan Manufaktur
di Jawa Timur. Fakultas Ekonomi, Universitas 17 Agustus 1945 E-mail:
slametriyadi08@yahoo.com.
Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan,
Vol.13, No. 1, Maret 2011: 40-45
Rahman, A. 2013. Pengaruh Karakteristik Individu, Motivasi dan Budaya Kerja
terhadap Kinerja Pegawai pada Badan Keluarga Berencana dan
Pemberdayaan Perempuan Kabupaten Donggala. Program Studi Magister
Manajemen Pascasarjana Universitas Tadulako. jojon_artha@yahoo.com.
e-Jurnal Katalogis, Volume I Nomor 2, April 2013 hlm 77-86, ISSN: 23022019.
Sudjana, 2002. Metode Statistik. PT. Tarsito. Bandung.
Subyantoro, A., (2009).
Karakteristik Individu, Karakteristik Pekerjaan,
Karakteristik Organisasi dan Kepuasan Kerja Pengurus yang Dimediasi
oleh Motivasi Kerja (Studi pada Pengurus KUD di Kabupaten Sleman).
Fakultas Ekonomi UPN Veteran Yogyakarta, Jl. SWK 104 (lingkar utara)
condong catur, Yogyakarta, 55283. Email: ariefsubyantoro@yahoo.com.
Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Vol.11, No. 1, Maret 2009: 11-19.
Sugiyono, 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Penerbit
Alfabeta. Bandung.
Setiawan, A. dan Bodroastuti, T., 2012. Pengaruh Karakteristik Individu dan
Faktor-Faktor Pekerjaan Terhadap Motivasi (Studi Pada Karyawan CV.
Bintang Timur Semarang). Jurnal Kajian Akuntansi dan Bisnis.
Vol
1, No 1 (2012). Diakses pada tanggal 10 November 2015
http://jurnal.widyamanggala.ac.id/index.php/wmkeb/issue/view/6
Vitasari, R. N., 2012. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Motivasi Kerja
pada Tim Pengeboran Eksplorasi Emas PT X.
Jurnal Kesehatan
Masyarakat, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 806 - 815 online di
http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm.
Fakultas
Kesehatan
Masyarakat UNDIP.
Wijayanto, 2014.
Geografi Sumber Daya Lahan.
Diakses pada
http://newijayanto.blogspot.co.id/2014/02/jenis-jenis-bahan-galian.html.
Wakano, M.A., 2014. Pengaruh Budaya Perusahan, Motivasi, dan Keselamatan
Kerja Terhadap Kinerja Karyawan. Program Magister Manajemen Fakultas
Ekonomi
dan
Bisnis
Universitas
Sam
Ratulangi.

51

(delviswakano@yahoo.com). Jurnal Riset Bisnis dan Manajemen Vol.2,


No.3, 2014:59-70

You might also like