You are on page 1of 19

LAPORAN KASUS

BRONKOPNEUMONIA

Disusun oleh :
Ian Huang
17120080098

Pembimbing : dr. Weny Tjiali, Sp. A

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT ANAK


SILOAM HOSPITALS LIPPO VILLAGE
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PELITA HARAPAN
Periode 27 Agustus 3 November 2012

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.........................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................3
BAB II LAPORAN KASUS......................................................................4
I.

IDENTITAS.................................................................................4

II. ANAMESIS..................................................................................4
III.

PEMERIKSAAN FISIK................................................................7

IV.

PEMERIKSAAN PENUNJANG...................................................10

V.

RESUME...............................................................................11

VI.

DIAGNOSIS...........................................................................11

VII.

PENATALAKSANAAN..............................................................12

IX.

FOLLOW UP..........................................................................13

BAB III TINJAUAN PUSTAKA..............................................................14


BAB IV DISKUSI................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................20

BAB I
PENDAHULUAN
Pneumonia merupakan penyebab 1 dari 5 kematian anak berusia dibawah 5 tahun
(balita) di dunia dengan tingkat mortalitas lebih dari dua juta anak per tahunnya. 1
Sekitar 156 juta kasus pneumonia pada anak ditemukan setiap tahunnya dengan 151
juta kasus dilaporkan dari negara berkembang, antara lain India (43 juta), Cina (21
juta), Pakistan (10 juta), dan Bangladesh, Indonesia, dan Nigeria (6 juta per negara). 2
Anak dengan pneumonia dapat memiliki gejala yang beragam tergantung faktor
resiko, umur, dan etiologi dari infeksinya, namun 7-13% dari seluruh kasus
pneumonia-masyarakat (community-acquired pneumonia) mengancam nyawa dan
membutuhkan perawatan di rumah sakit.1,2
Penyakit yang secara spesifik menyerang jaringan parenkim paru ini umum
ditemukan di praktik klinik sehari-hari dan biasanya dapat didiagnosis secara klinis
dengan adanya takipnea (napas cepat), demam, dan batuk. 4,5 Pemeriksaan penunjang
seperti pemeriksaan laboratorium dan radiologi memiliki peran dalam mempertegas
diagnosis pneumonia, dan memberikan gambaran terhadap lokasi infeksi dan
kemungkinan dari penyebabnya.4 Membedakan pneumonia bakterial dengan viral
sangat sulit, namun terdapat literatur yang yang memberikan pedoman bahwa
pneumonia bakterial awitannya cepat, batuknya produktif, pasien tampak toksik,
leukositosis, dan terdapat perubahan nyata pada pemeriksaan radiologis.6
Pneumonia tetap merupakan penyebab kematian anak paling utama di dunia,
meskipun telah tersedia intervensi yang sederhana, aman, efektif, dan tidak mahal
untuk

menanggulangi

pneumonia.1.3

Antibiotik

sebagai

pengobatan

yang

direkomendasikan menjangkau sangat sedikit anak yaitu kurang dari 20% anak yang
terdiagnosis dengan pneumonia. Para peneliti menyatakan apabila pemberian
antibiotik ditingkatkan, maka sekitar 600.000 nyawa dapat diselamatkan per
tahunnya.3 Terapi preventif meliputi pemberian vaksinasi, nutrisi adekuat, ASI (Air
Susu Ibu) eksklusif dan seng (Zinc).1
Laporan kasus ini memaparkan seorang anak laki-laki berusia 1 tahun 2 bulan
yang mengalami bronkopneumonia dan tidak memiliki riwayat imunisasi terhadap
Streptococcus pneumonia dan Haemophilus influenza tipe B.

BAB II
LAPORAN KASUS

I.

IDENTITAS
Nama
Jenis Kelamin
Umur
Tempat, Tanggal Lahir
Kebangsaan
Suku Bangsa
Tanggal masuk RS
Tanggal keluar RS
No. Rekam Medis

II.

: An. DJ
: Laki-laki
: 1 Tahun 2 bulan
: Tangerang, 5 Mei 2011
: Indonesia
: Jawa
: 24 September 2012
: 27 September 2012
: RSUS.0000501626

ANAMESIS
Anamnesis di lakukan secara alloanamnesis (ibu pasien) pada tanggal 24
September 2012
Keluhan Utama:
Sesak napas
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang bersama ibunya ke Instalasi Gawat Darurat Rumah
Sakit Umum Siloam (IGD RSUS) pada tanggal 24 September 2012
mengeluhkan sesak napas sejak 3 hari yang lalu. Pasien terlihat
berusaha menghirup nafas sangat kuat dan sempat disertai kebiruan
di sekitar mulutnya. Sebelum terlihat sesak, pasien batuk-batuk
berdahak dan terdapat pilek semenjak 1 minggu yang lalu. Batuk
terlihat semakin berat dan warna dahak yang keluar berwarna
merah muda sejak 3 hari yang lalu, namun pilek sudah tidak ada.
Panas juga dirasakan sejak 3 hari ini. Panas muncul disertai
menggigil dan dirasakan sepanjang hari. Pasien sudah berobat ke
rumah sakit lain dan diberikan obat-obat yang ibunya tidak tahu
namanya serta dinebulisasi sebanyak 3 kali, namun batuk tidak
dirasakan membaik.
Riwayat Penyakit Dahulu:

Pasien belum pernah mengalami keluhan serupa, tidak sering batuk


berulang dan tidak pernah di rawat di rumah sakit sebelumnya.
Riwayat TB paru, asma dan kejang demam disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga:
Ibu pasien memiliki riwayat alergi yaitu bersin-bersin setiap pagi.
Adik dari ibu pasien memiliki riwayat asma. Riwayat TB paru,
darah tinggi dan diabetes mellitus dalam keluarga disangkal.
Riwayat Sosial, Ekonomi dan Lingkungan:
Ayah pasien merupakan seorang wiraswasta dan Ibu pasien seorang
ibu rumah tangga. Status ekonomi keluarga pasien menengah ke
bawah. Tidak ada tetanga atau orang di sekitar pasien yang
mengalami batuk-pilek belakangan ini.
Riwayat Kehamilan
Perawatan antenatal

: Teratur, oleh dokter spesialis

kandungan dan bidan


Penyakit semasa hamil : Tidak ada
Obat yang di konsumsi selama kehamilan : Vitamin

Riwayat Persalinan
Tempat Persalinan
: Puskesmas
Di tolong oleh
: Bidan
Cara persalinan
: normal spontan, per vaginam
Masa Gestasi
: Cukup bulan (38 minggu)
Keadaan Saat Lahir
:
o Keadaan Umum
: Baik
o Warna
: Pink kemerahan
o Kulit
: Vernix Caseosa (+)
o Batang tubuh dan ekstrimitas : Simetris
o Genital
: Tanda genital laki-laki
o Anus
: Intak
o Menangis
: Spontan
o Aktifitas
: Aktif
o Sianosis
: Tidak ada
o Ikterus
: Tidak ada
o Kelainan Bawaan
: Tidak ada
o Suhu
: Ibu pasien tidak dapat mengingat
o Panjang Badan
: 50 cm
o Berat Badan
: 3200 gram
o Lingkar Kepala : Ibu pasien tidak dapat mengingat
Riwayat Perkembangan
5

No. Kegiatan Pertama Kali


1.
Membalik
2.
Telungkup - telentang
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
-

Pada Bulan ke4


5

sendiri
Duduk
Merangkak
Berdiri
Berjalan
Tertawa
Berceloteh
Memanggil mama
Memanggil papa

6
7
9
12
3
8
12
12

Riwayat Nutrisi
Pasien mendapat ASI eksklusif selama 2 bulan pertama. Susu Formula
mulai diberikan bersamaan dengan ASI dari usia 3 bulan. Makanan
pendamping berupa bubur saring diberikan pada usia 4 bulan dan nasi
tim saring pada 8 bulan.

Riwayat Keluarga
Tanggal

Anak ke-

Status

Lahir

Anak

5/07/2011

No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

Riwayat Anak
Masih Hidup
Meninggal
Keterangan
Usia
Sebab
Sakit

kandung

Riwayat Imunisasi
Imunisasi
BCG
Hepatitis B
Polio
DPT
Campak
Hib
PCV
Influenza
MMR
Tifoid
Hepatitis A
Varisela
HPV
Rotavirus

Dasar

Ulangan

III.

PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Fisik di lakukan DM tanggal 24 September 2012
Status Generalis
Keadaan Umum : Sakit sedang
Kesadaran
: Compos mentis
Tanda tanda Vital
:
o Tekanan Darah
: tidak diukur
o Nadi
: 120 x/menit
o Napas
: 42 x/menit
o Suhu
: 38C
Data Antropometri :
o Berat Badan
: 8,4 kg
o Tinggi Badan
: 78 cm
o Lingkar Kepala
: 47 cm
Status Lokalis
Kepala
o Bentuk
: normocephal, deformitas (-), hematoma (-)
o Rambut
: hitam dan tidak mudah dicabut
o Ubun-ubun : sudah menutup

Wajah

: Simetris, bells palsy (-), tic facialis (-), kelainan

kongenital (-)
Mata
o Sklera
o Konjungtiva
o Sekret
o Edema palpebral
o Pupil

: tidak ikterik
: tidak anemis
: tidak ada
: +/+
: 3 mm/ 3mm bulat isokor, refleks

cahaya langsung dan tak langsung +/+


o Lensa
: jernih
Telinga
o Bentuk
: normal, simetris
o Serumen
: tidak ada
o Sekret
: tidak ada
Hidung
o Bentuk
: normal, deviasi septum nasi (-)
o Sekret
: tidak ada
o Epistaksis
: tidak ada
Tenggorokan
o Tonsil
: T1/T1 tenang
o Faring
: tidak hiperemis

Mulut

Mukosa lembab, sianosis (-), kelainan

kongenital (-)
o Bibir
: tidak pucat, tidak kering
o Lidah
: lembab, ditengah, sianosis (-), tremor(-)
o Mukosa mulut
: lembab
Leher
o KGB
: tidak ada pembesaran, nyeri tekan (-)
o Tiroid
: tidak ada pembesaran
Thoraks
: Tidak di temukan kelainan bentuk thorax,
pectus excavatum (-), pectus carinatum (-), massa (-), lesi (-), nyeri
saat inspirasi atau ekspirasi (-)
o Bentuk
: normal
o Paru
Inspeksi : simetris statis dan dinamis, retraksi

suprasternal (+), interkostal (+), substernal (+)


Palpasi : fremitus simetris
Perkusi : redup pada seluruh lapang paru
Auskultasi: bronkial, ronkhi (+/+) di seluruh lapang

paru, wheezing (-), stridor (-)


o Jantung
Inspeksi : Pulsasi iktus kordis tidak tampak
Palpasi
: Iktus kordis teraba 2cm medial dari

linea midklavikula sinistra rongga interkosta V


Perkusi
: Batas jantung kanan pada linea
parasternal interkostal III dekstra, batas jantung kiri
pada 2 cm medial dari linea midklavikula interkosta
V sinistra, batas atas jantung pada linea parasternal

interkosta III sinistra


Auskultasi : S1 S2 reguler, arrhythmia (-), murmur
(-), gallop (-)

Abdomen
o Inspeksi : massa (-), skar (-)
o Auskultasi : Bising usus positif normal
o Palpasi
: supel, datar, hepatosplenomegali (-)
o Perkusi
: timpani pada seluruh lapang abdomen
Genitalia : Tanda kelamin laki-laki, edema (-), lesi (-)
Ekstremitas
:
o Akral
: hangat
o Edema
: tidak ada
o Sianosis : tidak ada
o Capillary Refill Time : <2detik
o tonus
: eutonik
8

o Refleks :
Fisiologis : bisep (++), trisep (++), brakioradial (+

IV.

+), patella (++), achiles (++)


Patologis : Babinski (-), chadock (-), Oppenheim(-)

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium 24/09/2012
Test
HEMATOLOGY
Hb, Hct, WBC,
Thrombocyte
Haemoglobin
Hematocrit
White Blood Cell

Resul
t

Platelet Count

11.51
35.07
9.09
381.8
0

IMMUNOLOGY/SER
OLOGY
Anti Salmonella Typhi
IgM

negati
ve

Unit

g/dL
%
103/L
103/L

Reference
Range

10.80-12.80
35.00-43.00
6.00-17.00
150.00440.00

negative

Thorax AP/PA 24/09/2012


o Tak tampak pelebaran mediastinum superior
o Kedua Sinus costophrenicus dan diafragma normal
o Cor
: Tak membesar, batas kanan dan kiri
jelas, apex di kiri
o Kedua Hilus
: Kasar
o Pulmo
: Tampak bercak-bercak infiltrat pada
kedua perihiler dan parakardial
o Tulang-tulang dada baik
o Kesan : bronchopneumonia
Laboratorium 25/9/2012
Test
HEMATOLOGY
Hb, Hct, WBC,
Thrombocyte
Haemoglobin
Hematocrit
White Blood Cell
Platelet Count

Resul
t

11.54
34.00
19.19
399.2
0

Unit

g/dL
%
103/L
103/L

Reference
Range

10.80-12.80
35.00-43.00
6.00-17.00
150.00440.00

V.

RESUME
Pasien An. DJ, laki-laki, berusia 1 tahun 2 bulan datang bersama ibunya ke
IGD RSUS dengan keluhan sesak sejak 3 hari yang lalu. Sebelum sesak,
pasien pilek dan batuk berdahak sejak 1minggu yang lalu. Sejak 3 hari
yang lalu, pilek membaik, namun batuk semakin hebat, dahak berwarna
merah muda, demam, pasien terlihat menghirup nafas kuat dan bibir
sempat terlihat berwarna biru. Pasien sudah berobat ke rumah sakit lain
dan diberikan obat-obat yang ibunya tidak tahu namanya serta dinebulisasi
sebanyak 3 kali, namun batuk tidak dirasakan membaik. Pada pemeriksaan
fisik ditemukan laju nafas 42 kali / menit, suhu 38C, retraksi suprasternal
(+), interkostal (+), dan subkostal (+), perkusi toraks redup, dan ronki +/+
diseluruh lapang paru. Pada pemeriksaan laboratorium 24/09/2012 tidak
ditemukan adanya kelainan, tetapi pada pemeriksaan 25/09/2012
ditemukan jumlah leukosit 19,19 x 103/ L. Hasil foto toraks menunjukan
adanya kesan bronkopneumonia.

VI.

DIAGNOSIS
Diagnosis Kerja
Bronkopneumonia
Diagnosis Banding
Bronkiolitis

VII.

PENATALAKSANAAN
NON-MEDIKAMENTOSA
Nasal canule oksigen 2 L/menit
MEDIKAMENTOSA
IVFD D5 NS 750 ml/24 jam
Meropenem 3 x 250 mg (IV)
Amikasin 2 x 60 mg (IV)
Parasetamol drops 3 x 0,8 ml (PO)
(Salbutamol 0,75 mg + Ambroksol 1/6 tab + Prednison 1/6 tab)

3 x 1 (Pulv, PO)
VIII. PROGNOSIS
ad vitam
ad fungsionam
ad sanationam

: bonam
: bonam
: dubia ad bonam
10

IX.
Ha
ri
ke1

FOLLOW UP

Tanggal
25/09/20
12

Keterangan
S. Batuk berdahak (+), panas (+)
O. KU: sakit sedang, K: compos mentis, TTV: Suhu=
37,8C, Nafas= 44x/menit, Nadi = 104x/menit
Nafas Cuping Hidung (+)
Pulmo: Retraksi suprasternal, interkostal, dan
subkostal (+) Rhonchi +/+
A. Bronkopneumonia
P.

IVFD D5 NS 750 ml/24 jam


Meropenem 3 x 250 mg (IV)
Amikasin 2 x 60 mg (IV)
Parasetamol drops 3 x 0,8 ml (PO)
(Salbutamol 0,75 mg + Ambroksol 1/6 tab + Prednison 1/6
tab) 3 x 1 (Pulv, PO)
2

26/09/20

S. Batuk membaik, panas (-)

11

12
O. KU: sakit sedang, K: compos mentis, TTV: Suhu=
37,2C, Nafas= 32x/menit, Nadi = 100x/menit
Nafas Cuping Hidung (+)
Pulmo: Retraksi suprasternal (+), interkostal (+),
subkostal (+) Rhonchi +/+
A. Bronkopneumonia
P.

IVFD D5 NS 750 ml/24 jam


Meropenem 3 x 250 mg (IV)
Amikasin 2 x 60 mg (IV)
Parasetamol drops 3 x 0,8 ml (PO)
(Salbutamol 0,75 mg + Ambroksol 1/6 tab + Prednison 1/6
tab) 3 x 1 (Pulv, PO)
3

27/09/20
12

S. Batuk berkurang, panas (-)


O. KU: sakit sedang, K: compos mentis, TTV: Suhu=
36,6C, Nafas= 30x/menit, Nadi = 100x/menit
Nafas Cuping Hidung (-)
Pulmo: Retraksi (-), Rhonchi +/+
A. Bronkopneumonia
P.

Pulang

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Pneumonia hingga saat ini masih tercatat sebagai masalah kesehatan utama
pada anak di negara berkembang.6 Indonesia merupakan negara dengan kasus
pneumonia terbanyak ke-6 dengan estimasi 280 kasus per 1000 balita dari 15 besar
negara dengan kasus pneumonia terbanyak di dunia.2 Perbedaan yang siknifikan
ditemukan apabila insiden tersebut dibandingkan insiden pneumonia di Amerika
Serikat, dimana hanya ditemukan 35-40 kasus per 1000 pada balita dan 7 kasus per
1000 pada anak usia 12 sampai 15 tahun. 4 Selain itu, perbandingan estimasi tingkat
mortalitas pneumonia pada negara maju dan negara berkembang berbeda jauh yaitu 1
per 1000 dengan 100 per 10000.2,4

12

Terdapat berbagai faktor resiko yang menyebabkan tingginya angka mortalitas


pneumonia pada anak balita di negara berkembang. Faktor resiko tersebut, antara lain
pneumonia yang terjadi pada usia muda (bayi dan balita), prematur, berat badan lahir
rendah (BBLR) yaitu dibawah 2500 gram, tidak mendapat imunisasi (Streptococcus
pneumoniae, Haemophilus influenza, campak), tidak mendapat ASI eksklusif (selama
4 bulan pertama), malnutrisi, defisiensi vitamin A, dan tingginya pajanan terhadap
polusi udara (polusi industri atau asap rokok).2,6,7
Menentukan etiologi dari pneumonia pada anak merupakan hal yang sulit,
namun usia pasien dapat menolong dalam menyempitkan kemungkinan etiologi yang
ada.8 Tabel 1 menunjukan penyebab umum dan penyebab yang jarang dari pneumonia
komunitas berdasarkan kelompok umur di negara maju. Spektrum etiologi tersebut
tentu saja tidak dapat begitu saja diekstrapolasikan pada Indonesia atau negara
berkembang lainnya karena faktor resiko pneumonia yang tidak sama, pelayanan
kesehatan, dan vaksinasi konyugat Hib dan pneumokokus telah memiliki cakupan
yang luas.6 Penyebab pneumonia bakterial yang utama di negara berkembang, antara
lain pneumokokus (30-50% dari seluruh kasus), H. influenzae tipe b (Hib; 10-30%),
S. aureus dan K. pneumoniae.2 Respiratory Syncytial Virus (RSV) merupakan
penyebab utama pneumonia viral yaitu 15-40% kasus pneumonia di negara
berkembang dan disusul dengan influenza A dan B, parainfluenza, human
metapneumovirus, dan adenovirus.2
Tabel 1. Etiologi dari Pneumonia-Komunitas berdasarkan Kelompok Umur

13

(Tabel dikutip dari: Ostapchuk M, Roberts DM, Haddy R. Community-Acquired Pneumonia in Infants
and Children. Am Fam Physician 2004; 70:899-908)

Gambaran klinis pneumonia pada bayi dan anak tergantung pada beratringannya infeksi, tetapi secara umum dikelompokkan menjadi gejala infeksi umum
(demam, sakit kepala, gelisah, malaise, penurunan napsu makan, keluhan
gastrointestinal seperti mual, muntah, atau diare) dan gejala gangguan respiratori
(batuk, sesak nafas, retraksi dada, takipnea, napas cuping hidung, air hunger,
merintih, dan sianosis).6 Fitur tipikal dari pneumonia adalah demam dan batuk,
walaupun hampir keseluruhan pasien dengan kedua gejala tersebut tidak menderita
pneumonia tetapi seorang dokter harus selalu memikirkan kemungkinan pneumonia
14

bila ditemukan gejala tersebut.2 Pneumonia bakterial dapat terjadi sebagai komplikasi
dari infeksi saluran napas atas yang diakibatkan virus, dimana pasien pertama kali
datang dengan keluhan batuk dan pilek selama 1-3 hari kemudian diikuti gejala yang
semakin memburuk dengan demam dan distres pernapasan.5 Takipnea (>50 kali/menit
untuk usia 2-12 bulan, >40 kali/menit usia 1-5 tahun, dan >30 kali/menit untuk usia
diatas 5 tahun) merupakan indikator pneumonia yang paling sensitif (74%) dan
spesifik (67%) dibandingkan gejala-gejala lainnya.2,7,8 Selain itu, tanda distres
pernapasan (retraksi, napas cuping hidung, merintih) dan penurunan saturasi oksigen
(<95%) juga tanda yang prediktif untuk infeksi saluran napas bawah. 2 Tanda
pneumonia yang tipikal meliputi, antara lain perkusi yang redup, crackles (ronki
basah), penurunan suara nafas dari auskultasi, dan suara bronkial.2,6,7 Pada neonatus
dan bayi kecil, gejala dan tanda pneumonia lebih beragam dan tidak selalu jelas
terlihat (perkusi dan auskultasi paru tidak ditemukan kelainan).6
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilaksanakan, antara lain darah perifer
lengkap, C-Reactive Protein (CRP), uji serologis, pemeriksaan mikrobiologis, dan
pemeriksaan rontgen toraks.6 Leukositosis (15.000-40.000/mm3) umumnya ditemukan
pada pneumonia bakterial, sedangkan pada pneumonia virus dan mikoplasma
umumnya ditemukan leukosit dalam batas normal atau sedikit meningkat.6
pemeriksaan CRP hanya sedikit menolong dalam membedakan pneumonia bakterial
dengan viral.7 Pemeriksaan mikrobiologik untuk diagnosis pneumonia anak tidak rutin
dilakukan kecuali pada pneumonia berat yang dirawat di rumah sakit. 6 Beberapa
literatur menyatakan bahwa gambaran foto rontgen toraks dapat membantu
mengarahkan kecenderungan etiologi dari pneumonia yaitu gambaran seperti
penebalan peribronkial, infiltrat intersisial merata, dan hiperinflasi cenderung terlihat
pada pneumonia virus, sedangkan infiltrat alveolar berupa konsolidasi segmen atau
lobar, bronkopneumonia, dan air bronchogram sangat mungkin disebabkan oleh
bakteri.6,7 Menurut guideline yang dikeluarkan oleh British Thoracic Society (BTS)
pada bulan Oktober 2011, foto rontgen toraks secara umum tidak memberikan
informasi mengenai etiologi dari pneumonia dan pelaksanaannya secara rutin pada
pneumonia rawat jalan tidak direkomendasikan.7
Penatalaksanaan inisial yang terpenting pada penderita pneumonia adalah
menilai perlu-tidaknya penderita dirawat inap dirumah sakit.4,7 Indikasi umum untuk
rawat inap, antara lain usia muda (<3 bulan), tanda distres pernapasan atau
hipoksemia, faktor penyulit seperti dehidrasi atau muntah hebat yang membutuhkan
15

cairan melalui intravena, penampilan yang toksik, atau adanya penyakit kronik. 4,6,7
Dasar tatalaksana pneumonia adalah pengobatan kausal dengan antibiotik yang sesuai
dan tindakan suportif, meliputi pemberian cairan intravena, terapi oksigen, koreksi
terhadap gangguan keseimbangan asam-basa, elektrolit, dan gula darah. 6 Pada
pneumonia rawat jalan, antibiotik lini pertama yang direkomendasikan adalah
amoksisilin dengan dosis 80-100 mg/kg/hari dibagi dalam 3 dosis (Tabel 2). 4 Pilihan
antibiotik lain yang dapat digunakan pada pneumonia rawat jalan maupun rawat inap
dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 2. Antibiotik yang digunakan pada Pneumonia Rawat Jalan

(Tabel dikutip dari: Durbin WJ, Stille C. Pneumonia. Pediatrics in Review 2008; 29:147-159.)

Tabel 3. Antibiotik yang digunakan pada Pneumonia Rawat Inap

(Tabel dikutip dari: Durbin WJ, Stille C. Pneumonia. Pediatrics in Review 2008; 29:147-159.)

16

BAB IV DISKUSI
Pasien berusia 1 tahun 2 bulan dengan keluhan sesak dan demam sejak 3 hari yang
lalu yang diawali gejala batuk berdahak dan pilek sejak 1 minggu yang lalu
mengarahkan diagnosis ke infeksi saluran napas bawah. Adanya faktor resiko, seperti
ASI eksklusif kurang dari 4 bulan, tidak adanya riwayat imunisasi pneumokokus dan
Haemophilus influenzae tipe B, dan gizi kurang meningkatkan kecurigaan ke arah
pneumonia. Walaupun kecurigaan utama mengarah ke pneumonia, namun
kemungkinan

diagnosis

bronkiolitis

belum

dapat

disingkirkan

mengingat

frekuensinya yang tinggi pada anak berusia dibawah 2 tahun. Adanya riwayat asma
dan alergi di dalam keluarga harus dipikirkan pula sebagai tanda yang dapat
mengarahkan diagnosis ke asma bronkiale.
Penemuan dari takipnea (laju nafas 42 kali/menit), demam (suhu 38C), napas
cuping hidung, retraksi suprasternal, interkostal, dan substernal, adanya ronki bilateral
di seluruh lapang paru, suara napas bronkial, dan tidak ditemukannya mengi pada
pemeriksaan fisik serta gambaran foto rontgen toraks menegakkan diagnosis
bronkopneumonia pada pasien ini. Takipnea, sebagaimana didefinisikan oleh WHO,
merupakan tanda klinis dengan sensitivitas (74%) dan spesifisitas (67%) yang paling
tinggi untuk pneumonia yang dikonfirmasi dengan radiologi, sedangkan crackles
(ronki basah) dan suara nafas bronkial memiliki sensitivitas 75% dan spesifisitas
57%.7
Gambaran bronkopneumonia pada radiologi merupakan bercak-bercak
konsolidasi merata di seluruh lapangan paru yang biasanya ditemukan pada anak-anak
yang lebih kecil dan sering diduga penyebab utamanya adalah Streptococcus
pneumoniae atau sering disebut juga pneumokokus.6 Namun, kelainan foto rontgen
toraks tersebut pada faktanya tidak cukup sensitif serta spesifik untuk membedakan
etiologi antara pneumonia oleh virus atau bakteri. 6,7 Menurut Virkki et al, sensitivitas
temuan infiltrat alveolar pada foto rontgen untuk infeksi karena bakteri adalah 72%
dan spesifisitas 51%, sedangkan infiltrat interstisial untuk virus 49% dan 72%.9
Gambaran bronkopneumonia atau sering disebut patchy pneumonic changes lebih
umum ditemukan pada anak berusia dibawah 5 tahun, sedangkan lobar pneumonia
pada usia 5-15 tahun.7
Pemeriksaan darah pada 24 September 2012 dan 25 September 2012
menunjukan perbedaan jumlah leukosit yang siknifikan yaitu 9,09 x 10 3 / L dan
17

19,19 x 103 / L, disini ada dua hal yang mungkin terjadi. Pertama, infeksi sekunder
dari bakteri yang baru menunjukan peningkatan leukosit, sedangkan yang kedua
adalah kesalahan dalam pemeriksaan laboratorium. Hal utama yang perlu diketahui
adalah peningkatan leukosit pada bronkopneumonia tidak siknifikan dan tidak perlu
dipikirkan secara mendalam, walaupun beberapa literatur ada yang menggunakannya
sebagai acuan untuk membedakan infeksi pneumonia bakterial atau viral. Menurut
Korppi, kombinasi dari CRP > 8 mg/dL, leukosit > 17 x 10 3 /L, prokalsitonin > 0,8
mg/L, dan laju endap darah (LED) > 63 mm/jam hanya memiliki sensitivitas sebesar
61% dan spesifisitas 65% untuk pneumonia yang disebabkan pneumokokus, bila
infiltrat alveolar pada gambaran radiologi dimasukkan maka spesifisitas meningkat
menjadi 82% sedangkan sensitivitas menjadi 34%.10
Adanya tanda-tanda distres pernapasan berupa retraksi dada merupakan salah
satu indikasi untuk rawat inap pada pasien ini. Tatalaksana yang dilakukan pada
pasien ini adalah terapi oksigen dengan nasal kanul 2L/menit, cairan rumatan berupa
D5 NS 750 ml/24 jam, pemberian antibiotik secara intravena (meropenem 3x
250mg

dan amikasin 2x60 mg), dan pengobatan simtomatik (parasetamol,

salbutamol, ambroksol, dan prednison). Hal utama dalam tatalaksana pneumonia


adalah pengobatan dari etiologinya, dalam hal ini berupa pengobatan terhadap bakteri
sebagai etiologi utama pneumonia dalam negara berkembang. 2,3 Jenis antibiotik yang
digunakan tentunya harus berdasarkan epidemiologi yang ada karena pengobatan
yang dilakukan sifatnya empiris, dalam hal ini bakteri yang paling umum adalah
Streptococcus pneumoniae (30-50%) dan Haemophilus influenzae (10-30%).2 Pada
pasien rawat inap, beberapa antibiotik parenteral yang direkomendasikan oleh BTA
dan beredar di Indonesia adalah sefotaksim atau seftriakson.7 Pada pasien ini
pemberian dua jenis antibotik (meropenem dan amikasin) tidak rasional, walaupun
meropenem sebenarnya juga termasuk salah satu antibiotik yang dapat digunakan.
Amikasin bukan merupakan drug of choice pada pasien anak dengan pneumonia
karena spektrum dari etiologi bakteri umumnya adalah gram positif (Streptococcus
pneumoniae), selain itu untuk Haemophilus influenzae pun amikasin bukan antibiotik
pilihan.11 Pada pasien ini, pengobatan yang rasional seharusnya hanya diberikan terapi
oksigen, satu jenis antibiotik, dan antipiretik. Pasien ini menunjukan penyembuhan
yang sesuai dengan literatur yaitu panas turun dalam 48-72 jam setelah pemberian
antibiotik.11 Hal ini menunjukkan kemungkinan penyebab pneumonia pada pasien ini
memang merupakan bakteri.
18

DAFTAR PUSTAKA
1. World Health Organization. Pneumonia: The Forgotten Killer of Children.
Geneva:

World

Health

Organization;

2006.

Available

at:

http://whqlibdoc.who.int/publications/2006/9280640489_eng.pdf
2. Rudan I, Boschi-Pinto C, Biloglav Z, Mulholland K, Campbell H.
Epidemiology and Etiology of Childhood Pneumonia. Bulletin of the World
Health Organization 2008; 86:408-16.
3. Ghimire M, Bhattacharya SK, Narain JP. Pneumonia in South-East Asia
Region: Public Health Perspective. Indian J Med Res 2012; 135:459-68.
4. Durbin WJ, Stille C. Pneumonia. Pediatrics in Review 2008; 29:147-59.
5. Wagener JS. Pneumonia. Dalam: Bajaj L, Hambidge SJ, Kerby G, Nyquist
AC. Bermans Pediatric Decision Making. 5th ed. Philadelphia: Saunders;
2011. Hal.754-59.
6. Said M. Pneumonia. Dalam: Rahajoe N, Supriyatno B, Setyanto DB. Buku
Ajar Respirologi Anak. Edisi pertama, cetakan ketiga. Ikatan Dokter Anak
Indonesia 2012. Hal. 350-65
7. Harris et al. British Thoracic Society Guidelines for the Management of
Community Acquired Pneumonia in Children: Update 2011. Thorax 2011;
66:ii1-ii23
8. Ostapchuk M, Roberts DM, Haddy R. Community-Acquired Pneumonia in
Infants and Children. Am Fam Physician 2004; 70:899-908
9. Virkki R, Juven T, Rikalainen H,et al. Differentiation of bacterial and viral
pneumonia in children.Thorax 2002; 57:438-41.
10. Korppi M. Non-specific host response markers in the differentiation between
pneumococcal and viral pneumonia: what is the most accurate combination?
Pediatr Int 2004; 46:545-50.
11. Bradley JS, Byington CL, Shah SS, et al. The management of communityacquired pneumonia (CAP) in infants and children older than 3 months of age:
clinical practice guidelines by the Pediatric Infectious Diseases Society (PIDS)
and the Infectious Diseases Society of America (IDSA). Clin Infect Dis.
2011;53(7):e25e76

19

You might also like