You are on page 1of 13

BAB I

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Abortus merupakan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar
kandungan dengan batasan usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang
dari 500 gram. Abortus dibagi menjadi abortus spontan dan abortus provokatus. Abortus
spontan merupakan abortus yang terjadi tanpa tindakan atau terjadi secara spontan.
Literatur lain mengatakan definisi aborsi adalah pengakhiran kehamilan dengan
pengeluaran janin immature atau nonviable dan usia janin kurang dari 20 minggu dihitung
dari hari pertama haid terakhir (HPHT).
Insidensi aborsi dipengaruhi oleh umur ibu dan riwayat obstetrik seperti kelahiran
normal sebelumnya, riwayat abortus sebelumnya dan kelahiran anak dengan kelainan genetik.
Frekuensi abortus sekitar 10-15% dari semua kehamilan tetapi angka kejadian sesungguhnya
lebih tinggi karena banyak kasus yang tidak terlaporkan. Abortus spontan disertai dengan
gejala ringan sehingga pasien mengira tidak diperlukan pertolongan medis dan hanya
dianggap sebagai haid yang terlambat. Delapan puluh persen kejadian abortus terjadi pada
usia kehamilan kurang dari 12 minggu. Penyebab tersering biasanya adalah adanya kelainan
kromosom pada janin.
Dari 1000 kejadian abortus spontan, setengah diantaranya merupakan blighted ovum
dan setengahnya dikarenakan abnormalitas kromosom. Selain adanya kelainan kromosom,
abostus spontan juga disebabkan oleh faktor lingkungan serta penggunaan obat pada
kehamilan.

BAB II
STATUS PASIEN
I.

Identitas Pasien
Nama
: Ny. N
Umur
: 21 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Buruh garmen
Alamat
Soborejo 4/8 Pringsurat -Temanggung
Tanggal Masuk : 27 April 2016
Tanggal Pulang : 30 April 2016
No. CM
: 096819

II.

Anamnesis
Autoanamnesis pada tanggal 27 April 2016 pukul 09.00
Keluhan utama: flek berwarna kecoklatan keluar dari jalan lahir sejak 7 hari sebelum
masuk rumah sakit.
Riwayat penyakit sekarang:
Pasien datang melalui IGD dengan G1P0A0 usia kehamilan 18 minggu keluhan keluar
flek dari jalan lahir sejak pukul 05.30. Flek berwarna kecoklatan, tidak ada gumpalan
maupun darah segar keluar, tidak ada rasa kenceng-kenceng di perut. Pasien merasa
mual dan pusing. Nyeri di daerah perut bawah di atas supra pubis. Pasien mengaku
sudah akhir-akhir ini pekerjaan di pabrik tempatnya bekerja semakin padat sehingga
pasien sering pulang larut malam. Riwayat trauma disangkal. Riwayat pijat urut
disangkal. Riwayat minum obat atau jamu disangkal. Pasien mengaku haid terakhir
pada tanggal 22 Desember 2015. Pasien memeriksakan kehamilannya di bidan.
Riwayat penyakit dahulu:
Riwayat Hipertensi disangkal
Riwayat Asma disangkal
Riwayat Diabetes disangkal
Riwayat Alergi disangkal
Riwayat Abortus disangkal
Riwayat Penyakit Jantung disangkal
Riwayat Haid:
Menarche
: 14 tahun
Siklus
: 28 hari
Lama haid
: 7 hari
HPHT
: 22 Desember 2015
HPL
: 27 September 2016
Riwayat Obstetri:
I.
Hamil ini G1P0A0 usia 21 tahun hamil 18 minggu
Riwayat pernikahan:
Pernikahan pertama sejak Agustus 2015
2

Riwayat KB:
Belum menggunakan KB sejak menikah
Riwayat ANC:
Pemeriksaan kehamilan di bidan
Riwayat perilaku kesehatan:
Pasien tidak merokok, minum minuman berakohol, mengkonsumsi obat-obatan tertentu
Riwayat Sosial Ekonomi:
Pasien bekerja sebagai buruh pabrik di daerah Ungaran, suami bekerja sebagai
karyawan swasta. Biaya pengobatan pasien umum.
III.

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 27 April 2016 pukul 09.00 Wib
Status Pemeriksaan
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran
: compos mentis
Tanda Vital
:
Tekanan darah : 90/60 mmHg
Nadi
: 70x/menit, irama reguler
Laju napas
: 18x/menit
Suhu
: 36,2oC
Status Internus
Mata
: konjungtiva anemis (-/-) sklera ikterik (-/-)
Hidung
: nafas cuping (-) deformitas (-)
Telinga
: normotia
Mulut
: lembab (+) sianosis (-)
Leher
: pembesaran Limfonodi (-) pembesaran tiroid (-)
Thorax
:
Cor
: Bunyi Jantung 1-2 reguler, gallop (-) murmur (-)
Pulmo : Vesikular Breathing Sound (+/+) wheezing (-) ronkhi (-)
Abdomen
: datar, linea nigra (-) striae gravidarum (-)
Genitalia
: tidak terdapat pengeluaran darah maupun gumpalan
Extremitas
: edema (-/-) sianosis (-/-) CRT <3dtk, akral hangat
Status Obstetrik
Vaginal toucher : oue menutup, jaringan (-) gumpalan (-)

IV.

Resume
Ny. N 21 tahun datang dengan keluhan keluar flek dari jalan lahir pukul 05.30. flek
berwarna kecoklatan tanpa ada gumpalan maupun darah segar yang keluar. Pasien tidak
merasa ada kencang-kencang pada perut. Riwayat trauma dan pijat disangkal. Pasien
tidak meminum jamu sebelumnya. HPHT: 22 Desember 2015 HPL: 27 September
2016. Tanda vital dan status internus dalam batas normal. Pemeriksaan dalam didapati
oue masih menutup, tidak ada jaringan maupun gumpalan.
3

V.

Diagnosis sementara
G1P0A0 21 tahun hamil 18 minggu dengan Abortus Imminens

VI.

Terapi
- Tirah Baring
- Infus Ringer Lactate

VII.

Prognosis
Ibu
: bonam

VIII. Follow up
27 April 2016
Pukul 09.00
Pasien datang dengan keluhan keluar flek berwarna kecoklatan dari jalan lahir disertai
dengan nyeri perut bagian bawah.
Pukul 10.10
Subjektif : Pasien mengatakan keluar darah segar disertai jaringan berwarna merah
menggumpal. Perut terasa lebih lega. Keluhan nyeri berkurang
Objektif :
- Keadaan umum tampak sakit sedang
- Kesadaran compos mentis
- Tekanan darah 100/70 mmHg, nadi 78x/menit, suhu 36,3oC laju napas 18x/menit
- Konjungtiva anemis (-/-)
- Pemeriksaan dalam vulva vagina terdapat pembukaan 1-2 cm
- Perdarahan pervaginam (+)
Assesment :
G1P0A1 usia kehamilan 18 minggu dengan Abortus Inkomplit
Planning:
-

Periksa USG besok siang


Rencana Kuret

28 April 2016
Pukul 06.30
Subjektif : keluhan nyeri perut sudah berkurang, pasien merasakan perutnya sudah lega,
keluar darah dari jalan lahir
Objektif :
-

Keadaan umum tampak sakit sedang


Kesadaran compos mentis
Tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 76x/menit, suhu 36,0oC laju napas 18x/menit
Konjungtiva anemis (-/-)
Pemeriksaan dalam vulva vagina terdapat pembukaan 1-2 cm
Perdarahan pervaginam (+)

Assesment:
G1P0A1 usia kehamilan 18 minggu dengan Abortus Inkomplit
Planning:
-

Amoxicilin 3 x 5 mg
Rencana kuret

Pukul 13.00

Subjektif : pasien mengeluhkan keluar darah segar dari jalan lahir disertai dengan nyeri
perut
Objektif:
-

Keadaan umum tampak sakit sedang


Kesadaran compos mentis
Tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 78x/menit, suhu 36,4oC laju napas 18x/menit
Konjungtiva anemis (-/-)
Perdarahan pervaginam (+)
USG hasil positif abortus inkomplit

Assesment:
G1P0A1 dengan Abortus Inkomplit
Planning:
-

Amoxicilin 3 x 5 mg
Kuret hari jumat 29 April 2016

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

I.

Definisi
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat
hidup di luar kandungan dimana usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat
janin kurang dari 500 gram.

II.

Definisi Abortus Imminens


Abortus imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada
kehamilan sebelum 20 minggu dengan hasil konsepsi masih dalam uterus dan
viabel. Pada abortus ini serviks masih dalam keadaan tertutup. Abortus imminens
adalah abortus mengancam yang masih dapat dicegah sehingga hasil konsepsi

III.

masih dapat dipertahankan.


Etiologi
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, menyebabkan kematian janin atau
cacat, penyebabnya antara lain
a. Kelainan kromosom, misalnya lain trisomi, poliploidi dan kelainan
kromosom seks.
b. Endometrium kurang sempurna, biasanya terjadi pada ibu hamil saat usia
tua, dimana kondisi abnormal uterus dan endokrin atau sindroma ovarium
polikistik.
c. Pengaruh eksternal, misalnya radiasi, virus, obat-obat, dan sebagainya
dapat mempengaruhi baik hasil konsepsi maupun lingkungan hidupnya
dalam uterus, disebut teratogen.
2. Kelainan plasenta, misalnya endarteritis terjadi dalam vili koriales dan
menyebabkan

oksigenasi

plasenta

terganggu,

sehingga

mengganggu

pertumbuhan dan kematian janin. Keadaan ini dapat terjadi sejak kehamilan
muda misalnya karena hipertensi menahun.
3. Penyakit ibu, baik yang akut seperti pneumonia, tifus abdominalis,
pielonefritis, malaria, dan lain-lain, maupun kronik seperti, anemia berat,
keracunan, laparotomi, peritonitis umum, dan penyakit menahun seperti
brusellosis, mononukleosis infeksiosa, toksoplasmosis.
4. Kelainan traktus genitalis, misalnya retroversio uteri, mioma uteri atau
kelainan bawaan uterus. Terutama retroversio uteri gravidi inkarserata

atau

mioma submukosa yang memegang peranan penting. Sebab lain keguguran


dalam trimester dua ialah serviks inkompeten yang dapat disebabkan oleh

kelemahan bawaan pada serviks, dilatasi serviks berlebihan, konisasi,


amputasi, atau robekan serviks yang luas yang tidak dijahit.
IV.

Tanda dan Gejala


Adanya perdarahan pada awal kehamilan melalui ostium uteri eksternum, disertai
nyeri perut ringan atau tidak sama sekali. Adanya gejala nyeri perut dan punggung
belakang yang semakin hari bertambah buruk dengan atau tanpa kelemahan dan
uterus membesar sesuai usia kehamilan.

V.

Diagnosis
a. Pemeriksaan dalam: serviks tertutup, perdarahan dapat terlihat dari ostium,
tidak ada kelainan pada serviks, tidak terdapat nyeri goyang serviks atau
adneksa
b. Tes kehamilan positif, dan
c. Pemeriksaan USG tampak janin masih hidup.

VI.

Pemeriksaan Penunjang
a. Biokimia serum ibu
Kadar human chorionic gonadotropin (hCG) kuantitatif serial. Evaluasi harus
mencakup pemeriksaan hCG serial. Kadar hCG serum wanita hamil yang
mengalami keguguran diawali dengan gejala abortus imminens pada trimester
pertama lebih rendah dibandingkan wanita hamil dengan gejala abortus
imminens yang kehamilannya berlanjut atau dengan wanita hamil tanpa gejala
abortus imminens.
b. Kadar progesteron
Kadar hormon progesteron relatif stabil pada trimester pertama, sehingga
pemeriksaan tunggal dapat digunakan untuk menentukan apakah kehamilan
viabel. Kadar kurang dari 5 ng/mL menunjukkan prognosis kegagalan
kehamilan dengan sensitivitas 60%, sedangkan nilai 20 ng/mL menunjukkan
kehamilan yang viabel dengan sensitivitas 100%.
c. USG
Pemeriksaan USG penting untuk menentukan apakah janin viabel atau non
viabel dan membedakan antara kehamilan intrauteri, ekstrauteri, mola, atau
missed abortion. Jika perdarahan berlanjut, ulangi pemeriksaan USG dalam
tujuh hari kemudian untuk mengetahui viabilitas janin. Pada umur kehamilan
tujuh minggu, fetal pole dan aktifitas jantung janin dapat terlihat. Aktivitas
jantung seharusnya tampak dengan USG saat panjang fetal pole minimal lima
milimeter. Bila kantong gestasi terlihat, keguguran dapat terjadi pada 11,5%
pasien. Kantong gestasi kosong dengan diameter 15mm pada usia tujuh
8

minggu dan 21mm pada usia gestasi delapan minggu memiliki angka
keguguran 90,8%. Angka keguguran setelah kehamilan 14 minggu kurang
lebih 2,0%.
VII.

Penatalaksanaan
a. Tirah baring
Tirah baring merupakan unsur penting dalam pengobatan abortus imminens
karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan
berkurangnya rangsang mekanik. Pada suatu penelitian, 1228 dari 1279 (96%)
dokter umum meresepkan istirahat pada perdarahan hebat yang terjadi pada
awal kehamilan, meskipun hanya delapan dari mereka yang merasa hal
tersebut perlu, dan hanya satu dari tiga orang yang yakin hal tersebut bekerja
baik. Lamanya perdarahan vagina, ukuran hematoma dan usia kehamilan saat
diagnosis tidak mempengaruhi tingkat terjadinya keguguran. Meskipun tidak
ada bukti pasti bahwa istirahat dapat mempengaruhi jalannya kehamilan,
membatasi aktivitas selama beberapa hari dapat membantu wanita merasa
lebih aman, sehingga memberikan pengaruh emosional. Dosisnya 24-48 jam
diikuti dengan tidak melakukan aktivitas berat, namun tidak perlu membatasi
aktivitas ringan sehari-hari.
b. Abstinensia
Abstinensia sering kali dianjurkan dalam

penanganan abortus imminens,

karena pada saat berhubungan seksual, oksitoksin disekresi oleh puting atau
akibat stimulasi klitoris, selain itu prostaglandin E dalam semen dapat
mempercepat

pematangan

serviks

dan

meningkatkan

kolonisasi

mikroorganisme di vagina.
c. Progestogen
Progestogen merupakan substansi yang memiliki aktivitas progestasional atau
memiliki efek progesteron, diresepkan pada 13-40% wanita dengan abortus
imminens. Progesteron merupakan produk utama korpus luteum dan berperan
penting pada persiapan uterus untuk implantasi, mempertahankan serta
memelihara kehamilan. Sekresi progesteron yang tidak adekuat pada awal
kehamilan diduga sebagai salah satu penyebab keguguran sehingga
suplementasi progesteron sebagai terapi abortus imminens diduga dapat
mencegah keguguran, karena fungsinya yang diharapkan dapat menyokong
defisiensi korpus luteum gravidarum dan membuat uterus relaksasi.
Berdasarkan pemikiran bahwa sebagian besar keguguran didahului oleh
9

kematian hasil konsepsi dan kematian ini dapat disebabkan oleh banyak faktor,
maka pemberian hormon progesteron memang tidak banyak manfaatnya.
Meskipun tidak ada bukti kuat tentang manfaatnya namun progestogen
disebutkan dapat menurunkan kontraksi uterus lebih cepat daripada tirah
baring, terlepas dari kemungkinan bahwa pemakaiannya pada abortus
imminens mungkin dapat menyebabkan missed abortion, progestogen pada
penatalaksanaan abortus imminens tidak terbukti memicu timbulnya hipertensi
kehamilan atau perdarahan antepartum yang merupakan efek berbahaya bagi
ibu. Selain itu, penggunaan progestogen juga tidak terbukti menimbulkan
kelainan kongenital.
d. hCG
hCG diproduksi plasenta dan diketahui bermanfaat dalam mempertahankan
ke-hamilan. Karena itu, hCG digunakan pada abortus imminens untuk
mempertahankan kehamilan.
e. Antibiotik
Penelitian retrospektif pada 23 wanita dengan abortus imminens pada usia
awal trimester kehamilan, mendapatkan 15 orang (65%) memiliki flora
abnormal vagina. Tujuh dari 16 orang mendapatkan amoksisilin ditambah
klindamisin dan tiga dari tujuh wanita tersebut mengalami perbaikan, tidak
mengalami nyeri abdomen dan perdarahan vaginal tanpa kambuh.
Disimpulkan bahwa antibiotik dapat digunakan sebagai terapi dan

tidak

manimbulkan anomali bayi.


f. Relaksan otot uterus
Buphenine hydrochloride merupakan vasodilator yang juga digunakan sebagai
relaksan otot uterus, pada penelitian RCT menunjukkan hasil yang lebih baik
dibandingkan penggunaan plasebo, namun metode penelitian ini tidak jelas,
dan tidak ada penelitian lain yang mendukung pemberian tokolisis pada awal
terjadinya abortus imminens.
VIII. Prognosis
Abortus imminens merupakan salah satu

faktor risiko keguguran, kelahiran

prematur, BBLR, perdarahan antepartum, KPD dan kematian perinatal. Namun,


tidak ditemukan kenaikan risiko bayi lahir cacat. Macam dan lamanya perdarahan
menentukan prognosis kehamilan. Prognosis menjadi kurang baik bila perdarahan
berlangsung lama, nyeri perut yang disertai pendataran serta pembukaan serviks.

10

11

BAB IV
ANALISIS KASUS
1. Penegakan diagnosis abortus imminens pada pasien ini didapatkan dari tanda-tanda
khas yaitu:
a. Anamnesa: seorang pasien hamil dengan usia gestasi 18 minggu mengeluhkan
keluar flek berwarna kecoklatan dari jalan lahir dan merasa nyeri mulas di
perutnya.
b. Pemeriksaan fisik: pada pemeriksaan vaginal toucher tidak ditemukan adanya
kelainan serviks serta pembukaan pada oue
2. Tatalaksana pada pasien ini bertujuan untuk mempertahankan hasil konsepsi dengan
mengistirahatkan ibu agar kontraksi uterus dapat berkurang sehingga mencegah
terjadinya abortus yang lebih lanjut. Dengan tirah baring diyakini dapat mendukung
bertambahnya aliran darah ke uterus serta mengurangi rangsangan mekanik yang
memicu kontraksi uterus. Tirah baring dilakukan selama 3 hari hingga bebas tanda
perdarahan. Pemberian antibiotik opsional jika ditemukan adanya tanda infeksi.
3. Prognosis pada pasien ini terbilang baik bila dilihat dari umur pasien yang masih
muda. Pasien diberi edukasi agar lebih tenang beristirahat dan tidak terlalu
mengkhawatirkan kondisinya.
4. Pada pasien ini, tidak lama setelah masuk rawat di bangsal terjadi perdarahan
pervaginam dan keluar gumpalan yang menyerupai hasil konsepsi. Diagnosis abortus
inkomplit didapat dari:
a. Anamnesa: pasien mengeluhkan keluar darah segar lewat jalan lahir disertai
gumpalan dan nyeri mulas perut sudah berkurang dibanding sebelumnya.
b. Pemeriksaan fisik: pada pemeriksaan vaginal toucher didapatkan oue telah
membuka dan terdapat sisa jaringan perdarahan di handscoon
5. Tatalaksana pada pasien diberikan antibiotika sebagai terapi profilaksis untuk
mencegah terjadinya infeksi yaitu amoxicilin 3 x 5mg dan diprogramkan untuk
dilakukan kuretase untuk mengeluarkan sisa jaringan yang tertinggal di dalam rahim.

12

DAFTAR PUSTAKA
1. Winkjosastro, H. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. hal 305-306
2. Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia. 2006. Standar Pelayanan Medik
Obstetri dan Ginekologi. Jakarta . hal 23-25
3. Sucipto, N. 2013. Abortus Imminens: Upaya Pencegahan, Pemeriksaan, dan
Penatalaksanaan. CDK-206/ vol. 40 no. 7, hal 492-496
4. Williams obstetrics. In: Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ,
Spong CY, editors. 24rd ed. Ohio: McGraw-Hill; 2014. hal 350-355
5. William Manual of Pregnancy Complications. Kenneth J. Leveno, MD, editor. 23 rd ed.

McGraw-Hill; 2013. hal 2-3

13

You might also like