You are on page 1of 2

C.

Uji Hipersensitif
Uji hipersensitif adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui patogenesitas
patogen (kemampuan patogen dalam menyebabkan penyakit). Teknik pengujian ini
dilakukan dengan cara menginokulasikan Suspense patogen pada tanaman sukulen
muda kemudian menginkubasikan tanaman tersebut dalam suhu yang sesuai (Schaad,
dkk., 2000). Suswanto dkk. (1996) menggunakan tanaman tembakau sebagai tanaman
Indikator untuk uji hipersensitif. Dalam uji ini, respon hipersensitif ditunjukkan
dengan terjadinya pencoklatan daun pada daerah yang diinokulasi bakteri yang
diakibatkan kematian lokal jaringan daun (nekrosis).

Uji Hipersensitif pada daun tembakau A. gejala daun tembakau setelah inkubasi 2
hari dan B. gejala tembakau setelah inkubasi 7 hari.
D. Uji Patogenisitas
Isolat bakteri yang menunjukkan reaksi hipersensitif diambil 20 nomor isolat
untuk diuji patogenisitasnya pada bibit yang berumur 1 bulan. Inokulasi bakteri
dilakukan dengan memasukkan suspensi bakteri dengan kepekatan populasi bakteri
108 sel/ml dengan menggunakan jarum inokulasi pada pangkal batang bibit yang
digunakan. Perkembangan gejala penyakit diamati selama dua minggu kemudian
dicatat waktu munculnya gejala penyakit. Isolat bakteri yang paling virulen
ditentukan berdasarkan kecepatannya dalam menimbulkan gejala penyakit. Uji
patogenisitas dinyatakan positif jika diperoleh koloni bakteri yang serupa dengan

bakteri yang diinokulasikan dan dinyatakan negatif jika koloni yang diperoleh tidak
serupa dengan bakteri yang diinokulasikan (Lelliot and Stead, 1987).
Kriteria tingkat patogenisitas berdasarkan metode yang dikembangkan oleh
Waterhouse (1975 dalam Rubiyo et al. 2008) yaitu: 1= Tidak patogenik bila tidak ada
gejala nekrotik, 2= Kurang patogenik bila gejala nekrotik < 25% pada permukaan
tanaman 3= Patogenik bila gejala nekrotik antara 25-50% pada permukaan tanaman ,
dan 4= Sangat patogenik bila gejala nekrotik > 50% pada permukaan tanaman.
Daftar pustaka
Lelliot, R.A. and D.E. Stead. 1987. Methods for the Diagnosis of Bacterial Diseases
of Plants. In T.F. Preece (ed.). Methods in Plant Pathology Vol 2. British
Society for Plant Pathology. Blackwell Scientific Publications, Oxford,
London. hlm 216.
Rubiyo, A, Purwantara, S. Sukamto & Sudarsono. 2008. Isolation of indigenous
Phytopthora

palmivora

from

Indonesia,

their

morphological

and

pathogenicity characterizations. Pelita Perkebunan. 24:27-49.


Schaad, N.W., J.B. Jones, and W. Chun. 2000. Laboratory Guide for Identification of
Plant Pathogenic Bacteria. Third edition. American Phytopathological
Society, APS Press, St. Paul.
Suwanto, A., B. Friska, dan I. Sudirman. 1996. Karakterisasi Pseudomonas
fluorescens B29 dan B39; Profil DNA Genom, Uji Hipersensitivitas, dan Asai
Senyawa Bioaktif. Hayati 3 (1): 15 20p.

You might also like