Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
Tujuan
Tujuan Umum
Untuk memperkirakan saat kematian korban.
1.3.2
Tujuan Khusus
a. Mengenal ilmu thanatology
b. Mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi pada jenazah
c. Menentukan perkiraan saat kematian korban
1.4 Manfaat
1.4.1
Manfaat untuk masyarakat
Dapat membantu penyidik dalam memperkirakan saat kematian
korban di tempat kejadian perkara.
1.4.2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
DEFINISI
Thanatology berasal dari kata thanatos berarti kematian dan logy, logos
berarti ilmu, jadi tanatologi adalah ilmu yang mempelajari hal-hal yang berkaitan
dengan kematian yaitu definisi atau batasan mati, perubahan yang terjadi pada
tubuh setelah terjadi kematian dan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan
tersebut, seperti:
2.2
seseorang berupa tanda kematian, yaitu perubahan yang terjadi pada tubuh mayat.
Perubahan tersebut dapat timbul dini pada saat meninggal atau beberapa menit
kemudian,
misalnya
kerja
jantung
dan
peredaran
darah
berhenti,
pernafasan berhenti, refleks cahaya dan refleks kornea mata hilang, kulit pucat
dan relaksasi otot. Setelah beberapa waktu timbul perubahan pasca mati yang jelas
yang memungkinkan diagnosa kematian lebih pasti. Tanda-tanda tersebut dikenal
sebagai tanda pasti kematian berupa lebam mayat (hipostatis atau lividitas
pascamati),
kaku
mayat
(rigor
mortis),
penurunan
suhu
tubuh,
jenazah.
Aliran udara dan kelembapan: aliran udara mempercepat penuruna
suhu jenazah. Sedangkan udara yang lembab merupakan konduktor
tinggi.
Sebab kematian : bila korban meninggal karena peradangan
(sepsis), suhu tubuh waktu meninggal malah meningkat.
Untuk korban yang berada dalam media air atau dalam tanah, perlu
diperhitungkan bahwa penurunan suhu akan berbeda dengan
penurunan di udara terbuka. Penuruanan paling cepat dalam media air
(tenggelam) dan terlama dalam media tanah (dikubur). Sebagai
pedoman perbedaan penurunan rata-rata adalah :
Media Air : Udara :Tanah = 4:2:1
b. Lebam mayat ( livor mortis )
Lebam mayat terjadi akibat terkumpulnya darah pada jaringan kulit
dan subkutan disertai pelebaran pembuluh kapiler pada bagian tubuh
yang letaknya rendah atau bagian tubuh yang tergantung. Keadaan ini
member gambaran berupa warna ungu kemerahan. Setelah seseorang
meninggal, mayatnya menjadi suatu benda mati sehingga darah akan
terkumpul sesuai dengan hukum gravitasi. Lebam mayat mulai tampak
15-20 menit setelah kematian yang pada awalnya berupa bercak.
Dalam waktu sekitar 4 jam, bercak ini semakin meluas yang pada
akhirnya akan membuat warna kulit menjadi gelap. Pembekuan darah
terjadi dalam waktu 4-8 jam setelah kematian. Lebam mayat ini bisa
berubah baik ukuran maupun letaknya tergantung dari perubahan
posisi mayat. Karena itu penting sekali untuk memastikan bahwa
mayat belum disentuh oleh orang lain. Posisi mayat ini juga penting
untuk menentukan apakah kematian disebabkan karena pembunuhan
atau bunuh diri. Setelah kematian klinis maka eritrosit akan menempati
tempat terbawah akibat gaya tarik bumi, mengisi vena dan venula,
ini pertama sekali terjadi pada otot-otot mata, bagian belakang leher,
dada, abdomen bagian atas dan terakhir pada otot tungkai. Akibat kaku
mayat ini seluruh mayat menjadi kaku, otot memendek dan persendian
pada mayat akan terlihat dalam posisi sedikit fleksi. Keadaan ini
berlangsung selama 24-48 jam pada musim dingin dan 18-36 jam pada
musim panas. Kelenturan otot setelah mati masih dipertahankan karena
metabolisme tingkat seluler masih berjalan berupa pemecahan
cadangan glikogen otot yang menghasilkan energi. Energi ini
digunakan untuk mengubah ADP menjadi ATP. Selama masih terdapat
ATP maka serabut aktin miosin tetap lentur. Bila cadangan glikogen
dalam otot habis, maka energi tidak terbentuk lagi, aktin dan miosin
menggumpal dan otot menjadi kaku
Faktor - faktor yang mempengaruhi kaku mayat :
-
Pada pasien yang mati mendadak, kaku mayat lambat terjadi dan
-
serabut--serabut
fleksi
ototnya
leher, siku,
paha
memendek sehingga
dan
lutut,
seperti
10
disebabkan
oleh
pengaruh
enzim proteolitik
dan
hemoglobin.
Wajah dan bibir membengkak.
Scrotum dan vulva membengkak.
Distensi dinding abdomen sebagai akibat adanya gas pembusukan
dalam usus, sehingga mengakibatkan keluarnya faeces dari anus
marbling.
Pembentukan gas-gas pembusukan, sehingga gas dalam paru akan
terdesak sehingga menyebabkan darah keluar dari mulut dan
hidung.
Bola mata menonjol keluar akibat gas pembusukan dalam orbita.
Kuku dan rambut dapat terlepas, serta dinding perut dapat pecah.
Belatung, dari bau busuk yang timbul akan menarik lalat untuk
hinggap pada mayat. Lalat menempatkan telurnya pada mayat, di
11
diafragma.
Jenis yang paling lambat membusuk : prostat dan uterus yang tidak
hamil
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembusukan :
1. Faktor dari luar
o Sterilitas
o Suhu sekitar
o Proses pembusukan terjadi pada suhu optimal 70F sampai
100F. Apabila suhu sekitar rendah, proses pembusukan
terhambat, sebab pertumbuhan bakteri terhenti. Sedangkan
suhu diatas 100F proses pembusukan semakin lambat dan
berhenti pada suhu 212F.
o Kelembaban makin tinggi kelembaban makin cepat proses
pembusukan
12
pada
kasus
mati
tenggelam.
Kecepatan
terapung.
Mayat wanita lebih cepat terapung
Keadaan air : air jernih, pengapungan lebih lambat
13
o Umur
Bayi lahir yang belum pernah diberi makan, umumnya lebih
tahan terhadap proses pembusukan. Anak-anak dan orang yang
tua sekali proses pembusukannya lebih lambat dari orang
dewasa muda karena tubuh mengandung sedikit jaringan lemak
sehingga tubuh lebih cepat menjadi dingin.
o Keadaan tubuh pada waktu meninggal
Apabila pada waktu meninggal tubuh dalam keadaan
oedematous, akan lebih cepat membusuk, sedangkan bila tubuh
dalam keadaan dehidrasi, akan lebih lambat membusuk. Orang
gemuk lebih cepat membusuk, karena jaringan lemak yang
banyak memperlambat penurunan suhu.
o Sebab kematian
Proses pembusukan akan lebih cepat apabila korban meninggal
karena peradangan atau jika tubuh korban mengalami
mutilasi,sebaliknya proses pembusukan akan lebih lambat bila
korban meninggal akibat keracunan dengan arsenicum,
antimony atau carbolicacid yang kronis sebab bahan racun
tersebut mempunyai sifat sebagai pengawet.
o Jenis kelamin
Wanita yang baru melahirkan kemudian meninggal lebih cepat
membusuk.
e. Mumifikasi
Mumifikasi adalah proses pengeringan dan pengisutan alat-alat
tubuhakibat
penguapan
yang
selanjutnya
dapat
menghentikan
14
o
o
o
o
15
dengan tepat saat kematian seseorang. Perlu diingat bahwa saat kematian seorang
korban terletak diantara saat korban terakhir dilihat dalam keadaan masih hidup
dan saat korban ditemukan keadaan mati. Adapun tanda-tanda yang dapat dipakai
untuk memperkirakan saat kematian ialah :
o
o
o
o
o
o
16
17
segel
Kemudian
dikirim
ke
laboratorium
biologi
dengan
larva lalat
Surat tentang
laporan
peristiwa
dan
berita
acara
18
jam.
Kadar nitrogen non protein, asam nitrogen amino bebas,
kreatin, magnesium dan kalium juga meningkat setelah
meninggal. Peningkatan ini sifat nya konsisten.
19
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1
KESIMPULAN
Tanatologi merupakan ilmu yang mempelajari hal-hal yang berkaitan
dengan kematian yaitu definisi atau batasan mati, perubahan yang terjadi pada
tubuh setelah terjadi kematian dan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan
tersebut.
Tanda-tanda pasti kematian berupa lebam mayat (hipostatis atau lividitas
pasca mati), kaku mayat (rigor mortis), penurunan suhu tubuh, pembusukan,
mumifikasi, dan adiposera.
Perkiraan saat kematian dapat ditentukan dengan pemeriksaan tanda-tanda
seperti:
20
Walaupun demikian banyak faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi tandatanda tersebut.
3.2
SARAN
Dalam membantu penyidik dalam memperkirakan saat kematian korban,
sebaiknya dokter lebih teliti dalam memeriksa tanda-tanda pada jenazah serta
mempertimbangkan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi tanda-tanda
penentuan saat kematian korban sehingga range perkiraan saat kematian korban
lebih tepat.
21
DAFTAR PUSTAKA
Budiyanto A, et al. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran
Forensik FKUI; 1997. P 1-42.
Apuranto, H dan Hoediyanto. 2006. Ilmu Kedokteran Forensik Dan Medikolegal.
Surabaya: Bag. Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran
UNAIR.
Amir A. Autopsy . Universitas Sumatera Utara Press. Medan. 2012.
Amri Amir. Prof.dr.SpF,DFM,SH, Rangkaian Ilmu Kedokteran Forensik, Edisi
kedua, Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal FK-USU, 2012,
Medan.