Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
Nama
: Aprianus Dikson
No. Mhs
: 610011024
2016
masalah
banjir.
Upaya
tersebut
berupa
pemeliharaan
saluran
Siring, Sungai Lantung, Sungai Muang, Sungai Selindung, Sungai Bayur, Sungai
Lingai dan Sungai Bengkuring.
Daerah aliran sungai (DAS) Sungai Mahakam mencapai jutaan hektare karena
merupakan sungai terpanjang di Kaltim, yakni mencapai 920 Km melintasi tiga
daerah, Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kota Samarinda.
Sealin itu terdapat dua sub system lain yang juga mempunyai masalah banjir yaitu
DAS Karang Asam Besar (9,65 km2) dan DAS Karang Asam Kecil (16,25 km2).
Sungai Loa Bakung meskipun mempunyai DAS tidak masuk dalam Kota Samarinda,
namun mengingat perkembangan kota dan peningkatan pemenuhan pemukiman, di
DAS ini diprediksi akan berpotensi menjadi daerah banjir bila tidak ada penganganan
secara dini.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Banjir
Sebelum membicarakan system pengendalian banjir yang efektif dan tepat guna,
perlu dipahami terlebih dahulu sumber penyebab terjadinya banjir. Secara umum
permasalahan banjir terjadi akibat berlebihnya limpasan permukaan dan tidak
tertambpungnya limpasan tersebut dalam badan sungai sehinga air meluap.
Terdapat dua faktor utama penyebab banjir yaitu factor alam (natural) dan factor
manusia (man made). Faktor alam seperti tingginya curah hijan, topografi wilayah,
pasang surut air laut, badai, dan lain-lain. Faktor alamiah ini sulit untuk dikendalikan,
kalaupun bisa memerlukan biaya yang cukup besar.
Faktor kedua adalah manusia, utamanya bersumber pada unsur pertumbuhan
penduduk. Pertumbuhan penduduk akan diikuti dengan peningkatan kebutuhan
infrastruktur, seperti pemukiman, sarana air bersih, pendidikan, serta layanan
masyarakat lainnya. Selain itu pertumbuhan penduduk akan diikuti pula oleh
peningkatan penyediaan lahan untuk usaha seperti pertanian, perkebuanan maupun
industri. Peningkatan kebutuhan lahan usaha maupun penyediaan lahan untuk
infrastruktur tentu akan mempengaruhi tataguna lahan, dan berdampak menurunnya
potensi serapan air ke dalam tanah. Selain itu dengan lebih terbukanya lahan maka
semakin mudah lapisan tanah tergerus air hujan maka sedimentasi akan terjadi di
sungai, dan akibatnya kapasitas alir sungai akan menurun. Pertumbuhan penduduk
menyebabkan
masalah-masalah
yang
cukup
berarti
memperpanjang
delta
sungai,
mengurangi
kemiringan
pengamatan
di
lapangan
merupakan
penyebab
utama
Perubahan daerah
penyediaan
lahan
usaha
(pertanian,
perkebunan,
batubara
di
beberapa
lokasi
perbukitan
juga
nilai
koefisien
resapan
DAS.
Selain
di
DAS
lokasi
dalam
Kota
Samarinda
yang
pada
awal
terkontrolnya
pengembangan
lokasi
misalnya
dengan
wilayah
Samarinda
yang
berkurang
kapasitasnya
akibat
2. Banjir lokal, genangan air yang timbul akibat hujan yang jatuh di daerah
itu sendiri. Hali ini dapat terjadi kalau hujan yang terjadi melebihi kapasitas
sistem drainase yang ada. Pada banjir lokal, ketinggian genangan air antara
0,2-0,7 m dan lama genangan bisa mencapai 3-5 jam. Tinggi genangan
maupun lama genangan akan semakin besar apabila pada saat hujan
bersamaan dengan pasang Sungai Mahakam.. kejadian banjir seperti ini
hampir terjadi di semua daerah rendah.
3. Banjir akibat pasang Sungai Mahakam, banjir yang terjadi baik akibat
aliran langsung air pasang dan/atau air balik dari saluran drainase akibat
terhambat oleh air pasang. Banjir pasang merupakan banjir rutin akibat muka
air Sungai Mahakam pasang. Daerah yang mendapat pengaruh langsung
dari air pesang Sungai Mahakam tentunya daerah yang mempunyai
ketinggian di bawah muka air pasang sekitar +1,58 m. Ketinggian genangan
antara 0,20-0,50 m dengan lama genangan antara 2 hingga 4 jam. Pada
sepuluh tahun terakhir, banjir yang terjadi di kota Samarinda semakin
meningkat, baik besaran maupun frekuensinya. Hal ini diakibatkan oleh
meningkatnya limpasan permukaan dari daerah tangkapan air, berkurangnya
kapasitas saluran akibat sedimentasi dan hilangnya tampungan banjir
alamiah berupa rawa-rawa.
Saat ini sebagian besar wilayah berkembang di Kota Samarinda telah
terlayani oleh jaringan drainase. Konstruksi saluran drainase yang ada sebagian
sudah berupa saluran dengan pasangan batu dan sebagian saluran tanpa konstruksi
batu atau saluran tanah. Berdasarkan data survey yang pernah dilakukan dalam
studi Penyusunan Outline rencana Induk Drainase Kota Samarinda panjang saluran
drainase Kota Samarinda adalah 303.112,40 Km yang terdiri dari saluran dengan
pasangan batu sepanjang 104.149,40 Km dan saluran tanpa pasangan 198.963,00
Km. Dari panjang saluran drainase yang ada di Kota Samarinda banyak saluran
yang sudah tidak berfungsi sebagaimana mestinya bahkan sudah tidak berfungsi
sebagai saran pamatusan air limpasan permukaan. Beberapa masalah yang terkait
dengan saluran drainase Kota Samarinda seperti berikut :
1. Banyak saluran drainase yang pada saat perencanaan dahulu didesain
mampu untuk mengalirkan air dari daerah tangkapan air namun sekarang
kapasitas yang diencanakan tersebut sudah tidak mampu lagi. Dalam
permasalahan ini kapasitas desain sudah tidak sesuai dnegan debit limpasan
yang terjadi.
sistem
drainase
Kota
Samarinda.
Banyak
air
khusus
yang
melintasi
goronggorong
sepertinya
tidak
bangunan
infrastruktur
baik
yang
sifatnya
bangunan
yang masih sangat minim serta minimnya kegiatan operasi dan pemeliharaan
fasilitas drainase.
B. PEMBAHASAN
1. Konsep Umum Pengendalian Banjir Kota Samarinda
Dengan melihat kondisi perkembangan Kota Samarinda dan analisa penyebab banjir
sebuah konsep perngendalian banjir kota yang dapat diterapkan dibagi dalam tiga
bagian kegiatan yaitu :
1. Pengelolaan Daerah Hulu
2. Konsep Pengendalian Banjir untuk daerah tengah
3. Konsep Pengendalian Banjir daerah hilir
Konsep pengendalian banjir daerah hulu dimaksudkan adalah pengandalian banjir
daerah hulu aliran sungai, hal ini dengan mempertimbangkan bahwa daerah hulu
sampai saat ini merupakan daerah yang masih belum berkembang sehingga lebih
mudah dalam penataannya. Konsep yang dapat dilakukan di daerah hulu adalah
memeprbaiki kondisi DAS rusak dan mempertahankan potensi alamiah DAS
sehingga diharapkan dapat dilakukan reduksi potensi banjir di daerah ini, sehingga
beban banjir daerah dibawahnya dapat lebih ringan. Daerah resapan air hujan terus
dioptimalkan fungsinya dengan menjaga dan melestarikan vegetasi penutup lahan
termasuk di dalamnya tidak melakukan pembukaan lahan yang tanpa dilakukan
pengendalian.
Daerah bagian tengah suatu DAS yang ada pada umumnya juga merupakan daerah
tengah wilayah Kota Samarinda saat ini sebagian besar difungsikan sebagai daerah
pengembangan permukiman. Konsep yang dapat diterapkan di daerah tengah
adalah dengan melakukan minimalisasi perubahan tataguna lahan. Tuntutan
penyediaan kawasan permukiman tidak dapat dihindari dan hal ini selaras dengan
perkembangan kota, namun demikian untuk pengembangan wilayah permukiman
tidak dilakukan dengan penimbunan daerah-daerah rendah yang dalam sejarah
keberadaan Kota Samarinda daerah tersebut merupakan daerah parkir air limpasan
(retarding basin). Selain itu juga tidak melakukan pemotongan perbukitan untuk
penyediaan lahan/lokasi perumahan atau penyediaan material timbunan untuk lokasi
yang lain. Sedangkan konsep untuk sistem drainase adalah dengan pembenahan
sistem. Saluran drainase harus mengikuti tingkat fungsionalnya contohnya saluran
drainase dari komplek perumahan harus masuk sistem saluran sekunder sebelum
masuk sungai utama. Hal ini untuk menghindari rancaunya sistem dan menghindari
adanya air balik saat musim banjir. Dengan berjalannya sistem drainase maka tidak
diperlukan banyak sistem pintu-pintu pembuangan dari saluran kolektor.
Daerah hilir wilayah Kota Samarinda yang juga merupakan daerah hilir DAS saat ini
sebagai daerah berkembang baik itu sebagai pusat pemerintahan, pusat pendidikan,
pusat perdagangan dan industri selain teradpat daerah permukiman. Pengamanan
terhadap
asetaset
tersebut
dari
bahaya
banjir
mutlak
dilakukan.
Konsep
pengendalian banjir di daerah ini adalah dengan memperlancar aliran drainase yang
ada yaitu dengan peningkatan kapasitas alir saluran drainase dan memproteksi
aliran di saluran dari pengruh pasang air Sungai Mahakam. Peningkatan kapasitas
dapat dilakukan dengan pelebaran saluran, pengerukan sedimen, dan penataan
bantaran sungai. Proteksi terhadap pasang air Sungai Mahakam dilakukan dengan
membuat pintu-pintu air otomatis dan sistem pompa untuk membentu pemasukan air
saat Mahakam pasang.
Selain tiga konsep pengendalian banjir berdasarkan wilayah pengembangan,
program
pengendalian
banjir
harus
pula
dilengkapi
dengan
adanya
a. Pemanfaatan
drainase
internal
sehingga
terkoneksi
dengan
drainase kota/sungai,
b. Ketersediaan kolam penampung sementara (RetardingBasin),
c. Pengamanan daerah-daerah lereng agar terhindar dari erosi dan
tetap hijau,
d. Menyediakan ruang terbuka hijau (RTH) yang cukup
3. Strategi
Pengawasan
dan
Penertiban,
yaitu
meningkatkan
dan
serta
pertambangan
batubara
melalui
satuan
Operasi
lahan-lahan
kritis
pada
kawasan
lindung,
REFERENSI
http://www.kalimantan-news.com/berita.php?idb=12306
https://id.berita.yahoo.com/limbah-tambang-rusak-lingkungan-warga-desak-pemkotsamarinda-022752531.html
http://www.balikpapanpos.co.id/index.php?mib=berita.detail&id=107915