You are on page 1of 13

1.

Terapi pemberian oksigen pada anak dan dewasa


Terapi oksigen adalah suatu tindakan untuk meningkatkan tekanan
parsial oksigen pada inspirasi, yang dapat dilakukan dengan cara
meningkatkan kadar oksigen inspirasi / FiO2 (Orthobarik ), dan
meningkatkan tekanan oksigen (Hiperbarik), tujuan dari terapi oksigen ini
adalah untuk meningkatkan konsentrasi O2 pada darah arteri sehingga masuk
ke jaringan untuk memfasilitasi metabolisme aerob, dan mempertahankan
PaO2 > 60 mmHg atau SaO2 > 90 %. (Rogayah : 2009)
Indikasi pemberian terapi oksigen ini adalah pasien hipoksia, oksigenasi
kurang sedangkan paru normal, oksigenasi cukup sedangkan paru tidak
normal, oksigenasi cukup, paru normal, sedangkan sirkulasi tidak normal,
pasien yang membutuhkan pemberian oksigen konsentrasi tinggi, dan pada
pasien dengan tekanan partial karbondioksida ( PaCO2 ) rendah. Tekhnik
pemberian terapi oksigen ini bisa dengan sistem aliran rendah seperti, kateter
nasal, kanul nasal / kanul binasal / nasal prong, sungkup muka sederhana,
sungkup muka dengan kantong rebreathing, dan sungkup muka dengan
kantong non rebreathing. Bisa juga dengan tekhnik aliran tinggi seperti,
sungkup muka dengan venturi / Masker Venturi (High flow low
concentration), Bag and Mask / resuscitator manual. Pemberian terapi
oksigen dapat mengakibatkan kebakaran, iritasi saluran pernapasan,
keracunan oksigen, kejang bahkan sampai koma. (Rogayah : 2009)
A. Anak
Indikasi : Jika tersedia, pemberian oksigen harus dipandu dengan pulse
oximetry. Berikan oksigen pada anak dengan kadar SaO2 < 90%, dan
naikkan pemberian oksigen untuk mencapai SaO2 hingga > 90%. Jika
pulse oxymetry tidak tersedia, kebutuhan terapi oksigen harus dipandu
dengan tanda klinis. Bila persediaan oksigen terbatas, prioritas harus
diberikan untuk anak dengan pneumonia sangat berat, bronkiolitis, atau
serangan asma yang:
a. Mengalami sianosis sentral, atau
b. Tidak bisa minum (disebabkan oleh gangguan respiratorik).
(WHO:2013)

Jika persediaan oksigen banyak, oksigen harus diberikan pada anak


dengan salah satu tanda berikut:
a.
b.
c.
d.

Tarikan dinding dada bagian bawah yang dalam


Frekuensi napas 70 kali/menit atau lebih
Merintih pada setiap kali bernapas (pada bayi muda)
Anggukan kepala (head nodding).
(WHO:2013)

Pulse oximetry merupakan suatu alat untuk mengukur saturasi oksigen


dalam darah secara non-invasif. Alat ini memancarkan cahaya ke jaringan
seperti jari, jempol kaki, atau pada anak kecil, seluruh bagian tangan atau
kaki. Saturasi oksigen diukur pada pembuluh arteri kecil, oleh sebab itu
disebut arterial oxygen saturation (SaO2). Ada yang dapat digunakan
berulang kali hingga beberapa bulan, adapula yang hanya sekali pakai.
( WHO: 2013)
Nilai saturasi oksigen yang normal pada permukaan laut pada anak
adalah 95100%; pada anak dengan pneumonia berat, yang ambilan
oksigennya terhambat, nilai ini menurun. Oksigen biasanya diberikan
dengan saturasi < 90% (diukur dalam udara ruangan). Batas yang berbeda
dapat digunakan pada ketinggian permukaan laut yang berbeda, atau jika
oksigen menipis. Reaksi yang timbul dari pemberian oksigen dapat diukur
dengan menggunakan pulse oxymeter, karena SaO2 akan meningkat jika
anak menderita penyakit paru (pada PJB sianotik nilai SaO2 tidak berubah
walau oksigen diberikan). Aliran oksigen dapat diatur dengan pulse
oxymetry untuk mendapatkan nilai SaO2 > 90% yang stabil, tanpa banyak
membuang oksigen. ( WHO: 2013)
Lanjutkan pemberian oksigen hingga anak mampu menjaga nilai SaO2
>90% pada suhu ruangan. Bila anak sudah stabil dan membaik, lepaskan
oksigen selama beberapa menit. Jika nilai SaO2 tetap berada di atas 90%,
hentikan pemberian oksigen, namun periksa kembali setengah jam
kemudian dan setiap 3 jam berikutnya pada hari pertama penghentian
pemberian oksigen, untuk memastikan anak benar-benar stabil. Bila pulse
oxymetry tidak tersedia, lama waktu pemberian oksigen dapat dipandu

melalui tanda klinis yang timbul pada anak (lihat atas), walaupun hal ini
tidak begitu dapat diandalkan ( WHO: 2013)
Metode Pemberian Oksigen
Terdapat tiga metode yang direkomendasikan untuk pemberian
oksigen yaitu dengan menggunakan nasal prongs, kateter nasal dan kateter
nasofaring. Nasal prongs atau kateter nasal lebih sering dipakai dalam
banyak situasi. Nasal prongs merupakan metode terbaik dalam pemberian
oksigen pada bayi muda dan anak dengan croup yang berat atau pertusis.
Penggunaan kateter nasofaring membutuhkan pemantauan ketat dan reaksi
cepat apabila kateter masuk ke esofagus atau timbul komplikasi lainnya.
Penggunaan

sungkup

wajah

atau

headbox

tidak

direkomendasikan. ( WHO: 2013)


a. Nasal prongs. Nasal prongs adalah pipa pendek yang dimasukkan
ke dalam cuping hidung. Letakkan nasal prongs tepat ke dalam
cuping hidung dan rekatkan dengan plester di kedua pipi dekat
hidung. Jaga agar cuping hidung anak bersih dari kotoran
hidung/lendir, yang dapat menutup aliran oksigen. Pasang aliran
oksigen sebanyak 12 liter/menit (0.5 liter/menit pada bayi muda)
untuk memberikan kadar-oksigen-inspirasi 3035%. Tidak perlu
pelembapan. (WHO: 2013)

Gambar : Pemasangan Nasal Prongs pada anak


(WHO:2013)

b. Kateter Nasal. Kateter berukuran 6 atau 8 FG yang dimasukkan ke


dalam lubang hidung hingga melewati bagian belakang rongga
hidung. Tempatkan kateter dengan jarak dari sisi cuping hidung
hingga ke bagian tepi dalam dari alis anak. Pasang aliran oksigen
12 liter/menit. Tidak perlu pelembapan. (WHO: 2013)

Gambar : Pemasangan kateter nasal pada anak


(WHO:2013)
c. Kateter Nasofaring. Kateter dengan ukuran 6 atau 8 FG
dimasukkan ke dalam faring tepat di bawah uvula. Letakkan
kateter pada jarak dari sisi cuping hidung hingga ke arah telinga
(lihat gambar B). Jika alat ini diletakkan terlalu ke bawah, anak
dapat tersedak, muntah dan kadang-kadang dapat timbul distensi
lambung. Beri aliran sebanyak 12 liter/menit, yang memberikan
kadar-oksigen inspirasi 45-60%. Perlu diperhatikan kecepatan
aliran tidak berlebih karena dapat menimbulkan risiko distensi
lambung. Perlu dilakukan pelembapan. (WHO: 2013)

Gambar : Pemasangan kateter nasofaring pada anak


(WHO:2013)
Pemantauan
Periksa secara teratur bahwa semua alat berfungsi dengan semestinya
dan lepaskan serta bersihkan prongs atau kateter sedikitnya dua kali sehari.
Pantau anak sedikitnya setiap 3 jam untuk mengidentifikasi dan
memperbaiki masalah yang terjadi, meliputi:
a.
b.
c.
d.
e.

Nilai SaO2 menggunakan pulse oximetry


Kateter nasal atau prongs yang bergeser
Kebocoran sistem aliran oksigen
Kecepatan aliran oksigen tidak tepat
Jalan napas anak tersumbat oleh lendir/kotoran hidung (bersihkan

hidung dengan ujung kain yang lembap atau sedot perlahan).


f. Distensi lambung (periksa posisi kateter dan perbaiki, jika
diperlukan).
( WHO: 2013)
B. Dewasa
Kriteria pemberian terapi oksigen tersebut dapat dilakukan
dengan beberapa cara dibawah ini:
Pemberian oksigen secara berkesinambungan (terus menerus), Diberikan
apabila hasil analisis gas darah pada saat istirahat, didapat nilai:
a. PaO2 kurang dari 55 mmHg atau saturasi kurang dari 88%.
b. PaO2 antara 56-59 mmHg atau saturasi 89% disertai kor pulmonal,
polisitemia (hematokrit >56%).
(Sudoyo : 2014)

Pemberian secara berselang Diberikan apabila hasil analisis gas darah saat
latihan didapat nilai:
a. Pada saat latihan PaO2 55 mmHg atau saturasi 88%
b. Pada saat tidur PaO255 mmHg atau saturasi 88%
Pasien dengan keadaan klinik tidak stabil yang mendapat terapi
oksigen perlu dievaluasi gas darah (AGD) serta terapi untuk
menentukan perlu tidaknya terapi oksigen jangka panjang.
(Sudoyo : 2014)
Kontraindikasi
Tidak ada kontraindikasi absolut :
a. Kanul nasal / Kateter binasal / nasal prong : jika ada obstruksi nasal.
b. Kateter nasofaringeal / kateter nasal : jika ada fraktur dasar
tengkorak kepala, trauma maksilofasial, dan obstruksi nasal.
c. Sungkup muka dengan kantong rebreathing : pada pasien dengan
PaCO2 tinggi, akan lebih meningkatkan kadar PaCO2 nya lagi.
(Sudoyo : 2014)
Metode pemberian Oksigen
A. Sistem Aliran Rendah
Sistem aliran rendah diberikan untuk menambah konsentrasi udara
ruangan, bekerja dengan memberikan oksigen pada frekuensi aliran
kurang dari volume inspirasi pasien, sisa volume ditarik dari udara
ruangan. Karena oksigen ini bercampur dengan udara ruangan, maka
FiO2 aktual yang diberikan pada pasien tidak diketahui, menghasilkan
FiO2 yang bervariasi tergantung pada tipe pernafasan dengan patokan
volume tidal klien. Alat oksigen aliran rendah cocok untuk pasien
stabil dengan pola nafas, frekuensi dan volume ventilasi normal,
misalnya klien dengan Volume Tidal 500 ml dengan kecepatan
pernafasan 16 20 kali permenit. Contoh sistem aliran rendah adalah :
Kateter nasal, kanul nasal / kanul binasal / nasal prong, sungkup muka
sederhana, sungkup muka dengan kantong rebreathing, sungkup muka
dengan kantong non rebreathing.
(Sudoyo : 2014)
a) Kateter Nasal
Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan oksigen
secara kontinyu dengan aliran 1 6 liter/mnt dengan konsentrasi 24% -

44%. Prosedur pemasangan kateter ini meliputi insersi kateter oksigen


ke dalam hidung sampai nasofaring. Persentase oksigen yang
mencapai paru-paru beragam sesuai kedalaman dan frekuensi
pernafasan, terutama jika mukosa nasal membengkak. (Astowo :
2005 )
1) Keuntungan pemberian oksigen stabil, klien bebas bergerak,
makan dan berbicara, dan membersihkan mulut, murah dan
nyaman serta dapat juga dipakai sebagai kateter penghisap.Dapat
digunakan dalam jangka waktu yang lama.
2) Kerugian tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen yang lebih
dari 44%, tehnik memasukan kateter nasal lebih sulit dari pada
kanula nasal, nyeri saat kateter melewati nasofaring, dan mukosa
nasal akan mengalami trauma,fiksasi kateter akan memberi tekanan
pada nostril, maka kateter harus diganti tiap 8 jam dan diinsersi
kedalam nostril lain, dapat terjadi distensi lambung, terjadi iritasi
selaput lendir nasofaring, aliran dengan lebih dari 6 liter/mnt dapat
menyebabkan nyeri sinus dan mengeringkan mukosa hidung, serta
kateter mudah tersumbat dan tertekuk.
(Astowo : 2005 )
b) Kanul Nasal/ Binasa/ Nasal Prong
Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan oksigen
kontinyu dengan aliran 1 6 liter/mnt dengan konsentrasi oksigen
sama dengan kateter nasal yaitu 24 % - 44%. Persentase O2 pasti
tergantung ventilasi per menit pasien. Pada pemberian oksigen dengan
nasal kanula jalan nafas harus paten, dapat digunakan pada pasien
dengan pernafasan mulut. (Astowo : 2005 )
FiO2 estimation :
Flows FiO2
1 Liter /min : 24 %
2 Liter /min : 28 %
3 Liter /min : 32 %
4 Liter /min : 36 %
5 Liter /min : 40 %
6 Liter /min : 44 %
Formula : ( Flows x 4 ) + 20 % / 21 %

1) Keuntungan pemberian oksigen stabil dengan volume tidal dan laju


pernafasan teratur, pemasangannya mudah dibandingkan kateter
nasal, murah, disposibel, klien bebas makan, minum, bergerak,
berbicara, lebih mudah ditolerir klien dan terasa nyaman. Dapat
digunakan pada pasien dengan pernafasan mulut, bila pasien
bernapas melalui mulut, menyebabkan udara masuk pada waktu
inhalasi dan akan mempunyai efek venturi pada bagian belakang
faring sehingga menyebabkan oksigen yang diberikan melalui
kanula hidung terhirup melalui hidung. (Astowo : 2005 )
2) Kerugian tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen lebih dari
44%, suplai oksigen berkurang bila klien bernafas melalui mulut,
mudah lepas karena kedalaman kanul hanya 1/1.5 cm, tidak dapat
diberikan pada pasien dengan obstruksi nasal. Kecepatan aliran
lebih dari 4 liter/menit jarang digunakan, sebab pemberian flow
rate yang lebih dari 4 liter tidak akan menambah FiO2, bahkan
hanya pemborosan oksigen dan menyebabkan mukosa kering dan
mengiritasi selaput lendir. Dapat menyebabkan kerusakan kulit
diatas telinga dan di hidung akibat pemasangan yang terlalu ketat.
(Astowo : 2005 )
c) Sungkup Muka Sederhana
Digunakan untuk konsentrasi oksigen rendah sampai sedang.
Merupakan alat pemberian oksigen jangka pendek, kontinyu atau
selang seling. Aliran 5 8 liter/mnt dengan konsentrasi oksigen 40
60%. Masker ini kontra indikasi pada pasien dengan retensi
karbondioksida karena akan memperburuk retensi. Aliran O2 tidak
boleh kurang dari 5 liter/menit untuk mendorong CO2 keluar dari
masker. (Astowo : 2005 )
FiO2 estimation :
Flows FiO2
5-6 Liter/min : 40 %
6-7 Liter/min : 50 %
7-8 Liter/min : 60 %

1) Keuntungan konsentrasi oksigen yang diberikan lebih tinggi dari


kateter atau kanula nasal, sistem humidifikasi dapat ditingkatkan
melalui pemilihan sungkup berlubang besar, dapat digunakan
dalam pemberian terapi aerosol. (Astowo : 2005 )
2) Kerugian tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen kurang dari
40%, dapat menyebabkan penumpukan CO2 jika aliran rendah.
Menyekap, tidak memungkinkan untuk makan dan batuk.Bisa
terjadi aspirasi bila pasien mntah. Perlu pengikat wajah, dan
apabila terlalu ketat menekan kulit dapat menyebabkan rasa pobia
ruang tertutup, pita elastik yang dapat disesuaikan tersedia untuk
menjamin keamanan dan kenyamanan. (Astowo : 2005 )
d) Sungkup Muka dengan Kantong Rebreathing
Rebreathing mask. Suatu teknik pemberian oksigen dengan
konsentrasi tinggi yaitu 35 60% dengan aliran 6 15 liter/mnt ,
serta dapat meningkatkan nilai PaCO2. Udara ekspirasi sebagian
tercampur dengan udara inspirasi, sesuai dengan aliran O2, kantong
akan terisi saat ekspirasi dan hampir menguncup waktu inspirasi.
Sebelum dipasang ke pasien isi O2 ke dalam kantong dengan cara
menutup lubang antara kantong dengan sungkup minimal 2/3 bagian
kantong reservoir. Memasang kapas kering pada daerah yang
tertekan sungkup dan tali pengikat untuk mencegah iritasi kulit.
(Astowo : 2005 )
FiO2 estimation :
Flows ( lt/mt ) FiO2 ( % )
6 : 35 %
8 : 40 50 %
10 15 : 60 %

1) Keuntungan konsentrasi oksigen lebih tinggi dari sungkup muka


sederhana, tidak mengeringkan selaput lendir. (Astowo : 2005 )
2) Kerugian tidak dapat memberikan oksigen konsentrasi rendah,
kantong oksigen bisa terlipat atau terputar atau mengempes,
apabila ini terjadi dan aliran yang rendah dapat menyebabkan
pasien akan menghirup sejumlah besar karbondioksida. Pasien
tidak memungkinkan makan minum atau batuk dan menyekap, bisa
terjadi aspirasi bila pasien muntah, serta perlu segel pengikat.
(Astowo : 2005 )
e) Sungkup Muka dengan Kantong Non Rebreathing
Non rebreathing mask. Teknik pemberian oksigen dengan
konsentrasi oksigen yang tinggi mencapai 90 % dengan aliran 6 15
liter/mnt. Pada prinsipnya udara inspirasi tidak bercampur dengan
udara ekspirasi, udara ekspirasi dikeluarkan langsung ke atmosfer
melalui satu atau lebih katup, sehingga dalam kantong konsentrasi
oksigen menjadi tinggi. Sebelum dipasang ke pasien isi O2 ke dalam
kantong dengan cara menutup lubang antara kantong dengan sungkup
minimal 2/3 bagian kantong reservoir. Memasang kapas kering pada
daerah yang tertekan sungkup dan tali pengikat untuk mencegah iritasi
kulit. Kantong tidak akan pernah kempes dengan total. Perawat harus
menjaga agar semua diafragma karet harus pada tempatnya dan tanpa
tongkat. (Sudoyo : 2014)

FiO2 estimation :
Flows ( lt/mt ) FiO2 ( % )
6 : 55 60
8 : 60 80
10 : 80 90
12 15 : 90
1) Keuntungan konsentrasi oksigen yang diperoleh dapat mencapi
90%, tidak mengeringkan selaput lendir. (Sudoyo: 2014)

2) Kerugian tidak dapat memberikan oksigen konsentrasi rendah.


Kantong oksigen bisa terlipat atau terputar, menyekap, perlu segel
pengikat, dan tidak memungkinkan makan, minum atau batuk, bisa
terjadi aspirasi bila pasien muntah terutama pada pasien tidak sadar
dan anak-anak. Membebaskan jalan nafas dengan menghisap
sekresi. (Sudoyo: 2014)
B. Sistem Aliran Tinggi
Memberikan

aliran

dengan

frekuensi cukup tinggi

untuk

memberikan 2 atau 3 kali volume inspirasi pasien. Alat ini cocok


untuk pasien dengan pola nafas pendek dan pasien dengan PPOK
yang mengalami hipoksia karena ventilator. Suatu teknik pemberian
oksigen dimana FiO2 lebih stabil dan tidak dipengaruhi oleh tipe
pernafasan, sehingga dengan tehnik ini dapat menambahkan
konsentrasi oksigen yang lebih tepat dan teratur.(Sudoyo: 2014)
a) Sungkup muka dengan venturi / Masker Venturi (High flow
low concentration).
Merupakan metode yang paling akurat dan dapat diandalkan
untuk konsentrasi yang tepat melalui cara non invasif. Masker
dibuat sedemikian rupa sehingga memungkinkan aliran udara
ruangan bercampur dengan aliran oksigen yang telah ditetapkan.
Masker venturi menerapkan prinsip entrainmen udara (menjebak
udara seperti vakum), yang memberikan aliran udara yang tinggi
dengan pengayaan oksigen terkontrol. Kelebihan gas keluar masker
melalui

cuff

perforasi,

membawa

gas

tersebut

bersama

karbondioksida yang dihembuskan. Metode ini memungkinkan


konsentrasi oksigen yang konstan untuk dihirup yang tidak
tergantung pada kedalaman dan kecepatan pernafasan. Diberikan
FiO2 estimation
pada pasien hyperkarbia kronik ( CO2 yang tinggi ) seperti PPOK
Estimasi FiO2 venturi mask merk Hudson
yang terutama tergantung pada kendali hipoksia untuk bernafas,
Warna dan flows ( liter/menit ) FiO2 ( % )
dan pada pasien hypoksemia sedang sampai berat. (Sudoyo: 2014)
Biru : 2 : 24
Putih : 4 : 28
Orange : 6 : 31
Kuning : 8 : 35
Merah : 10 : 40
Hijau : 15 : 60

1) Keuntungan konsentrasi oksigen yang diberikan konstan / tepat


sesuai dengan petunjuk pada alat, FiO2 tidak dipengaruhi oleh pola
ventilasi, serta dapat diukur dengan O2 analiser, temperatur dan
kelembaban gas dapat dikontrol, tidak terjadi penumpukan CO2.
(Sudoyo: 2014)
2) Kerugian harus diikat dengan kencang untuk mencegah oksigen
mengalir kedalam mata, tidak memungkinkan makan atau batuk,
masker harus dilepaskan bila pasien makan, minum, atau minum
obat, bila humidifikasi ditambahkan gunakan udara tekan sehingga
tidak mengganggu konsentrasi O2. (Sudoyo: 2014)

DAPUS
Astowo, Pudjo. 2005. Terapi oksigen: Ilmu Penyakit Paru Bagian Pulmonologi
dan Kedokteran Respirasi. Jakarta : FKUI
Rogayah, R. 2009. The Principle Of Oxigen Therapy; Departemen Pulmonologi
Dan Respiratori. Jakarta : FKUI
Sudoyo, AW., Setiyohadi,B., Alwi, I., et all. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam ed. 6 jilid 1. Jakarta: Interna Publishing

World health organization. 2013. Pocket of Hospital Care for Children:


Guidelines for the Management of common Childhood Illnesses, 2nd ed.

You might also like