Professional Documents
Culture Documents
KANKER OVARIUM
Disusun untuk memenuhi tugas Profesi Departemen Medikal
Disusun oleh:
DINA MUKMILAH MAHARIKA 140070300011242
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Kanker ovarium merupakan tumor dengan histiogenesis yang beraneka ragam, dapat
berasal dari ketiga (3) dermoblast (ektodermal, endodermal, mesodermal) dengan sifat-sifat
histiologis maupun biologis yang beraneka ragam (Smeltzer & Bare, 2002).
Terdapat pada usia peri menopause kira-kira 60%, dalam masa reproduksi 30% dan
10% terpadat pada usia yang jauh lebih muda. Tumor ini dapat jinak (benigna), tidak jelas jinak
tapi juga tidak jelas / pasti ganas (borderline malignancy atau carcinoma of low maligna
potensial) dan jelas ganas (true malignant) (Priyanto, 2007).
Kanker ovarium sebagian besar berbentuk kista berisi cairan maupun padat. Kanker
ovarium disebut sebagai silent killer. Karena ovarium terletak di bagian dalam sehingga tidak
mudah terdeteksi 70-80% kanker ovarium baru ditemukan pada stadium lanjut dan telah
menyebar (metastasis) kemana-mana (Wiknjosastro, 1999).
2. Epidemiologi
Kanker ovarium merupakan keganasan ketiga terbanyak pada saluran genitalia
wanita.Kanker ovarium sangat sukar terdiagnosa pada stadium awal, sehingga sebagian besar
kasus baru ditemukan pada stadium yang telah lanjut (Ari, 2008). Kanker ovarium jarang terjadi
pada wanita dengan usia di bawah 40 tahun, sebagian besar terjadi pada wanita umur 40
sampai 65 tahun. Angka kejadian kanker ovarium lebih dari 16 kasus per 100.000 wanita umur
40 sampai 44 tahun meningkat menjadi 57 kasus per 100.000 wanita umur 70 sampai 74 tahun.
World Health Organization (WHO) pada tahun 2002 melaporkan bahwa kanker ovarium di
Indonesia menempati urutan ke empat terbanyak dengan angka insiden mencapai 15 kasus per
100.000 wanita setelah kanker payudara, korpus uteri, dan kolorektal (Fauzan, 2009).
Di Amerika serikat, sekitar 1 dari 70 wanita terkena kanker ovarium, dimana kanker
ovarium merupakan 4% dari semua kanker pada wanita dengan jumlah kasus baru dan angka
mortalitas kanker ovarium meningkat setiap tahunnya, dimana pada tahun 2002 diperoleh
sebanyak 23.300 kasus, dengan angka kematian sebesar 56,29% dari kasus tersebut, tahun
2003 meningkat menjadi 25.400 kasus, dengan angka kematian sebesar 59,66% dari kasus,
dan tahun 2007 menjadi 22.430 kasus baru dengan angka kematian meningkat mencapai
68,12%. (American Cancer Society, 2010).
Sedangkan di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah, pada tahun 2005 diperoleh
angka kejadian kanker ovarium sebesar 35% dari seluruh kanker ginekologis di RSUP Sanglah
dengan angka harapan hidup selama lima tahunnya hanya sebesar 15% (Karyana, 2005).
3. Klasifikasi
Klasifikasi kanker ovarium belum ada keseragamannya, namun tidak ada perbedaan
sifat fundamental. Menurut International Federation of Ginecologic and Obstetrics (FIGO),
kanker ovarium dibagi dalam 3 kelompok besar sesuai dengan jaringan asal tumor dan
kemudian
masing-masing
kelompok
terdiri
dari
berbagai
spesifikasi
sesuai
dengan
histopatologi:
a. Kanker Berasal dari Epitel Permukaan
Kanker yang berasal dari epitel permukaan merupakan golongan terbanyak dan
sebagian besar 85 % kanker ovarium berasal dari golongan ini. Lebih dari 80% kanker
ovarium epitel ditemukan pada wanita pascamenopause di mana pada usia 62 tahun
adalah usia kanker ovarium epitel paling sering ditemui.
Jenis-jenis kanker ovarium epitel permukaan :
1) Karsinoma Serosa
Karsinoma ini merupakan keganasan epitel ovarium yang tersering ditemukan.
Mudah tersebar di kavum abdomen dan pelvis, irisan penampang tumor sebagai kistik
solid. Tumor jenis ini di bawah mikroskop menurut diferensiasi sel kanker dibagi menjadi
diferensiasi baik (benigna) yang memiliki percabangan papilar rapat, terlihat mitosis, sel
nampak anaplastik berat, terdapat invasi intersisial jelas, badan psamoma relatif banyak.
Pada kanker diferensiasi sedang (borderline) dan buruk (maligna) memiliki lebih banyak
area padat, papil sedikit atau tidak ada, dan badan psamoma tidak mudah ditemukan.
2) Karsinoma Musinosa
Karsinoma jenis ini lebih jarang ditemukan dibanding karsinoma serosa. Sebagian
besar tumor multilokular, padat dan sebagian kistik, di dalam kista berisi musin gelatinosa,
jarang sekali tumbuh papila eksofitik, area solid berwarna putih susu atau merah jambu,
struktur rapat dan konsistensi rapuh. Tumor jenis ini di bawah mikroskop dibagi menjadi
tiga gradasi, di mana yang berdiferensiasi baik dan sedang memiliki struktur grandular
jelas, percabangan papila epitel rapat, terdapat dinding bersama grandular, atipia inti sel
jelas, terdapat invasi intersisial. Pada kanker diferensiasi buruk struktur grandular tidak
jelas, mitosis atipikal bertambah banyak, produksi musin dari sel sangat sedikit.
3) Karsinoma Endometroid
Kira-kira 20% kanker ovarium terdiri dari karsinoma endometroid. Sebagian besar
tumor berbentuk solid dan di sekitarnya dijumpai kista. Arsitek histopatologi mirip dengan
karsinoma endometrium dan sering disertai metaplasia sel skuamos. Lebih dari 30 %
karsinoma endometroid dijumpai bersama-sama dengan adenokarsinoma endometrium.
Endometroid borderline dan endometroid adenofibroma jarang dijumpai.
4) Karsinoma Sel Jernih ( Clear Cell Carcinoma )
Tumor ini berasal dari duktus muleri. Pada umumnya berbentuk solid, sebagian
ada juga berbentuk kistik, warna putih kekuning-kuningan. Arsitek histopatologi terdiri dari
kelenjar solid dengan bagian papiler. Sitoplasma sel jernih dan sering dijumpai hopnail
appearance yaitu inti yang terletak di ujung sel epitel kelenjar atau tubulus.
5) Tumor Brenner
Tumor ini diduga berasal dari folikel. Biasanya solid dan berukuran 5-10 cm dan
hampir bersifat jinak. Tumor ini sering dijumpai insidentil pada waktu dilakukan
histerektomi.
b. Kanker Berasal dari Sel Germinal Ovarium (Germ Cell)
Tumor ini lebih banyak pada wanita umur di bawah 30 tahun. Di antaranya :
1) Disgerminoma
Adalah tumor ganas sel germinal yang paling sering ditemukan, ukuran diameter
5-15 cm, berlobus-lobus, solid, potongan tumor berwarna abu-abu putih sampai abu-abu
cokelat dengan potongan mirip ikan tongkol. Kelompok sel yang satu dengan yang lain
dipisahkan oleh jaringan ikat tipis dengan infiltrasi sel radang limfosit. Gambaran
histopatologi mirip dengan seminoma testis pada laki-laki. Neoplasma ini sensitif terhadap
radiasi. Tumor marker untuk disgerminoma adalah serum Lactic Dehydrogenase (LDH)
dan Placental Alkaline Phosphatase (PLAP).
kompleks,
jaringan
embrional
belum
berdiferensiasi
umumnya
berupa
neuroepitel. Tumor ini mempunyai angka rekurensi dan metastasis tinggi, tapi tumor
rekuren dapat bertransformasi dan immatur ke arah matur, regularitasnya condong
menyerupai pertumbuhan embrio normal. Tumor marker untuk teratoma immatur adalah
alfa fetoprotein (AFP) dan chorionic gonadotropin (HCG).
4) Teratokarsinoma
Sangat ganas, sering disertai sel germinal lain, AFP dan HCG serum dapat positif.
Massa tumor relatif besar, berkapsul, sering ditemukan nekrosis berdarah. Di bawah
mikroskop tampak sel primordial poligonal membentuk lempeng, pita dan sarang,
displasia menonjol, mitosis banyak ditemukan, nukleus tampak vakuolasi, intrasel tampak
butiran glasial PAS positif.
c. Kanker Berasal dari Stroma Korda Seks Ovarium (Sex Cord Stromal)
Tumor yang berasal dari sex cord stromal adalah tumor yang tumbuh dari satu
jenis. Kira-kira 10% dari tumor ganas ovarium berasal dari kelompok ini. Pada penderita
tumor sel granulosa, umur muda atau pubertas terdapat keluhan perdarahan pervagina,
pertumbuhan seks sekunder antara lain payudara membesar dengan kolostrum,
pertumbuhan rambut pada ketiak dan pubis yang disebut pubertas prekoks.
Berdasarkan teori tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin dini usia seorang
wanita mengalami menstruasi, akan makin lambat mencapai menopause, dan tidak
pernah hamil atau memiliki keturunan merupakan berbagai kondisi yang dapat
meningkatkan frekuensi ovulasi akan meningkatkan risiko terjadinya kanker ovarium.
Sedangkan berbagai kondisi yang menekan frekuensi ovulasi, seperti kehamilan dan
menyusui justru menurunkan risiko terjadinya kanker ovarium (Busman, 2008).
Terjadinya ovulasi dan bertambahnya umur seorang wanita meyebabkan
terperangkapnya fragmen epitel permukaan ovarium pada cleft (invaginasi pada
permukaan) dan badan inklusi pada kortek ovarium. Beberapa penelitian telah
membuktikan bahwa terdapat hubungan antara frekuensi metaplasia dan neoplasma
pada daerah-daerah ovarium yang mengalami invaginasi dan terbentuknya badan inklusi
(Busman, 2008).
b. Teori inflamasi
Teori ini berdasarkan pada penelitian bahwa angka insiden kanker ovarium
meningkat pada wanita yang mengalami infeksi atau radang pada panggul.Menurut teori
ini, berbagai karsinogen dapat mencapai ovarium melalui saluran genitalia.Walaupun
adanya proteksi terhadap risiko kanker ovarium melalui ligasi tuba dan histerektomi
mendukung teori ini, namun peranan signifikan faktor reproduksi lainnya tdak dapat
dijelaskan dengan teori ini (Busman, 2008).
c. Teori gonadotropin
Teori ini berdasarkan data epidemiologis dan data dari hewan percobaan.Pada
rodentia ditemukan adanya penurunan estrogen dan peningkatan sekresi gonadotropin
hipofisis dapat mengakibatkan perkembangan tumor ovarium.Pada hewan tersebut,
adanya penurunan estrogen dan peningkatan sekresi gonadotropin hipofisis dapat
mengakibatkan perkembangan tumor ovarium. Ovarium yang terpapar bahan karsinogen,
seperti Dimethylbenzanthrene (DMBA) akan berkembang menjadi tumor setelah
ditransplantasikan pada tikus yang telah menjalani ooforektomi, namun hal tersebut tidak
ditemukan pada tikus yang sebelumnya dilakukan pengangkatan kelenjar pituitary (Choi,
2007).
d. Teori Androgen
Berdasarkan penelitian Risch (1988) pada hewan percobaan ditemukan bahwa
adanya reseptor androgen pada sel epitel ovarium babi dapat memacu pertumbuhan sel
ovarium menjadi kista, papiloma ataupun adenoma. Pada kanker ovarium ditemukan
adanya kadar androgen yang meningkat (Rasjidi, 2010).
Teori androgen didasarkan pada bukti bahwa epitel ovarium mengandung reseptor
androgen. Epitel ovarium terpapar oleh androgen yang berasal dari ovarium itu sendiri.
Kista
inklusi
yang
berada
di
dekat
folikel
yang
sedang
berkembang
dipicu
a. Usia
Etiologi kanker ovarium belum diketahui secara jelas. Namun, telah diketahui
bahwa meningkatnya usia merupakan faktor terkuat yang memperbesar risiko kanker
ovarium. Tumor ganas ovarium dapat terjadi pada semua umur. Sebagian kanker ovarium
menyerang wanita lanjut usia dan paruh baya, dengan tingkat kejadian tertinggi
dilaporkan di Amerika Utara dan Eropa Utara, dan terendah di Jepang dan di negara
berkembang (Greenlee et al., 2000).
Survey Epidemiology End Result periode tahun 2004-2008 menyebutkan, nilai
tengah usia pasien saat didiagnosis tumor ovarium adalah 63 tahun. Sekitar 1.2 %
didiagnosis di bawah usia 20 tahun, terus meningkat sebanyak 3.5 % antara usia 20 dan
34 tahun, 7.3 % antara 35 dan 44 tahun, 19.1 % antara 45 dan 54 tahun, dan mencapai
23.1 % antar 55 dan 64 tahun. Insidensi menurun menjadi 19.7 % antara 65 dan 74
tahun, 18.2 % antara 75 dan 84 tahun dan hanya 8 % di atas usia 85 tahun (SEER, 2011).
Peningkatan angka kejad ian kanker ovarium pada usia menopause dapat
dikaitkan dengan penurunan oosit atau sel germinal, penurunan tingkat sirkulasi estrogen,
atau peningkatan yang signifikan dalam produksi kelenjar pituitari terhadap hormon
gonadotropic Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH). Ovulasi,
faktor pertumbuhan, sitokin, dan agen lingkungan dapat berperan dalam inisiasi dan
perkembangan kanker ovarium (Vanderhyden et al., 2003).
b. Faktor homonal
1) Kontrasepsi Oral
Kontrasepsi oral adalah faktor pelindung terhadap kanker ovarium. Sebuah
reanalisis dari 45 studi terpisah yang dilakukan di 21 negara menunjukkan bahwa
semakin lama seorang wanita telah menggunakan kontrasepsi oral, semakin besar
pengurangan risikonya (Beral et al., 2007).
Berbagai penelitian telah mempelajari pengaruh jumlah dan jenis kontrasepsi oral
dalam mengurangi risiko kanker ovarium. Salah satu penelitian yang digunakan dalam
analisis Harvard, Cancer and Study Hormone Steroid (CASH), menemukan bahwa
penurunan risiko kanker ovarium adalah sama tanpa memandang jenis atau jumlah
esterogen atau progestin dalam pil. Adapun sebuah analisis lebih baru dari studi CASH
menunjukkan bahwa kontrasepsi oral dengan konsentrasi progestin yang tinggi
mengurangi risiko kanker ovarium lebih dibanding olahan dengan kadar progestin rendah
2009).
Sebelum pertengahan 1970-an diketahui adanya kontaminasi serat abses pada
bedak talk dan pada tahun 1975 telah dirumuskan pedoman untuk mencegah kontaminasi
ini. Penelitian sebelumnya tahun 1975, menunjukkan adanya peningkatan risiko kanker
ovarium pada penggunaan bedak talk. Akan tetapi penelitian yang dilakukan setelah
tahun 1975 tidak menunjukkan hal ini (Wu et al., 2009).
f.
Riwayat Keluarga
Risiko kanker ovarium meningkat pada wanita dengan riwayat keluarga penderita
kanker ovarium. Wanita yang memiliki saudara derajat 1 (ibu atau saudara kandung)
dengan diagnosis kanker ovarium memiliki risiko meningkat tiga sampai empat kali lipat
terkena penyakit ini dibandingkan dengan wanita yang tidak memiliki riwayat keluarga,
meskipun hanya sekitar 10 % kasus kanker ovarium terjadi pada wanita dengan riwayat
keluarga (Granstrom et al., 2008).
Pada karsinoma ovarium ditemukan dua gen yang bertanggung jawab pada 2/3
familial atau 5 % secara keseluruhan yaitu gen BRCA1 yang berlokasi pada kromosom 17
(17q21) dan gen BRCA2 yang berlokasi pada kromosom 13q-12-13 (Kumar et al., 2005).
Perkiraan risiko kenker ovarium pada populasi umum adalah sebesar 1.4 % (14
dari 1000). Angka ini meningkat menjadi 15 sampai 40 persen (150 - 400 dari 1000) pada
wanita dengan mutasi gen BRCA1 dan BRCa2 (Bethesda, 2009; Granstrom et al., 2008).
6. Patofisiologi
Tumor ganas ovarium diperkirakan sekitar 15-25% dari semua tumor ovarium. Dapat
ditemukan pada semua golongan umur, tetapi lebih sering pada usia 50 tahun ke atas, pada
masa reproduksi kira-kira separuh dari itu dan pada usia lebih muda jarang ditemukan. Faktor
predisposisi ialah tumor ovarium jinak. Pertumbuhan tumor diikuti oleh infiltrasi, jaringan sekitar
yang menyebabkan berbagai keluhan samar-samar. Kecenderungan untuk melakukan
implantasi dirongga perut merupakan ciri khas suatu tumor ganas ovarium yang menghasilkan
asites (Brunner dan Suddarth, 2002).
Banyak tumor ovarium tidak menunjukkan tanda dan gejala, terutama tumor ovarium
kecil. Sebagian tanda dan gejala akibat dari pertumbuhan, aktivitas hormonal dan komplikasi
tumor-tumor tersebut.
a. Akibat Pertumbuhan
Adanya tumor di dalam perut bagian bawah bisa menyebabkan pembesaran perut,
tekanan terhadap alat sekitarnya, disebabkan oleh besarnya tumor atau posisinya dalam
perut. Selain gangguan miksi, tekanan tumor dapat mengakibatkan konstipasi, edema,
tumor yang besar dapat mengakibatkan tidak nafsu makan dan rasa sakit.
b. Akibat aktivitas hormonal
Pada umumnya tumor ovarium tidak menganggu pola haid kecuali jika tumor itu sendiri
mengeluarkan hormon.
c. Akibat Komplikasi
1) Perdarahan ke dalam kista : Perdarahan biasanya sedikit, kalau tidak sekonyongkonyong dalam jumlah banyak akan terjadi distensi dan menimbulkan nyeri perut.
2) Torsi : Torsi atau putaran tangkai menyebabkan tarikan melalui ligamentum
infundibulo pelvikum terhadap peritonium parietal dan menimbulkan rasa sakit.
3) Infeksi pada tumor
Infeksi pada tumor dapat terjadi bila di dekat tumor ada tumor kuman patogen seperti
appendicitis, divertikalitis, atau salpingitis akut d. Robekan dinding kista Robekan
pada kista disertai hemoragi yang timbul secara akut, maka perdarahan dapat sampai
ke rongga peritonium dan menimbulkan rasa nyeri terus menerus.
4) Perubahan keganasan
Dapat terjadi pada beberapa kista jinak, sehingga setelah tumor diangkat perlu
dilakukan pemeriksaan mikroskopis yang seksama terhadap kemungkinan perubahan
keganasan (Wiknjosastro,1999). Tumor ganas merupakan kumpulan tumor dan
histiogenesis yang beraneka ragam, dapat berasal dari ketiga (3) dermoblast
(ektodermal, endodermal, mesodermal) dengan sifat histiologis maupun biologis yang
beraneka ragam, kira-kira 60% terdapat pada usia peri menopause 30% dalam masa
reproduksi dan 10% usia jauh lebih muda. Tumor ovarium yang ganas, menyebar
secara limfogen ke kelenjar para aorta, medistinal dan supraclavikular. Untuk
selanjutnya menyebar ke alat-alat yang jauh terutama paru-paru, hati dan otak,
obstruksi usus dan ureter merupakan masalah yang sering menyertai penderita tumor
ganas ovarium (Harahap, 2003).
7. Pathway
(Terlampir)
8. Manifestasi Klinis
Biasanya, keluhan utama yang dirasakan oleh penderita kanker ini adalah sakit di
bagian abdominal (perut bawah) yang disertai dengan rasa kembung, sulit buang air besar,
sering buang air kecil dan sakit kepala.
Kalau kanker ovarium ini sudah masuk dalam stadium lanjut, gejalanya pun bertambah,
seperti : Rasa tidak nyaman di bagian perut bawah selama menstruasi (akibat darah haid yang
terlalu deras keluar atau gumpalan darah haid), rasa kejang di perut, pendarahan lewat vagina
yang tidak normal, serta nyeri di seputar kaki.
Lebih lanjut, perempuan dengan tumor stromal akan mengalami gejala berikut akibat
dari pengaruh hormon estrogen dan progesteron, seperti terjadi pendarahan padahal sudah
menopause, terlalu cepat mendapat menstruasi, payudara cepat membesar pada remaja,
menstruasi terhenti dan adanya pertumbuhan rambut di muka dan tubuh.
Tanda paling penting adanya kanker ovarium adalah ditemukannya massa tumor di
pelvis. Bila tumor tersebut padat, bentuknya irreguler dan terfiksir ke dinding panggul,
keganasan perlu dicurigai. Bila di bagian atas abdomen ditemukan juga massa dan disertai
asites, keganasan hampir dapat dipastikan.
9. Pemeriksaan Diagnostik
Tindakan awal yang dilakukan untuk mendiagnosis tumor ovarium adalah anamnesis
dan pemeriksaan fisik ginekologi meliputi pemeriksaan pelvik dan rectal. Pemeriksaan
bimanual, perabaan uterus dan ovarium dilakukan untuk mengetahui bentuk, ukuran, lokasi,
konsistensi dan mobilitas dari masa tumor (Djuanda et al., 2001).
Jika ditemukan tumor pada pemeriksaan maka setelah diteliti sifat-sifatnya (besar
lokalisasi, permukaan, konsistensi, apakah dapat digerakkan atau tidak) langkah selanjutnya
adalah menentukan jenisnya bersifat neoplastik atau non neoplastik (Sutoto, 2007).
Tumor oleh karena radang umumnya menunjukkan gejala peradangan genital dan
dalam pemeriksaan tidak dapat digerakkan akibat adanya perlekatan. Kista non neoplastik
umumnya tidak membesar dan dapat menghilang dengan sendirinya. Adapun jika tumor itu
bersifat neoplastik, timbul persoalan apakah tumor itu jinak atau ganas. Diagnosis pasti
keganasan ovarium memerlukan tindakan laparostomi eksploratif. Akan tetapi, pemeriksaan
dan analisis yang tajam dapat membantu pembuatan diferensial diagnosis sebelum dilakukan
operasi. (Berek, 2005; Sutoto, 2007).
Metode-metode yang selanjutnya dapat menolong dalam pembuatan diagnosis yang
tepat antara lain,
a. Laparoskopi
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah tumor berasal
dari ovarium atau tidak, dan untuk menentukan sifat- sifat tumor itu.
b. USG
Pemakaian
USG
transvaginal
(transvaginal
color
flow
doppler)
dapat
c. Foto Rontgen
1) Sitologi
Jika pada surgical staging ditemukan cairan peritoneum atau asites, cairan
tersebut harus diambil untuk pemeriksaan sitologi. Sebaliknya, jika cairan peritoneum
atau asites tidak ada, harus dilakukan pembilasan kavum abdomen dan cairan bilasan
tersebut diambil sebagian untuk pemeriksaan sitologi. Penelitian pada kasus-kasus
kanker ovarium stadium IA ditemukan hasil sitologi positif pada 36% kasus, sedangkan
pada kasus-kasus stadium lanjut, sitologi positif ditemukan pada 45% kasus.
2) Apendektomi
Tindakan apendektomi yang rutin masih controversial. Metastasis ke apendiks
jarang terjadi pada kasus kanker ovarium stadium awal (<4%). Pada kanker ovarium
epithelial jenis musinosum, ditemukan metastasis pada 8% kasus. Oleh karena itu,
apendektomi harus dilakukan secara rutin pada kasus kanker ovarium epithelial jenis
musinosum.
3) Limfadenektomi
Limfadenektomi merupakan suatu tindakan dalam surgical staging. Ada dua
jenis tindakan limfadenektomi, yaitu:
1. Limfadenektomi
selektif
(sampling
lymphadenectomy/selective
umum
penderita.
Tindakan
operasi
pengangkatan
tumor
primer
dan
1) Operasi sitoreduksi
Ada dua teknik operasi sitoreduksi, yaitu :
a. Sitoreduksi konvensional
Sitoreduksi konvensional ini adalah sitoreduksi yang biasa dilakukan, yaitu
operasi yang bertujuan membuang massa tumor sebanyak mungkin dengan
menggunakan alat-alat operasi yang lazim seperti pisau, gunting, dan jarum
jahit.
b. Sitoreduksi teknik baru
Sitoreduksi teknik baru sangat berbeda dengan sitoreduksi konvensional yang
memakai pisau, gunting, dan jarum jahit. Dengan teknik baru tersebut dapat
dilakukan sitoreduksi dari massa tumor yang berukuran beberapa milimeter
sampai hilang sama sekali.
Alat-alat yang digunakan adalah sebagai berikut :
a. Argon beam coagulator, di mana alat electrosurgical ini mengalirkan arus listrik
ke jaringan dengan menggunakan berkas gas argon. Keuntungan penggunaan
alat ini adalah distribusi energi yang dihasilkan merata terhadap jaringan dan
lebih sedikit mengakibatkan trauma panas dan nekrosis jaringan.
b. Cavitron ultrasonic surgical aspirator (CUSA), di mana alat ini menggabungkan
tiga mekanisme kerja dalam satu hand-set, yaitu: alat fragmentasi jaringan
(vibrating tip), alat irrigator untuk daerah yang difragmentasi dan alat aspirator
jaringan yang difragmentasi. CUSA bekerja sebagai akustik fibrator dengan
frekuensi 23.000 HZ, yang mengubah energi listrik menjadi energi mekanik.
c. Teknik laser.
2) Kemoterapi
Keganasan ovarium tidak dapat disembuhkan tuntas hanya dengan operasi,
kemoterapi anti kanker merupakan tindakan penting yang tidak boleh absent dalam
prinsip terapi gabungan terhadap kanker ovarium, lebih efektif untuk pasien yang
sudah berhasil menjalani operasi sitoreduksi.
3) Radioterapi
dan hidrotoraks. Keadaan ini dapat ditemukan pada beberapa tumor neoplastik jinak
lain. Dengan pengangkatan tumor, sindrom juga menghilang. Cairan di rongga toraks
berasal dari cairan di rongga perut. Sindroma meigs harus dibedakan dengan asites
dengan atau tanpa hidrotoraks yang ditemukan pada tumor ganas. Dalam hal yang
terakhir ditemukan sel-sel tumor ganas dalam sedimen cairan (Sutoto, 2007). Pada
keganasan ovarium, gejala awal sering kali tidak khas, oleh karena itu lebih dari 70 %
perderita kanker ovarium ditemukan sudah dalam stadium lanjut (Busmar, 2008).
12. Asuhan keperawatan
Yaitu suatu kegiatan mengumpulkan dan mengorganisasikan data yang dikumpulkan
dari berbagai sumber dan merupakan dasar untuk tindakan dan keputusan yang diambil pada
tahap-tahap selanjutnya. Adapun pengkajiannya meliputi :
1. Aktivitas dan Istirahat
Gejala : Kelemahan / keletihan
Perubahan pada pola istirahat dan jam kebiasaan tidur pada malam hari,adanya factor-faktor
yang memepengaruhi tidur misal, nyeri, ansietas, berkeringat malam.
2. Sirkulasi
Gejala : Palpitasi, nyeri dada pada pengeragan kerja.
Tanda : Perubahan pada TD.
3. Integritas ego
Gejala : Faktor stress (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan cara mengatasi stress
(missal,
merokok,
minum
alcohol,
religius/spiritual).
Tanda : Menyangkal, menarik diri, marah.
4. Eliminasi
menunda
mencari
pengobatan,
keyakinan
Gejala : Perubahan pada pola defekasi missal, darah pada feses, nyeri pada defekasi.
Perubahan pada eliminasi urinarius masal, nyeri atau rasa terbakar pada saat berkemih,
hematuria, sering berkemih.
Tanda : Perubahan pada bising usus, disensi abdomen.
5. Makanan / cairan
Gejala : Kebiasaan diet buruk (missal, rendah serat, tinggi lemak, aditif bahan pengawet).
Anoreksia, mual/muntah.
Perubahan pada berat badan,penurunan berat badan,berkurangnya masa otot.
Tanda : Perubahan pada kelembaban/turgor kulit, edema.
6. Neurosensori
Gejala : Pusing, sinkope.
7. Nyeri / kenyamanan
Gejala : Tidak ada nyeri/derajat bervariasi missal, ketidaknyamanan ringan sampai nyeri
berat.
8. Pernafasan
Gejala : Merokok (Tembakau, hidup dengan seseorang yang merokok, pemajanan asbes).
9. Keamanan
Gejala : Pemajana pada kimia toksik, karsinogen.
Tanda : Demam, ruam kulit, ulserasi.
10. Seksualitas
Gejala : Masalah seksual misalnya, dampak pada hubungan, perubahan pada tingkat
kepuasan. Nuligravida lebih besar dari usia 30 tahun Multigravida, pasangan seks multiple,
aktivitas seksual dini, herpes genital.
11. Interaksi sosial
:
1. Klien mengatakan nyeri hilang atau berkurang
2. Klien tampak rileks tidak menahan nyeri
3. Klien mengikuti aturan farmakologis yang ditentukan
Intervensi :
a. Kaji skala nyeri misal : lokasi, durasi, frekuensi dan intensitas
b. Dorong penggunaan ketrampilan manajemen nyeri
c. Berikan tindakan kenyamanan dasar, misal : gosok punggung dan aktivitas
hiburan
d. Evaluasi penghilangan nyeri / kontrol e. Evaluasi sadarai terapi tertentu, misal :
pembedahan, radiasi, kemoterapi
e. Kolaborasi : Kembangkan rencana manajemen nyeri dengan pasien dan dokter
berikan analgetik
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d status hipermetabolik, konsekuensi
kemoterapi, radiasi, pembedahan, distress emosional, keletihan
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan
KH :
1. BB stabil, tidak terdapat tanda malnutrisi
2. Pengungkapan pemohonan pengaruh individual pada masukan adekuat
3. Berpartisipasi dalam intervensi spesifik untuk merangsang nafsu makan,
peningkatan nafsu makan
Intervensi :
a.
b.
c.
b.
c.
d.
e.
f.
3. Resiko tinggi terhadap infeksi b/d ketidakadekuatan pertahanan sekunder dan imunosupresi,
malunutrisi, proses penyakit kronis
Tujuan : Tidak terjadi infeksi atau infeksi terhindar dengan
KH :
1. Mengidentifikasi dan berpartisipasi dalam intervensi untuk mencegah /
mengurangi resiko infeksi
2. Tetap tidak demam dan mencapai pemulihan tepat pada waktunya
Intervensi :
a. Tingkatkan prosedur mencuci tangan yang baik, batasi pengunjung yang
b.
c.
d.
e.
f.
normal
g. Dapatkan kultur sesuai indikasi
h. Berikan antibiotik
(Carpenito, 2000)
DAFTAR PUSTAKA
American Cancer Society. 2010. Cancer Facts and Figures 2010. [OnlineAvailable
at:http://documents.cancer.org/acs/groups/cid/documents/
webcontent/003130-pdf.pdf
Busman, B. 2008. Kanker Ovarium, dalam: Aziz, M.F., Andriono, Siafuddin, A.B, editors. Buku
Acuan Nasional Onkologi dan Ginekologi. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Choi, J.H., Wong, A.S.T., Huang, H.F., Leung, P.C. 2007. Gonadotropins and Ovarian Cancer,
Endocrine Reviews, 28 (4), 440-461.
Fauzan, R. 2009. Gambaran faktor penggunaan kontrasepsi terhadap angka kejadian kanker
ovarium di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta berdasarkan pemeriksaan
histopatologik tahun 2003-2007 (tesis). Jakarta: Universitas Indonesia.
Karyana, K. 2005. Profil Kanker Ovarium di Rumah Sakit Sanglah Denpasar periode Januari
2002 sampai Desember 2004 (tesis). Denpasar: Universitas Udayana.
Rasjidi, I. 2010. Epidemiologi Kanker pada Wanita. 1st ed. Sagung Seto Jakarta.
Schildkraut, J. 1997, Relationship Between lifetime Ovulatory Cycles and Overexpression of
Mutant p53 in Epithelial Ovarian Cancer. Journal of the National Cancer Institute, vol 89,
No 13.
Smeltzer, Suzanne C. dan Bare, Brenda G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner dan Suddarth (Ed.8, Vol. 1,2). Jakarta: EGC.