You are on page 1of 15

LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG TEMBAKAU

MATA KULIAH TEKNOLOGI PENGOLAHAN KOMODITI HILIR


PT. PERKEBUNAN NUSANTARA X UNIT INDUSTRI BOBBIN

Oleh:
Nama

: Oriza Krisnata Wiwata/141710101091

Kelompok

:1

Kelas

: THP -A

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
Mei, 2016

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman tembakau (Nicotianae tabacum L) termasuk genus Nicotinae,
serta familia Solanaceae. Spesies-spesies yang mempunyai nilai ekonomis
adalahNicotianae Tabocum L dan Nicotianae Rustica. Pada mulanya tanaman
tembakau hanya digunakan oleh masyarakat indian hanya dalam upacara upacara
keagamaan mereka. Namun lambat laun ketika budaya barat mulai mengenal
tembakau, tanaman ini menjadi salah satu komoditas penting dalam perdagangan
dunia.
Tembakau merupakan salah satu komoditas yang sangat penting di
Indonesia. Tembakau adalah bahan baku pembuat rokok, dan rokok adalah salah
satu penyumbang devisa negara terbesar di Indonesia. Sejak zaman penjajahan,
tembakau adalah salah satu komoditas yang dicari oleh para penjajah. Kualitas
tembakau yang dimiliki Indonesia adalah salah satu yang terbaik di dunia. Selain
dibuat rokok, tembakau juga bisa dibuat menjadi cerutu. Di beberapa daerah di
Indonesia seperti Kudus, tembakau adalah pemegang peran terpenting dalam
kelangsungan hidup masyarakat Kudus karena mayoritas penduduk disana adalah
petani tembakau dan pembuat rokok.
Kabupaten Jember merupakan salah satu kabupaten yang ada di Indonesia
memproduksi cerutu. Cerutu yang digunakan berasal dari Indonesia maupun dari
brasil dan afrika. Tembakau dibedakan menjadi 2 berdasarkan musimnya yaitu
Na-Oogst dan Voor-Oogs. Ada 5 jenis tembakau diantaranya tembakau cerutu,
tembakau pipa, tembakau sigaret, tembakau rajangan dan tembakau asepan. Jenis
tembakau yang ada di jember dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan cerutu.
Cerutu merupakan produk sejenis rokok yang memiliki pengisi, pembalut, dan
penutup dari daun tembakau. Cerutu memiliki 3 jenis diantaranya yaitu cerutu
filler pendek, sedang, dan panjang. Kualitas mutu dari sebuah cerutu ditentukan
dari proses pembuatan daun pembalut, pengisi dan fillernya. Oleh sebab itu
dilakukan kunjungan industry ke PTPN X Industri Bobbin Jember untuk
mengetahui bagaimana proses pembuatan cerutu yang baik dan benar.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan diadakan kunjungan industri di PTPN X Industri Bobbin
Jember yaitu:
1. Mengetahui proses pengolahan tembakau cerutu
2. Mengetahui perbedaan pengolahan tembakau cerutu teori dengan PTPN X
3. Mengetahui jenis-jenis cerutu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Cerutu


Cerutu adalah gulungan utuh daun tembakau yang dikeringkan dan
difermentasikan, yang mirip dengan rokok salah satu ujungnya dibakar dan
asapnya dihisap oleh mulut melalui ujung lainnya. Tembakau untuk cerutu
terutama dibudidayakan di negara-negara seperti Brasil, Kamerun, Kuba,
Republik Dominika, Honduras, Indonesia, Meksiko, Nikaragua, dan Amerika
Serikat dengan cerutu dari Kuba dianggap merupakan ikon untuk cerutu.
Menurut SNI 01-0393-1989 defini cerutu adalah sejenis rokok yang isi,
lapisan dalam maupun lapisan kulit luar terdiri dari daun-daun tembakau jenis
tertentu. Cerutu terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian luar terdiri dari tembakau
disebut pembalut, bagian lapis kedua terdiri dari tembakau yang disebut
pembungkus dan bagian dalam terdiri dari rajangan tembakau yang disebut
pengisi (Cahyono, 1998).
2.2 Proses Pembuatan Cerutu
Tahapan proses pengolahan cerutu dijelaskan sebagai berikut (Korohama,
2009):
a. Peracikan isi (filler)
Peracikan isi merupakan kegiatan membuat bahan baku tembakau untuk
pengisi (filler). Setiap proses peracikan tergantung dari jenis cerutu yang akan
diproduksi dan setiap jenis cerutu mempunyai komposisi bahan filler yang
berbeda.
b. Steaming
Pada tahap steaming, filler yang sudah ditentukan komposisinya di steam
dengan tujuan untuk menghilangkan bau menyengat dari bahan tembakau,
mencegah hama dan menyatukan aroma tembakau yang bermacam-macam
tersebut.
c. Weighting
Weighting yaitu tahap penimbangan filler. Penimbangan filler disesuaikan dengan
ukuran cerutu yang akan diproduksi. Penimbangan dilakukan untuk tiap batang
cerutu.
d. Bunching

Pada tahap bunching, filler yang sudah ditimbang, kemudian dimasukkan


kedalam alat pelinting cerutu bersama dengan bahan untuk pembalut (omblad).
Hasilnya berbentuk seperti kepompong (bunch). Ukuran panjang dari kepompong
cerutu rata-rata lebih panjang yaitu antara 2 sampai 3 cm dari standar ukuran
cerutu jadi.
e. Molding
Molding yaitu pencetakan cerutu yang telah berbentuk kepompong (plop
press). Pencetakan cerutu dilakukan selama 20 sampai 30 menit agar cerutu
berbentuk simetris dan untuk mempertahankan filler agar tidak mengembang
setelah dibungkus dengan omblad.
f. Wrapping
Wrapping yaitu proses pembungkusan cerutu dengan bahan dekblad
wrapper dengan menggunakan alat pelinting cerutu. Setelah melalui proses
wrapping kemudian diratakan kembali dan dipotong dengan alat khusus untuk
memberi bentuk agar panjang dan diameternya sesuai dengan yang diinginkan.
g. Drawing test
Drawing test merupakan proses unutk mengetahui kekuatan hisap sebuah
cerutu. Drawing test dilakukan setelah cerutu yang melalui proses wrapping
dipotong dengan alat pemotong dan diratakan dengan alat perata cerutu. Untuk
cerutu jenis long filler kekuatan hisapan yang diperlukan sebesar 3,5 sampai 5,5
satuan hisap, sedangkan cerutu soft filler dan small cigar diperlukan kekuatan
hisap yaitu sebesar 3,5 sampai 7 hisapan. Tujuan drawing test ini untuk
kenikmatan konsumen dalam menghisap cerutu.
h. Aging
Aging merupakan proses penyimpanan cerutu di gudang penyimpanan
(gudang pemanasan). Perbedaannya dengan steaming yaitu steaming bersifat
sementara sedangkan aging bersifat jangka panjang.
i. Sortasi (selecting)
Sortasi merupakan tahap akhir yaitu memisahkan cerutu dengan warna
yang sama dan cerutu dengan bentuk yang baik.
j. Finishing

Finishing yaitu tahap pemberian label jenis dan tanggal pembuatan cerutu.
2.3 Jenis Jenis Cerutu
Menurut Setiadji (2003), terdapat beberapa jenis tanaman tembakau
Indonesia yang dibudidayakan, antara lain tembakau cerutu, tembakau pipa,
tembakau sigaret, dan tembakau isapan.
1. Tembakau cerutu Jenis tembakau cerutu telah terkenal di dunia internasional.
Tembakau Deli sebagai salah satu jenis tembakau cerutu dipasaran internasional
lebih dikenal sebagai tembakau Sumatera, sedangkan tembakau Besuki dan
Vorstenlanden lebih dikenal dengan nama tembakau Jawa. Berdasarkan fungsinya
pada pembuatan rokok cerutu, tembakau cerutu dibagi menjadi tiga tipe, yaitu: a.
Jenis pengisi (Vulzel, Filler) b. Jenis pembungkus (Dekblad, Wrapper) c. Jenis
pembalut (Omblad, Binder)
2. Tembakau pipa Tembakau ini digunakan untuk pipa. Salah satu cirinya tidak
terdapat pada jenis daun tembakau lainnya, yaitu adanya bercak putih 5
cercospora yang tetap tidak mengurangi nilai kualitasnya. Bahkan bercak-bercak
tersebut merupakan bercak keberuntungan, karena merupakan ciri khas yang
dicari-cari penggemarnya.
3. Tembakau sigaret Jenis tembakau ini digunakan sebagai bahan baku pembuat
rokok sigaret, baik sigaret putih maupun sigaret kretek. Hampir semua jenis
tembakau rajangan dapat digunakan sebagai bahan rokok sigaret. Namun,
tembakau yang paling banyak digunakan untuk rokok sigaret ini adalah Virginia.
4. Tembakau asapan Tembakau ini merupakan jenis tembakau yang diasapi
(smoke cured). Jenis tembakau asapan umumnya memiliki daun yang tebal, berat,
kuat, berminyak dan warnanya gelap (hijau tua).
2.4 Faktor yang Mempengaruhi
Penilaian mutu tembakau tidak terlepas dari sifat dasar tembakau sendiri
sebagai sifat intrinsik, tujuan penggunaan, dan akhirnya kepuasaan konsumen,
sehingga mutu tembakau mencapai aspek yang sangat luas sekali. Teknik
pembibitan yang efisien, usaha mendapatkan bahan tanam unggul melalui
hibridasi, pengaturan jarak tanam, usaha perlindungan terhadap hama dan
penyakit ditujukan kepada ditemukannya suatu priode penanaman dan

pemeliharaan tembakau yang efisien dengan sasaran produksi maksimum


(Abdullah dan Soedarmanto, 1982). Unsur-unsur yang berpengaruh terhadap mutu
tembakau dan yang dapat digunakan sebagai pengukur mutu tembakau antara lain:
1.Ukuran, bentuk dan letak daun
Merupakan unsur mutu yang penting karena menentukan rendemen yaitu
banyaknya daun yang akan dibuat dari tipa-tiap helai daun. Selain itu merupakan
pertimbangan untuk komponen rokok cerutu. Daun berdasarkan letaknya mulai
dari bawah ke atas terdiri dari, daun koseran (1-5 helai), daun kaki (6-13 helai),
daun tengah (14-22 helai), dan daun pucuk (sekitar helai atau lebih). Bentuk daun
koseran umumnya tipis dan bulat, daun kaki agak tebal dan bulat, daun tengah
tebal dan bulat panjang, sedangkan daun pucuk paling tebal dan agak memanjang.
2. Tulang dan lamina
Rangka daun terletak tepat di bagian tengah daun disebut ibu tulang daun
atau midrib. Cabang tulang daun sekunder terletak menyirip lebih disebelah kiri
kanan midrib. Cabang sekunder bercabang lebih kecil atau sebagai anak cabang
yang saling bertemu membentuk tenunan. Bagian kiri dan kanan midrib berupa
suatu lembaran daun, disebut lamina daun. Bagian midrib proposi beratnya ratarata 25% dari berat daun.
3. Tenunan Daun
Sifat tenunan daun pada beberapa jenis tembakau mempunyai arti penting
dalam penilaian mutu. Tenunan halus dikehendaki untuk tembakau cerutu
pembalut maupun pembungkus, karena diharapkan menghasilkan aroma yang
baik, dan rasa ringan. Pada tembakau pangisi, tenunan daun tidak banyak
berpengaruh. Tenunan yang halus dan teratur dapat menyebabkan rata dan
baiknya pembakaran.
4. Tebal Daun
Tebal daun rata-rata dihitung dari bagian epidermis atas sampai epidermis
bawah sekitar 200-400 mikron. Helaian daun tembakau, tipis pada bagian pangkal
dan pada daerah dekat pusat dan agak berkurang dari midrib. Tebal daun
dipengaruhi letak daun pada batang. Semakin ke atas letak daun pada batang,
semakin tebal daun tersebut.

5. Kepadatan Jaringan
Adalah suatu keadaan struktur dan tekstur daun. Keadaan kering
menyebabkan terbentuknya sel-sel yang kecil dan berbutir. Keadaan kering
mampat (close grained), dengan ruang sel yang kecil. Dikatakan tekstur yang
mampat karena sifat bakarnya cenderung kurang baik. Lebih disukai tekstur yang
longgar/terbuka (open grained). Tembakau yang dipetik tepat masak dan
dikeringkan dengan baik memiliki struktur dalam berpori/butiran (grain).
Butirannya berkembang baik mempunyai sifat bakar yang baik.
6. Berat per satuan luas
Berkurangnya rendemen akan mengakibatkan penurunan mutu. Rendemen
krosok umumnnya 12-16%, tembakau virginia 14,3-16,6%, tembakau yang diolah
secara curing atau pepean (sun drying) sekitar 8-12%. Tembakau rakyat rajangan,
pepean menghasilkan rendemen sekitar 6-7,5%.
7. Keelastisan atau kelentingan
Merupakan kemampuan tembakau yang dalam keadaan cukup lembab
dapat direntangkan sampai batas tertentu tanpa menjadi robek. Faktor yang
berpengaruh terhadap keelastisan adalah varietas, keadaan lingkungan, teknik
budidaya, letak daun pada batang, kemasakan, dan kadar air krosok.
8. Bagian Luar
Merupakan kelunakan/kelembutan daun tembakau yang disebabkan oleh
bagian semi cair, tanpa dipengaruhi ketebalan dan tekstur. Faktor yang
mempengaruhi adalah kondisi tanah, iklim, teknik budidaya, serta letak daun pada
batang.
9. Mutu Bakar
Beberapa sifat yang mencangkup dalam hal ini antara lain daya membara,
kecepatan membara, sempurnanya pembakaran, keteguhan abu.
10. Kuat fisiologis
Merupakan kriteria penilaian tembakau sehubungan dengan kandungan
penyusun yang akan mempengaruhi fisiologis pemakai.
11. Warna

Merupakan sifat dasar yang dimiliki setiap jenis tembakau, baik dalam
bentuk basah maupun krosok yang bersifat genetis.Aroma
12. Aroma
Dengan adanya fermentasi krosok akan mempunyai aroma yang baik.
Aroma paling penting adalah yang timbul jika tembakau dibakar. Aroma ini
adalah hasil destilasi kering dari bahan-bahan gum.

BAB 3 PEMBAHASAN
3.1 Profil Perusahaan
Pabrik cerutu milik Koperasi Karyawan (Kopkar) Kartanegara PTPN X
(PERSERO) berdiri pada tanggal 12 Desember 1968. Pabrik cerutu milik

Koperasi Karyawan (Kopkar) Kartanegara PTPN X (PERSERO) berkedudukan di


Desa Candijati, Kecamatan Arjasa, Kabupaten Jember. Toko beserta tempat
produksinya berada di Jalan Melati No. 5 Jelbuk, Jember. Pabrik Bobbin
merupakan pabrik cerutu kebanggaan Kabupaten Jember sebab menghasilkan
produk khas cerutu handmade yang memiliki mutu berupa bentuk, aroma dan rasa
yang tidak kalah dengan cerutu buatan pabrik luar negeri (seperti Eropa dan
Amerika) yang dibuat menggunakan mesin. Cerutu yang dihasilkan oleh Kopkar
Kartanegara PTPN X dibedakan menjadi tiga macam, yaitu cerutu Soft filler
(dengan tembakau rajangan sebagai isi) dengan merk Argopuros A1, A2, I 5-2 dan
Bali cs, cerutu Long filler (dengan tembakau utuh sebagai isi) dengan tiga macam
tipe (Excellent, Superior, dan Standart).
Koperasi karyawan kartanegara (kopkar Kartanegara) PTPN X juga turut
memproduksi sekaligus memasarkan produk tembakau baik jenis Na Oogst dan
TBN / FIN yang dikemas menjadi cerutu yang berkualitas dan sesuai standart /
keinginan konsumen. Koperasi Karyawan Kartanegara. Industri Bobbin
membawa manfaat yang sangat besar, diantaranya menyerap tenaga kerja atau
membuka lapangan kerja baru, meningkatkan kesejahteraan masyarakat,
meningkatnya jumlah uang yang beredar dan sebagai salah satu contoh
keberhasilan kerjasama dengan pihak asing.
3.2 Perbandingan Proses Pembuatan Cerutu
Cerutu dibuat dengan menggunakan tangan. Hal ini disebabkan semua
bahan cerutu berasal dari daun tembakau baik isi, pembalut dan pengikat.
Penggunaan daun tembakau untuk semua bagian cerutu menjadi salah satu hal
khusus yang membedakan antara cerutu dan sigaret.
Proses pembuatan cerutu pada teori secara garis besar yaitu:
a. Peracikan isi atau filler
b. Steaming
c. Weighting
d. Bunching
e. Molding
f. Wrapping

g. Drawing test
h. Aging
i. Sortasi
j. Finishing
Pabrik Bobbin mempunyai proses yang lebih kompleks. Proses pembuatan
cerutu yang pertama setelah melalui proses pemanenan dan pengeringan daun
tembakau adalah proses pencucian. Pada industri Bobbin, pada proses pencucian
atau pembersihan daun tembakau dilakukan dengan meletakkan pada roll yang
berisi tali rafia. Selain itu, pencucian dengan mengguanakan air ini juga
bermanfaat untuk meningkatkan kelembaban daun tembakau agar tidak terlalu
kering.
Setelah proses pencucian, pada industri Bobbin, sortasi tembakau
dilakukan dengan melakukan pemilahan bagian bagian krosok daun tembakau
yang memiliki mutu baik dijadikan sebagai pembungkus, sedang pembalut dan
jelek sebagai isi cerutu. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan cerutu kualitas
ekspor yang baik. Proses sortasi pada industri Bobbin adalah proses bir bir. Dan
setelah melewati proses bir bir, krosok daun tembakau dibuang tulang daunnya
dan disimpan dalam ruang pendingin (cool room) dengan suhu 35 oC 40 oC
untuk menyimpan krosok daun tembakau jika masih belum digunakan dan hal ini
juga berfungsi untuk mencegah bertumbuhnya jamur atau kapang dan
mikroorganisme lainnya.
Proses pembuatan cerutu selanjutnya adalah pemotongan bagian krosok
tembakau. Krosok tembakau yang telah dibuan bagian tangkai dan tulang daunnya
dipotong dengan ukuran yang telah ditentukan. Pemotongan krosok daun
tembakau khususnya pembalut memiliki model dan ukuran pembalut cerutu yang
telah

ditentukan

dengan

menggunakan

mesin

yang

dijalankan

oleh

manusia.Pemotongan omblad daun tembakau yang diguanakan sebagai omblad


dipotong sesuai ukuran yang telah ditentukan. Sebelum dipotong, daun dilakukan
proses bi-bir yaitu proses membuka lipatan daun tembakau yang telah dibersihkan
menggunakan kain basah. Pemotongan dilakukan dengan menggunakan roller
cutter hingga setiap potongan memiliki satu urat daun.

Krosok daun tembakau yang telah lolos quality control disimpan kembali
ke dalam lemari pendingin (freezer) yang memiliki suhu 10 oC untuk menjaga
kelembaban krosok daun tembakau dan mengawetkan daun tembakau. Dan daun
tembakau yang telah disimpan dalam freezer akan melalui proses penggabungan
rokok cerutu yang akan dibuat dengan menggunakan tangan. Proses pembuatan
bagian cerutu ini dilakukan pertama kali dengan memasukkan filler berupa
rajangan daun tembakau kemdian dilapisi dengan pembalut dan digulung dengan
menggunakan alat dari kayu (hand roller) dengan menggunakan tangan dan
setengah gulungan pembalut dapat di lem dengan menggunakan CMC untuk
industri Bobbin sedangkan pada teori menggunakan bermacol powder dan
selanjutnya digulung hingga akhir.
Industri Bobbin dihasilkan 2 macam cerutu yaitu short filler (tanpa
pembungkus) dan long filler (dengan pembungkus). Dan kedua jenis cerutu
tersebut juga memiliki jumlah dan ukuran cerutu yang berbeda seperti banyaknya
filler dan besar kecilnya ukuran cerutu.
Tahap akhir, industri Bobbin juga melakukan pengepresan cerutu yang
sudah jadi untuk lebih memampatkan isi cerutu agar tampak lebih baik dan
memiliki kualitas ekspor yang baik. Dan setalah proses pengepresan, kemudian
dilakukan pengemasan dengan kemasan yang berbeda beda dan isi cerutu tiap
kemasan berbeda seperti dalam 1 kemasan terdapat 4 cerutu atau juga bisa di isi 1
cerutu dengan harga yang beragam dan lebih mahal dari rokok sigaret yaitu
Rp.4.000,-/batang.

BAB 4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil kunjugan lapang yang telah dilakukan dapat disimpulkan
sebagai berikut.

1. Pabrik cerutu milik Koperasi Karyawan (Kopkar) Kartanegara PTPN X yang


dikenal dengan Pabrik Bobbin merupakan pabrik pembuatan cerutu di Indonesia
yang telah mendunia. Pabrik Bobbin merupakan tulang punggung pemasukkan
devisa bagi negara dan juga sebagai tempat masyarakat jember mencari nafkah.
2. Proses pembuatan cerutu terdiri dari pengeringan daun tembakau, pencucian
daun tembakau, sortasi daun tembakau, pembuatan cerutu dan pengemasan cerutu.
Perbedaan proses pembuatan cerutu secara teori dan kunjungan lapang terdapat
adanya penyimpanan terlebih dahulu setelah sortasi dan pemotongan krosok daun
tembakau, pencucian menggunakan air, dan pengepresan cerutu sebelum adanya
proses pengemasan.
4.2 Saran
Dalam perkembangnnya seharusnya tembakau tidak hanya diolah dan
digunakan sebagai produk cerutu ataupun rokok. Banyak peneliti telah
mengembangkan manfaat dari tembakau, dan hal hal inilah yang mampu
mengubah manfaat dari tembakau yang mulanya merugikan bagi kesehatan
menjadi terbalik menyehatkan bagi tubuah manusia.

DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Ahmad dan Soedarmanto. 1982. Budidaya Tembakau. Jakarta: CV
Yasaguna.

Cahyono, B. 1998. Tembakau Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Yogyakarta:


Kanisius
Korohama, C. 2009. Cerutu, Sebuah Sentuhan Kenikmatan Kelas Atas.
http://christokorohama.blogspot.com/search?q=cerutu. [21 Mei 2013].
Kuncoro. 2016. Materi Kunjungan Lapang FTP Unej 2016. Jember: PTPN X Unit
Industri Bobbin.
PTPN X. 2014. Profil Perusahaan. http://cerutujember.blogspot.com/. Diakses
tanggal 22 Mei 2016.
Setiadji. 2003. Teknologi Pengolahan Tembakau. Jember: FTP-Universitas
Jember.
Standardisasi

Nasional.

1989.

Mutu

dan

Cara

Uji

Cerutu.

http://pustan.bpkimi.kemenperin.go.id/files/SNI%2001-0393-1989.pdf.
Mei 2016]

LAMPIRAN DOKUMENTASI

[18

You might also like