You are on page 1of 5

Hand line:

Pengertian
Pancing ulur merupakan suatu alat penangkap ikan yang terdiri dari seutas tali
dengan mata pancing berbentuk seperti jangkar. Pada mata pancing diikatkan umpan.
Berdasarkan klasifikasi DKP tahun 2008, pancing ulur termasuk dalam klasifikasi alat
tangkap hook and line.
Hasil tangkapan
- ikan layang (Decapterus sp.),
- kuniran (Upeneus sulphureus),
- barracuda (Sphyraena genie),
-tenggiri (Scomberomorus sp.),
-selar kuning (Selaroides leptolepis),
Alat bantu
Pengoperasian pancing ulur dapat menggunakan alat bantu seperti rumpon.Yang
berfungsi untuk menarik dan mengumpulkan ikan pada satu titik. Sehingga mempermudah
dalam proses penangkapan. Selain rumpon juga mengguanakan umpan untuk menarik ikan
agar mau mendekat ke pancing.
Gill net
Pengertian
Gill net atau sering disebut juga sebagai jaring insang. Istilah gill net di dasarkan
pada pemikiran bahwa ikan-ikan yang tertangkap gill net terjerat di sekitar operculumnya
pada mata jaring. Dalam bahasa jepang, gill net disebut dengan istilah sasi ami, yang
berdasarkan pemikiran bahwa tertangkapnya ikan-ikan pada gill net, ialah dengan proses
bahwa ikan-ikan tersebut menusukkan diri-sasu pada jaring-ami.
Bagian fungsi
Gill net dasar ialah jaring dengan bentuk empat persegi panjang, mempunyai mata
jaring yang sama. Pada lembaran-lembaran jaring, pada bagian atas dilekatkan pelampung
(float). Dan pada bagian bawah dilekatkan peemberat (sinker).
Pengoperasian
Sebelum operasi penangkapan di mulai, semua peralatan dan perbekalan yang
diperlukan untuk menangkap ikan dengan menggunakan gill net harus dipersiapkan dengan
teliti. Jaring harus disusun di atas kapal dengan memisahkan antara pemberat dan
pelampung supaya mudah menurunkannya dan tidak kusut. Metode operasi penangkapan

ikan dengan menggunakan gill net dibagi menjadi tiga tahap, yaitu setting, immersing,
dan hauling
Hasil tangkapan
Karena jaring ini direntang pada dasar laut, yang demikian berarti jenis-jenis ikan
yang menjadi tujuan penangkapan ialah ikan-ikan dasar (bottom fish) ataupun ikan-ikan
damersal. Jenis ikan yang tertangkap berbagai jenis, misalnya tongkol, cakalang, kwe, layar,
selar, dan lain sebagainya. Jenis-jenis udang, lobster juga menjadi tujuan penangkapan
jaring ini.
Alat bantu penangkapan
Kegunaan lampu untuk alat penangkapan adalah untuk mengumpulkan kawanan
ikan. Kemudian melakukan operasi penangkapan dengan menggunakan gill net. Juga
terdapat payaos, Payaos merupakan rumpon laut dalam yang berperan dalam pengumpulan
ikan pada tempat tertentu dan dilakukan operasi penangkapan.
Long line
Pengertian
Long line adalah tali yang memanjang yang dimasukkan ke dalam laut, terdiri dari
main line ( tali utama ). Dan branch line ( tali cabang ) yang diikatkan pada tali utama
tersebut. Tali cabang adalah tali sebagai cabang dari tali utama, yang menjorok ke dalam
laut, dan di bawahnya digantungkan pancing pancing yang diberi umpan.
Menurut Setyorini et al (2009), Rawai dasar (Bottom set long line) dan Cantrang
(Boat seine) merupakan alat tangkap yang banyak digunakan nelayan di perairan Juwana.
Rawai dasar (Bottom set long line) merupakan alat tangkap yang cocok digunakan di
perairan Indonesia, karena wilayah perairan yang luas dan kaya akan berbagai ikan dasar.
Menurut Kohar et al (2010), Rawai dasar merupakan salah satu jenis alat tangkap
yang hasil tangkapannya terdiri dari ikan demersal. Usaha perikanan tangkap dengan alat
tangkap rawai dasar di Kabupaten Pati merupakan usaha perikanan tangkap yang potensial
di sektor usaha perikanan tangkap terutama pada hasil tangkapan ikan demersal yang
bernilai ekonomis tinggi.
Bagian fungsi
Antara pelampung dengan pelampung dihubungkan dengan tali pelampung dan tali
utama dimana sepanjan tali utama terpasang beberapa tali cabang. Satu rangkaian alat
inilah yang disebut dengan satu basket long line. Jumlah mata pancing pada setiap basket
bervariasi.

Menurut Bahri dan Muhtarul (2012), Cara pembuatan alat tangkap rawai dasar
sebagai berikut tali ris atau tali utama direntang sepanjang ukuran alat yang akan dibuat
kemudian bilah bambu dengan ukuran 0,5 cm diikatkan pada tali ris tersebut dengan jarak 1
m dengan bilah bambu yang lainnya, pada ujung bilah bambu dipasang tali pancing dengan
ukuran antara pancing dengan bilah bambu 5 cm gunanya supaya tali tersebut tidak kusut,
diujung tali dipasang pancing dengan ukuranmata pancing 6-12.
Menurut Chodrijah dan Nugraha (2013), Spesifikasi longline terdiri dari tali utama
(main line), tali cabang (branch line), pancing (hooks), tali pelampung (float line), pelampung
(float) dan radio bouy. Tali utama dan tali cabang terbuat dari bahan monofilament dengan
diameter 3,8 mm dan 1,8 mm. Panjang tali utama bervariasi, tergantung jumlah dan jarak
antar pancing serta pelampung yang digunakan setiap kali tawur (setting).
Pengoperasian
Cara mengoperasikan long line yang pertama, mempersiapkan umpan. Kedua,
pelampung tanda beserta tali pelampungnya di lepaskan. Ketiga, long line di biarkan
selama 5-6 jam setelah pelepasan pancing,. Keempat, long line akan ditarik kembali dan
ikan hasil tangkapan diangkut.
Menurut Widodo et al (2010), Setelah kapal mencapai daerah penangkapan maka
pancing rawai akan dipasang yaitu pancing diturunkan di perairan daerah penangkapan,
proses pelepasan rawai ke periaran disebut setting. Setelah setting selesai mesin kapal
dimatikan, kapal dan alat tangkap akan hanyut mengikuti arah arus atau sering disebut
drifting. Drifting berlangsung selama kurang lebih empat jam. Saat drifting, biasanya tuna
makan umpan rawai. Selanjutnya rawai diangkat kembali ke atas kapal, proses penarikan
rawai ke atas kapal disebut hauling.
Menurut Bahri dan Muhtarul (2012), Alat tangkap rawai dasar yang oleh petani atau
nelayan di wilayah Kabupaten Lahat, Provinsi Sumatera Selatan dioperasikan dengan cara
merentang alat di dasar sungai dengan kedalaman 1-5 m dan membujur sungai. Tali ris
bagian hulu, dan hilir diikatkan pada patok yang telah dipersiapkan gunanya supaya alat
tersebut tidak hanyut terbawa arus air, sedangkan tali ris bagian tengah diberi pemberat
supaya alat tersebut tidak naik ke atas permukaan air.
Hasil tangkapan
Alat tangkap long line, biasanya digunakan untuk menangkap ikan-ikan pelagis.
Yang paling terkenal adalah tuna long line atau disebut juga dengan rawai tuna. Walaupun
dalam kenyataannya bahwa hasil tangkapnnya bukan bukan ikan tuna tetapi juga jenis-jenis
ikan lain seperti layaran ,ikan hiu dan lain-lain.
Menurut Nugraha dan Chodrijah (2010), komposisi hasil tangkapan kapal longline
yang diperoleh dari perairan Laut Banda dan didaratkan di Benoa didominasi oleh

madidihang 49,69% dan tuna mata besar 11,74%. Distribusi panjang cagak ikan madidihang
dan tuna mata besar.
Menurut Barata et al (2011), Khusus untuk Kapal eks Taiwan, spesifikasi rawai tuna
menggunakan tali cucut pada pelampung. Walaupun tujuan utama hasil tangkapannya
adalah ikan cucut, namun jenis yellowfin dan albacore sering tertangkap. Panjang tali
kelewer berkisar antara 30-35 m dan dipasang pada sambungan antara tali dan main line.
Pengukuran minilogger menunjukkan nilai kedalaman 3035 m dan suhu 25-26 0C.

Alat bantu penangkapan


Alat bantu yang digunakan untuk mempermudah kegiatan pengoperasian longline,
radar yang digunakan sebagai petunjuk atau alat penghubung. Dan juga line hauler, marline
spike, sikat baja, jarum pembunuh, pisau. Ada juga umpan yang digunakan untuk menarik.
Penggunaan umpan dalam penangkapan ikan adalah untuk memikat ikan atau
binatang lainnya sebagai suatu mangsa. Menarik perhatian dengan menggunakan umpan
dapat dianggap sebagai salah satu cara yang pertama digunakan dalam penangkapan ikan.
Umpan merangsang penglihatan, indra penciuman, dan rasa pada ikan akibat dari gerak,
bentuk, aroma, dan warna terutama refleksi cahaya umpan (Von Brantd, 1960 dalam
Gunarso,1985 dalam Yanti et al 2012).
Menurut Widodo et al (2010), Umpan rawai tuna harus bersifat atraktif, misalnya sisik
ikan mengkilat. Selain itu umpan rawai tuna harus tahan di dalam air, dan tulang punggung
kuat. Jenis umpan yang digunakan umumnya ikan pelagis kecil, seperti lemuru (Sardinella
sp.), layang (Oecopterus sp.), kembung (Rastrelliger sp.), bandeng ( Chanos chanos) dan
cumi-cumi (Loligo sp).
Dapus
Bahri, S Dan M. Abidin. 2012. Penangkapan Ikan Memakai Rawai Dasar (Long Line) di
Sungai Musi Bagian Hulu, Kabupaten Lahat, Provinsi Sumatera Selatan.
Btl.10(1):9-11.
Barata, A., D, Novianto, dan A Bahtiar. 2011. Sebaran Ikan Tuna Berdasarkan Suhu dan
Kedalaman di Samudera Hindia. Ilmu Kelautan. 16(3): 165-170.
Chodrijah, U Dan B. Nugraha. 2013. Distribusi Ukuran Tuna Hasil Tangkapan Pancing
Longline dan Daerah Penangkapannya di Perairan Laut Banda. J. Lit. Perikan.
19(1):9-16.
Kohar.A M, A Rosyid Dan A.Rahmadi. 2010. Upaya Peningkatan Kinerja Usaha Perikanan
Tangkap Rawai Dasar (Bottom Long Line) Melalui Peningkatan Lingkungan Usaha
Perikanan Dan Kebijakan Pemerintah Daerah Di Kabupaten Pati. Jurusan
Perikanan, Fpik, Undip:Semarang.

Setyorini., A, Suherman, Dan I, Triarso. 2009. Analisis Perbandingan Produktivitas Usaha


Penangkapan Ikan Rawai Dasar (Bottom Set Long Line) Dan Cantrang (Boat
Seine) Di Juwana Kabupaten Pati. Jurnal Saintek Perikanan. 5(1):7-14.
Widodo, A.A., B.I. Prisantoso, dan R.T. Mahulette. 2010. Jenis dan Distribusi Ukuran Ikan
Hasil Tangkap Sampingan (Bycatch) Pada Perikanan Tuna Samudera Pasifik.
Badan

Riset

Kelautan

Dan

Perikanan

Kementerian

Kelautan

Dan

Perikanan:Jakarta.
Yanti. N, E. Huri Dan Bustari. 2012. Analisis Komposisi Hasil Tangkapan Rawai (Long Line)
Pagi Dan Siang Hari Di Perairan Teluk Pambang Kecamatan Bantan Kabupaten
Bengkalis Provinsi Riau. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Riau.

You might also like