You are on page 1of 6

Porifera merupakan salah satu hewan primitif yang hidup menetap (sedentaire) dan

bersifat non selective filter feeder (menyaring apa yang ada). Spons tampak sebagai hewan
sederhana, tidak memiliki jaringan, sedikit otot maupun jaringan saraf serta organ dalam. Hewan
tersebut memberikan sumbangan yang penting terhadap komunitas benthik laut dan sangat
umum dijumpai di perairan tropik dan sub tropik. Persebaran mulai dari zona intertidal hingga
zona subtidal suatu perairan. Komunitas spons laut disuatu wilayah perairan mampu menjadi
salah satu bioindikator kualitas perairan laut mengingat sifat dari spons laut yang immobile serta
persebaran telur dan larvanya akan selalu terbatasi oleh barrier yang ada mengharuskan spons
tersebut selalu beradaptasi terhadap komponen- komponen fisik maupun biotik yang terdapat
pada wilayah tersebut. Salah satu interaksi ekologis inter spesies yang mampu mempengaruhi
komposisi struktur komunitas spons (Porifera) adalah kompetisi ruang antara spons dan
organisme benthik lain terutama coral. Pantai Pasir Putih Situbondo merupakan pantai dengan
aksesibilitas yang cukup mudah sehingga menjadi salah satu tujuan wisata utama di Jawa Timur.
Pada Pantai Pasir Putih Situbondo terdapat spot yang memiliki keragaman spons yang bagus.
Status Pantai Pasir Putih yang merupakan objek wisata akan menyebabkan daya dukung
lingkungan terhadap organisme laut terutama spons akan terganggu. Spons sangat dipengaruhi
oleh keadaan lingkungan akibat sifatnya yang selalu menyaring air. Sedikit gangguan akan
merubah komposisi bahkan berpengaruh pada keberadaan spons tersebut selanjutnya.
1.2 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. mengetahui kelimpahan hewan spons (porifera) di perairan pantai pasir putih Situbondo
Jawa Timur.
2. mengetahui jenis hewan spons (porifera) yang banyak ditemukan di daerah pengamatan.

Sistem Saluran Air Porifera


Terdapat 3 tipe saluran air spons yakni tipe asconoid, syconoiddan leuconoid yang
merupakan bentuk elaborasi dari permukaanchoanoderm dan mesohyl. Pada tipe asconoid,
atriumnya besar dan tidak terpartisi, pada tipe asconoid bagian tepi atrium terbagi menjadi
sejumlah rongga kecil dimana area permukaanchoanocytes meningkat, sedangkan pada tipe
leuconoid atrium tereduksi menjadi semacam lorong-lorong mesohyl dengan jaringan kanal air
yang kompleks dan banyak rongga berflagella. Contoh tipe saluran asconoid ditampilkan pada
genus Leucosolenia, sedangkan tipe syconoid dicontohkan pada genus scypha (Suwignyo et al.,
2005).

Sistem saluran air dimulai dari pori dan diakhiri pada lubang keluar utama yang disebut oskulum.
Sebelum air dikeluarkan melalui oskulum, air yang berasal dari segala jurusan tubuh itu terlebih
dahulu ditampung di dalam rongga sentral (spongocoel). Fungsi aliran ini antara lain sebagai
sarana dalam penyelenggaraan pertukaran zat seperti partikel-partikel makanan, O, CO, dan zatzat sisa metabolisme dari daerah eksternal ke daerah internal dan sebaliknya. Sebagai sarana
dalam pengeluaran benda-benda reproduktif dan penyebaran generasi. Porifera dalam ukuran
sedang (10 cm), setiap harinya tidak kurang dari 2640 m air yang keluar masuk dari tubuhnya.
pada Leuconia (leucandra), bertipe Leucon dengan tinggi 10 cm, diameter 1 cm, dengan jumlah
flagel 2.250.000, dapat memompa air sebanyak 22,5 Liter/hari, dan kecepatan air yang keluar
dari oskulu sebesar 8,5 cm/detik (Rusyana, 2014).
Proses Pencernaan Makanan Porifera
Porifera bersifat holozoic dan saprozoic. Partikel-partikel makanan menempel pada kolar.
Pada saat itu mikrovili-mikrovili koanosit bertindak sebagai filter. Makanan yang telah disaring
oleh filter diolah di dalam vakuola makanan dengan bantuan enzym-enzym pencernaan
(karbohidrase, protease, dan lipase). Vakuola tadi kemudian mengadakan gerakan siklosis
(dalam rangka mengedarkan sari-sari makanan dalam sel koanosit itu sendiri). Setelah itu zat-zat
makanan akan diedarkan ke seluruh tubuh secara difusi dan osmosis oleh amubosit (Rusyana,
2014).
Reproduksi Porifera
Semua spons memiliki kemampuan reproduksi secara seksual, dan beberapa tipe mampu
bereproduksi secara aseksual. Porifera mempunyai kemampuan regenerasi yang tinggi. Bagian
spons yang terpotong akan mengalami regenerasi menjadi utuh kembali. Kemampuan regenerasi
ada batasnya, misalnya potongan spons harus lebih besar dari 0, 4 mm dan mempunyai beberapa
sel choanocyte supaya mampu melakukan regenerasi menjadi spons baru yang kecil (Suwignyo
et al., 2005).
Reproduksi aseksual terjadi dengan cara pembentukan tunas (budding) atau pembentukan
sekelompok sel esensial terutama amoebocyte, kemudian dilepaskan. Spons air tawar dan air laut
membentuk gemmule, yaitu tunas internal. Gemmule terbentuk dari sekumpulan amoebocyte
berisi cadangan makanan dikelilingi amoebocyte yang membentuk lapisan luar yang keras dan
acapkali terdapat spikula sehingga membentuk dinding yang resisten. Reproduksi seksual terjadi
baik pada spons yang hermaproduktif, namun sel telur dan sperma diproduksi pada waktu yang
berbeda sperma dan telur dihasilkan oleh amoebyte osculum bersama aliran air dan masuk ke
individu lain melalui ostium juga bersama aliran air. Dalam spongocoel atau feagelated chamber,
sperma akan masuk ke choanocyte atau amoebocyte. Sel amoebocyte berfungsi sebagai
pembawa sperma menuju sel telur, terjadilah pembuahan (fertilisasi), perkembangan embrio
sampai menjadi larva berflagella masih di dalam mesohyl. Larva berflagella disebut juga larva
amphiblastula. Keluar dari mesohyl dan bersama aliran air keluar dari tubuh induk melalui
osculum. Larva amphiblastula berenang bebas beberapa saat kemudian menempel pada substrat
tumbuh menjadi besar dan dewasa (Sugiarti, 2004).
Sistematika
Sistematika filum porifera
Berdasarkan bahan pembentuk kerangka tubuhnya serta spikula, porifera terdiri atas tiga kelas
dan 12 ordo (zoologi invertebrata buku ijoo) :
Kelas 1 Calcispongiae (kerangka tubuh atau spikula terbuat dari zat kapur)
Ordo 1 Asconosa, contoh Leucosolenia
Ordo 2 Syconosa, contoh Schypha

Kelas 2 Hyalospongiae, (kerangka atau spikulanya tersusun dari silica berjurus enam)
Ordo 1 Hexastirophora, contoh Euplextella
Ordo 2 Amphidiscophora, contoh Hyalonema
Kelas 3 Demospongiae (kerangka atau spikulanya tersusun dari silica berjurus 4)
Ordo 1 Carnosa, contoh Condorsia
Ordo 2 Coristida, contoh Geodia
Ordo 3 Epipolasida, contoh Rethya
Ordo 4 Handromerina, contoh Cliona
Ordo 5 Halichondrina, contoh Miciociona
Ordo 6 Poeciloclerina, contoh Haliclona
Ordo 7 Haplosclerina, contoh Haliclona
Ordo 8 Keratosa, contoh Spongia
SISTEMATIKA
Berdasarkan bahan pembentuk kerangka tubuhnya serta spikula, porifera terdiri atas 3
kelas dan 12 ordo,
1.Kelas Calcarea atau Calcispongia
Hewan spons anggota dari kelas Calcarea memiliki spikula yang terbuat dari senyawa
karbon carbonat (CaCO3) sehingga disebut juga dengan spons kalkareus (spons kapur). Semua
spikulanya berbentuk relative sama dengan bentuk monaxon atau 3 sudut atau 4 sudut (triaxon
dan tetraxon) yang adanya secara terpisah. Serabut-serabut sponging biasanya tidak ada. Ada
yang memiliki tipe saluran air mulai dari askonoid, silkonoid dan leukonoid. Warna tubuh
anggota Calcarea ada yang abu-abu gelap, kuning menyala, merah atau seperti warna bunga
lavender. Ukuran tubuhnya relative kecil dengan tinggi tidak lebih dari 10 cm. hidupnya dapat
ditemukan di sebagian laut di dunia, khususnya di perairan pantai yang dangkal. Dalam kelas
Calcarea terdapat 2 ordo yaitu :
a. Asconosa (tipe askon yang kemudian berubah menjadi tipe rhagon/leucon). Contoh spesies:
Leucosolenia.
b.Syconosa (tipe sikon, tetapi kemudian berubah menjadi tipe rhagon/leucon). Contoh spesies:
Scypha.
2.
Kelas Hexactinellida atau Hyalospongiae
Hewan-hewan spns anggota dari kelas Hexactinellida sering dikenal sebagai spons kaca.
Nama Hexactinellida diturunkan dari kenyataan bahwa spikula-spikulanya bertipe triakson
dengan 6 ujung/cuatan atau keliatannya. Serabut-serabut silica tampak seperti penyekat,
karenanya disebut spons kaca. Bentuk tubuhnya menyerupai vas bunga, cangkir atau kendi
dengan tinggi sekitar 10-30 cm. spongocoel-nya sangat berkembang dan oskulumnya tertutup
oleh plat seperti ayakan. Warna tubuhnya pucat. Contoh yang terkenal dari kelas ini adalah
Euplectella aspergillum (keranjang bunga venus), Hyalonema longissimum.
Struktur histologist berbeda dengan spons-spons yang lain. Seluruh permukaan tubuh
yang bersentuhan dengan air tertutupi bukan oleh pinakoderm melainkan oleh bingkai benangbenang synsytium yang melewati tonjolan-tonjolan spikula panjang.
Hexactinellida umumnya hidup pada laut sampai ke dalaman 200-1000 m, bahkan
kadang-kadang dapat tertangkap (ditemukan) pada zona abisal (bagian laut paling dalam).
Penyebarannya kosmopolit, karena dapat ditemukan di seluruh laut di dunia, hanya umumnya
dominan di laut Antartika. Beberapa spesies udang (Spongicola venusta), Crustacea (Chorilla)
dan Isopoda (Aega) dapat hidup secara komensal di dalam spongocoel Eup;ectella (Rusyana,
2011).

Ordo 1 Hexastirophora, contoh Euplextella


Ordo 2 Amphidiscophora, contoh Hyalonema
Rusyana, Adun. 2011. Zoologi Invertebrata. Penerbit ALFABETA. Bandung
3. Kelas Demospongiae
Kelas ini memiliki tubuh yang terdiri atas serabut atau benang- benang spongin tanpa
skeleton. Kadang-kadang dengan spikula dari bahan zat kersik. Tipe aliran airnya adalah
leukon. Demospongia merupakan kelas dari Porifera yang memiliki jumlah anggota terbesar.
Sebagian besar anggota Desmospongia berwarna cerah, karena mengandung banyak pigmen
granula dibagian sel amoebositnya. Contoh kelas ini antara lain Suberit sp., Cliona sp.,
Microciona sp., Spongilla lacustris, Chondrilla sp., dan Callyspongia sp.
Penyebarannya ditemukan mulai dari laut dangkal sampai laut dalam. Warna tubuhnya
cerah yang diakibatkan oleh adanya granula-granula pigmen warna di amebosit. Tipe spikula
dari spons Demospongiae sangat bervariasi mulai dari spikula silica, serabut sponging, atau
kombinasinya keduanya. Kecuali dari genus Oscarella yang unik karena tidak memiliki
spikula-spikula maupun serabut sponging. Spikula Demospongiae berbeda dengan
Hexactinellida dalam hal besarnya ukuran spikula silica monakson atau tetrakson (tidak pernah
triakson). Jika spikula dan serabut sponging ada maka biasanya spikula saling berhubungan
atau terbenam dalam serabut sponging.
Semua anggota Demospongiae saluran airnya bertipe leukonoid dan eukonoid dan
berbentuk irregular. Beberapa jenis ada yang berbentuk lembaran menempel pada substrat
seperti Chondrilla, ada yang bercabang-cabang, ada yang berbentuk lembaran seperti
Phillspongiae, ada yang berbentuk globe atau seperti cangkir, contohnya Peterion, atau
berbentuk tubuler seperti Callispongia. Bentuk yang bervariasi tersebut mencrminkan
adaptasinya terhadap keterbatasan ruang, substrat dan arus air. Ada suatu sebutan spons
pengali, yang mampu mengebor sustrat coral atau cangkang Mollusca, seperti Cliona lampa
dan Cliona celata.
Dua family kelas Demospongiae yang hidup di air tawar. Family Spongillidae sebagian
besar anggotanya hidup di air tawar, khususnya danau,sungai atau kolam yang tidak keruh.
Pola pertumbuhannya berbentuk encrusting. Kadang-kadang berwrna hijau karena
berendosimbiosis dengan Zoochlorella. Bahkan pertumbuhan spons dapat terhambat jika
jumlah Zoochlorella kurang dari separuh. Contoh spesies yang hidup di air tawar antara lain:
Spongilla lacustris, banyak di tempat yang bercahaya, dan Spongilla fragilis, umumnya
menghindai adanya cahaya matahari.
Family Spongiidae terdiri atas spesies-spesies yang terdapat di perairan tawar. Beberapa
jenis diambil sebagai spons untuk mandi. Skeleton biasanya terdiri atas serabut sponging.
Spongia dan Hipospongia merupakan dua genera dari kelas Demospongia yang memiliki nilai
komersial.
Selain tiga kelas Porifera yang disebutkan beberapa ahli menambahkan satu kelas, yakni
kelas Sclerspongia. Anggota dari kelas ini meliputi sebagian kecil hewan spons, yang biasanya
hidup di celah-celah atau goa terumbui karang. System saluran airnya bertipe leukonoid.
Menurut Storer dan Usinger (1957) spikulanya terbuat dari Kristal kalsium karbonat, namun
buku lain ada yang menyebutkan terbuat dari silica atau serabut spongin. Spikula ini ditemukan
di sekeliling jaringan hidup. Sementara beberapa ahli lain memasukkan kelompok ini sebagai
anggota dari kelas Demospongia (Kastawi, 2008)
Kastawi, Yusuf dkk. 2008. Zoologi Avertebrata. Malang :JICA Experts CPIU
Ordo 1 Carnosa, contoh Condorsia

Ordo 2 Coristida, contoh Geodia


Ordo 3 Epipolasida, contoh Rethya
Ordo 4 Handromerina, contoh Cliona
Ordo 5 Halichondrina, contoh Miciociona
Ordo 6 Poeciloclerina, contoh Haliclona
Ordo 7 Haplosclerina, contoh Haliclona
Ordo 8 Keratosa, contoh Spongia
MANFAAT
Beberapa jenis Porifera seperti Spongia dan Hippospongia dapat digunakan sebagai
spons mandi. Zat kimia yang dikeluarkannya memiliki potensi sebagai obat penyakit kanker
dan penyakit lainnya. Beberapa jenis sepon air laut seperti sepon jari berwarna oranye,
Axinella canabina, diperdagangkan untuk menghias akuarium air laut, adakalanya diekspor ke
Singapura dan Eropa (Aslan, dkk. 2009).
Aslan, dkk. 2009. Penuntun Praktikum Avertebrata Air. Universitas Haluoelo. Kendari
Porifera melayani tujuan yang penting dalam menyaring bakteri dan kontaminan lainnya
dari air, dan membentuk sebagian besar terumbu karang. Banyak spons berwarna cerah dan
datang dalam bentuk yang beragam. Beberapa jenis hewan spons laut yang berwarna cerah
digunakan untuk hiasan di dalam akuarium air laut, misalnya Axinella cannabina (berwarna
oranye). Kerangka dari Spongia dan Hippospongia dimanfaatkan untuk spons mandi. Hewan
spons Cliona dapat mengebor batu karang dan cangkang Mollusca yang sangat keras, sehingga
membantu pelapukan. Hewan spons yang hidup pada jenis kerang tertentu dapat mengganggu
peternakan tiram.
Sebagai hewan yang paling sederhana, spons invertebrata memiliki beberapa jaringan dan
tidak ada organ, dan namanya berasal dari banyak pori-pori di tubuhnya. Porifera biasanya
tidak bergerak sendiri. Mereka melekat pada substrat saat dewasa, di mana mereka biasanya
tinggal. Tubuh spons terdiri dari sel dan jaringan, dan jaringan berisi kanal dengan flagella
yang mendorong air melalui satu arah untuk menangkap makanan dan kontaminan,
menyediakan air dan membuang sampah, menurut Earth Life.
Selain beberapa manfaat porifera yang telah dijelaskan diatas, terdapat banyak lagi
peranan Porifera, antara lain:
1.Spons mandi dan alat penggosok.
2.Potensi obat penyakit kanker.
3.Sebagai makanan hewan laut lainnya.
4.Sebagai sarana kamuflase bagi beberapa hewan laut.
6.Dijadikan obat kontrasepsi (KB).
7.Sebagai campuran bahan industri (kosmetik).
8.Pengisi jok kendaraan bermotor.
BAB III
PEMBAHASAN JURNAL
3.1 Prosedur Penelitian
Pengambilan data dilakukan dengan metode Belt Transect dengan panjang total 100
meter, yang dimodifikasi dengan membuat area pengamatan berselang-seling 1 meter ke kanan
dan kiri 1 tiap 20 meter. Seluruh spesies yang terobservasi dihitung jumlah kelimpahan, diambil
sebagian tubuh spons untuk diidentifikasi spikula di laboratorium dan whole body spons di
dokumentasikan menggunakan kamera underwater. Parameter lingkungan juga diukur saat

pengamatan, meliputi suhu, dan kecerahan perairan. Digunakan thermometer satuan Celcius ( C)
saat pengambilan suhu dan Sacchi Disc dengan satuan meter untuk mengukur kecerahan.
Spesimen yang telah diambil difiksasi menggunakan Formalin 10% kemudian diawetkan
menggunakan larutan Alkohol 70% apabila spons tersebut adalah Demospongiae (spikula SiO2).
Apabila spons tersebut adalah Calcarea (spikula kalsium karbonat) spesimen diawetkan
menggunakan soda kaustik (NaOH). Identifikasi dilakukan dengan cara melihat komposisi
spikula yang terdapat pada tubuh spons beserta bentuk kerangka skeleton. Dari kedua hal
tersebut dibandingkan dengan ciri morfologi yang dimiliki oleh spons tersebut.
o

3.2 Hasil dan Pembahasan


Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, ditemukan 13 spesies dari 7 famili pada
filum Porifera. Spons laut tersebut antara lain Haliclona sp (Chalinidae), Raniera chrysa
(Isodictyidae), Gelliodes sp (Niphatidae), Xestospongia testudinaria (Petrosiidae), Petrosia
(strongylophora) corticata (Petrosiidae), Aaptos suberitoides (Suberetidae), Acanthella carteri
(Tettilidae), Cinachyrella sp (Tettilidae), Phyllospongia papyracea (Thorectidae), Hyrtios sp
(Thorectidae), dan Dactilospongia elegans (Thorectidae). Hanya dua famili yaitu Petrosiidae dan
Thorectidae yang ditemukan lebih dari satu spesies. Kelimpahan famili Petrosiidae pantai Pasir
Putih Situbondo bisa dikatakan cukup tinggi mencapai 42% dari jumlah kelimpahan seluruh
spesies yang ditemukan. Petrosia (strongylopora) corticata memiliki kelimpahan yang tinggi
dikarenakan spons tersebut ditemukan di lima transek yang diobservasi. Merujuk pada
Fandez(2002), bahwa famili Petrosiidae merupakan famili yang umum ditemukan di perairan
dangkal dan dalam dengan temperatur yang relatif hangat. Begitu pula pada Voogd (1999)
mengatakan, pada famili Petrosiidae, spesies Xestospongia testudinaria merupakan spons yang
memiliki persebaran luas tetapi memiliki kecenderungan berada di rataan terumbu di daerah
intertidal.
Ditinjau dari kedalaman perairan, kedalaman akan berpengaruh pada kelimpahan dan
keanekaragaman spesies di lokasi tersebut. Pantai Pasir Putih Situbondo pada kedalaman 7 meter
ditemukan tujuh spesies spons laut, sedangkan pada kedalaman 14 meter ditemukan 10 spesies
spons laut. Secara teori merujuk pada Basmi (2000) dan Ludwig (1988), spons laut pada perairan
yang lebih dalam memiliki tingkat keanekaragaman yang lebih tinggi. Disebutkan pula dalam
Zea (1993), bahwa pada dua gugusan terumbu karang di Wakatobi secara horizontal maupun
vertikal kelimpahan dan keanekaragaman bertambah pada kedalaman 510 meter. Berdasarkan
keterangan tersebut dapat diketahui bahwa kedalaman merupakan faktor yang paling
berpengaruh mengingat kedalaman akan berpengaruh terhadap faktor fisika perairan yang lain.
Selain batasan faktor parameter fisik perairan secara langsung terhadap keberadaan spons laut
juga akan berhubungan dengan interaksinya terhadap organisme terumbu karang lain.

You might also like