You are on page 1of 16

Infundasi

Simplisia yang telah dihaluskan sesuai dengan derajat kehalusan yang telah
ditetapkan dicampur dengan air secukupnya dalam sebuah panci. Kemudian
dipanaskan dalam tangas air selama 15 menit, dihitung mulai suhu dalam
panci mencapai 900C, sambil sekali-sekali diaduk. Infuse diserkai sewaktu
masih panas melalui kain flannel. Untuk mencukupi kekurangan air,
ditambahkan air mendidih melalui ampasnya. Infuse simplisia yang
mengandung minyak atsiri harus diserkai setelah dingin. Infuse asam jawa
dan simplisia yang berlendir tidak boleh diperas. Infuse kulit kina biasanya
ditambah dengan asam sitrat sepersepuluh dari bobot simplisia. Asam jawa
sebelum dipakai dibuang bijinya dan sebelum direbus dibuat massaseperti
bubur. Buah adas dan dan buah adas manis dipecah terlebih dahulu.

2.4 Keuntungan Dan kekurangan Metode Infundasi


a. .Keuntungan
1. Unit alat yang dipakai sederhana,
2. Biaya operasionalnya relatif rendah

b. Kerugian
1. zat-zat yang tertarik kemungkinan sebagian akan mengendap
kembali,apabila kelarutannya sudah mendingin.(lewat jenuh)
2. hilangnya zat-zat atsiri
3. adanya zat-zat yang tidak tahan panas lama,dismping itu simplisia yang
mengandung zat-zat albumin tentunya zat ini akan menggumpal dan
menyukarkan penarikan zat-zat berkhasiat tersebut.
BAB III
PENUTUP
3.1 kesimpulan
1. infundasi merupakan metode penyarian dengan cara menyari simplisia
dalam air pada suhu 90OC selama 15 menit
2. sediaan galenika yang diekstraksi dengan menggunakan metode infundasi
adalah infusa
3. prinsip kerja dari metode infundasi adalah proses pemanasan dengan
cairan penyarinya adalah air

Infundasi
Infuse adalah sediaan cair yang di buat dengan menyari simplisia dengan air
pada suhu 900 selama 15 menit.Infudasi adalah proses penyarian yang
umumnya digunakan untuk menyari zat kandungan aktif yang larut dalam
air dan bahan-bahan nabati.Penyarian dengan cara ini menghasikan sari
yang tidak stabil dan mudah tercemar oleh kuman dan kapang. Oleh sebab
itu, sari yang diperoleh dengan cara ini tidak boleh disimpan lebih dari
24 jam.Cara ini sangat sederhana dan sering digunakan oleh perusahaan
obat tradisional. Dengan beberapa modifikasi, cara ini sering digunakan
untuk membuat ekstrak.
Infus dibuat dengan cara :
1. Membasahi bahan bakunya, biasanya dengan air 2 kali bobot bahan,
untuk bunga 4 kali bobot bahan dan untuk karagen 10 kali bobot bahan.
2. Bahan baku ditambah dengan air dan dipanaskan selama 15 menit
pada suhu 900 980C. Umumnya untuk 100 bagian sari diperlukan 10
bagian bahan. Pada simplisia tertentu tidak diambilo 10 bagian bahan.
Hal ini di sebabkan karena:

Kandungan simplisia kelarutannya terbatas, misalnya kulit kina


digunakan 6 bagian.

Disesuaikan dengan cara penggunaannya dalam pengobatan, misalnya


daun kumis kucing, sekali minum infuse 100cc

karena itu

diambil 1/2 bagian.

Berlendir, misalnya karagen digunakan 11/2 bagi.

Daya kerjanya keras, misalnya digitalis digunakan 1/2 bagian.


3. Untuk memindahkan penyarian kadang-kadang perlu ditambah bahan
kimia misalnya:

Asam sitrat untuk infuse kina.

Kalium atau Natrium karbonat untuk infuse kelembaman.


4. Penyaringan dilakukan pada saat cairan masih panas, kecuali bahan
yang mengandung bahan yang mudah menguap.Simplisia yang

digunakan untuk pembuatan infuse harus mempunyai derajat


kehalusan tertentu.
Derajat kahalusan (2/3), misalnya :
1. Daun kumis kucing
2. Daun sirih
3. Akar manis
Derajat kehalusan (3/6), misalnya :
1. Rimpang jeringau
2. Akar kelembak
Derajat kehalusan (6/8), misalnya :
1. Rimpang lengkuas
2. Rimpang temulawak
3. Rimpang jahe
Derajat kehalusan (8/24), misalnya :
1. Kulit kina
http://mayapusmpuspuspita.wordpress.com/2011/11/12/60/

Infundasi
Infundasi adalah ektraksi dengan pelarut air pada temperature
penangas

air

(bejana

infus

tercelup

dalam

penangas

air

mendidih,

temperature terukur 90 C) selama waktu tertentu (15 menit). Penyarian


dengan cara ini menghasilkan sari yang stabil dan mudah tercemar oleh
kuman dan kapang. Oleh karena itu sari yang diperoleh dengan cara ini tidak
boleh disimpan lebih dari 24 jam.
Ketentuan Metode Infusa :
a.

Air ekstrak digunakan untuk membasahi bahan baku

1.

Secara umum untuk daun, biji, dan batang ditambah 2 kali bobot bahan.

2.

Untuk bunga (yang banyak mengandung kutikula dan lapisan lilin yang
sulit ditembus air) ditambahkan 10 kali bobot bahan

3.

Bahan karegen ditambah 10 kali bobot bahan

b.

Penyaringan dilakukan saat masih panas kecuali mengandung bahan yang


mudah menguap.
Cairan hasil penyarian dengan metode infundasi disebut infusa.
Infundasi digunakan untuk menyari bahan yang memiliki kandungan kimia
yang tahan pemanasan. Pemanasan dimaksudkan agar kandungan kimia
larut dengan baik. Infusa umumnya 10% (jumlah bahan dibandingkan
dengan cairan penyari), namun ada pengeculian untuk :

Infusa daun kulit kina, 6 bagian bahan sampai 100 ml karena kelarutan
kandungan terbatas. Pada pembuatannya juga ditambahkan asam sitrat
untuk membebaskan ikatan kina tanat.

Untuk digitalis ; 1,5 bagian ditambahkan 100 ml air, karena daya kerjanya
sangar keras.

Untuk Kelembak, karena mengandung aglikon antrakinon, yang sukar larut


dalam air panas maka perlu ditambahkan kalium karbonat atau natrium
karbonat untuk membentuk fenolat yang lebih mudah larut dalam air.
http://jendelafarmasi.blogspot.com/2012/12/metode-penyarian.html

A.

Glikosida Jantung
Glikosida jantung adalah alkaloid yang berasal dari tanaman yang kemudian diketahui
berisi digoksin dan digitoksin. Keduanya bekerja sebagai inotropik positif pada gagal jantung.
Digoksin adalah suatu obat yang diperoleh dari tumbuhan Digitalis lanata. Digoksin
digunakan terutama untuk meningkatkan kemampuan memompa (kemampuan kontraksi) jantung
dalam keadaan kegagalan jantung/congestive heart failure (CHF). Obat ini juga digunakan untuk
membantu menormalkan beberapa dysrhythmias ( jenis abnormal denyut jantung). Obat ini

termasuk obat dengan Therapeutic Window sempit (jarak antara MTC [Minimum Toxic
Concentration] dan MEC [Minimum Effectiv Concentration] mempunyai jarak yang sempit.
Artinya rentang antara kadar dalam darah yang dapat menimbulkan efek terapi dan yang dapat
menimbulkan efek toksik sempit. Sehingga kadar obat dalam plasma harus tepat agar tidak
melebihi batas MTC yang dapat menimbulkan efek toksik. Efek samping pada pemakaian dosis
tinggi, gangguan susunan syaraf pusat: bingung, tidak nafsu makan, disorientasi, gangguan
saluran cerna: mual, muntah dan gangguan ritme jantung. Reaksi alergi kulit seperti gatal-gatal,
biduran dan juga terjadinya ginekomastia (jarang) yaitu membesarnya payudara pria)mungkin
terjadi.
B.

Stabilitas dan Sifat dari Glikosida Jantung


Glikosida

steroid

merupakan

glikosida

dengan

aglikon

steroid. Glikosida jantung / cardiac gycocide / sterol glycocide/ digitaloida


adalah glikosida yang mempunyai daya kerja yang kuat dan spesifik
terhadap otot jantung.

Daya kerja glikosida steroid yaitu: menambah

kontraksi sistemik, berakibat pada pengosongan ventrikel menjadi lebih


sempurna,

akibat

selanjutnya

lamanya

kontraksi

sistole

dipersingkat,

sehingga jantung dapat beristirahat lebih panjang di antara dua kontraksi.


Aglikon steroid atau genin terdiri dari dua tipe, yaitu tipe kardenolida
dan bufadienolida. Yang umum dalam alam adalah tipe kardenolida yang
merupakan steroida C23 dengan rantai samping yang terdiri dari lingkaran
lakton lima anggota yang tidak jenuh - dan menempel pada C nomor 17
bentuk . Tipe bufadienolida adalah homolog C24 dari kardenolida dan
mempunyai rantai simpang lingkaran lakton enam anggota tidak jenuh
ganda menempel pada C nomor 17. Nama bufadienolida berasal dari nama
genus untuk katak Bufo, karena prototipe dari senyawa bufalin diisolasikan
dari kulit katak.
Aspek kimiawi yang luar biasa dari kardenolida dan bufadienolida
adalah bahwa hubungan lingkaran C/D mempunyai konfigurasi sis. Agar
daya kerja terhadap jantung optimum, ternyata bahwa aglikon harus
mempunyai lingkaran lakotn tidak jenuh - dan menempel pada posisi 1

dari steroida dan hubungan-hubungan A/B dan C/D harus mempunyai


konfigurasi sis. Bila glikosida dipecah aglikon masih mempunyai kegiatan
terhadap jantung, tetapi bagian gula dari glikosida yang menyebabkan dapat
larutnya glikosida sangat penting untuk absorbsi dan penyebaran glikosida
dalam tubuh. Subtitusi oksigen pada inti steroida juga mempengaruh
penyebaran glikosida dalam tubuh. Substitusi oksigen pada inti steroida
juga mempengaruhi penyebaran dan metabolisme glikosida. Pada umumnya
makin banyak gugus hidroksi pada molekul lebih cepat waktu mulainya
bekerja dan selanjutnya lebih cepat dikeluarkan dari tubuh.
Struktur dan daya kerja dari glikosida jantung mepunyai hubungan
yang sangat erat, pergantian tempat dari gugus hidroksi atau aalnya
perubahan kecil dalam molekul akan, mengubah bahkan melenyapkan sama
sekali sifat kardioaktifnya. Ciri khas untuk aglikon dan kardioaktif adalah
adanya gugus hidroksi yang menempel pada posisi 3 dan 14 dari inti
steroida.
Setiap glikosida jantung mempunyai bagian gula yang terdiri dari
satu, dua, tiga, atau empat gugus gula pentosa atau heksosa, tetapi gula
yang ti ujung biasanya adalah glukosa. Gugus OH dari aglikon yang btereaksi
pada

pembentukan

glikosida

adalah

yang

terdapat

paa

posisi

3.

Monosakarida yang biasa terdapat pada glikosida yang umum digunakan


dalam pengobatan adalah D-glukosa, D-Digitoksosa, D-Simarosa, L-Ramnosa,
D-arabinosa.
Hidrolisis asam yang lama dari glikosida jantung akan menyebabkan
terpecahnya glikosida tersebut menjadi gula dan aglikon. Sedang hidrolisis
yang terjadi karena enzim yang terdapat dalam banyak tanaman glikosida
jantung memecah glikosida menjadi suatu gula bebas dan suatu glikosida
sekunder yang menandung lebih sedikit gula. Adanya enzim-enzim ini
memungkinkan dipelajarinya secara terperinci susuanan dari glikosida
jantung. Seringkali enzim-enzim tersebut terikat sangat erat di dalam
protoplasma sel (desmoenzim). Bila tidak diperhatikan secara cermat,

selama pengeringan dan penyimpanan banyak obat jantung, maka enzim


tadi akan memecah gula dan glukosa yang biasanya terdapt di ujung hingga
dari heterosida yang asli akan terjadi senyawa yang kurang kompleks.
Misalnya dari ekstrak gubal strofanti dapat diahrapkan akan terdapat
senyawa kardioaktif seperti: strofantidin, simarin, k-strofantin dan kstrofantosida.
Kecuali dengan hidrolisa, glikosida jantung dapat pula rusak dengan
cara yang lain. Lingkaran lakton di dalamnya mudah terbuka dengan adanya
alkali, yang akan membentuk garam dari asam aldehid. Sekali terbuka,
lingkaran tersebut tidak dapat dibentuk kembali menjadi lakton yang asli
(cardenolide); sekarang karboksil tadi membentuk lakton dengan suatu
hidroksil di bagian lain dari aglikon tersebut menghasilkan isogenin,
cardanolide, yang secara fisiologi tidak aktif. Inilah sebabnya mengapa
adanya alkali kuat menghancurkan aktivitas dari glikosida jantung.
Gugus hidroksil tersier (yaitu pada kedudukan 14 dari digitoksigenin)
mudah

terpisah

sebagai

air

pada

suhu

yang

tinggi

memebentuk

anhidrogenin, misalnya anhidro digitoksigenin. Jadi selama pengeringan,


penyimpanan dan ekstraksi mungkin dan memang terjadi bermacan-macam
perubahan dari obat jantung. Glikosida jantung juga terhidrolisis sebagian
oeh asam lambung tetepi tidak cukup cepat hingga tidak mengacaukan
pengobatan.
Karena panas dapat menghancurkan enzim, maka dapat diahrapkan bahwa obat jantung
yang diawetkan dengan panas (heat-stabilized) kwalitasnya akan tahan lama, tetapi penggunaan
panas dapat mengubah sebagian dari glikosida yang asli.
Kelarutan dari glikosida jantung berbeda cukup besar sesuai dengan kadar gula dalam
molekul. Pada umumnya makin besar jumlah gugus gula yang terdapat dalam molekul, makin
besar kelarutannya dalam air, tetapi makin kecil kelarutannya dalam kloroform. Alkohol dapat
melarutkan kedua macam glikosida baik glikosida asli maupun glikosida sekunder dan juga
aglikon, karena itu nampaknya alkohol merupakan pelarut yang cocok untuk zat kardioaktif
(cardiac principles). Glikosida jantung tidak larut dalam petroleum eter dan dalam eter, dan

pelarut tersebut digunakan untuk menghilangkan lemak biji strofanti sebelum diekstraksi dengan
alkohol. Infusa air satu persen daun digitalis mengandung hampir seluruh jumlah heterosida
aktif yang terdapat dalam obat. Hal ini mungkin disebabkan karena obat tersebut disamping
mengandung glikosida jantung juga mengandung saponin yang berperan sebagai emulgator
(emulsifier) untuk glikosida sekunder.
http://meypharmacys.blogspot.com/2013/04/makalah-glikosida-jantung.html

(diambil dari Buku Obat Hayati Golongan Glikosida, oleh: S.


Brotosisworo, Fakultas Farmasi UGM)
Glikosida
steroid
merupakan
glikosida
dengan
aglikon
steroid. Glikosida jantung / cardiac gycocide / sterol glycocide/ digitaloida
adalah glikosida yang mempunyai daya kerja yang kuat dan spesifik
terhadap otot jantung.
Daya kerja glikosida steroid yaitu: menambah
kontraksi sistemik, berakibat pada pengosongan ventrikel menjadi lebih
sempurna, akibat selanjutnya lamanya kontraksi sistole dipersingkat,
sehingga jantung dapat beristirahat lebih panjang di antara dua kontraksi.
Aglikon steroid atau genin terdiri dari dua tipe, yaitu tipe kardenolida
dan bufadienolida. Yang umum dalam alam adalah tipe kardenolida yang
merupakan steroida C23 dengan rantai samping yang terdiri dari lingkaran
lakton lima anggota yang tidak jenuh - dan menempel pada C nomor 17
bentuk . Tipe bufadienolida adalah homolog C24 dari kardenolida dan
mempunyai rantai simpang lingkaran lakton enam anggota tidak jenuh
ganda menempel pada C nomor 17. Nama bufadienolida berasal dari nama
genus untuk katak Bufo, karena prototipe dari senyawa bufalin diisolasikan
dari kulit katak.
Aspek kimiawi yang luar biasa dari kardenolida dan bufadienolida
adalah bahwa hubungan lingkaran C/D mempunyai konfigurasi sis. Agar
daya kerja terhadap jantung optimum, ternyata bahwa aglikon harus
mempunyai lingkaran lakotn tidak jenuh - dan menempel pada posisi 1
dari steroida dan hubungan-hubungan A/B dan C/D harus mempunyai
konfigurasi sis. Bila glikosida dipecah aglikon masih mempunyai kegiatan
terhadap jantung, tetapi bagian gula dari glikosida yang menyebabkan dapat
larutnya glikosida sangat penting untuk absorbsi dan penyebaran glikosida
dalam tubuh. Subtitusi oksigen pada inti steroida juga mempengaruh
penyebaran glikosida dalam tubuh. Substitusi oksigen pada inti steroida juga

mempengaruhi penyebaran dan metabolisme glikosida. Pada umumnya


makin banyak gugus hidroksi pada molekul lebih cepat waktu mulainya
bekerja dan selanjutnya lebih cepat dikeluarkan dari tubuh.

Struktur dan daya kerja dari glikosida jantung mepunyai hubungan


yang sangat erat, pergantian tempat dari gugus hidroksi atau aalnya
perubahan kecil dalam molekul akan ,mengubah bahkan melenyapkan sama
sekali sifat kardioaktifnya. Ciri khas untuk aglikon dan kardioaktif adalah
adanya gugus hidroksi yang menempel pada posisi 3 dan 14 dari inti
steroida.
Setiap glikosida jantung mempunyai bagian gula yang terdiri dari
satu, dua, tiga, atau empat gugus gula pentosa atau heksosa, tetapi gula
yang ti ujung biasanya adalah glukosa. Gugus OH dari aglikon yang
btereaksi pada pembentukan glikosida adalah yang terdapat paa posisi
3. Monosakarida yang biasa terdapat pada glikosida yang umum digunakan
dalam pengobatan adalah D-glukosa, D-Digitoksosa, D-Simarosa, L-Ramnosa,
D-arabinosa.

Stabilitas dan sifat lain dari glikosida jantung


Hidrolisis asam yang lama dari glikosida jantung akan menyebabkan
terpecahnya glikosida tersebut menjadi gula dan aglikon. Sedang hidrolisis
yang terjadi karena enzim yang terdapat dalam banyak tanaman glikosida
jantung memecah glikosida menjadi suatu gula bebas dan suatu glikosida
sekunder yang menandung lebih sedikit gula. Adanya enzim-enzim ini
memungkinkan dipelajarinya secara terperinci susuanan dari glikosida
jantung. Seringkali enzim-enzim tersebut terikat sangat erat di dalam
protoplasma sel (desmoenzim). Bila tidak diperhatikan secara cermat,
selama pengeringan dan penyimpanan banyak obat jantung, maka enzim
tadi akan memecah gula dan glukosa yangbiasanya terdapt di ujung hingga
dari heterosida yang asli akan terjadi senyawa yang kurang
kompleks. Misalnya dari ekstrak gubal strofanti dapat diahrapkan akan
terdapat senyawa kardioaktif seperti: strofantidin, simarin, k-strofantin dan kstrofantosida.
Demikian pula lanatosida A, salah satu heterosida asli dari Digitalis
lanata, terhidrolisis sebagai berikut:

{Lanatosida
A} (digipurpidase)

A }

(lanatasa)

+ H2O-CH3-COOH

{digipurppidosida
+ H2O-

glukosa

digitoksin

(H+) + 3 H2O

digitoksigenin

3 digitoksosa

Nampaknya daun digitalis segar tidak mengandung deglukosida dalam


jumlah yang dapat ditentukan.
Kecuali dengan hidrolisa, glikosida jantung dapat pula rusak dengan
cara yang lain. Lingkaran lakton di dalamnya mudah terbuka dengan adanya
alkali, yang akan membentuk garam dari asam aldehid. Sekali terbuka,
lingkaran tersebut tidak dapat dibentuk kembali menjadi lakton yang asli
(cardenolide); sekarang karboksil tadi membentuk lakton dengan suatu
hidroksil di bagian lain dari aglikon tersebut menghasilkan isogenin,
cardanolide, yang secara fisiologi tidak aktif. Inilah sebabnya mengapa
adanya alkali kuat menghancurkan aktivitas dari glikosida jantung.
Gugus hidroksil tersier (yaitu pada kedudukan 14 dari digitoksigenin)
mudah terpisah sebagai air pada suhu yang tinggi memebentuk
anhidrogenin, misalnya anhidro digitoksigenin. Jadi selama pengeringan,
penyimpanan dan ekstraksi mungkin dan memang terjadi bermacan-macam
perubahan dari obat jantung. Glikosida jantung juga terhidrolisis sebagian
oeh asam lambung tetepi tidak cukup cepat hingga tidak mengacaukan
pengobatan.
Karena panas dapat menghancurkan enzim, maka dapat diahrapkan
bahwa obat jantung yang diawetkan dengan panas (heat-stabilized)
kwalitasnya akan tahan lama, tetapi penggunaan panas dapat mengubah
sebagian dari glikosida yang asli.
Umbi squill (bulbus scillae) yang terdiri dari daun-daun tebal yang
higroskopis, tidak dapat mempertahankan kualitasnya kecuali jika
distabilkan, karena umbi ini makan waktu lama pada pengeringan. Hidrolisis
enzimatis suatu glikosida berbanding lurus dengan lamanya waktu, dan obat
tersebut mengandung basah cukup untuk terjadinya hidrolisis, maka tidak
mengherankan bahwa akhirnya contoh komersiil yang biasa dari bulbus

scillae hanya menunjukkan aktivitas seperlima dibanding dengan obat yag


telah dikeringkan 55-60oC dan disimpan di atas kapur tohor. Maka banyak
farmakope minta agar daun digitalis tidak mengandung air lebih dari 6% dan
harus disimpan dalam bejana tertutup di atas zat pengering.
Kelarutan dari glikosida jantung berbeda cukup besar sesuai dengan
kadar gula dalam molekul. Pada umumnya makin besar jumlah gugus gula
yang terdapat dalam molekul, makin besar kelarutannya dalam air, tetapi
makin kecil kelarutannya dalam kloroform. Alkohol dapat melarutkan kedua
macam glikosida baik glikosida asli maupun glikosida sekunder dan juga
aglikon, karena itu nampaknya alkohol merupakan pelarut yang cocok untuk
zat kardioaktif (cardiac principles). Glikosida jantung tidak larut dalam
petroleum eter dan dalam eter, dan pelarut tersebut digunakan untuk
menghilangkan
lemak
biji
strofanti
sebelum
diekstraksi
dengan
alkohol. Infusa air satu persen daun digitalis mengandung hampir seluruh
jumlah heterosida aktif yang terdapat dalam obat. Hal ini mungkin
disebabkan karena obat tersebut disamping mengandung glikosida jantung
juga mengandung saponin yang berperan sebagai emulgator (emulsifier)
untuk glikosida sekunder.

Daya kerja dan Pemakaian Glikosida Steroid


Dosis kecil dari obat jantung menghambat pukulan jantung, tetapi
menambah volume darah ang dipompakan melalaui jantung, karena bilikbiliknya terisi lebih penuh selama fasa diasstole yang sekarang berlangsung
lebih lama; selama fasa sistole kontraksi lebih kuat sehingga bilik
dikosongkan secara lebih sempurna. Pada saat yang bersamaan buluh
kapiler dari ginjal dilebarkan. Daya kerja ini, bersama-sama dengan
bertambahnya volume darah yang menaglir melewati ginjal menyebabkan
digitaloida tersebut merupakan diuretika yang efektif, terutama untuk
pembesaran / pembengkakan jantung.
Digilaloida mengatur gerak jantung yang tidak teratur atau aritmia
dan memberikan hasil yang dramatis pada congestive heart failure. Dosis
yang besar menyebabkan penhambatan yang berlebihan dan otot jantung
tetap kontraksi sebagian selama masa diastole. Rasa mual dan muntah
adalah gejala intoksikasi. Pada jaman dulu obat-obat ini digunakan sebagai
emetika.
Daun digitalis baru menunjukkan hasilnya setelah beberapa jam, dan
daya kerja yang penuh baru terlihat setelah beberapa hari (efek
kumulasi). Digitaloida lanata kurang kumulasi. Lanatosida C baru bekerja 10

menit bila diberikan secara intravena. Dalam kasus kelemahan jantung yang
kuat, ouabain menunukkan daya kerja yag segera. Daya kerja yang lebih
kuat meskipun lebih singkat diberikan oleh heterosida dari squill, adonidis,
hellebore, dan apocynum.

Identifikasi kimiawi gliksida steroid


1. Reaksi Legal
Glikosida
jantung
kecuali
scillaren,
memberikan
reaksi
legal. Heterosida atau ekstrak murni dari obat gubal dilarukan dalam
piridina. Bila natrium hidroksida dan natrium nitropurusida ditambahkan
secara berturutan, akan terjadi warna merah darah.
2. Reaksi Keller Killiani
Glikosida dilarutkan dalam asam asetat glasial yang mengandung
jejak/rumutan/trace feri klorida. Asam sulfat pekat yang mengandung
sejumlah feri klorida yang sama diteteskan pada dasar tabung reaksi dengan
suatu pipet. Suatu warna yang jelas akan terjadi pada batas antara dua
reagen, yang secaraperlahan-lahan menyebar ke dalam lapisan asam
asetat. Reaksi ini menunjukkan adanya gula deoksi. Glikosida dari oleander
dan squill memberikan warna merah, sedang gliolosida dari adonis,
apocymun dan digitalis memberikan warna hijau kebiruan.
3. Reaksi Sterol dan Liebermann
Kepada larutan glikosida dalam asam asetat glasial diatmbahkan satu
tetes asam sulfat pekat. Pergantina warna terjadi dari rosa melaui merah,
violet dan biru ke hijau. Warna-warna tersebut sedikit berbeda untuk satu
senyawa dengan senyawa yang lain. Reaksi ni disebabkan oleh bagian
steroida dari molekul dan karakteristik untuk aglikon dari tipe
scillarenin. Asam sulfat 80% digunakan sebagai alat untuk identifikasi biji
strophanti. Biji strophanthus kombe memberikan warna hijau dengan reagen
ini,
sedang
kebanyakan
pemalsunya
(S.courtmanni dan S.
gratus)
memberikan warna merah.

Cara identifikasi glikosida jantung menurut Materia Medika Indonesia I


1. Larutan percobaan

Sari 3 g serbuk simplisia dengan 30 ml campuran 7 bagian volume etanol


95% P dan 3 bagian volume air dalam alaat pendingin balik selama 10 menit,
dinginkan, saring. Pada 20 ml filtrat tambahkan 25 ml air dan 25 ml timbal
(II) asetat 0,4 M kocok, diamkan selama 5 menit, saring. Sari filtar 3 kali,
tiap kali dengan 20 ml campuran 3 bagian volume kloroform P dan 2 bagian
volume isopropanol P. Pada kumpulan sari tambahkan natrium sulfat anhidrat
P, saring dan uapkan pada suhu tidak lebih dari 50oC. Larutkan sisa dengan
2 ml metanol P.
2. Cara Percobaan.:
1)

Encerkan 0,1 ml larutan percobaan dengan 2,9 ml metanol P, tambahkan


Baljet LP, terjadi warna jingga setelah beberapa menit, menunjukkan adanya
glikosida dan aglikon kardenolida.

2)

Pada 0,1 ml larutan percobaan tambahkan 2 ml Kedde LP dan 2 ml kalium


hidroksida 1 N, terjadi warna merah ungu sampai biru ungu dan dalam
beberapa menit, menunjukkan adanya glikosida dan aglikon kardenolida.

3)

Masukkan 0,1 ml larutan percobaan dalam tabung reaksi, uapakan di atas


penagnas air. Pada sisa tambahkan 3 ml larutan xantidrol P 0,01 % b/v
dalam asam asetat P dan 1 tetes asam klorida pekat P, larutan berwarna
kuning intensif, kemudian panaskan di atas penangas air selama 3 menit,
warna larutan menjadi merah intensif, menunjukkan adanya glikosida dan
glikon 2-desoksigula.

4)

Uapkan 0,2 ml larutan percobaan di atas penangas air. Larutkan sisa


dengan 3 ml asam asetat P dengan sedikit pemanasan, dinginkan. Teteskan
besi (III) klorida 0,3 N, kmeudian tambahkan hati-hati campuran 3 ml asam
sulfat dan 1 tetes besi (III) klorida 0,3 N, terbentuk cincin berwarna merah
coklat pada batas cairan, setelah beberapa menit di atas cincin berwarna
biru hijau, menunjukkan adanya glikosida dan glikon 2-desoksigula (reaksi
Keller-Killiani).

Dari keempat percobaan di atas, serbuk mengandung glikosida jantung


jika paling kurang reaksi menunjukkan adanaya aglikon kardenolida dan
glikon 2-desoksigula.

Standardisasi (pembakuan)

Banyak faktor mempengaruhi daya kerja dari obat gubal kardioaktif,


seperti misalnya iklim, umur bagian tanaman yang digunakan, musim waktu
pengumpulan dan metode pengeringan dan penyimpanan. Karena obat
jantung itu beracun dan dosis yang tepat merupakan masalah yang penting,
mka meraeka perlu dinakukan dulu sebelum digunakan dalam
pengobatan. Setiap glikosida mempunuyai daya kerja yuang berbeda-beda
tergantung pada struktur mereka yang utama (particular). Karena itu
evaluasi dengan metode kimiawi untuk obat gubal jantung masih belum
memuaskan. Metode-metode
kromatografi,
kolorimetri,
gravimetri,
organoleptik dan fitofarmakologi telah diusulkan, tetapi sampai sekarang
tidak ada satupun yang betul-betul dapat diandalkan, sehingga dalam
praktek masih digunakan metoda biologi, kecuali untuk ouabain dalam
Strophanthus gratus. Glikosida ouabain tadi disari dengan alkohol absolut,
dipisahkan dengan pengendapan dengan petroleum eter,dimurnikan dengan
kristalisasi dari air dan ditimbang.

Bioassay (Penetapan hayati)


Evaluasi dengan metode biologi menentukan jumlah obat yang
diperlukan untuk menghentikan jantung dari binatang tertentu di bawah
kondisi khusus (dosis letalis). Untunglah bahwa efek pengobatan dan efek
toksik diakibatkan oleh suaut senyawa yang sama. Karena kepekaan
binatang dengan spesies yang berbeda-beda sangat berlainan maka harus
digunakan suatu standard pembanding. Standard internasional terdiri dari
daun Digitalis purpurea yang kering, dan 80 mg dari daun tersebut sama
dengan satu satuan internasional. Daya kerja dari setiap macam obat herus
dibandingkan dengan standard masing-masing karena campuran glikosida
mereka sangatlah toksik. Situasi dimaksud dapat digambarkan oleh
kenyataan bahwa sementara katak dalam musim gugur pmempunyai
kepekaan terhadap digitalis setengah kali dibandingkan kepekaannya di
musim semi, sedangkan dalam hal adonis dan convallaria kepekaan mereka
justru terbalik. Juga bermacam-macam katak menunjukkan kepekaan yang
berbeda terhadap setiap eterosida, misalnya Rana temporaria tiga kali lebih
peka terhadap lanatosida C bila dibandingkan dengan Rana esculenta, tetapi
hanya dua pertiga kepekaannya terhadap K-strphanthin bila dibanding
dengan Rana esculenta.

Ada empat macam metode bioassay yang biasa digunakan:


1. Metode marmot (Guinea Pig Method)

Suatu larutan isotonik atau infusa dari obat diinfusikan secara


perlahan-lahan ke dalam vena jugularis dan marmot yang dinarkotisir
sehingga jantungnuya berhenti. Daya kerja diperhitungkan dari jumlah
mililiter yang digunakan. Percobaan digulangi dengan 10 ekor binatang baik
untukobat maupun untuk strandard.
2. Metode kucfing dan metode marmot (USP XV) sesungguhnya sama saja
kecuali bahwa sebagai pengganti marmot digunakan berturut-turut kucing
dan anjing.
3. Metode emesis burung dara (Pgeon Emesis Method)
Sediaan disuntikkan ke dalam vena sayap. Dosis ditentukand dengan
jumlah yang menyebabkan muntah dalam waktu 5 sampai 10 menit.
4. Metode katak (Frog Method)
Percobaan dilakukan terhadap enam kelompok masing-0masing
sepuluh ekor katakuntuk mengetahui reaksi katak terhadap berbagai dosis
obat, dengan cara ini batas dari dosis letalis dipersempit (jantung katak
dibengikan dalam keadaan sistole). Infusa disuntukkan secara subkutan ke
dalam kandung limfa. LD50 ditentukan dengan waktu pengamatan 24 jam
(timeless method) pada 20oC dan kekuatannya dinyatakan dalam satuan
internasional (nasional) dengan standar d internasional atau nasional.
Kesalahan maksimum dari metode-metode tersebut adalah:
Metode marmot dan metode kucin lebih kurang a13%, percobaan klinik
(manusia) lebih kurang 22% dan metode kataklebih kurang 30%.

A.

GLIKOSIDA KARDIOAKTIF
Penggunaan glikosida kargiak dalam terapi yaitu dapat meningkatkan kekuatan kontraksi
sistolik. Glikosida kardioaktif biasanya digunakan pada pasien gagal jantung kongestif.
Glikosida kardioaktif bekerja dengan cara menghambat Na+, K+-ATPase.
a.
Digitalis
Digitalis atau Foxglove adalah daun yang dikeringkan dari Digitalis purpurea Linne
(Famili Schrophulariaceae). Serbuk digitalis dikeringkan pada suhu tidak lebih dari 600 C.
Digitalis Lanata atau Grecian Foxglove adalah daun yang dikeringkan dari Digitalis
Laanta Enhart. Tanaman ini berasal dari Eropa bagian tengah dan selatan.
Secara luas glikosida mengandung senyawa obat, namun yang paling penting dalam
medis yaitu digitoksin, gitoksin, dan gitaloksin. Konsentrasi dari tiga tiga glikosida di atas
berbeda-beda tergantung pada jenis tanaman dan kondisi pertumbuhannya.
b.
Digitoksin

Digitoksin merupakan glikosida kardiotonik yang didapat dari Digitalis


purpurea Linne,Digitalis lanata Ehrh dan juga dari spesies digitalis yang lain yang masih dalam
Famili Scrophulariceae. Digitoksin berwarna putih, tidak berbau, dan mempunyai serbuk
mikrokristalin. Rasa dari digitoksin pahit, dan praktis tidak larut dalam air, dan sangat mudah
larut dalam alkohol.
Digitoksin adalah suatu karditonik yang dapat meningkatkan tonus otot jantung. Dosis
oral lazim, intramuscular atau intravena diawali dengan 600 mikrogram, yang diikuti dengan
dosis 200-400 mikrogram pada interval 3-6 jam. Dosis pertahanannya yaitu 100-200 mikrogram
perhari.
Contoh produk dari digitoksin yang ada yaitu Crystodigin, Digitaline Nativelle, dan
Purodigin.

You might also like