You are on page 1of 88
Menetapkan 10. MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Peraturan Pemerintah No.25 Tahun 1980 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerinteh No.26 Tahun 1965 tentang Apotik (Lembaran Negara RI Nomor. 40 tahun 1980, Tambahan Lembaran Negara Nomor. 3169); Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan.(Lembaran Negara RI Nomor. 49 Tahun 1996, Tambahan Lembaran Negara Nomor. 3637); Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan (Lembaran Negara Nomor. 138 Tahun 1998 Tambahan Lembaran Negara Nomor. 3781); Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2006 tentang Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonomi, (Lembaran Negara Nomor. 54 tahun 2000, Tambahan Lembaran Negara Nomor. 3952 Tahun 2000). MEMUTUSKAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN —TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR. 922/MENKES/SK/K/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTIK. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Mengubah beberape Ketentuan dalam pasal 1, 3, 4, 7,9, 12, 19, 24, 25, 26, 27, 29, 30, dan 33, ayat (2), sehingga berbunyi sebagai berikut : 1. Pasal 1. Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan: a. Apotik adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran Sediaan farmasi, Perbekalan Kesehatan lainnya kepada masyarakat. b. Apoteker adalah Sarjana Farmasi yang telah Iulus dan telah mengurapkan sumpah jabatan apoteker, mereka yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai Apoteker. MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA c. Surat Izin Apotik atau SIA adalah Surat izin yang diberikan oleh Menteri kepada Apoteker atau Apoteker bekerjasama dengan pemilik sarana untuk menyelenggarakan Apotik di suatu tempat tertentu. 4. Apoteker Pengelola Apotik adalah Apoteker yang telah diberi Surat Izin Apotik (SIA). ©. Apoteker Pendamping adalah Apoteker yang bekerja di Apotik disamping Apoteker Pengelola Apotik dan / atau menggantikannya pada jam-jam tertentu pada hari buka Apotik. £ Apoteker Pengganti adalah Apoteker yang menggantikan Apoteker pengelola Apotik selama Apoteker Pengelola Apotik tersebut tidak berada ditempat lebih dari 3 (tiga) bulan secara terus ~ menerus, telah memiliki Surat Ijin Kerja dan tidak bertindak sebagai Apoteker Pengelola Apotik di Apotik lain. g. Asisten Apoteker adalah mereka yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai Asisten Apoteker, h, Resep adalah permintaan tertulis dari Dokter, Dokter Gigi, Dokter Hewan kepada Apoteker Pengelola Apotik untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi penderita sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku, i. Sediaan Farmasi adalah obat, bahan obat , obat asli Indonesia, alat kesehatan dan kosmetika. j. lat Kesehatan adalah Instrumen Aparatus , mesin, implan yang tidak: mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan dan meringanken penyakit, merawat orang sakit serta pemulihan Kesehatan pada manusia, dan atau untuk membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh, k. Perbekalan kesehatan adalah semua bahan dan peralatan yang diperlukan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan, 1. Perlengkapan Apotik adalah semua peralatan yang dipergunakan untuk melaksanakan pengelolaan Apotik. m, Menteri adalah Menteri yang bertanggung jawab dibidang kesehatan, Pasal. 3 (1) Pengelolaan Apotik di daerah-daerah tertentu dapat dinyatakan sebagai pelaksanaan Masa Bakti Apoteker bagi Apoteker yang bersangkutan; (2) Daerah-daerah tertentu dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan oleh Menteri. 3 MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Pasal 4 (1) Tain Apotik diberikan olch Menteri; (2) Menteri melimpahkan wewenang pemberian izin apotik kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota; (3) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota wajib melaporkan pelaksanaan pemberian izin, pembekuan izin, pencairan izin, dan pencabutan izin apotik sekali setahun kepada Menteri dan tembusan disampaikan kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsis, Pasal 7 (1) Permohonan Izin Apotik diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-1; (2) Dengan menggunakan Formulir APT-2 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota selambat-lambatnya 6 (enam ) hari kerja setelah menerima permohonan dapat ‘meminta bantuan teknis kepada Kepala Balai POM untuk melakukan pemeriksaan setempat terhadap kesiapan apotik untuk melakukan kegiatan; (3) Tim Dinas Kesehatan Kabupater/Kota atau Kepala Balai POM selambat-lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah permintaan bantuan teknis dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota melaporkan hasil pemeriksaan setempat dengan menggunakan contoh Formulir APT-3; (4) Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan (3) tidak dilaksanakan, Apoteker Pemohon dapat membuat surat pernyataan siap melakuken kegiatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kebupaten/Kota setempat dengan tembusan kepada Kepala Dinas Propinsi dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-4; (5) Dalam jangka waktu 12 (dua beles) heri kerja setelah diterima laporan hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud ayat (3), atau pernyataan dimaksud ayat (4) Kepala Dines Kesehatan Kebupaten/Kota setempat mengeluarkan Surat Izin Apotik dengan menggunakan contoh Formulir Model APT- 5; (6) Dalam hal hasil pemeriksaan Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM dimaksud ayat (3) masih belum memenuhi syarat Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam waktu 12(dua belas) hari kerja mengeluarkan Surat Penundaan dengan menggunakan contoh Formulir Model APT.6; (1) Tethadep Surat Penundaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (6), Apoteker diberi kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi selambat-lambatnya dalam jangka waktu I (satu) bulan sejak tanggal Surat Penundaan. 5. MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Pasal 9 Tethadap permohonan izin apotik yang ternyata tidak memenuhi persyaratan dimaksud pasal 5 dan atau pasal 6 , atau lokasi Apotik tidak sesuai dengan permohonan, maka Kepala Dinas Kesehatan’ Kabupaten/Kota setempat dalam jangka waktu selambat- lambatnya 12 (dua belas) hari kerja wajib mengeluarkan Surat Penolakan disertai dengan alasan-alasannya dengan mempergunakan contoh Formulir Model APT- 7. Pasal 12 (1) Apoteker berkewajiban menyediakan, menyimpan dan menyerahkan Sediaan Farmasi yang bermutu baik dan yang keabsahannya terjamin; (2) Sediaan Farmasi yang karena sesuatu hal tidak dapat digunakan lagi atau dilarang digrnakan, harus dimusnahkan dengan cara dibakar atau ditanam atau dengan cara lain yang ditetapkan oleh Menteri . Pasal 19. (1) Apabila Apoteker Pengelola Apotik berhalangan melakukan tugasnya pada jam buka Apotik, Apoteker Pengelola Apotik harus menunjuk Apoteker pendamping.; (2) Apabila Apoteker Pengelola Apotik dan Apoteker Pendamping arena hal-hal tertentu berhalangan melakukan tugasnya, Apoteker Pengelola Apotik menunjuk Apoteker Pengganti; (3) Penunjukan dimaksud dalam ayat (1) dan (2) harus dilaporkan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten /Kota dengan tembusan Kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi setempat dengan menggunakan contoh Formulir Model APT.9; (4) Apoteker Pedamping dan Apoteker Penggant: wajib memenuhi persyaratan dimaksud dalam Pasal 5; (8) Apabila Apoteker Pengelola Apotik berhalangan melakukan tugasnya# lebih dari 2 (dua) tahun secara terus menerus, Surat Izin Apotik atas nama Apoteker bersangkutan dicabut. Pasal 24 (1) Apabila Apoteker Pengelola Apotik meninggal dunia, dalam jangka waktu dua kali dun puluh empat jem, ehli waris Apoteker Pengelola Apotik wajib melaporkan kejadian tersebut secara tertulis kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota; (2) Apabila pada Apotik tersebut tidak terdapat Apoteker pendamping, pada pelaporan dimaksud ayat (1) wajib disertai penyerahan resep, narkotika, psikotropika, obat keras dan kunci tempat penyimpanan narkotika dan psikotropika; MENTE! KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA AL, Pasal 27 Keputusan Pencabutan Surat Izin Apotik oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota disampaikan langsung kepada yang bersangkutan dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-15. dan tembusan disampaikan kepada Menteri dan Kepala Dinas Kesehatan Propinsi setempat serta Kepala Balai POM setempat . 12, Pasai 29 Pengamanan dimaksud Pasal 28 wajib mengikuti tata cara sebagai berikut : 4 Dilakukan inventarisasi terhadap seluruh persediaan narkotika, Psikotropika, obat eras tertentu. dan obat lainnya serta seluruh resep yang tersedia di Apotik; b. Narkotika, Psikotropika dan resep harus dimasukkan dalam tempat yang tertutup dan terkunci; ¢. Apoteker Pengelola Apotik wajib melaporkan secara tertulis kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupater/Kota, tentang penghentian kegiatan disertai laporan inventarisasi yang dimaksud dalam huruf (a). 13. Pasal 30 (1) Pembinaan terhadap apotik dilaksanaken secara berjenjang dari tingkat Pusat sampai dengan Daerah, atas petunjuk teknis Menteri; (2) Dalam pelaksaniaan pembinaan dan pengawasan Apotik sebagaimana dimaksud ayat (1) dilaksanakan oleh Departemen Kesehatan, Dinas Kesehatan dan Badan POM; (3) Tata cara pemeriksaan menggunakan contoh Formulir Model APT-16. 14, Pasal 31 Pelanggaran terhadap Undang-undang obat keras Nomor. St. 1937 No. 541, Undang- uundang No, 23 tahun 1992 tentang Keschatan, Undang-undang No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika, Undang-undang No. 22 tahun 1997 tentang Nerkotika, serta ketentuan peraturan perundang-undangan lain yang berlaku. 15, Pasal 33 (2) Apotik yang telah memiliki izin apotik berdasarkan pereturan Menteri Kesehatan Noi 922/Menkes/Per/X/1993 tentang Pemberian Izin Apotik dianggep telah inemilik berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA (3) Pada penyerahan dimaksud ayat (1) dan (2), dibuat Berita Acara Serah Terima sebagaimana dimaksud Pasal 23 ayat (2) dengan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dengan menggunakan contoh formulir Model APT. 11, dengan tembusan Kepala Balai POM setempat 9. Pasal 25 (1) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat mencabut surat izin apotik apabil a. Apoteker sudah tidak lagi memenuhi ketentuan yang dimaksud pasal 5 dan atau; 'b. Apoteker tidak memenuhi kewajiban dimaksud dalam Pasal 12 dan Pasal 15 ayat Q) dan atau; ©. Apoteker Pengelola Apotik terkena Ketentuan dimaksud dalam pasal 19 ayat (5) dan atau; 4. Terjadi pelanggaran terhadap ketentuan peraturan _perundang-undangan, sebageimana dimaksud dalam Pasal 31 dan atau; ¢. Surat Izin Kerja Apoteker Pengelola Apotik dicabut dan atau; £ Pemilik sarana Apotik terbukti terlibat dalam pelanggaran Perundang-undangan di bidang obat, dan atau; & Apotik tidak lagi memenuhi persyaratan dimaksud dalam pasal 6 . (2) Kepala Dinas Kesehatan Kabupate/Kota sebelum melakukan_pencabutan sebageimana dimaksud ayat (1) berkoordinasi dengan Kepala Balai POM setempat. 10. Pasal 26 (1) Pelaksanaan Pencabutan Izin Apotik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 huruf (g) dilakukan setelah dikeluarkan : i, Peringatan secara tertulis kepada Apoteker Pengelola Apotik sebanyak 3 (tiga) keli berturut-turut dengan tenggang waktu masing-masing 2(du,) bulan dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-12. b. Pembekuan Izin Apotik untuk jangka waktu selama-lamanya 6(enam) bulan sejak dikeluarkannya penetapan pembekuan kegiatan Apotik dengan ‘menggunakan contoh Formulir Model APT-13. 2) Pembekuan T2in Apotik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf (b), dapat dicairkan kembali apabila Apotik telah membuktikan memenuhi seluruh persyaratan sesuai dengan ketentuan, dalam Peraturan ini dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-14.; (3) Pencairan Izin Apotik dimaksud dalam ayat (2) dilakukan setelah menerima laporan pemeriksaan dari Tim Pemeriksaan Dinas Kesehatan Kabupater/Kota setempat. MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Pasal I Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan . Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan peraturan ini dengan penempatannya dan Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di JAKARTA pada tanggal 29 Oktober 2002. MENTE} [ATAN, jn Dr, ACHMAD SUJUDI MENTERL KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTIK Menimbang Mengingat MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA bahwa penyelenggaraan pelayanan apotik seperti tercantum pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor. 922/Menkes/SK/X/1990 tentang ketentuan dan Tata cara Pemberian Ijin Apotik sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan IPTEK dan kebutuhan masyaraket serta jiwa semangat Otonomi Daerah, sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah; bahwa untuk itu perlu ditetapkan Keputusan Menteri Kesehatan tentang perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor S22/MENKES/SK/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotik. Undang-undang Obat Keras (St.1937 No.541); Undang-undang No.23 Tahun 1992 tentang Kesehe ‘an (Lembaran Negara Tahun 1992 No.100, Tambahan Lembaran Negara No.3495); Undang-undang No.5 Tahun 1997 tentang Psikotropika (Lembaran Negara Tahun 1997 No.10, Tambahan Lembaran Negara No.3671); ‘Undang-undang No.2 Tahun 1997 tentang Narkotika (Lembaran Negara Tahun 1997 No.67, Tambahan Lembaran Negara No.3698); Undang - undang Nomor 22 Tahun 1999, tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Nomor. 60 Tahun 1999, Tambahan Lembaran Negara Nomor. 378); Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor. 72 Tahun 1999 Tambehan Lembaran Negara Nomor. 3848); FORM. APT-2, LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTER! KESEMATAN NOMOR, 1SSUMENKESISK/X2002 TENTANG__:_ KETENTUAN DAN TATACARA PEMBERIAN IZIN APOTIK DINAS KESEHATAN KABUPATEN/ KOTA Nomoe Lampiran Peril Permohonsn Ita Apotk Kepada Yo; Kopala Dinas Kesehatan Propinsi aie ‘Sehubungan dengan surat permohonen dri Apoiker Nomor. sven Tanggal pei pemotonan izin Apotk, maka dengan ini kami wgaskan Sauna gegen melaksanakan pemerikstan terhadep permohonan Apoic i alanat basil peaks npemerksaan esebut sypaye disampaikan kepada tami alum bent Besta Acar (Form APT-3)slanbacambatnya dalam waktu 6 (ena) hari kerja sak surat in teria Denikinlah untuk dilaksanakan sebagaimane mestinys Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kota Np TembusanKepada Yoh; 1. Menter Keseata RI Jokarta 2 Aaip FORM. APT- 3 LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 1332/MENKESISK/X/2002. TENTANG: KETENTUAN DAN TATACARA PEMERIKSAAN APOTIK. BERIT ACARA PEMERIKSAAN APOTIK Pada hri ini Bulan tahun kami yang bertanda tangan dibawab ini tanggal .. 1. Nama Pangkat Jabatan NIP 2. Nama Pangkat Jabatan NIP Berdasarkan surat tngas dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota ....cseessssee NOMOE tanggal .... tahun telah melalukan pemeriksaan setempat terhada ‘Nama Apotik Alamat Kecamatan Kabupaten/Kotamadya : Propinsi : HASIL PEMERIKSAAN NO PERINCIAN PERSYARATAN | KENYATAAN | PENILAIAN TMs Ms 1 | BANGUNAN 1, Sarana Apotik Sarana Apotik dapat didirkan pada lokasi yang. sama dengan ieegiatan pelayanan dan komodit lainnya——diluar sediaan farmasi, 2, Bangunan Apotik sekurang- ‘kurangnya memiliki ruang- an khusus untuk ‘a. Ruang peracikan dan penyerahan resep. b. Ruangan Adiinistrasi dan kamar kerja apoteker. we 3. Kelengkapan bangunan calon Apotik a. Sumber air b. Penerangan ©. Alat pemadam kebaka ~ Ran. 4. Ventilasi & Sanitasi 4, Papan Nama ada sesuai kebutuhan ada sesuai kebutuhan sada sesuai kebutuhan hharus memenuhi per syaratan kesehatan, Hanus cukup tereng sehingga dapat men- Jamin pelaksanaan tugas dan fungsi spotik Horus —_berfungsi dengan baile sekurang-kurangaya dua buah. Yang baik sera memenuhi persyara- tan Hygiene lainnya, Hanus baik serta rmemenuhii_persyara san “Hygiene lainnya Berukuran minimal Panjang : 60 em Lebar: 40cm Dengan tulisan ~Hitam datas dasar putih. Tinggi huruf mini- mal :Sem Tebal : Sem = Sumur/ PAM « sumur Pompa. dl = PLN / generator = Petromak dll es buahy dengan ukuran « Jendela ..... ba - Ventilasi... bh + Saluran pembu— angan limbah : ada /tidak ~ bak-baldtempat pembuangan sampah. ‘Ada / tidak Berukuran : Panjang ....Cm Lebar ..... em Dengan tulisaa PERLENGKAPAN : 1, Alat pembuatanpengolahan dan peracikan. 1, Timbangan milligram dengan anak timbangan yang sudah ditera b. Timbangan Gram dengan anak timbangan yang ~ sudah ditera ¢. Perlengkapan lain disesuai kan dengan kebutuhan. 2. Perlengkapan dan alat per -~ bbekalan Farmasi 1. Lemari dan Rak untuk pe ryimpanan obat . Lemari Pendingin . Lemari untuk penyimpa- nan narkotika dan psiko- tropika, 3. Wadah Pengemas dan Pem- bbungkus. a. Btiket , Wadah pengemas dan - pembungkus untuk penye rahan bat, 4, Alat Administrasi : 4, Blanko pesanan obat b. Blanko Kartu stok obat ¢. Blanko salinan resep 4, Blanko faktur dan Blanko nota penjualan. = minimal 1 set = minimal 1 set ada dengan jumlah sesuai kebuiuhan rinimal 1 bua ada dengan jumlah sesuai kebuiuhan ada dengan jumlah sesuai kebuiuhan ada dengan jumlah sesuai kebuiuban = ada dengan jumtah sesuai kebuiuban ~ ada dengan jumtah sesuai kebuiuhan ada dengan jumtah sesuai kebuiuban + ada dengan jumlah sesuai kebutuhan = da / tidal -adafidak ada / tidak + adaftidak oe Buah, ~adaltidak ee Bua -adaltidak bbuah ada /tidake - buah ada / tidak seveeven BUA ada tidak buah ada / tidak buah ada / tidak . Buah, = ada / tidak buah ¢, Buku pencatatan Narkoti ~ ka. £ Buku pesanan obat Narkoti- a {Form laporan obat Narkoti- ka, 5.1, Buku Standar yang diwa- sibkan, 2, Kumpulan peraturan pet - ‘undang-undangan yang bberhubungan dgn Apotik. a ‘TENAGA KESEHATAN. 1. Apoteker Pengelola Apotik 2. Apoteker Pendamping 3. Asisten Apoteker ada dengan jumlah | ~ eda /tidak sesuai Kebutuhan f .....e.eou buah ada dengan jumlah | - ada/ tidak sesuai kebutuhan bua ada dengan jumlah | - ada / tidak sesuai kebutuban ses buah Farmakope Indonesia | - ada / tidak Edisiterbaru 1 buah ~ ada dengan jumlah | - ada /tidak sestai kebutuban, Ada es Demikianlah Berita Acara kami buat sesunggubnya dengan penuh tanggung jawab Berita Acara dibuat dalam rangkap 3(tiga) dan dikirim kepada = 1. Kepada Dinas Kesehatan Propinsi 2. Pemohon satu rangkap 3. Satu rangkap arsip Mengetahui Kepala Dinas Kesehatan KabupatenKora eee NIP. NIP. 2 sas . . NIP. FORM. APT- 4 LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN NoMOR |SSR/MENKESISK/X/2002, TENTANG _:_KETENTUAN DAN TATACARA PEMBERIAN IZIN APOTIK. Nomor ~ Lampiran Perla Permyataan sip melakukan Keyiatan Kepada Yih; Kepala Dinas Keschatan Kabupaten / Kota aie Menu Surat Permohonan kami Nomor agg see dan menurjuk ketentan Kepuusan Mester Keschatan Nomor, 133YMENKESISK/X/2002 Pasal 7 syat (8) dan (S),denge ini kan lapockan bala Apot ving bealamat ai Jalan 4 Kecamatan| Kabupaten coos ah slap unt rmelaksanakan kept Demikiantah untuk diketahui dan sas pehatiannyadiueapkan trina kash Apoteker Pengelola Apotk, Tembusan Kepada Yeh; |. Mente’ Kesehatan RI i Joker 2. Kepala Dinas Kesehatan Props! FORM. APT-5. LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN NoMoR SD MENKES/SK/X/2002 TENTANG KETENTUAN DAN TATACAIA PEMBERIAN IZIN APOTIK SURAT IZIN aroriis Nome . KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN// KOTA. MEMBACA, Surat Permobonan tang tentang permoionanwriuk memproich iin Api MENIMBANG bahwa penohon telah memenuhi persyarstan yang telah diteapkan dan permohonan dapat dseyjui, oleh Karena itu menganggap perlu meneipkan dengan sts Surat Keputusan Mengingat 1, Undang-undang Obat Keras (St. 1937 No. $41); 2. Undang-ondang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan ( Lembaran Negara Tahun 1992 ‘No. 100, Tambahan Lembaran Negara No. 3495); 3. Undang-undang Nomor $ tahun 1997 tentang Psikotropika ( Lemberan Negara Tahun 1997 No, 10, Tambahan Lembaran Negara No. 3671 ); 4. Undang-undang Nomor 22 tahun 1997 tentang Narkotika ( Lembaran Negara Tahun 1997 No. 61, Tambahan Lemibaran Negara No. 3698); 5. Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah ( Lembaran Negara Tahun 1999 No, 60, Tambalan Lembaran Negara No. 378): 6, Undang-undang Nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor. 72 tahun 1999 Tambahan Lembaran Negara Nomor 3848 ); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 1980 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah ‘Nomor. 26 tahun 1965 tentang Apotik; (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1980 ‘Nomar. 40 ,Tarnbahan Lembaran Negara Nomor. 3169), 8, Perauran Pemnernish Nomor 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara RU [Nomor. 49 tahun 1996, Tambahan Lembaran Negara Nomor. 3637 9, Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Keschatan (Lembaran Negara Nomor, 138 tahun 1998 Tambahan Lembaran Negara Nomor. 3781); 10. Peraturan Pemerintah Nomo: 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonomi, (Lembaran Negara Nomor. $4 tahun 2000, Tambahan Lembaran Negara Nomor. 3952 tahun 2000 ); 11, Keputusan Mente Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1332/Menkes/SK/X/2002 tentang. Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan No. 922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata cara Pemberiay izin apotik, Jo, Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/Menkes/Pex/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata cara Pemberian izin Apotk. MEMUTUSKAN MENETAPKAN Pertama Member ain Apis kepada Nama Alamat Surat in Keja Nomor seein TH Nema Apotik ‘Alamat Apotik Kecamatan KabupuenKomadya Propins ‘Dengan menggunakan srana 2 Mili Send / ii Pha tin ‘Nama Peli strana Ate Pann Kerja sana ~ Nomar Tange Yang dibuatditadapan Nowris bi Dengan etna sebga erik |. in Api ini Bela unk Apotcer atau Apoteker bekerja sama dengan Pemilk sana Apoti, di lokasi dan sranasebagaimanatersebut datas, 2. Peneyelenggasan Apotk, hari selly emai Ketentuan peatran perundangundangan yang beaks Kedus Sura Keputussn ini dicabut Kembali apabin tradi hal ~ hal dimaksud dalam Pasel 7 ayat (5) Keputusan ‘Mente Kesehatan Nomor. 1332MENKES/SK/X/2002 tentang Keenan dan tat ara Perberan lin Apo Diteiapkan di a Pada tanggat Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kota, Tembusan Kepada Vth; 4 2 Mente Keschatan RI dakar Kepala Dinas KescatanPropinsi FORM. APT-6 LAMPIRAN KEPTUSAN MENTERI KESEHATAN NoMOR nsMENKESISK/X/2002, TENTANG _:_ KBTENTUAN DAN TATACARA PEMBERIAN 1ZIN APOTIK KEPAIA DINAS KESENATAN KABUPATEN / KOTA. Nomor Campin Pera PenundsanPeinberian kin Apotik, Kepada Yin; Apoicks a ‘Sehubungan dengan stat Savdara Nomor tangesl - pathal permohons iain Apotk, maka dengan ini kami ectahukan Baha kan belie dapat menyetuji permohonan iin erscbt Karena 1 2 3 ‘Selyjaoya kepada Saudara kami ita melengkapiKekurangan treba eambat~Fambtnys dam wok (ty) Bulan sejak tanga surat ini Desikianlah unk dimakun Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten / Kola ‘enmbusan Kepada Yb; 1 Menuri Kesehatan Ri i Jakarta 2. Kepala Dinas Kesehatan Propisi ENATAN LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERL NOMOR Lss2MENKES/SK/2002, TENTANG _:_ KETENTUAN DAN TATACARA PEMDERIAN IZIN APOTIK, Nomor Larapiran Peril Penolakan In Apotik Kepada Yin ‘Apoteker Pengelola Apotik a Schubungan dengan surat Sanders Nomor tanggal peribal Permotonan Tzin Ay atk, maka dengan ini ka beritahuan Bawa kam tidck dapat menyctjul prmchoaa tescbat arena L 2 3 Detikinlah untuk ikeabui Kepala Dina Kesshatan KabupateniKots, ‘Tembusan Kepada Yih; 1 Mone Kesehatan RI i Jakes, 2. Kepala Dinas Kesehatan Propins! FORM. APT. LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN NOMOR - 1S3ZMENKESISK/2/2002 TTENTANG_:_ KETENTUAN DAN TATACARA PEMBERIAN IZIN APOTIK DERITA ACARA PEMUSNAIAN PERBEKALAN FARMASI Pda lnk son MEER bulan tabs Sesual dengan Keputusen Mente Kesehatan Nomor.133/MENKES/SK//2002, tentang keteivan dan tla cara perberian Lin Aotik, Kami yang betas tangan dibavah nk [Nama Apoteker Penglola Apotik Sik Nomor Nama Apotik AlamatApotic Telah metakukan pemssnahan erbkalan Fans sebigsin eran daa df epi, ‘Tenpa melskukan pemusnahan ‘rita Acara ni kami buat sesunggutnya dengan pena tnggung awa, ‘Berta aca in but dalam cangksp 2(dua) da dikirimkan kepada 1. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota 2 Kepala Dinas Kesehatan Propinsi Karyawan yang membant, ‘Yang membuot Berita Acar, sik LAMPIRAN DAFTAR PERBEKALAN FARMAST YANG DIMUSNAHKAN, No. Uni Nama Jumiah ‘Alasan Pemusnahan ‘Yang membust Berita Acara IK... FORM. APT. LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN NOMOR —:LSS2/MENKESISK/X/2002, TENTANG_:_KETENTUAN DAN TATACARA PEMBERIAN IZIN APOTIK, Nomoe Lampiran: Perhal”——:-Lampiran Penunjukan Aposcker Pendamping/Apotcker Penggant Kepada Yo Kepala Dinas Kabupaten / Ket ai Dengan borat, Menunjok padn pasa 19 2eraturan Menteri Keschatan Nomor . 1372/MENKESISK/X/2002 tentang Ketenss da tn cara Pemberian In “Apotk, maka dean ini km lporkan al ku ela meno ApekerPendanpiag/ApetekerPenggan pada Apotik sebugieit Nama Alamat Noor SK Jenga wat penanjankan- ‘Unt ApoekerPenggant ‘Yang kami pastkan bahwa_ yang derengkuton tidak bekera padnusahafarmasi dan tisk bertindak sebagai Apoteker Penella, Apoteker Pendamping ata ApotekerPenggani pada Apoi Inn, ersama ini Ka lampikan 1. StlinaaFoto copy Sia an Kerja Apoiker 2. Saliman Foto copy Karty Tanda Pendle 3. ‘Surat Pemyatan Kesedian Beker sebagai Apotskerpendanping/pengeant Demikianla laporan kami, tas peratiannya kami veapkan trina kash -ApoekerPengeola Apoik “enmbusan Kepada Vth; 1. Mente Kesehatan RI i Jakarta 2 Kepala Dinas Kesehatan Propinsi FORM, APT. LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN NoMOR SS MENKES/SK/X/2002 TENTANG. _KETENTUAN DAN TATACARA PEMBEIUAN IZIN APOTIK BERITA ACARA SERAI TERIMA PERALIHAN TANGGUNG JAWAB, PELAYANAN KEFARMASIAN. Pada hath ‘angen bulan laura Sesua dengan Keputusan Mester Kesehatan "Nomoe.1332/MENKES/SK/X 2002 tentang Ketentuan dan Tata cara pemberian lain Apt, Kami yang bertanda angen dbawah ini ‘A. Apotcker Pengells Apotik yang ama ‘Nama Apoti ‘Alamat peti DB, —_Apoteker Pengelola Apotik yang, BarwPengasnt Name Nomor SIK Alamai ©. Dengan disaiskan leh Name sabatan Nomor SUK ‘Telah melakukan pnyerahan 1 Resep = ge Dari tanggt! samp dengan tenggal beam lense 2 Obatobat narkoik sebagsimans tercantum dala daar erlampi, Kone lena penyimpanan tric dai Bush 3. Obatkeras tetntu/ Bahan Berbahaya dan cba Innnya sebagaimana dar telanpit Kune-kune! fear penyimpanan ot Kea etenturanan berbiay dan bat nya tend ust 4. Lain Iain yang diangenp pola Demikianlah Berita Acara Sera termini kam buat sesunggvtnya dengan pen tnggngjawab, Derta Asa ini dbuat dalam ranghap 4 (empat) dan dikirimian kepada 1, iret Jenderl Yanfar dan Alkes Depatemen Kesehatan Rl 2 Kepala Dinas Kesehatan Propins! 3. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota Satu sebagai Arsip. ‘Yang Menerima, ‘Yang Menyersa, ‘ApotekerPengeolaApotik Apoteker Pengslts Apotikyang lana ac [a Saks ~ sks FORM APT.-11 LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN NoMoR |S32/MENKESISK/X/2002, TENTANG __:_KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZ1N APOTIK BERITA ACARA PENYERAHAN UNTUK PENGAMANAN RESEP. NARKOTIKA DAN FSIKOTROPIKA KARENA APOTEKER PENGELOLA APOTIK MENINGGAL DUNIA.. Pada bat i tanga! utan tahun -Sesui dengan Keputusan Mente Keschatan [Nomor. SSUMENKES/SK/X/2002, tentang kelcntuan day ‘Tala Ca ain Apotk, Kans yang Bertands angandibawah ii ‘A. AbIE Wats Apote! er Pengeole Apotik Nama Alamat Nama Apot ‘Alamat Apotik 8, 1. Dengan disksikn oleh Name Jabatan Nomor Sik, 2. Dengan disuksikan ole Name Jabtan Nomor Sik Telsh melakukan penyrahan untuk pengamanan Lo Resep = esep Resep di tanggl sarmpai dengan tanggal soe eta ember "Narkotkasebagnimana tecarium daar data elapi. ‘Obatkeras etna / Bahan Derbahaya da bat ainye sebagaimana daar erlampie ‘Kuneikunei ler tempat penyimpanan Narkotie sebanyak ‘bah ‘Kurei-kune! Imari tempat penyimpananobat Leas etents daz, Balan Borbabya seta obat IalonyasebanyA nn. uh ‘Lain lin yang diangeap pera Kepada Kepla Dinas Kesehatan Kabypuen / Kota Nama NIP ‘Sera teri dla Asan sea teria ‘Karena Apoteker Peagelola Apotik meninggal dunia dan pada Apotk tidak trdapat Apoeker Pending Demikiantah Berit Acea ini kami buat sesungguhnya dengan penuh cngyung javab, Berita Acara in dibuat dalam ragkap 4 (empet) dan Givikan kepada 1. Kepala Dinas Kesehatan Propins 3. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota 4 Satusebagn Asp. Yang Menetin, Yang Menyeralan, An Waris, ‘Apoteker Pengeloa Apotie aie" Si Saksi~ ski 1 ‘sik 2 ‘Sie DAFTAR PERINCIAN NARKOTIKA YANG DISERAHTERIMAKAN NAMA NARKOTIKA JUMLAH KETERANGAN DAFTAR PERINCIAN OBAT KERAS TERTENTU / BAHAN BERBAHAYA DAN OBAT LAINNYA YANG DISERAHTERIMAKAN, WANA GAT KERAS TERTENTO/ BATIANT BERBAHAYA LAINNYA. JUMLAH KETERANGAN FORM. APT-12 LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 132 MENKESYSK/X/2002 TENTANG KETENTUAN DAN TATACARA PEMBERIAN IZIN APOTIK. DINAS KESEHATAN KABUPATEN/KOTA ‘Nomor Lampiran Peril Petingatan Keon ‘Tetang Pelaksanaan Ketentvan Paizinan Apo Kepada Yh; Sesusi dengan iin Apotie Nomor sn tanga a nama dengan lokash ‘ami mengadskan ‘pemerksuan temyta Apotie Sauda tidak memenuhi ietentuan ptizina yang bein, ana lain ‘Sehubungan dengan hal tersebut cats, kami mina Saudara untuk memenuhiKetentuan priinan yang bevak. ‘Demiklanah untuk kanya menjadi perhatin Saudara Kepale Dinas Kesehatan Kabupste/Kota “Tembusun Kepada Yih; 1. Mente! Kesehatan di Jakarta, 2. Kepala Dinas Kesehatan Propint ... FORM APT-13, LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN NOMOR : 1S32MENKES/SK/X/2002. TENTANG: KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTIK. Noor ‘SURAT KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN / KOTA KERALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN / KOTA Menace Surat Peringatan tetas Dinas Kabupaten kota Nonor angeal Petal pengairan ke pelasanann ketentuon pina apa fas nama. Menimbang Datos Apotie \oiah mlakokan pelanggoran ~ pelangearan aan 2 3 Mengingat £1 Undang-undang Obat Keras (St. 1937 No, 54 2, Undang-undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesshatan ( Lembaran Negara Tahun 1992 ‘No. 100, Tamibshan Lembaran Negara No. 3495); 3. Undang-undang Nomor $ tahun 1997 tentang Psikotropika ( Lembaran Negara Tahun 1997 'No. 10, Tambahar Lemibaran Negara No. 3671 ); 4, Undang-undang ¥omor 22 tahun 1997 tentang Narkotika ( Lembaran Negara Tehun 1997 No. 667, Tambahan Lembaran Negara No, 3698 5. Undang-undavg Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah ( Lembaran Negara ‘Tahun 1999 No, 60, Tambahan Lembaran Negara No. 378 ) 6. Undang-undang Nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Kevangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor. 72 tahun 1999 Tambehan ‘Lembaran Negara Nomor. 3848 J; 7. Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 1980 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah ‘Nomor. 26 tahun 1965 tentang Apotik; (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1980 Nomar. 40 , Tambahan Lembaran Negara Nomor. 3169); 8, Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1996 tentang Tenaga Keschatan (Lembaran Negara RI ‘Nomor. 49 tahun 1996, TamBshan Lembaran Negara Nomor. 3637 9, Peraturan Pemerintoh Nomor 72 tahun 1998 tentang Pengemanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan (Lembaran Negara Nomor. 138 tahun 1998 Tambahan Lembaran Negara Nomar. 3781), 10. Peraturan Pemerinteh Nomor 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Propinsi sebagai Daerah ‘Otonomi, (Lembaran Negara Nomor. $4 tahun 2000, Tambahan Lembaran Negara Nomor. 3952 tahun 2000 ); 11, Keputusan Menteri Keschatan Republik Indonesia Nomor 1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan No, 922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata cara Pemberian iin apotik, Jo. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. ‘922/Menkes/Pee/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata cara Pemberianizin Apotik. MEMUTUSKAN MENETAPKAN : Pertama “Memibekukan Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota ‘Nome . Tange, ‘entag pembeian ain Apotic Kedua ‘Surat Keputuson ini Brak selama —amanya 6 (enam) buon seek tangy ditetapkan Kegs Peneuiran Sorat Keputusan Kepala Dinas Keschlan Kabupaten / Kota dimaksud dalam Dikaum Pesta akan dlakokan dengon perbtan Surat Keputsen Kepale Kastor Dinss Keahetanapabila Apo telah memenhl persyaraanseSl dengan perauran prundang-undangan yang beraku Keempat Pencabutan Surat Kepatusan Kepala Dina Kesshatan Kabupaten / Kota dimaksud dalam Diktum Petama akan ‘iacukan bila seelah 6 (ena) bul Sejak tanggsldtclapkanaya Surat Keputsan ini Apotik mash blur ‘emenuhipesyaratan Sesuai dengan peaturanperundang-undangan yang belaku Ditetaphan di: Pada anggal Kepala Dinas Kesshatan Kabupaten / Kota ‘Tembusan Kepada Yeh; 1. Mentr Kesehatan RI di Jakarta 2. Kepala Dinas Kesehatan Propinsi FORM. APT.~ 14 LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN NoMOR |SB2MENKESISK/X/2002 TTENTANG, KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN I2IN APOTIK. Nomon SURAT KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN / KOTA.. KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN/KOTA. Membace Desi Acara Hast Pomerksaan Tim Dinas Kescatan Kabupaten / Kota Nomor anual. peril uml penesivan Apo als ama Menimbang ‘nha Apotcker Pengo Apotk el memenui kembal pesyatatan Apoti wy: 1 2 x ‘ a Mengingat 1, Undang-undang Obat Keras (St, 1937 No. $41 ); 2. Undang-undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan ( Lembaran Negara Tahun 1992 ‘No, 100, Tambahan Lemibaran Negara No. 3495); 3. Undang-undang Nomor § tahun 1997 tentang Psikotropika ( Lembaran Negara Tahun 1997 ‘No, 10, Tambahan Lembaran Negara No. 3671 ); 4. Undang-undang Nomor 22 tahun 1997 tentang Narkotika ( Lembaran Negara Tahun 1997 No. 67, Tambahan Lembaran Negara No, 3698); 5. Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah ( Lembaran Negara Tahun 1999 No. 60, Tambahan Lembaran Negara No. 378). 6. Undang-undang Nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Kevangan antara Pemerintsh Pusat dan Daersh ( Lemberan Negara Republik Indonesia Nomor. 72 tahun 1999 Tambahan Lembaran Negara Nomor. 3848 ); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 1980 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah [Nomor. 26 tahun 1965 tentang Apotk; (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1980 ‘Nomor. 40 , Tambahan Lembaran Negara Nomor. 3169); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara RI ‘Nomor. 49 tahun 1996, Tarnbaban Lembaran Negara Nomor. 3637 9. Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan (Lembaran Negara Nomor. 138 tahun 1998 Tambehan Lembaran Negara Nomor, 3781); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonomi, (Lembaran Negara Nomor. 54 tahun 2000, Tambahan Lembaran Negara Nomor, 3982 tahun 2000 ); 11, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1332/Menkes/SK/X/2002 tentang, Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan No, 922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan an. Tata cara Pemberian izin apotik, Jo. Peraturan Menteri Kesthatan RI No. ‘922/Menkes/Pex/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata cara Pemberianizin Apotik. MEMUTUSKAN MENETAPKAN Perame Meneabatkerbali Surat Keputusan Kepala Dinas Keschatan Kabupaten Kota : Tanga. Kegua ‘Surat Keputsn in bern Sek anggl itp ‘Tembusan Kepada, th ; Ditetpkan di Pada ange Kepla Dinas Kesehatan Kabupaten Kot, 1 Mente Kesehatan RI kara 2 Kepala Dinas Kesehatan Propins o.nensnensnneen FORM, APT. -15 LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN NoMoR 1S32/MENKES/SK/X/2002 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTIK NoMor ‘SURAT KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN / KOTA KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN / KOTA. ‘MEMBACA Besita Acara Hasl Pemerkssan Tim Dinas Keeehatan Kabupaten / kota Nomor ‘anggel penal su peieoa in Apt as nama. ‘MENIMBANG ‘ha Apotik {elah melakukan pelanggaran~peanggaran 1 2 3 4 Mengingat 1. Undang-undang Obat Keras (St. 1937 No. $41); 2, Undang-undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan ( Lembaran Negara Tahun 1992 No, 100, Tambehan Lembaran Negara No, 3495); 3. Undang-undang Nomor $ tahun 1997 tentang Psikotropika ( Lembarrn Negara Tahun 1997 No, 10, Tambahan Lembaran Negara No. 3671 ); 4. Undang-undang Nomor 22 tahun 1997 tentang Narkotika ( Lembaran Negara Tahun 1997 No, 67, Tambahan Lembaran Negara No, 3698 ); Undangundang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah ( Lembaran Negara Tahun 1999 No. 60, Tamnbahan Lembaran Negara No. 378 ); 6. Undang-undang Nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Dactah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor. 72 tahun 1999 Tambahan Lembaran Negara Nomor. 3848 ); 7. Peraturan Pemerinta Nomor 25 tehun 1980 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah ‘Nomor. 26 tahun 1965 tentang. Apotik; (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1980 ‘Nomor. 40 , Tambahan Lemaran Negara Nomor. 3169); 8. Peraturan Pemerintah Nomnor 32 tahun 1996 tentang Tenaga Keschatan (Lembaran Negara RI ‘Nomor. 49 tahun 1996, Tambahan Lembaran Negara Nomar. 3637 }; 9, Peraturan Pemerintah Numor 72 tahun 1958 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan (Lembaran Negara Nomor. 138 tahun 1998 Tambahan Lembaran Negara Nomor. 3781); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Propinsi sebagai Daerah tonomi, (Lembaran Negara Nomor. $4 tahun 2000, Tambahan Lembaran Negara Nomor. 3952 tahun 2000); 11. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Perubaban atas Pecaturan Menteri Keschatan No. 922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tain cara Pemberian izin apotik, Jo. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. ‘922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata cara Pemberian izin Apotik. MEMUTUSKAN MENETAPKAN Pertame Mencabut Sut Kepuuan Kepal ins Kesha Kabupaten Kot ‘angen Keaus Kopala Dinas Kesehatan Kabupaten Kota. Tembusan Kepada Yth; 1. Mester Kesehatan Ri di jakarta 2. Kepala Dinas Kesehatan Propins FORM, APT. 16 LAMPIRAN KEPIFTUSAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 2 ISSUMENKESISI/X2002, TENTANG, _ KETENTUAN DAN TATACARA PEMDERIAN IZIN APOTIK DERITA ACARA PEMERIKSAAN APOTIK. da har in fo AMBER one BuO ssn UM ns Kam yang beta tangan dibawa ii 1 Name Panghat Juba NIP 2 Name Panghat Nip 3. Name Pangkat ‘bata NIP Nomor Besaan srg ar Repala Dinas Kesha Kept Kot telah melakukan pemerksaan stempat terhadap Nama Apoti Alamat Kecamatan KebupttewKotamadys Propinsi Dalam rang No. Pesincian Keadamn pada saat | Kenyataan pade satin eterangan pemerksean teakir 1 | BANGUNAN 1. Alamat 2 Luas bangunan Apotie Set ‘.Rumg Tonge bs Ruang Peacikan don 5. Kelengkapan bangunan ‘alo Apotik 1 Sumber Air », Penerangan| «Ala Pemadam Kebakar 4. Ventlasi Sanita 6. Pop nami PERLENGKAPAN 1. lata pembustn,pengo {ahan dan peracian, 1 Gelas ular, 10, - 100m 250 ml Labu Elen 100, 250m, 6. Gelas Pala 100ml, $00 nf, tr 64. Pani Pengokur Vite €-Corongberbage vray £ Timbangan milligram dengan anak imbangan yang sudah dea f Tinbangan gram dengan exam mbangan yang sudahditera Thermometer, beskala 100 |, Moric garis tenga 5 samp dengan 10 cm dan Osampai 1S em besenta| ay 4 Spatelloganvtandok plastic dan porseen, .Cawan pengusyporselen ‘ats engah 5 sampai - dengan 1S em. P, Rak tempat pengeringan ala, 2. Peengkapan dan ala perbe alan Farmas. Bool > Lema dan rk unk ‘eayimpananobat Lemar Pendingin 4. Lemar untuk penyimanan ‘acun,nakotka dan Bahan ‘bat berbaaya lainnya 3. Wadah Pengemas dan pem bunghus © Bbket bb Wadah pengernas dan pembungkus untuk penye aban ob. 4. Ala Administra: ‘4 Blanko pesananobat Blake kart sto obat Blankosalinanresep 4. Banko ftv dan Banko roa penjualan, «Buku pembetian £. Buku penerimaan , Boku Pengiriman ‘Baku Pembukuan Keesngan |. Buk Peneatatn Narkotika 4. Buku Pesanan Obst ‘Naki. ‘Form laporanobat Nastko- tia |. Buku pencaatan penyera~ han cu, sm. Alot tus dan kets 5.1. Buku Standar yang diva = siban 2. Kumpulan peratranper- tundang-2 an yang berhu~ bongan dengan Apotk 6. Tempat Penyimpanan hutus Narktia m. PERSONALIA 1. Nama ApotekerPengelola Apotik Alemat NNomor $1: 2. Apoicker Pendamping Atomat Nomor$1K 3, Nara Pemilik Seana Apotk Alamat 4. Asisten Apoeker a Name bom ses Nomer$1 : b Nama Nomor SK Nama Nomer $1 4 Nama a Nome SIK Pon 6. Apukah Apoteker Apotikbekerja penuh di Apotk Yartide 17. ‘Maida, apa Apoteke ersebut bok pad prushaan fin? Yartidak 8, Tika Apoteerbekerja sebagai Apoteker PenggantsPendampingapakahsudahdilapovkan kepada Kantor Dinas Ks sehatan Depkes seiempat 1” Ya/tidak 9. Apalah apteker engcola Apotik ApockerPengganti/Apoteker Pendamping sella berda i Apoti seam Apotik bua? ‘Yatidak "ENGELOLAAN DAN PELAYANAN |. Apalah rang dalam bangunan Apotkberada alam keadan bush? "valida 22 Apaka Apotik hanya melakukan Kegiatan yang sesusi dengan tugs dan fungsiApotk (yang ada bubungan dengan pelayanan eschatan)—Yo/tidae 3. Apaka Apotic pea menerima rsep dengan chat Geneik dan mengganiny dengan cba paten 7 Yartidae 4 Apukah Apotc pea melayana sep dengan menggetobat tana kosulytasi dengan doker penis resep 7 Yariidae 5. Aptlah Apoutchanya melaksanakan pengadan,penyimpan dan_penyaurancbat-obatan yang terdfiar pada Departemen Kesehatan RI? dae 6. _Apilah obat~obat yang tersedia di Apotkbesumber dar Pabrik, PB, ta suber Iain yang sh (ck dari ult far) ‘Yartidae 7. _Apakah testa obatobat Gener sesua dengan DCEN untuk RumahSskitipe CD Yartidae ‘8 Apakah surat pesanan seal di tandatangani leh Apoeker pengelole Apoti tay ApotekerPendamping /Penggant / arid 9. pal suratpesanan selalu memakaiblanko surat pesanan dari Apotik ? Vaid 10, Apakah surat pesanan mempunyai ncmor yang berurat 7 varia 1 Apakah factor pnerimaan obatselalu di tanda tanga oleh Apotsker/ Astin Apoteked/ANIi Madya Farms yang sesusl Dengan meneantumian ‘ama terang dan nomor SP. Yar tidak 12, Apakad Apfotie hanya menyerabkanobabchan obatkeras iluar data bat wajib Apotik dengan resepdokter 7 Yartidake 13 sikaobat/ han obat kerasdiserabantanparesep dokier apkahdierahkan kepada yang beak sesual dengan peratuan perundeng-undangan yang bere Ya Wisc 14 Apalan dpergunakan kat ok dl tempat peoyimpananobat 7 yal ie 15. Apakah dalam kart tok tercanbuum Nasa Obat jal de Sumber Oba Yard Sumber pembedian Yar tid 4. Jumlahpemazuan obat Yard 5 Jumlah pengeluranobat Yar ida £ Sisnobat yal tidl) & Nomor batch Varia Tango kadalursa yal ida ‘Apskah jumlah obs slam karts sok sesoi dengan jumlah yang ada 7 Ya tidak ‘Apakah dtemulkan obatobat lama usa atau kadauarse? yal dak Jka Ys, spakah pesimpanannyaterpsa dari cba linnya yalaae ‘Apakal ada empatpenyonpanankhusus wtuk obal yang peka (ruang be AC / lear pending)? yelidae 20, Apakah semua obet yang dipsan di Apotikdimasukan dalam buku penerimaan ? yal tia 21. Apakah semua obat yang dipesan di Apotikdimasukan dlam buku pembelian 7 elise 22, Apakat slap penjualun dlengkapai dengan fk /ntapejualan ? yal tide 23, —_Apakah setappenjalan dcacat dalam buku peajualan 7 yeti 24, Apakah Apotikmelayani/menerimnaresep/salinanresep yang las dan lenghap secual dengan ketentun yang beak? yal tidak 25, Apaka salnan recep dipraf/ tana tanga olch ApotekerPengeola Apotk/Apoteker pendamping /pengganii ? yal tidak 26, Apakah ese dsimpan menurut uatan tanggal dan nomer rut resep? ‘Yariidae 27. Apakahresep yang mengandungnarkoika isimpantrpsah dai resp lainnya 7 alike 28, Apakah stan pengeluaran nckotikadcatat dalam buku penttan narkotka ? (ce beberape item ) yada 29, Apakahpernahdlskukan pemusnahanresep 7 ya tidak 30, ska ya, apakah pemusnahan reseptersebutdlakukansesual dengan ketentuan perundang-undangan yang belay 7 yal de 31. Apakahnarkotia dan psikotopia disimpan sesui dengan ketentuan yang brik 7 yaa V. LAIN. LAIN 1, Juma atratalembarresep pechari Lembar 2 Harguratarauapeviembarresep Rp. ‘Apotcker Pengelola Apotic PetugasPemeriksa Disampalian Kepade = ‘Mone Kesehatan Ri di oka Dinas Kesehatan Propns .. ‘Apoteker Pengelola Apotk KKepala Badan POM Kepala Bala POM setempat MENTMBANG MENGINGAT * é eo aegis MENTER! KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN a. IZIM APOTIK MENTERI KESEHATAN bahwa penyelenggaraan pelayanan ‘apotix harus diusahakan agar lebih menjangkau masyarakat. bai Peraturan Menteri Kesehatan No. 244/Men.Kes/SK/V/1930 “tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotik sudah tidak sesuai lagi dengan keadaan kefarmasian dewasa ini. bahwa untuk itu perlu ditetapkan Peraturan Menteri Kesehatan sebagai Pengganti Peraturan Menteri Kesehatan No. 244/ Men.Kes/SK/V/1990 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian [zin Apotik. Undang-undang Obat Keras (8t.1937 Nc.541 Undang-undang No.9 Tahun 1876 tentang Narkotika (Lembaran Negara tahun 1876 No, 27, Tambahan Lembaran Negara No. 3088); Undang-undang -No.23. Tahun =—-:1992_— tentang Kesehatan (Lembaran Negara.tahun 1992 No.100, Tambahan Lembaran Negara No. 3495); Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 1980 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 1965 tentang Apotik; Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 15 Tahun 1384 Susunan Organisasi Oepartemen; MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, MEMUTUSKAN MENCABUT : Peraturan Henteri Kesehatan Mo. 244/Men.kes/ MENETAPKAN SK/V/1980 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotik. PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTIK. BAB I KETENTUAN UMUH Pasal 1 Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan : a Apotik adalah suatu tempat, tertentu tempat dilakukan peker- jaan kefarmasian dan penyaluran perbekalan farmasi kepada masyarakat. Apoteker adalah mereka yang berdasarkan peraturan perundang- undangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai Apoteker. Surat Izin Apotik atau SIA adalah surat izin yang diberikan oleh Menteri kepada Apoteker atau Apoteker bekerjasama dengan Pemilik sarana untuk menyelenggarakan Apotik di suatu tempat tertentu. Apoteker Pengelola Apotik adalah Apoteker yang telah diberi Surat Izin Apotik (SIA). Apoterer Pendamping adalah Apoteker yang bekerja di Apotik di- samping Apoteker Pengelola Apotik dan/atau menggantikannya pada jam-jam tertentu pada hari buka Apotik. Apoteker Pengganti adalah Apoteker yang menggantikan Apoteker Pengalola Apotik selama Apoteker Pengelota Apotik tersebut tidak berada ditempat lebih dari 3 (tiga bulan) secara terus- menerus, telah memiliki Surat Izin Kerja dan tidak bertindak sebagai Apoteker Pengelola Apotik di Apotik lain. Asisten Apoteker adalah mereka yang berdasarkan peraturan per- undang-undangan . yang berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai Asisten Apoteker. Resep adalah permintaan tertulis dari Dokter, Ockter Gigi Dokter Hewan kepada Apoteker Pengeiola Apotik untuk menyedia- kan dan menyerahkan obat bagi penderita sestai peraturan perundang-undangan yang berlaku. MENTERL KESEHATAN REPUBLIK INOONESIA i, Perbekalan farmasi adalah obat, bahan obat, obat asli Indonesia (Obat Tradisional), bahan obat as1i Indonesia (bahan Obat Tradisional), alat kesehatan dan kosmetika. Perlengkapan Apotik adalah semua peraiatan yang dipergunakan untuk melaksanakan pengelolaan Apotik. Menteri adalah Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 1, Direktur Jenderal adalah Direktur Jonderal Pengawasan Cbat dan Makanan. Kepala Kantor Wilayah adalah Kepaia Kantor Wilayah Departemen Kesehatan. fn, Balai Pemeriksaan Obat dan Makanan adalah Unit Pelaksana Teknis Oiroktorat Jenderal Pendgawasan Obat dan Makanan di Propinsi. (1) Sebelum melaksanakan kegiatannya, Apoteker Pengelola Apotik wajib memiliki Surat Izin Apoti (2) Izin Apotik berlaku untuk seterusnya selama Apotik yang bersangkutan masih aktif melakukan kegiatan dan Apoteker Pengelola Apotik dapat melatsanakan pekerjaannya dan masih memenuhi persyaratan. (3) Untuk memperoleh izin Apotik tidak dipungut biaya dalam bentuk apapun. Pasal 3 (1) Pangelolaan Apotik di daerah-daerah tertentu dapat dinyatakan sebagai pelaksanaan Masa Sakti Apoteker bagi Apoteker yang bersangkutan. (2) Daerah-daerah tertentu dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan oleh Direktur Jenderat. (2) (4) cs) unt MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INOONESIA BAB II PELIMPAHAN WEWENANG PEMBERIAN IZIN APOT™K Izin Apotik diberikan oleh Menteri. Menteri “melimpahkan wewenang pemberian izin Apotik kepada Direktur Jenderal. Direktur Jenderal melimpahkan wewenang pemberian izin Apotik kepada Kepala Kantor Wilayah. Kepatla Kantor Wilayah wajib melaporkan pelaksanaan pemberian izin, pembekuan izin, pencairan izin dan pencabutan izin Apotik sekali setahun kepada Direktur Jenderal. Dalam melaksanakan pelimpahan wewenang tersebut dalam ayat (3), Kepala Kantor Wilayah tidak diizinkan mengadakan pengaturan yang membatasi pemberian izin. BAB III PERSYARATAN APOTEKER PENGELOLA APOTIK Pasal 5 uk menjadi Apoteker Pengelola Apotik harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. b. Ijazahnya telah terdaftar pada Departemen Kesehatan. Telah mengucapkan Sumpah/Janji sebagai Apoteker. Memiliki Surot Izin Kerja dari Menteri. Memenuhi syarat-syarat kesenatan fisik dan mental untuk melaksanakan tugasnya sebagai Apoteker. Tidak bekerja di suatu porusahaan farmasi dan tidak menjadi Apoteker Pengelola Apotik di Apotik lain. a) (2) (3) a) (2) (3s) (4) (5) MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA BAB IV PERSYARATAN APOTIK Pasal 6 Untuk mendapatkan izin Apotik, Apoteker atau Apoteker yang bekerjasama dengan pemilik sarana yang telah memenuhi persyaratan harus siap dengan tempat, perlengkapan termasuk sediaanfarmasi dan perbekalan lainnya yang merupakan milik sendiri atau milik pihak lain. Sarana Apotik dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan pelayanan komoditi lainnya diluar sediaan farmasi. Apotik dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi lainnya diluar sediaan farmasi. BAB Y TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTIK Pasal 7 Permohonan izin Apotik diajukan Apoteker kepada Kepala Kantor Wilayah dengan tembusan kepada Direktur Jenderal dengan menggunakan contoh Formulir Model AP-1. Dengan menggunakan Formulir Model AP-2, Kepala Kantor Wilayah selambat-lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah menerima permohonan, wajib menugaskan’ Kepala Balai Pemeriksaan Obat dan Makanan untuk melakukan pemeriksaan setempat terhadap kesfapan Apotik untuk melakukan kegiatan. Kepala Balai Pemeriksaan Obat dan Makanan selambat-lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah penugasan dari Kepala Kantor Wilayah wajib melaporkan hasil pemoriksaan kepada Kepala Kantor Wilayah dengan menggunakan contoh Formulir Model AP-3. Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan ayat (3) tidak dilaksanakan, Aooteker Pemohon dapat membuat surat pernyataan siap melakukan kegiatan kepada Kepala Kantor Wilayah dengan tembusan kepada Oirektur Jenderal dan Kepala Balai Pemeriksaan Obat dan Makanan, dengan menggunakan contoh Formulir Model AP-4. Dalam jangka waktu 12 (dua belas) hari kerja setelah diterima Japoran hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud ayat (3) atau pernyataan dimaksud -ayat (4), Kepala Kantor Wilayah mengeluarkan Surat Izin Apotik dengan menggunakan contoh Formulir Model AP-5. MENTERI KESEHATAN REPUBLIK: INDONESIA (8) Dalam hal hasil pemeriksaan Kepala Balai Pemeriksaan Obat dan Makanan dimaksud ayat (3) masih belum memenuhi syarat, Kepala Kantor Wilayah dalam waktu 12 (dua belas) hari kerja mengeluarkan Surat Penundaan dengan menggunakan contoh Formulir Model AP~6. (7) Terhadap Surat Penundaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (6), Apoteker diberi kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi selambat-lambatnya dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak tanggal Surat ®enundaan. Pasal 8 (1) Dalam hal Apoteker menggunakan sarana pihak lain, maka Penggunaan sarana dimaksud wajib didasarkan atas perjanjian kerja sama antara Apoteker dan pemilik sarana. (2) Pemilik sarana dimaksud dalam ayat (1) harus _memenuhi persyaratan tidak pernah terlibat dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang obat sebagaimana dinyatakan dalam Surat Pernyataan yang bersangkutan. Pasal 9 Terhadap permchonan izin Apotik yang ‘ternyata tidak memenuhi persyaratan dimaksud dalam Pasal 5 dan atau PasaT 6 atau lokasi Apotik tidak sesuai dengan permohonan,,maka Kepala Kantor Wilayah dalam jangka waktu selambat-lambatnya 12 (dua belas) hari kerja wajib mengeluarkan Surat Penolakan disertai dengan alasan-alasan- nya dengan mempergunakan contoh Formulir Model AP-7. BAB VI PENGELOLAAN APOTIK Pasal 10 Pengalolaan Apotik meliputi : a. Pembuatan, | pengolahan, . peracikan, — pengubahan _ bentuke pencampuran, penyimpanan dan penyerahan obat atau bahan obat. Pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan penyerahan perbekalan farmasi lainnya. c. Pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi. a MENTEAL KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Pasal 11 Pelayanan informasi yang dimaksud dalam Pasal 10 huruf (c) meliputi : a. Pelayanan informasi tentang obat dan perbekalan farmasi Jainnya yang diderikan baik kepada dokter dan tenaga kesehatan lainnya maupun kepada masyarakat. b. Pengamatan dan pelaporan informasi mengenai khasiat, keamanan, bahaya dan atau mutu obat dan perbekalan farmasi lainnya. Pelayanan informasi yang dimaksud dalam ayat (1) wajib didasarkan pada kepentingan masyarakat. Pasal 12 Apoteker berkewajiban menyediakan, menyimpan dan menyerahkan perbekalan farmasi yang bermutu baik dan yang keabsahannya terjamin. Obat dan perbekalan farmasi lainnya yang karena sesuatu hal tidak dapat digunakan lagi atau dilarang digunakan, harus dimusnankan dengan cara dibakar atau ditanam atau dengan cara Jain yang ditetapkan Oirektur Jenderal. Pasal 13. Pemusnahan dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2) dilakukan oleh Apoteker Pengelola Apotik atau Apoteker Pengganti dibantu oleh sekurang-kurangnya seorang karyawan Apotik. Pada pemusnahan dimuksud ayat (1), wajib dibuat Berita Acara Pemusnahan dengan menggunakan contoh Formulir Modal AP-8. Pemusnahan narkotika wajit mengikuti ketentuan perundang- undangan yang berlaku. BAB VIL PELAYANAN Pasal 14 Apctik wajib melayani resep dokter, dokter gigi dan dokter hewan. Pelayanan resep dimaksud dalam ayat (1) sepenuhnya atas tanggung jawab Apoteker Pengelola Apotik. » eh xt MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INOONESIA Pasal 15 (1) Apoteker wajib melayani resep sesuai dengan tanggung jawab dan keahlian profesinya yanc dilandasi pada kepentingan masyarakat. (2) Apoteker tidak diizinkan untuk mengganti obat generik yang ditulis didatam resep dengan obat paten. (4) Dalam hal pasien tidak mampu menebus obat yang tertulis didalam resep, Apoteker wajib berkonsultasi dengan dokter untuk pemilihan obat yang lebih tepat. (4) Apoteker wajib memberikan informasi : a. Yang berkaitan dengan penggunaan obat yang diserahkan kepada pasien. b. Penggunaan obat secara tepat, aman, rasional atas permintaan masyarakat. Pasal 16 (1) Apabila Apoteker menganggap bahwa dalan resep terdapat kekeliruan atau penulisan resep yang tidax tepat, Apoteker harus memberitahukan kepada dokter penulis reseo. (2) Apabila dalam hal dimaksud ayat. (1) karena pert imbangan tertentu dokter penulis resep tetap pada pendiriannya, dokter wajib menyatakannya secara tertulis atau membubuhkan tanda tangan yang lazim diatas resep. Pasal 17 (1) Salinan resep harus ditandatangani oleh Apoteker. (2) Resep harus dirahasiakan dan disimpan di Apotik dengan baik dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun. (3) Resep atau salinan resep hanya boleh diperlihatkan kepada dokter penulis resep atau yang merawat penderita, nenderita yang bersangkutan, petugas kesehatan atau petugas lain yang berwenang menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 18 (1) Apoteker Pangelola Apotik, Apotaker Pondamping atau Apotaker Pengganti diizinkan untuk menjual obat keras yang dinyatakan sebagai Daftar Obat Wajib Apotik tdnpa resep. MENTERL KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA (2) Daftar Obat Wajid Apotik dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan oleh Menteri. Pasal 19 (1) Apabila Apoteker Pengelota Apotik berhalangan melakukan tugasnya pada jam buka Apotik, Asoteker Pencelcla Apotik dapat menunjuk Apoteker Pendamping. (2) Apabila “Aooteker Pengelola Apotik dan Apoteker Pendamping karena hat-hal tertentu verhalangan melakukan tugasnya, Apoteker Pengelola Apotik davat menunjuk Apoteker Pangganti. (2) Penunjukan dimaksud dalam ayat (1) dan (2) harus dilaporkan kepada Kepala Kantor Wilayah dengan tembusan kepada Oirektur Jenderal dan Kerala Balai Pemeriksaan Obat dan Makanan setempat, dengan menggunakan contoh Formulir Model AP-9. (4) Apoteker Pendamping dan Apoteker Fengganti wajib memenuhi Persyaratan dimaksud dalam Pasal 5. (8) Apabila Apoteker Pengelola Apotik berhalangan melakukan tugasnya lebih dari 2 (dua) tahun secara terus-menerus, Surat Tzin Apotik atas nama Apoteker bersangkutan dicabut. Pasal 20 Apoteker Pengelola Apotik turut bertanggungjawab atas pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh Apoteker Pendamping, Apoteker Pengganti didalam pengelolaan Apotik. Pasal 21 Apotaker Pendamping yang dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1), bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas pelayanan kefarmasian selama yang bersangkutan bertugas manggantikan Apoteker Pengelola Apotik. Posal 22 (1) Dalam pelaksanaan pengelolaan Apotik, Apoteker Pengelola Apotik dapat dibantu oleh Asisten Apoteker. (2) Asisten Apoteker melakukan pekerjaan kefarmasian di Apotik dibawah pengawasan Apoteker. AEPUBLIK INDONESIA @AB VIIL PENGALIHAN TANGGUNG JAWA® PENGELOLAAN APOTIK Pasal 23 (1) Pada setiap pengaiinan tanggung jawab pengelolaan kefarmasian yang disebabkan karena penggantian Apoteker Pengelola Apotik kepada Apoteker Pengganti, wajib dilakukan serah terima resep, narkotika, obat dan peroekalan farmasi lainnya serta kunci-kunei tempat penyimpanan narkotika dan psikotropita. (2) Pada serah terima dimaksud ayat (1), wajid dibuat berita acara serah terima sesuai dengan bentuk yang telah ditentukan dalam rangkap empat yang ditandatangani oleh kedua belah pihak, yang melakukan serah terima dengan menggunakan contoh Formulir Model AP-10. Pasal 24 (1) Apabila Apoteker Pengelola Apotik’ meninggal dunia, dalam jangka waktu dua kali dua puluk empat jam, ahli waris Apoteker Pengelola Apotik wajib melaporkan kejadian tersebut secara tertulis kepada Kepala Kantor Wilayah atau petugas yang diberi wewenang olehnya. (2) Apabila pada Apotik tersebut tidak terdapat Apoteker Pendamping, pada pelaporan dimaksud ayat (1) wajib disertai Penyerahan resep, narkotika, psikotropika, obat keras dan kuned tempat penyimpanan narkotika dan psikotropika. (3) Pada penyerahan dimaksud ayat (1) dan (2), dibuat Serita Acara, Serah Terima sebagaimana dimaksud Pasal 23 ayat (2) dengan Kepala Kantor~ Wilayth atau petugas yang diberi wewenang olehnya, selaku pihak yang menerima dengan mengguna- kan contoh Formulir Model AP~11. RAB IX PENCABUTAN SURAT IZIN APOTIK Pasal 25 Kepala Kantor Wilayah dapat mencabut Surat Izin Apotik apabila : Apoteker sudah tidak. lagi memenuhi ketentuan yang dimaksud Pasal 5, dan atau b. Apoteker tidak memenuni kewajiban dimaksud dalam Pasal 12 dan Pasal 18 ayat (2), dan atau MENTERL KESEHATAN AEPURLIK INOONESIA c. Apoteker Pengelola Apotik terkena ketentuan dimaksud dalam Pasal 12 ayat (), dan atau d. Terjadi pelanggaran terhadap ketentuan peraturan perundang- undangan dimakaud dalam Pasal 21, dan atau @. Surat Izin Kerja Apoteker Pengelola Apotik dicabut, dan atau f, Pamilik Sarana Apotik terbukti terlibat dalam pelanggaran perundang=tndangan dibidang obat, dan atau g. Apotik tiduk lagi memenuni persyaratan dimaksud dalam Pasal 6. Pasal 26 (1) Pelaksanaan pencabutan izin apotik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 huruf (g) dilakukan setelah dikeluarkan : a. Peringatan secara tertulis kepada Apoteker Pengelola Apotik sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut ,dengan tenggang waktu masing-masing 2 (dua) bulan dengan menggunakan contoh Formulir Model AP-12. b. Pambekuan izin Apotik untuk jangka waktu selama-lananya € (enam) bulan sejak dikeluarkannya Penetapan Pembekuar Kegiatan Apotik dengan menggunakan contoh Formulir Model AP=13. (2) Pembekuan izin Apotik sebagaimana uimaksud dalam ayat (1) huruf (b), dapat dicairkan kembali aoabila Apotik telah membuktikan memenuhi seluruh persyaratan sesuai dengan wetentuan dalam Peraturan “ini dengan menggunakan contoh Formulir Model AP=14, (3) Pencairan Izin Apotik dimaksud dalam ayat (2) dilakukan setelah menerima laporan pemeriksaan dari Kepala Balai Pemeriksaan Obat dan Makanan setempat. Pasal 27 Keputusan Pencabutan Surat Izin Apotik oleh Kepala Kantor Wilayah disampaikan langsung kepada yang bersangkutan dengan menggunakan contoh Formulir Model AP-15 dan tembusan kepada : a, OfreRtur Jenderal. Balai Pemeriksaan Obat dan Makanan setempat. MENTERL KESEHATAN REPUBLIK INOONESIA, Pasal 23 Apabila Surat Izin Apotik dicabut, Apoteker Pengelola Apotik atau Apoteker Pengganti wajib mengamankan perbekalan farmasi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 29 Pengamanan dimaksud Pasal 28 wajib mengikuti tata cara sebagai berikut : a. Dilakukan inventarisasi terhadap seluruh persediaan narkotika, obat keras tertentu dan obat lainnya serta seluruh resep yang tersedia di Apotik. Narkotika, Psikotropika dan resep tempat yang tertutup dan terkunci. crus dimasukkan dalam Apoteker Pengelola Acotik wajib melarorkan secara tertulis kepada Kepala Kantor Wilayah atau petugis yang diberi wewenang olehnya, tentang penghentian kegiatan disertai Japeran inventarisasi yang dimaksud dalam huruf (a). BAB Xx PEMBINAAN Pasal.30 (1) Pembinaan terhadap Apotik dilaksanakan oleh Kepala Kantor Wilayah atas petunjuk teknis Direktur Jenderal. (2) Dalam pelaksanaan pelayanan kefarmasian, Apotik wajib terbuka untuk diperiksa oleh Penilik Obat dan Makanan berdasarkan surat penugasan Direktur Jenderal atau Kepala Kantor Wilayah. (2) Tata cara pemeriksaan menggunakan contoh Furmulir Model AP-16..

You might also like