You are on page 1of 16

PENGEMBANGAN PERANGKAT PRAKTIKUM

DIFUSI DAN OSMOSIS UNTUK MENINGKATKAN


PEMAHAMAN KONSEP PADA SISWA SMA

Oleh:
HELITA, M.Pd
NIP. 19730130 199903 2 008
GURU PENDIDIKAN BIOLOGI
SMA NEGERI 2 PALANGKA RAYA

PEMERINTAH KOTA PALANGKA RAYA


DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 2 PALANGKA RAYA
2015

ABSTRAK

Konsep difusi dan osmosis bersifat proses dan abstrak terjadi pada sel yang
berukuran mikroskopik. Karena itu, siswa mengalami kesulitan untuk memahami
materi tersebut. indikasi ini dilihat dari rendahnya hasil belajar difusi-osmosis yaitu
42,86 % dari 35 siswa yang memenuhi Kriteria Ketuntasan minimal (KKM 78) di
kelas XI IPA. Untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan mengembangkan alat,
bahan, dan prosedur praktikum difusi dan osmosis, sehingga konsep yang abstrak
dapat diaktualisasi pada saat proses pembelajaran. Tujuan penelitian untuk
mengembangkan perangkat praktikum proses difusi-osmosis bagi siswa SMA Kelas
XI IPA dan menganalisis keterpakaian perangkat praktikum dalam meningkatkan
pemahaman konsep siswa pada aspek translasi, interpretasi dan ekstrapolasi pada
kelas XI IPA.
Metode penelitian meliputi dua kegiatan: kegiatan 1) pengembangan
perangkat praktikum dengan dua tahapan: a) studi pendahuluan meliputi analisis
masalah, analisis kebutuhan, dan identifikasi perangkat praktikum, b) tahap
pengembangan meliputi: alat, bahan dan prosedur praktikum melalui validasi dan
skala kecil, c) tahap refleksi hasil uji skala kecil, dan kegiatan 2) implementasi
produk
yang dihasilkan untuk menggambarkan efektifitas produk dalam
meningkatkan pemahaman konsep siswa, peserta praktikum difusi-osmosis diukur
melalui tes dengan rancangan penelitian menggunakan desain one group pretest
posttest.
Hasil pengembangan berupa: 1) bahan praktikum difusi, 2) pengembangan
alat praktikum osmosis dan 3) pengembangan prosedur praktikum. Produk
pengembangan perangkat praktikum, dapat meningkatkan pemahaman konsep secara
keseluruhan dengan N-gain kategori sedang /bahan mudah didapat dan mudah
dalam penggunaannya. Perangkat praktikum yang dikembangkan mendapat
tanggapan positif. Selain itu dampak pengiring yang terjadi melatih siswa untuk
menemukan konsep sendiri melalui pengalaman belajar yang mereka alami, sangat
menyenangkan karena alat/bahan mudah didapat dan mudah dalam penggunaannya.
Kata kunci: Pengembangan Perangkat Praktikum, Difusi, Osmosis, Pemahaman
Konsep

ii

Latar Belakang
Salah satu standar kompetensi biologi SMA adalah memahami struktur dan fungsi
sel sebagai unit terkecil kehidupan dengan kompetensi dasar membandingkan mekanisme
transport pada membran (difusi, osmosis, transpor aktif, endositosis, eksositosis) (Anonim,
2006). Terkait kompetensi tersebut, siswa dituntut memahami proses terjadinya difusiosmosis melalui proses pengamatan.
Konsep difusi-osmosis tidak mudah diamati secara langsung, seperti perpindahan
cairan, molekul yang melewati membran sel karena peristiwa ini terjadi pada sel yang
berukuran mikroskopik. Hal tersebut menyebabkan siswa berkesulitan untuk memahami
proses terjadinya difusi-osmosis, walaupun secara teoritis mereka mampu menyebutkan
definisi difusi-osmosis. Kesulitan tersebut tampak dari pemahaman konsep yang masih
rendah sebesar 42,86 % dari 35 siswa, yang dapat memenuhi kriteria ketuntasan minimal
yang ditentukan sekolah sebesar 78 di kelas XI IPA (Hasil Ulangan Harian siswa, 2013).
Konsep difusi-osmosis merupakan hal penting sebagai dasar untuk mempelajari
materi lebih lanjut seperti sistem organ pada mahluk hidup.

Pemahaman konsep siswa

tentang konsep difusi-osmosis mutlak untuk dimiliki, untuk mewujudkan pemahaman siswa
terhadap konsep difusi-osmosis dengan baik, maka diperlukan alternatif proses pembelajaran
yang melibatkan siswa secara langsung untuk melakukan, mengumpulkan informasi,
menganalisis perolehan informasi dan menginterpretasikan hasil tersebut, hal ini bermakna
bagi diri siswa sendiri maupun untuk lingkungan sekitar. Salah satu alternatif yang dilakukan
adalah mengembangkan perangkat praktikum yang memfasilitasi siswa melaksanakan kinerja
eksperimen.
Prinsip dasar teori difusi adalah perpindahan zat terlarut dari konsentrasi tinggi ke
konsentrasi rendah. Osmosis

adalah perpindahan pelarut dari konsentrasi tinggi ke

konsentrasi rendah (Campbell, dkk 2000), ada beberapa kelemahan dari perangkat praktikum
difusi-osmosis yang ada, yakni: (1) pemakaian bahan yang tidak bervariasi, (2) cara kerja
tidak diaktualisasi dengan gambar, (3) tidak terdapat tabel untuk data hasil pengamatan dan
(4) kegiatan hanya berupa pengamatan saja. Kelemahan tersebut diperbaiki dengan cara: (1)
memvariasi bahan dan mendesain alat yang digunakan, (2) prosedur kerja yang diaktualisasi
dengan gambar, (3) membuat tabel untuk mentabulasi data pengamatan, dan (4) kegiatan
melalui eksperimen.

Perangkat praktikum yang baru meliputi perangkat praktikum difusi dan osmosis
yang dikembangkan melalui kegiatan eksperimen. Kegiatan praktikum melalui eksperimen
dicirikan dengan adanya aktivitas pengamatan, perlakuan dan kontrol. Hal ini dilandasi oleh
perangkat pembelajaran difusi-osmosis yang dikembangkan oleh Rahayu dan Rahmat,
(2010) yang mengembangkan pengemasan proses pembelajaran yang memfasilitasi
terjadinya pengalaman belajar siswa pada ranah kognitif, psikomotor dan afektif.
Pemahaman terhadap konsep meliputi tiga aspek berdasarkan Bloom dalam Budiman
(2008); translasi, interpretasi dan ekstrapolasi. Pemahaman dari aspek

translasi akan

membuat siswa memiliki perhatian dan interpretasi terhadap apa yang dilakukan dan dapat
mengkomunikasikan dengan bahasa sendiri. Pemahaman pada aspek interpretasi akan
membuat siswa dapat menjelaskan, menyimpulkan, mengkomunikasikan, menghubungkan
kegiatan dengan konsep terdahulu dan konsep baru, menghubungkan beberapa bagian dari
kejadian/fenomena dan dapat membedakan antara pokok permasalahan dan yang bukan
pokok permasalahan. Pemahaman

pada taraf ekstrapolasi membuat siswa akan mampu

mencermati teori untuk diterapkan dalam aktivitas sehari-hari, siswa dapat membuat ramalan
tentang sebab akibat fenomena untuk memperluas persepsi ke waktu yang akan datang,
dimensi dan kasus (Budiman, 2008).
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah dikemukakan, maka dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1)

Bagaimanakah bentuk pengembangan perangkat praktikum proses difusi osmosis yang


dikembangkan bagi siswa kelas XI IA?

2)

Apakah perangkat praktikum proses difusi-osmosis yang dikembangkan dapat


meningkatkan pemahaman konsep pada aspek translasi, interpretasi dan ekstrapolasi
pada materi difusi-osmosis siswa Kelas XI IPA ?
Penelitian ini bertujuan untuk:

1)

Mengembangkan perangkat praktikum proses difusi-osmosis bagi siswa kelas XI IPA.

2)

Menganalisis

keterpakaian

perangkat

praktikum

difusi

dan

osmosis

dalam

meningkatkan pemahaman konsep pada aspek translasi, interpretasi dan ekstrapolasi.

Metode Penelitian
Penelitian yang dilakukan adalah pengembangan alat dan bahan praktikum dan
prosedur kerja praktikum yang dilakukan dengan tiga tahapan berupa dan dideskripsikan
pada diagram alur penelitian pada Gambar 1.

Tahap 1 Studi Pendahuluan


Identifikasi Kelemahan
Perangkat Praktikum
yang ada

Identifikasi
kebutuhan

Tahap 2. Pengembangan
Draf 2
Validator Oleh 2
Analisis dan
dosen biologi
Revisi

Uji Skala Kecil


(12 orang siswa)

Identifikasi
Masalah

Pengembangan alat dan


Bahan Praktikum
Desain Awal (Draf 1)

Draf 3 analisis dan


Penyempurnaan

Perangkat
Praktikum DifusiOsmosis

Tahap Evaluasi
Produk Perangkat
Praktikum DifusiOsmosis

Implementasi Perangkat
Praktikum Difusi Osmosis
Skala Besar (36 orang siswa)
Gambar 1. Alur Penelitian

Analisis Uji
Coba

Hasil dan Pembahasan


Hasil

penelitian tahap I terdiri atas analisis, desain dan pengembangan

dimana akan dibahas satu persatu dibawah ini:


Hasil Analisis
Materi difusi-osmosis banyak terkandung konsep abstrak dan konsep yang
menyatakan proses. Sehingga perlu pengaktualisasi dalam proses pembelajaran
dengan alat dan praktikum untuk memahami konsep dan konsep yang menyatakan
proses. Untuk memahami konsep-konsep tersebut diperlukan praktikum yang
mengaktualisasi konsep dalam pembelajaran. Pengimplementasi hal tersebut
diperlukan alat dan bahan untuk aktualisasi proses dan prosedur praktikum yang
mengaktualisasi langkah-langkah kerja melalui gambar yang didesain dalam proses
pembelajaran untuk mengembangkan pemahaman konsep siswa. Praktikum yang
konsep abstrak, proses, prinsip dalam proses pembelajaran yang dirancang memuat
tiga sub materi yang dikembangkan menjadi enam label konsep. Konsep abstrak
terdapat pada proses difusi, proses osmosis, pengaruh konsentrasi larutan terhadap
krenasi dan plasmolisis disajikan dalam pengaktualisasi dalam bentuk alat dan bahan
yang bervariasi serta pengujian untuk melihat proses.
Konsep yang menyatakan prinsip adalah faktor-faktor yang mempengaruhi
proses difusi, untuk memahami konsep ini dilakukan variasi zat padat yang berbeda
ukuran dan zat cair yang mempunyai kepekatan larutan yang berbeda serta
memvariasi suhu pelarut (air). Sedangkan untuk konsep yang berdasarkan prinsip
yaitu definisi difusi dan osmosis dilakukan eksperismen. Sejalan dengan Ehrenberg
(dalam Liliasari, 2002) mengemukakan konsep terdiri atas label konsep yang
merupakan satu atau lebih istilah yang digunakan untuk menggambarkan seluruh
contoh dari konsep tersebut dan karakteristik konsep merupakan penjelasan dari label
konsep yang bersangkutan.

Hasil Pengembangan
a)

Pengembangan Bahan Proses Difusi


Mengembangkan bahan yang digunakan pada praktikum proses difusi yaitu

penggunaan zat padat dengan ukuran zat dan jenis bervariasi yaitu gula pasir, garam
dapur, vetsin dan zat cair dengan dengan konsentrasi yang berbeda yaitu sirop dan
tinta, sesudah validasi tidak ada perubahan untuk bahan, dimana penggunaan kedua
zat tersebut (zat padat dan cair yang bervariasi) bertujuan untuk melihat kecepatan
masing-masing zat

tersebut terlarut

dalam air ( pelarut) sehingga siswa dapat

menyimpulkan dari hasil percobaan yang mempengaruh proses difusi adalah; jenis
zat (padat dan cair), ukuran zat, konsetrasi zat. Setelah uji skala kecil pengembangan
bahan praktikum proses difusi menggunakan pelarut dengan suhu yang berbeda yaitu
air dingin dan air panas dengan tujuan memfasilitasi siswa menemukan konsep
bahwa suhu juga mempengaruhi proses dari praktikum yang dilakukan.
b) Pengembangan Alat Proses Osmosis
Alat pengembangan alat proses osmosis berupa umbi kentang yang dibuat
kantong, membuat sumbat dari karet tempat menempelnya selang plastik tempat
naiknya air, kulit umbi kentang

mengaktualisasi membran semipermiabel, dimana

dinding sel tumbuhan bersifat semipermiabel dengan percobaan ini siswa dapat
melihat bahwa membran semipermeabel hanya dapat ditembus oleh zat berukuran
kecil yaitu pelarut (air) dan melihat perpindahan pelarut dengan melihat kenaikan air
didalam selang.
Untuk pengembangan teori yang dipelajari maka dilakukan percobaan melihat
pengaruh konsentrasi larutan terhadap krenasi pada sel hewan dan plasmolisis pada
sel tumbuhan dengan menggunakan potongan daging sapi 2 potong masing 10 gram
untuk krenasi dan 2 potongan kentang dengan ukuran 3 x 2 x 1 cm.
c) Pengembangan Prosedur Praktikum
1)

Prosedur Praktikum difusi

Desain prosedur praktikum difusi yang ada dimana cara kerja tidak
diaktualisasi dengan gambar, tabel data hasil pengamatan tidak ada, desain prosedur
praktikum proses difusi yang dikembangkan berdasarkan pengembangan bahan
praktikum, dimana cara kerja tidak diaktualisasi dengan gambar sudah terdapat tabel
data hasil praktikum, desain prosedur praktikum

proses difusi setelah validasi,

terdapat aktualisasi gambar cara kerja dengan tujuan mempermudah siswa untuk
memahami desain alat yang digunakan dan tabel data hasil pengamatan untuk
tabulasi data hasil pengamatan. Desain prosedur praktikum proses difusi setelah uji
skala kecil, terdapat masukan dari tiga orang observer yaitu 2 orang guru biologi dan
1 orang dosen biologi untuk menambah air panas sebagai pelarut untuk melihat
pengaruh suhu terhadap proses difusi. Suhu akan menyebabkan molekul-molekul zat
terlarut lebih cepat bergerak sehingga laju difusi semakin cepat (Campbell, dkk
2000). Hal ini sejalan dengan mempelajari biologi bukan hanya sekedar belajar
kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip
saja, tetapi juga harus merupakan suatu proses penemuan (BSNP, 2006).
2)

Prosedur Praktikum Proses Osmosis


Desain awal prosedur yang dikembangkan dimana cara kerja tidak

teraktualisasi dengan gambar dan sudah terdapat tabel untuk mentabulasi data hasil
pengamatan. Perubahan desain prosedur praktikum setelah validasi dengan 2 dosen
biologi yang kompeten dalam bidang biologi dan 1 dosen pendidikan biologi dimana
cara kerja diaktualisasi dengan gambar. Desain prosedur praktikum setelah uji skala
kecil mendapat masukan dari 3 orang observer yang terdiri dari 2 guru biologi dan 1
orang dosen biologi, dimana untuk cara kerja yang diaktualisasi dengan gambar
diberikan keterangan agar siswa mudah memahami cara kerja serta masukan dari
dosen biologi untuk mengembangkan teori yang dipelajari, melihat pengaruh
konsentrasi larutan terdapat proses osmosis yang terjadi pada sel hewan dan
tumbuhan, apabila konsentrasi larutan dalam sel tinggi, air akan masuk ke dalam sel
dan terjadi endosmosis.

Endosmosis ini menyebabkan kehancuran sel karena membran plasmanya


robek (lisis), apabila konsentrasi larutan di luar sel tinggi, air dalam sel akan keluar
dan terjadi eksosmosis.

Eksosmosis hewan akan menyebabkan pengerutan sel

(krenasi) eksosmosis pada tumbuhan akan menyebabkan terlepasnya membran dari


dinding sel disebut plasmolisis (Omegawati dan kusumawati, 2010). Sehingga dalam
prosedur

praktikum

proses

osmosis

yang

dikembangkan

terdapat

tiga

perlakuan/praktikum yaitu: 1) proses osmosis, 2) proses krenasi pada sel hewan dan
3) proses plasmolisis pada sel tumbuhan untuk mengaktualisasi proses tersebut diatas.
Prosedur praktikum yang dikembangkan adalah eksperimen karena mengajak
siswa untuk mengamati, melakukan perlakuan dan terdapat kontrol untuk
membandingkan perlakuan yang dilakukan.

Hasil Implementasi
Hasil implementasi merupakan penelitian tahap II, melihat keterpakaian
perangkat praktikum difusi-osmosis yang dikembangkan, meliputi:
1)

Keterlaksanaan Penerapan Perangkat Praktikum yang dikembangkan


Dilihat dari pencapai yang didapat baik dari penilaian oleh observer terhadap

penerapan perangkat praktikum dan skor yang diperoleh siswa dari tiga indikator
pencapai, dapat disimpulkan bahwa penerapan perangkat praktikum dalam proses
pembelajaran berhasil dengan kategori baik.
2)

Gambaran Pemahaman konsep Siswa


Skor N-gain yang diperoleh dari skor tes akhir terhadap skor tes awal sebesar

0,67 yang termasuk kriteria sedang.

Disimpulkan bahwa penggunaan perangkat

praktikum difusi-osmosis dapat meningkatkan pemahaman konsep difusi-osmosis


dengan kategori sedang.

120%

97%
97,86%

Skor (%)

100%

83%
72%

80%
60%

45%

64%
47%

44%

44%

40%

Pretest
Postest
N.Gain

20%
0%
Translasi

Interpretasi

Ekstrapolasi

Gambar 2. Diagram Hubungan Tes Awal, Tes Akhir, N-gain untuk


Tiga Aspek Pemahaman Konsep

3.1) Aspek Translasi


Peningkatan pemahaman konsep siswa dalam aspek translasi berada pada
kategori sedang. Skor N-gain yang diperoleh dipengaruhi oleh perangkat praktikum
yang mengaktualisasi konsep yang ada, yaitu konsep yang menyatakan proses dan
konsep abstrak. Konsep yang menyatakan proses adalah proses difusi, osmosis,
krenasi dan plasmolisis, dimana siswa harus melakukan pengamatan terhadap
peristiwa tersebut dan perangkat praktikum yang dikembangkan memfasilitasi hal
tersebut.
Kemampuan siswa untuk memahami perubahan yang terjadi pada proses
difusi, osmosis, krenasi dan plasmolisis sangat erat hubungannya dengan kemampuan
menyelesaikan soal-soal pemahaman translasi, hal ini sejalan Alwi (2005) yang
mengatakan pemahaman adalah proses, cara dan perbuatan memahami.
3.2) Aspek Interpretasi
Peningkatan pemahaman konsep siswa dalam aspek interpretasi berada pada
kategori tinggi. Skor N-gain yang diperoleh kemungkinan disebabkan karena jenis
konsep yang ada yaitu konsep proses dan konsep yang prinsip. Konsep yang

menyatakan proses terdapat pada hubungan bentuk zat dan ukuran molekul terhadap
proses difusi, pengaruh konsentrasi larutan terhadap osmosis, krenasi dan plasmolisis
dimana harus melakukan pengamatan untuk melihat pengaruh yang terjadi. Perangkat
praktikum yang dikembangkan memfasilitasi siswa untuk melakukan pengamatan
dari konsep yang menyatakan proses dan konsep yang prinsip sehingga hal ini yang
mempengaruhi peningkatan pemahaman konsep siswa. Hal ini sejalan dengan siswa
yang memahami konsep memungkinkan mereka memiliki kompetensi untuk
menghubungkan konsep yang satu dengan konsep lain, Ehrenberg (dalam Liliasari,
2002). Kemampuan siswa untuk mengamati dan mengambil kesimpulan dari proses
yang terjadi pada difusi-osmosis sangat erat hubungannya dengan kemampuan
menyelesaikan soal-soal pemahaman aspek interpretasi.
3.3) Aspek Ekstrapolasi
Peningkatan pemahaman konsep siswa dalam aspek ekstrapolasi

berada

pada kategori sedang. Skor N-gain yang diperoleh kemungkinan disebabkan karena
jenis konsep yang digunakan yaitu konsep yang menyatakan proses, konsep yang
menyatankan prinsip dan konsep abstrak. Pemahaman ekstrapolasi melibatkan semua
sub materi difusi-osmosis, sehingga pemahaman ini dipengaruhi oleh tiga sub materi
ini. Kemampuan siswa untuk melakukan percobaan dan mengamati proses difusi,
osmosis, krenasi dan plasmolisis, sangat erat hubungannya dengan kemampuan
menyelesaikan soal-soal pemahaman konsep aspek ekstrapolasi.
Perangkat praktikum yang dibuat mampu mengaktualisasi materi yang
bersifat abstrak seperti membran semipermeabel dan dapat membantu siswa untuk
menemukan dan memahami konsep serta dapat terintegrasi dalam proses
pembelajaran. Sejalan dengan

tujuan praktikum adalah untuk mengembangkan

keterampilan memecahkan masalah dan berpikir kreatif, meningkatkan pemahaman


terhadap IPA dan metode ilmiah, mengembangkan keterampilan percobaan dan
penyelidikan ilmiah, menganalisis data dan mengkomunikasikan hasil, melatih

kemampuan bekerja sama,

menumbuhkan sikap positif dan minat, serta

meningkatkan pemahaman dan kepedulian terhadap lingkungan (Harlen 1992).


Tanggapan dan Penilaian Validator Terhadap Hasil Pengembangan
Tanggapan validator sangat positif yaitu perangkat seperti sangat diperlukan
dalam proses pembelajaran untuk membantu siswa memahami konsep dan
menemukan konsep sendiri

dari pengalaman sendiri melalui praktikum yang

dilakukan pada saat proses pembelajaran, hal ini sejalan dengan pendapat Hinduan
dalam wulandari (1999), kegiatan praktikum baik secara individu maupun
berkelompok lebih efektif dibandingkan dengan metode demonstrasi.
Tanggapan Observer Terhadap Hasil Pengembangan
Berdasarkan tanggapan 2 orang observer pada uji skala kecil dan uji skala
besar

dapat disimpulkan bahwa perangkat praktikum yang dikembangkan dapat

membantu guru dalam proses pembelajaran dan membantu siswa untuk menemukan
konsep sendiri dan memahami konsep dengan sendiri melalui praktikum yang
diaktualisasi dalam proses pembelajaran. Hal ini sejalan dengan mempelajari biologi
bukan hanya sekedar belajar kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsepkonsep, atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga harus merupakan suatu proses penemuan
(BSNP, 2006).
Tanggapan Siswa Terhadap Perangkat Praktikum yang dikembangkan
Perangkat praktikum yang dikembangkan dapat meningkatkan dan rasa ingin
tahu siswa dalam belajar, membantu mereka memahami materi, konsep-konsep
abstrak

menjadi

jelas/konkrit,

hal

ini

karena

praktikum

mengaktualisasi konsep yang abstrak dengan alat dan bahan

yang

dilakukan

yang dirancang

sedemikian rupa. Hal ini sejalan dengan IPA (biologi) merupakan disiplin ilmu yang
berorientasi pada kegiatan laboratorium atau percobaan atau pengamatan, dan
menggunakan keterampilan fisik, kemampuan imaginasi, dan kreativitas (Ministry of
Education New Zealand, 1994), siswa merasa senang menggunakan perangkat yang

10

dibuat dan penggunaan dapat dilanjutkan, prosedur kerja mempermudah siswa


melakukan percobaan untuk menemukan sendiri konsep difusi-osmosis, pertanyaanpertanyaan pada lembar kerja peserta didik membuat siswa lebih paham konsep
difusi-osmosis dan alat/bahan praktikum yang digunakan dengan mudah mereka
dapatkan dari lingkungan sekitar. Hal ini sejalan tujuan praktikum untuk
meningkatkan pemahaman terhadap IPA

(Biologi) dan metode ilmiah (Berg &

Gidding, dalam Harlen.W 1992)


Perangkat praktikum yang dikembangkan mendapat tanggapan positif karena
perangkat praktikum tersebut membantu siswa memahami konsep abstrak menjadi
mudah dipahami karena diaktualisasi melalui praktikum, melatih siswa untuk
menemukan konsep sendiri melalui pengalaman belajar yang mereka alami dan
sangat menyenangkan karena alat/bahan mudah didapat dan mudah dalam
penggunaannya. Senada dengan hal ini , Arifin (2000) mengungkapkan media dapat
difungsikan untuk memusatkan perhatian pada pelajaran, mempermudah proses
belajar mengajar, meningkatkan efisiensi belajar mengajar dan mempertahankan
relevansi dengan tujuan pembelajaran.
Kesimpulan
Hasil pengembangan berupa perangkat praktikum difusi yang memvariasi
bahan praktikum bertujuan untuk memfasilitasi siswa menemukan konsep faktorfaktor yang mempengaruhi proses difusi dan perangkat praktikum osmosis, membuat
alat yang mengaktualisasi membran semipermeabel dan perpindahan pelarut serta
hasil implementasi perangkat praktikum yang dikembangkan dapat meningkat
pemahaman siswa dengan kategori sedang untuk aspek pemahaman translasi dan
ekstrapolasi, kategori tinggi untuk aspek interpretasi.

11

DAFTAR PUSTAKA

Arends R.I (2007). Learning to Teach. Belajar untuk mengajar (terjemahan). Edisi
Ketujuh. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Arifin, M., Sujda, WA., Ismail, AK., Mulyono., Wahyu, W. (2000) Common
Textbook (edisi revisi) Strategi Belajar Mengajar Kimia, Bandung: Jururusan
Pendidikan Kimia FPMIPA UPI
Arikunto, S. (2002). Dasar-Dasar Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto,S. (2007), Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Campbell, Reece, MItehell, (2000). Biologi Edisi Kelima Jilid
Erlangga.

1. Jakarta :

Budiman, I, 2008. Pengaruh Penggunaan Multimedia Interaktif Dapat Meningkatkan


Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Materi Dualisme Gelombang
Partikel. Tesis M.S., Program Pasca Sarjana UPI, Bandung.
Dahar, R.W (1996). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga
Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Standar Kompetensi Mata Pelajaran
Biologi SMA dan MA. Jakarta.
Depdiknas. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 22 Tahun 2006 tentang
Standar Isi. Depdiknas: Jakarta.
Direktorat Pendidikan Menengah Umum. (2003). Kurikulum 2006 SMA Mata
Pelajaran Biologi. Jakarta: Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas.(2006). Panduan pembuatan Alat
Peraga Sederhana. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Faizin S. (2008). Problem Based Learning dan Alternatif Pembelajaran. Jurnal
Pendidikan. Vol. 12 (8), edisi maret 2008.
Hamalik O. (2006). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara
Harlen, W. (1992). The teaching of science. London: David Fulton Publishers.

Henny R. (2007). Sains Biologi 1iA untuk Kelas Xi SMA dan MA Semester I. Solo:
Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
Ibrahim, M. (2000). Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Universitas Negeri
Surabaya University Press.
Lie, Anita. (2008). Cooperatif Learning. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.
Meltzer, E.David. (2002), The relationship between mathemathics preparation and
conceptual learning gains in physics: A possible hidden variable in
diagnostic pretest score. Ammerican Association of Physics Teachers:
American Journal Physics. 70 (20), 1259-1268.
Monalisa. (2007). Melatih Ketreampilan Berpikir dalam Pendidikan. Diambil pada
tanggal 17 Maret 2011, dari http://www.education/think/methods.htm
Nana, N. (1999). Biology. Journal Research and Advisory on Biology. Diambil pada
tanggal 12 Maret 2011, dari http://biocab.org/index.html
Omegawati .W.H dan Rohana K. (2010). Buku Panduan Pendidik BIOLOGI untuk
SMA/MA kelas XI. Intan Pariwara.
Prawirohartono. S dan Sri H. (2007). Sains BIOLOGI 2 SMA/MA Kelas XI. Bumi
Aksara.
Purwanto, N (2007). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosda Karya
Sudjadi B. dan Siti L. (2007).
Pertama. Yudhistira.

BIOLOGI Sains dalam Kehidupan 2A Semester

Sudjana. (1989). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.


Sudjana. (1996). Metode Statistika. Bandung: Tarsito.
Rahayu S.Y dan Rahmat A. (2010). Perangkat Rencana Pembelajaran Biologi
Sekolah Menengah Atas Transport Sel. Direktorat Ketenagaan. Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional.
Riduan & Akdon. (2006). Rumus dan data dalam Apalikasi Statistika. Bandung:
Alfabeta
Sugiyono, (2008). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : CV. Alfabeta.

You might also like