You are on page 1of 46

JALUR PEJALAN KAKI / PEDESTRIAN

PADA JALAN UMUM

PENGERTIAN PEDESTRIAN
Pedestrian berasal dari bahasa Yunani, dimana berasal
dari kata pedos yang berarti kaki, sehingga pedestrian
dapat diartikan sebagi pejalan kaki atau orang yang
berjalankaki, sedangkan jalan merupakan media diatas
bumi yang memudahkan manusia dalam tujuan
berjalan, Maka pedestrian dalam hal ini memiliki arti
pergerakan atau perpindahan orang atau manusia dari
satu tempat sebagai titik tolak ke tempat lain sebagai
tujuan dengan menggunakan moda jalan kaki. Atau
secara harfiah, pedestrian berarti person walking in
the street , yang berarti orang yang berjalan di jalan.

Namun jalur pedestrian dalam konteks


perkotaan biasanya dimaksudkan sebagai
ruang khusus untuk pejalan kaki yang
berfungsi sebagai sarana pencapaian yang
dapat melindungi pejalan kaki dari bahaya
yang datang dari kendaraan bermotor. Di
Indonesia lebih dikenal sebagai trotoar, yang
berarti jalur jalan kecil selebar 1,5 sampai 2
meter atau lebih memanjang sepanjang jalan
umum.

beberapa tinjauan dan pengertian


dasar mengenai pedestrian
Menurut John Fruin ( 1979 )
Berjalan kaki merupakan alat untuk
pergerakan internal kota, satu satunya alat
untuk memenuhi kebutuhan interaksi tatap
muka yang ada didalam aktivitas komersial
dan kultural di lingkungan kehidupan kota.
Berjalan kaki merupakan alat penghubung
antara moda moda angkutan yang lain.

Menurut Amos Rapoport ( 1977 )


Dilihat dari kecepatannya moda jalan kaki
memiliki kelebihan yakni kecepatan rendah
sehingga menguntungkan karena dapat
mengamati lingkungan sekitar dan mengamati
objek secara detail serta mudah menyadari
lingkungan sekitarnya

Menurut Giovany Gideon ( 1977 )


Berjalan kaki merupakan sarana transportasi
yang menghubungkan an-tara fungsi kawasan
satu dengan yang lain terutama kawasan
perdagangan, kawasan budaya, dan kawasan
permukiman, dengan berjalan kaki
menjadikan suatu kota menjadi lebih
manusiawi

Dengan demikian jalur pedestrian merupakan


sebuah sarana untuk melakukan kegiatan,
terutama untuk melakukan aktivitas di kawasan
perdagangan dimana pejalan kaki memerlukan
ruang yang cukup untuk dapat melihat-lihat,
sebelum menentukan untuk memasuki salah satu
pertokoan di kawasan perdagangan tersebut.
Namun disadari pula bahwa moda ini memiliki
keterbatasan juga, karena kurang dapat untuk
melakukan perjalanan jarak jauh, peka terhadap
gangguan alam, serta hambatan yang diakibatkan
oleh lalu lintas kendaraan.

Jalur pedestrian ini juga merupakan elemen penting


dalam perancangan kota, karena tidak lagi berorientasi
pada keindahan semata, akan tetapi juga pada masalah
kenyamanan dengan didukung oleh kegiatan pedagang
eceran yang dapat memperkuat kehidupan ruang kota
yang ada. Sistem jalur pedestrian yang baik akan
mengurangi keterikatan terhadap kendaraan di
kawasan pusat kota, meningkatkan penggunaan
pejalan kaki, mempertinggi kualitas lingkungan melalui
sistem perancangan yang manusiawi, menciptakan
kegiatan pedagang kaki lima yang lebih banyak dan
akhirnya akan membantu kualitas udara di kawasan
tersebut.

Jalur pedestrian selalu memiliki fasilitasfasilitas didalamnya. Fasilitas jalur pedestrian


dapat dibedakan berdasarkan pada letak dan
jenis kegiatan yang dilayani, yaitu fasilitas jalur
pedestrian yang terlindung dan fasilitas jalur
pedestrian yang terbuka.

Fasilitas Jalur Pedestrian yang


terlindung
1. Fasilitas jalur pedestrian yang terlindung di
dalam bangunan, misalnya :
- Fasilitas jalur pedestrian arah vertikal, yaitu
fasilitas jalur pedestrian yang menghubungkan
lantai bawah dan lantai diatasnya dalam
bangunan atau gedung bertingkat, seperti
tangga, ramps, dan sebagainya
- Fasilitas jalur pedestrian arah horizontal,
seperti koridor, hall, dan sebagainya.

2. Fasilitas Jalur Pedestrian yang terlindung di


luar bangunan, misalnya:
Arcade, yaitu merupakan selasar yang
terbentuk oleh sederetan kolom-kolom yang
menyangga atap yang berbentuk lengkunganlengkungan busur dapat merupakan bagian
luar dari bangunan atau berdiri sendiri
Gallery, yaitu lorong yang lebar, umumnya
terdapat pada lantai teratas

Covered Walk atau selasar, yaitu merupakan


fasilitas pedestrian yang pada umumnya
terdapat di rumah sakit atau asrama yang
menghubungkan bagian bangunan yang satu
dengan bangunan yang lainnya.
Shopping mall, merupakan fasilitas pedestrian
yang sangat luas yang terletak di dalam
bangunan dimana orang berlalulalang sambil
berbelanja langsung di tempat itu

Fasilitas jalur pedestrian yang tidak


terlindung / terbuka
1.

2.
3.

4.

5.

Trotoir / sidewalk, yaitu fasilitas jalur pedestrian dengan lantai


perkerasan yang terletak di kanan-kiri fasilitas jalan kendaraan
bermotor.
Foot path / jalan setapak, yaitu fasilitas jalur pedestrian seperti
ganggang di lingkungan permukiman kampung.
Plaza, yaitu tempat terbuka dengan lantai perkerasan, berfungsi
sebagai pengikat massa bangunan, dapat pula sebagai pengikatpengikat kegiatan.
Pedestrian mall, yaitu jalur pedestrian yang cukup luas, disamping
digunakan untuk sirkulasi pejalan kaki juga dapat dimanfaatkan untuk
kontak komunikasi atau interaksi sosial.
Zebra cross, yaitu fasilitas jalur pedestrian sebagai fasilitas untuk
menyeberang jalan kendaraan bermotor.

Permasalahan yang utama dalam perancangan kota


adalah menjaga keseimbangan antara penggunaan
jalur pedestrian dan fasilitas kendaraan bermotor.
Sebagai contoh : The Uptown Pedestrian yang didesain
oleh City of Charlotte, North Carolina, membagi
permasalahan area pedestrian dalam 3 kelompok :
function and needs, psychological comfort, physical
comfort. (Charlotte, 1978 ). Hal ini juga diutarakan oleh
Hamid Shirvani ( 1985 ) , menurutnya dalam
merencanakan sebuah jalur pedestrian menurut perlu
mempertimbangkan adanya :

pertimbangan dalam merencanakan


sebuah jalur pedestrian adanya :
1. keseimbangan interaksi antara pejalan kaki
dan kendaraan
2. faktor keamanan, ruang yang cukup bagi
pejalan kaki
3. fasilitas yang menawarkan kesenangan
sepanjang area pedestrian
4. dan tersedianya fasilitas publik yang menyatu
dan menjadi elemen penunjang.

KATEGORI DAN FASILITAS PEJALAN


KAKI
Menurut sarana perjalanannya :
- Pejalan kaki penuh, merupakan mereka yang
menggunakan moda jalan kaki sebagai moda utama,
jalan kaki digunakan sepenuhnya dari tempat asal
sampai ke tempat tujuan.
- Pejalan kaki pemakai kendaraan umum, merupakan
pejalan kaki yang menggunakan moda jalan kaki
sebagai moda antara. Biasanya dilakukan dari tempat
asal ke tempat kendaraan umum, atau pada jalur
perpindahan rute kendaraan umum, atau tempat
pemberhentian kendaraan umum ke tempat tujuan
akhir.

Pejalan kaki pemakai kendaraan umum dan kendaraan


pribadi, merupakan mereka yang menggunakan moda
jalan kaki sebagai moda antara, dari tempat parkir
kendaraan pribadi ke tempat kendaraan umum, dan
dari tempat parkir kendaraan umum ke tempat tujuan
akhir perjalanan.
Pejalan kaki pemakai kendaraan pribadi penuh,
merupakan mereka yang menggunakan moda jalan
kaki sebagai moda antara dari tempat 23arker
kendaraan pribadi ke tempat tujuan bepergian yang
hanya ditempuh dengan berjalan kaki.

Menurut kepentingan perjalanannya :


Perjalanan terminal, merupakan perjalanan yang
dilakukan antara asal dengan area transportasi,
misalnya : tempat parkir, halte bus dan
sebagainya.
Perjalanan fungsional, merupakan perjalanan
untuk mencapai tujuan tertentu, dari atau ke
tempat kerja, sekolah, belanja, dan lain-lain.
Perjalanan rekreasional, merupakan perjalanan
yang dilakukan dalam rangka mengisi waktu
luang, misalnya menikmati pemandangan.

4 faktor yang mempengaruhi panjang atau jarak orang


untuk berjalan kaki Menurut Unterman ( 1984 )
Waktu
Berjalan kaki pada waktu-waktu tertentu
mempengaruhi panjang atau jarak yang mampu
ditempuh. Misalnya : berjalan kaki pada waktu rekreasi
memiliki jarak yang relatif, sedangkan waktu berbelanja
terkadang dapat dilakukan 2 jam dengan jarak sampai
2 mil tanpa disadari sepenuhnya oleh si pejalan kaki.
Kenyamanan
Kenyamanan orang untuk berjalan kaki dipengaruhi
oleh faktor cuaca dan jenis aktivitas. Iklim yang kurang
baik akan mengurangi keinginan orang untuk berjalan
kaki.

Ketersediaan Kendaraan Bermotor


Kesinambungan penyediaan moda angkutan kendaraan
bermotor baik umum maupun pribadi sebagai moda
penghantar sebelum atau sesudah berjalan kaki sangat
mempengaruhi jarak tempuh orang berjalan kaki.
Ketersediaan fasilitas kendaraan angkutan umum yang
memadai dalam hal penempatan penyediaannya akan
mendorong orang untuk berjalan lebih jauh dibanding
dengan apabila tidak tersedianya fasilitas ini secara
merata, termasuk juga penyediaan fasilitas transportasi
lainnya seperti jaringan jalan yang baik, kemudahan
parkir dan lokasi penyebaran, serta pola penggunaan
lahan campuran ( mixed use ) dan sebagainya.

Pola Tata Guna Lahan


Pada daerah dengan penggunaan lahan
campuran ( mixed use ) seperti yang banyak
ditemui di pusat kota, perjalanan dengan
berjalan kaki dapat dilakukan dengan lebih
cepat dibanding perjalanan dengan kendaraan
bermotor karena perjalanan dengan
kendaraan bermotor sulit untuk berhenti
setiap saat.

PENGGOLONGAN JALUR PEDESTRIAN


1. Jalur Pedestrian. Merupakan sebuah jalur
pejalan kaki yang dibuat terpisah dari jalur kendaraan umum, biasanya
terletak bersebelahan atau berdekatan, diberi lapis permukaan, diberi
elevasi lebih tinggi dari permukaan perkerasan jalan dan pada umumnya
sejajar dengan jalur lalu lintas kendaraan. Pejalan kaki melakukan kegiatan
berjalan kaki sebagai sarana yang akan menghubungkan tempat tujuan.
Fungsi utama dari jalur pedestrian adalah untuk memberikan pelayanan
kepada pejalan kaki sehingga dapat meningkatkan kelancaran, keamanan,
kenyamanan pejalan kaki.
2. Plaza. Merupakan jalur pejalan kaki yang
bersifat rekreasi. Pejalan kaki dapat berhenti dan beristirahat pada
bangku-bangku yang telah disediakan.

3. Jalur Penyeberangan. Merupakan jalur


pejalan kaki yang digunakan sebagai jalur menyeberang
untuk mengatasi dan menghindari konflik dengan angkutan
atau pengguna jalan atau jalur penyeberangan bawah
tanah. Untuk itu diperlukan fasilitas berupa zebra cross,
skyway, subway.
4. Pedestrian Mall. Merupakan jalur pejalan
kaki yang digunakan untuk berbagai aktivitas, untuk
berjualan, duduk santai, dan sekaligus berjalan-jalan sambil
melihat etalase pertokoan ( mall ). Sekarang mall
merupakan bentuk jalan atau plaza di kawasan pusat bisnis
yang berorientasi pada pola jalur pedestrian sebagai ruang
transit.

Persyaratan Teknis Fasilitas


Pedestrian
Kebutuhan fasilitas pejalan kaki biasanya terkosentrasi
didaerah perkotaan, mengingat dinamika masyarakatnya
yang cukup tinggi terutama dipusat-pusat keramaian
seperti pusat perdagangan, stasiun, terminal, sekolahan,
dan lain sebagainya.
Hal yang harus diperhatikan dalam merencanakan fasilitas
pejalan kaki adalah :
1.
2.

3.

Mudah dan jelas, fasilitas yang dibuat harus mudah diakses


dan cepat dikenali
Nyaman dan aman, fasilitasnya harus dirancang yang
menyenangkan dan aman dari sisi konstruksi dan lingkungan.
Sebaiknya menerus, langsung dan lurus ke tempat tujuan.

Penyediaan jembatan penyeberangan disuatu


lokasi sangat ditentukan oleh seberapa besar arus
pejalan kaki yang menyeberang, volume arus
kendaraan baik di ruas maupun di simpang serta
banyaknya kecelakaan yang terjadi dilokasi
tersebut, serta gangguan-gangguan samping
lainnya seperti parkir, pedang kaki lima serta
aktivitas perdagangan lainnya yang justru dapat
menghambat berfungsinya jembatan
penyeberangan yang ada.

PENEMPATAN JALUR PEDESTRIAN


Suatu ruas jalan dianggap perlu dilengkapi dengan jalur pedestrian
apabila disepanjang jalan terdapat penggunaan lahan yang memiliki
potensi menimbulkan pejalan kaki. Penggunaan lahan tersebut
antara lain perumahan, sekolah, pusat perdagangan, daerah
industri, terminal bus dan sebagainya. Secara umum, jalur
pedestrian dapat direncanakan pada ruas jalan yang terdapat
volume pejalan kaki lebih besar dari 300 orang per 12 jam ( 06.00
18.00 ) dan volume lalu lintas lebih besar dari 1000 kendaraan per
12 jam ( 06.00 18.00 ). Jalur pedestrian sebaiknya ditempatkan
pada sisi luar bahu jalan atau sisi luar lalu lintas ( bila tersedia
tempat parkir). Jalur pedestrian hendaknya dibuat sejajar dengan
jalan, akan tetapi dapat tidak sejajar dengan jalan apabila topografi
dan keadaan setempat tidak memungkinkan. Jalur pedestrian
sedapat mungkin ditempatkan pada sisi dalam saluran drainase
terbuka atau diatas saluran drainase yang telah ditutup dengan plat
beton yang memenuhi syarat.

Fasilitas sebuah jalur pedestrian


dibutuhkan :
1.
2.
3.
4.

5.
6.

Pada daerah-daerah perkotaan secara umum yang jumlah penduduknya


tinggi.
Pada jalan-jalan pasar dan perkotaan.
Pada daerah-daerah yang memiliki aktivitas kontinyu yang tinggi, seperti
misalnya pada jalan-jalan pasar dan perkotaan.
Pada lokasi-lokasi yang memiliki kebutuhan / permintaan yang tinggi,
derngan periode yang pendek, seperti misalnya stasiun-stasiun bus dan
kereta api, sekolah, rumah sakit, dan lapangan olah raga.
Pada lokasi yang mempunyai permintaan yang tinggi untuk hari-hari
tertentu, misalnya lapangan / gelanggang olah raga, masjid.
Pada daerah-daerah rekreasi.

DIMENSI & PERLETAKAN JALUR


PEDESTRIAN
Trotoar
Pada prinsipnya trotoar disediakan pada dua sisi jalan. Untuk jalan
lokal di daerah permukiman yang memiliki DAMAJA (Daerah
Manfaat Jalan ) lebih dari 8 meter, sekurang-kurangnya disediakan
pada satu sisi jalan.
Penyeberangan sebidang
Jenis penyeberangan sebidang adalah :
Zebra cross
- tanpa pelindung
- dengan pelindung

Pelikan
- tanpa pelindung
- dengan pelindung

Yang dimaksud dengan penyeberangan tanpa


pelindung adalah penyeberangan yang tidak
dilengkapi dengan pulau pelindung. Yang
dimaksud dengan penyeberangan dengan
pelindung adalah penyeberangan yang
dilengkapi dengan pulau pelindung dan rambu
peringatan awal bangunan pemisah untuk lalu
lintas dua arah.

Syarat penempatan Fasilitas Penyeberangan


Sebidang menurut Surat Keputusan Direktorat
Jenderal Perhubungan Darat, syarat
penempatan fasilitas penyeberangan sebidang
adalah :

Zebra Cross
- Tidak boleh ditempatkan di atas pulau maya ataupun pada
mulut persimpangan.
- Pada jalan minor harus ditempatkan 15 m dibelakang garis henti
dan sedapat mungkin dilengkapi dengan marka jalan yang
mengarahkan lalu lintas kendaraan.
- Memperhatikan interaksi dari sistem prioritas, yaitu volume
yang membelok, kecepatan dan penglihatan pengemudi.
- Pada jalan dengan lebar lebih dari 10 meter atau lebih dari 4
lajur diperlukan pelindung.

Pelikan
Penyeberangan pelikan minimal ditempatkan 20 meter dari
persimpangan.

Kriteria dalam memilih fasilitas penyeberangan


sebidang didasarkan pada rumus empiris PV2,
dengan : P = arus pejalan kaki yang menyeberang
diruas jalan sepanjang 100 m tiap jamnya (
orang/jam ). V = arus lalu lintas dalam dua arah
tiap jam ( kpj ).
Nilai P dan V merupakan arus rata-rata pejalan
kaki dan kendaraan dalam empat jam tersibuk.
Dari ketentuan ini direkomendasikan pemilihan
jenis penyeberangan sebidang dapat dilihat pada
Tabel 1

Jalur Pejalan Kaki


1. Lebar efektif minimum ruang pejalan kaki berdasarkan
kebutuhan orang adaah 60 cm ditambah 15 cm untuk
bergoyang tanpa membawa barang, sehingga kebutuhan
total minima untuk 2 orang pejalan kaki bergmidengul atau 2
ora ng pejaan kaki berpapasan tanpa terjadi berpapasan
menjadi 150 cm.
2. Dalam keadaan ideal untuk mendapatkan lebar minimum Jalur
Pejalan Kaki (W) dipakai rumus sebagai berikut:

p
1,5
35

Keterangan:
P = volume pejalan kaki (orang/menit/meter)
W = lebar Jalur Pejalan Kaki.
3. Lebar Jalur Pejalan Kaki harus ditambah, bila
pada jalur tersebut terdapat perlengkapan jalan
(road furniture) seperti patok rambu lalu lintas,
kotak surat, pohon peneduh atau fasilitas umum
lainnya.
4. Penambahan lebar Jalur Pejalan Kaki apabila
dilengkapi fasilitas dapat dilihat seperti pada
Tabel . tersebut di bawah ini.

5. Jalur Pejalan Kaki harus diperkeras dan apabila


mempunyai perbedaan tinggi dengan sekitarnya
harus diberi pembatas yang dapat berupa kerb
atau batas penghalang.
6. Perkerasan dapat dibuat dari blok beton,
perkerasan aspal atau plesteran.
7. Permukaan harus rata dan mempunyai
kemiringan melintang 2-3 % supaya tidak terjadi
genangan air. Kemiringan memanjang
disesuaikan dengan kemiringan memanjang
jalan, yaitu maksimum 7 %.

Penyeberangan tidak sebidang


Jenis penyeberangan tidak sebidang adalah :
- Jembatan Penyeberangan
- Terowongan penyeberangan
Penyeberangan tidak sebidang dianjurkan untuk disediakan
pada ruas jalan yang memiliki kriteria sebagai berikut :
PV2 lebih dari 2 x 108, arus pejalan kaki ( P ) lebih dari
1.100 orang/jam, arus kendaraan dua arah ( V ) lebih dari
750 kendaraan/jam, yang diambil dari arus rata-rata
selama 4 jam sibuk.
Pada ruas jalan dengan kecepatan rencana 70 km/jam.
Pada kawasan strategis, tetapi tidak memungkinkan para
penyeberang jalan untuk menyeberang jalan selain pada
jembatan penyeberangan.

Persyaratan yang diberikan berdasarkan


keselamatan dan kenyamanan bagi pejalan kaki
dengan ketentuan sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Kebebasan vertikal antara jembatan dan jalan raya 5.0 meter.


Tinggi maksimum anak tangga 0.15 meter.
Lebar anak tangga 0.30 meter.
Panjang jalur turun minimum 1.50 meter.
Lebar landasan, tangga dan jalur berjalan minimal 2.00 meter.
Kelandaian maksimum 10 %. Dasar penetapan tersebut diatas
adalah asumsi kecepatan berjalan kaki sebagai berikut :
Pada jalan datar 1.50 meter/detik
Pada kemiringan 1.10 meter/detik
Pada tangga 0.20 meter/detik secara vertikal

Tangga digunakan pada jembatan jalan,


terowongan penyeberangan jalan dan area
pedestrian, memiliki kemiringan memanjang
lebih besar dari 10 %. Ketinggian jembatan
dan kedalaman terowongan penyeberangan
jalan harus memenuhi batasan ruang bebas
jalan, yaitu 5 meter keatas dan 1.50 meter
kebawah dihitung dari permukaan perkerasan
jalan.

ELEMEN MATERIAL JALUR


PEDESTRIAN
Dalam perencanaan elemen-elemen jalur pedestrian
diperlukan pendekatan secara optimal terhadap lokasi
dimana jalur pedestrian tersebut berada. Disamping
pertimbangan tersebut, yang terpenting dalam
perencanaan elemen jalur pedestrian adalah mengenai
komposisi, warna, bentuk, ukuran serta tekstur.
Elemen pada suatu jalur pedestrian dapat dibedakan
menjadi 2, yaitu : elemen jalur pedestrian sendiri ( material
dari jalur pedestrian ), dan elemen pendukung pada jalur
pedestrian ( lampu penerang, vegetasi, tempat sampah,
telepon umum, halte, tanda petunjuk dan lainnya ).
Elemen-elemen material yang umumnya digunakan pada
jalur pedestrian adalah paving ( beton ), bata atau batu.

Paving atau beton


Paving beton dibuat dengan variasi bentuk, tekstur,
warna, dan variasi bentuk yang memiliki kelebihan
terlihat seperti batu bata, serta pemasangan dan
pemeliharaannya mudah. Paving beton ini dapat
digunakan di berbagai tempat karena kekuatannya,
jalan yang terpasang paving atau beton dapat dilewati
mobil, sepeda motor, bus dan kendaraan lain. Bentuk
dapat dibuat untuk pola jalur pedestrian agar tidak
terlihat monoton dan memberikan suasana yang
berbeda.

Batu
Batu merupakan salah satu material yang paling
tahan lama, memiliki daya tahan yang kuat dan
mudah dalam pemeliharaannya. Batu granit
adalah salah satu yang sering digunakan pada
jalur pedestrian yang membutuhkan keindahan.
Bata
Bahan material ini merupakan bahan yang mudah
pemeliharaannya, serta mudah pula didapat. Bata
memiliki tekstur dan dapat menyerap air dan
panas dengan cepat tetapi mudah retak.

SIRKULASI KENDARAAN BERMOTOR


Volume lalu lintas adalah jumlah kendaraan
yang melewati atau melintasi titik tertentu
dalam satu kesatuan waktu. Ukuran yang
biasa dipakai untuk volume adalah kendaraan
perhari atau kendaraan perjam.
Arus lalu lintas memiliki karakteristik berupa
komposisi kendaraan yang lewat. Berdasarkan
International Highway Capacity Manual
(1993), sebagai berikut :

LV ( Light Vehicle ) yaitu kendaraan bermotor per-as 2


dengan 4 roda dan dengan jarak as 2 3 meter (
meliputimobil penumpang, jeep, microbus, pick up, truck
micro sesuai klasifikasi Bina Marga )
HV ( Heavy Vehicle ) yaitu kendaraan dengan lebih dari 4
roda ( meliputi bus umum, truk 2 as, truk 3 as, dan truk
kombinasi sesuai dengan sistem klasifikasi Bina Marga ).
MC ( Motor Cycle ) yaitu kendaraan bermotor dengan 2
atau 3 roda (sepeda motor ).
UM ( Un Autorized ) yaitu kendaraan dengan roda yang
digerakkan oleh hewan / orang ( antara lain becak, sepeda,
andong, gerobak ).

You might also like