You are on page 1of 18

LAPORAN KASUS

SEORANG ANAK LAKI-LAKI DENGAN DEMAM 1 BULAN

KELOMPOK 10

0302009018 ANDRI CHANGAT


0302009160 M. TAUFIQ HIDAYAT
0302009244 SUREZA LARKE W.
0302010128 I GEDE PUTU ARSA
0302010265 SIMLIN SUTARLI
0302011171 LUSI JELITA SARI
0302011188 MEIRIA SARI
0302011202 MUTIARA FERINA

0302011220 NURICHWANI W.
0302011234 PUTRI CAESARRINI
0302011249 REZYTA FALASIVA
0302011269 SCHERLLY REVIANA
0302011284 TARATHYA BUNGA D.
0302011303 VIVY DESYANTI
0302011319 YUSE RHISNA K. R

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI


JAKARTA
2012

BAB I
PENDAHULUAN
Tuberkulosis (TB atau TBC) pada anak memang berbeda dengan TB pada orang
dewasa. TB pada anak menginfeksi primer di parenkim paru yang tidak menyebabkan
refleks batuk, sehingga jarang ditemukan gejala khas TB seperti batuk berdahak.
Pada parenkim paru ini juga kuman cenderung lebih sedikit, maka TB tidak menular
antara sesama anak. TB sangat mudah menular dari orangtua ke anak, tapi TB tidak
menular dari anak ke anak.
TBC adalah penyakit serius yang gampang menular secara langsung melalui udara.
Anak-anak dengan kekebalan tubuh buruk paling rentan tertular TB dari orang dewasa
yang positif TB. Tapi TB tidak menular antara sesama anak.
Gejala TB pada anak lebih susah didiagnosis karena bukan merupakan gejala khas
TB. Pada anak jarang ditemukan gejala batuk berdahak seperti yang diderita pada
orang dewasa. Dan seringkali terjadi salah diagnosa, karena gejala yang dialami bisa
juga merupakan gejala penyakit lain.
Diagnosis TB pada anak tidak bisa dilakukan dengan uji dahak (sputum test), karena
memang jarang pasien TB anak mengalami batuk berdahak. Selain itu, foto roentgen
pada anak juga tidak bisa memberikan diagnosa yang tepat. Maka diperlukan uji
Tuberkulin atau uji Mantoux.

BAB II

LAPORAN KASUS

Riwayat penyakit sekarang

Seorang anak laki-laki usia 1 tahun, dibawa ibunya ke rumah sakit BA karena
demam. Demam dirasakan sejak 1 bulan yang lalu. Panas naik turun, agak meningkat
menjelang malam hari. Sejak 3 hari yang lalu, os batuk, batuk terutama pagi hari
setelah bangun tidur. Bila batuk, os muntah, bening, tidak berdarah, nafsu makan
menurun. Berat badan os sulit naik, nafsu makannya semakin sulit. Buang air kecil
lancar, tidak mengejan, tidak menetes, jernih. Buang air besar normal, 1 kali sehari.
Riwayat keluarga

Ayah os sering pilek, terutama pada pagi hari, menghilang saat siang hari.
Ayah dan ibu os tidak ada yang sakit batuk lama ataupun batuk berdarah.
Riwayat makan

3 kali sehari, nasi piring makan sehari. Dengan lauk kadang telur, sayur sop
sedikit.
Riwayat imunisasi

Hepatitis B, DPT, Polio : 1 kali, usia 1 bulan


Riwayat tumbuh kembang

Merambat usia 10 bulan, saat ini sudah bisa berjalan 1-2 langkah, lalu terjatuh.

BAB III
PEMBAHASAN

IDENTITAS
Identitas Anak

: Nama anak
Umur anak

:D
: 12 bulan

Jenis kelamin
Identitas Orang tua

: Nama orangtua

: Laki-laki
:-

Pekerjaan

:-

Alamat

:-

ANAMNESIS
Keluhan utama

: demam sejak 1 bulan yang lalu

Riwayat penyakit sekarang

:
-

panas naik turun agak meningkat menjelang malam

3 hari yang lalu terdapat batuk terutama pagi hari


setelah bangun tidur, bila batuk orang sakit
muntah, bening, tidak berdarah, nafsu makan
menurun

berat badan sulit naik, nafsu makannya semakin


sulit

buang air kecil lancar, tidak mengejan, tidak


menetes, jernih

Riwayat keluarga

buang air besar normal, 1 kali sehari.

ayah sering pilek, terutama pada pagi hari,

:
menghilang saat siang hari.
-

ayah dan ibu tidak ada yang sakit batuk lama


ataupun

Riwayat makan

batuk berdarah.

: -3 kali sehari, nasi piring makan sehari. Dengan


lauk kadang telur, sayur sop sedikit

Riwayat imunisasi

:
-

Riwayat tumbuh kembang

Hepatitis B, DPT, Polio : 1 kali, usia 1 bulan

: - merambat usia 10 bulan, saat ini sudah bisa berjalan


1- 2 langkah, lalu terjatuh

MASALAH + INTRPRETASI
Berdasarkan hasil anamnesis pasien, masalah yang didapatkan, adalah :
MASALAH
INTERPRETASI MASALAH
Demam sejak 1 bulan yang lalu
Menandakan demam kronis dari lamanya
Panas naik turun, agak meningkat Demam yang meningkat pada malam hari merupakan
menjelang malam hari
gelaja khas pada demam typhoid dan juga tuberkulosis
Batuk terutama pagi hari setelah Adanya kemungkinan alergi pada pasien dan pada anak
bangun tidur
Nafsu makan menurun

biasanya disebabkan karena keturunan


Biasanya terjadi pada radang perut, maag, infeksi,

Berat badan sulit naik

demam, tuberkulosis, sakit tenggoran dan lain-lain.


Asupan dari makanan yang berkurang, karena adanya
penurunan

nafsu

makan

pada

pasien,

sehingga

mengakibatkan berat badan sulit naik


Ayah sering pilek terutama pagi Karena dengan adanya rinitis alergi pada keluarga,
hari dan menghilang saat siang hari memungkinkan anak ini juga terkena gejala yang sama.
Makan 3 kali sehari, nasi piring Asupan gizi kurang, dimana pada usia 12 bulan
makan sehari

seharusnya anak bisa makan 4-8 sendok makan satu

kali makan.
Hepatitis B, DPT, polio 1 kali pada Imunisasi tidak lengkap karena tidak adanya vaksinasi
usia 1 bulan

BCG (Bacillus

Calmette-Guerin) dan campak,

seperti yang telah diketahui bahwa vaksin BCG itu


penting untuk mencegah penyakit TB pada anak.
merambat usia 10 bulan, saat ini Pada usia 10-12 bulan, bayi dapat mulai melangkahkan
sudah bisa berjalan 1-2
lalu terjatuh

langkah, kakinya karena kekuatan otot lengan, pergelangan


tangan dan telapak tangannya cukup kuat menopang

(NORMAL masih dimasukkin ga?) tubuhnya merupakan tahap perkembangan normal.

ANAMNESIS TAMBAHAN
Riwayat penyakit sekarang

Apakah ada sakit tenggorokkan?

Berapa kali muntah dalam sehari?

Apakah disertai keringat pada malam hari?

Apakah disertai sesak napas?

Riwayat penyakit dahulu

Apakah ada riwayat TB ?

Riwayat kelahiran dan tumbuh kembang

Apakah bayi lahir cukup bulan atau premature?

Apakah bayi mendapat ASI intensif?

Riwayat keluarga

Apakah ada anggota keluarga yang menderita TB dirumah?

Apa ada yang merokok di rumah?

Riwayat sosial dan ekonomi

Bagaimana sirkulasi udara dan sinar matahari di lingkungan rumah?

Apakah ada tetangga sekitar yang menderita gejala yang sama ?

Riwayat obat-obatan

Apakah pernah berobat atau mengonsumsi obat-obatan?

PEMERIKSAAN FISIK
Tanda Vital
Keadaan Umum

: Tampak sakit sedang

Kesadaran

: Compos mentis

Nadi

: 120 x/menit (N usia 3 bulan-2 tahun: 80-150 x/menit)

Pernapasan

: Frekuensi 38 x/menit (N usia 1 bulan-1 tahun: 30-60 x/menit)

Suhu tubuh

: 38,20C Febris

Berat badan

: 7,2 kg

Tinggi Badan

: 73 cm

Kepala

: Normocefali,

rambut hitam tidak mudah dicabut


Telinga

: Dalam batas normal

N Usia 1 tahun: - BB: 8,1-11,6 kg


- PB: 70,7-81,5 cm.

Hidung

: Sekret (-)

Mulut

: Bibir kering (+) dehidrasi (kurang makan dan minum)


Lidah kotor (+) sering dijumpai saat demam.

Tenggorokan

: Mukosa faring hiperemis (+) radang

Leher

: Pembesaran KGB (+) infeksi, di colli anterior jumlah 3


TB, diameter 1,5-2 (N: <1cm sampai usia 12 tahun).

Thoraks
- Inspeksi

: Pergerakan dada simetris saat statis dan dinamis Normal

- Palpasi

: Fremitus kanan = kiri Normal

- Perkusi

: Sonor

- Auskultasi

: Vesikuler, ronki (-), lendir (-) Normal

Jantung

: Dalam batas normal

Abdomen

: Dalam batas normal

Genitalia Eksterna

: Testis (+), fimosis (-), hipospodia (-)

PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Lab
Jenis pemeriksaan
Hasil
Hb
11 g/dL
Eritrosit
5,5 juta /uL
347 ribu /uL
9,9 ribu /uL

150-400 ribu /uL

25 mm/jam

<10 mm/jam

33 %
-

33-42 %
0-1

Eosinofil

1-3

Netrofil Batang
Netrofil Segmen

1
58

2-6
50-70

Limfosit

41

20-40

Monosit

2-8

Trombosit
Leukosit
LED
Ht
Basofil
Hitung Jenis Leukosit

Nilai normal
10,5-14 g/dL
3,5-5,7 juta /uL
6000-15000 /uL

Interpretasi
Normal
Normal
Normal
Normal
, menandakan adanya
infeksi yang
menyebabkan demam
Normal
Normal
, biasanya pada
stress,inflamasi akut,
luka bakar, syok,
hiperfungsi
adrenokortikal.

Normal,
, menandakan adanya
infeksi kronik
, biasanya pada
leukemia limfositik,
anemia aplastik.

b. Foto Thorax
Pada gambaran foto thorax pasien,
didapatkan
adanya:
Adanya kompleks primer dengan focus
Ghon
Adanya infiltrate yang terdistribusi di
seluruh
lapangan paru

Diagnosis:
Diagnosis Kerja
Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang,
didapatkan diagnosis kerja yaitu TB milier. Data yang menunjang diagnosis tersebut
sebagai berikut :
Gejala klinis : demam lama dengan penyebab yang tidak jelas serta batuk,
pembengkakan kelenjar getah bening dileher, berat badan sulit naik tanpa
diketahui penyebabnya, nafsu makan menurun.
Gambaran foto radiologi yang khas, terdapat infiltrate yang halus tersebar
dikedua lapang paru
Uji tuberkulin yang positif (+)
System scoring diagnosi tuberculosis anak
Gejala
Kontak

0
Tidak jelas

Tes tuberculin

negative

2
Laporan
keluarga
(BTA atau
tdk jls)
-

BB

BB/TB <90%
atau Bb/u <

Klinis gizi
buruk atau

3
BTA(+)

Skor
0

Positif (>10 atau 3


>5 dalam
keadaan
imunosupresi )
1

80%

Demam
Batuk kronik
Pembesaran
kelenjar limfe

Tulang/sendi
Foto thorax

Normal atau
kelainan
tidak jelas

> 2 minggu
> 3 minggu
Jumlah >1,
ukuran > 1 cm
tdk nyeri
bengkak
Gambaran
sugestif TB

Bb/TB <
70% atau
BB/U <60%
-

1
0
1

0
1

total
Diagnosis Banding
Pneumonia
Pneumonia adalah peradangan yang disebabkan mikroorganisme
(bakteri, virus, jamur, parasit) peradangan ini mengenai parenkim paru,
distal dari bronkiolus respiratorius dan alveoli, serta menimbulkan
konsolidasi jaringan paru dan pertukaran gas setempat. Gejala dari
pneumonia yaitu demam menggigil yang mendadak, batuk yang
produktif, nyeri dada, pleuritik, sesask napas.
Malaria
Adalah penyakit infeksi parasti yang disebabkan oleh plasmodium
yang menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk
aseksual didalam darah, infeksi malaria memberikan gejala berupa
demam, menggigil, anemia, dan splenomegali. Dapat berlangsung akut
maupun kronik
Demam tifoid
Demam tifoid adalah penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh
salmonella typhi. Demam tifoid masih menjadi penyakit yang endemic
di Indonesia. Penyakit tersebut menyeran anak-anak dan dewasa.
Gejala utama demam tifoid adalah demam berkepanjangan ( pro
longed fever , yaitu demam yang berlangsung > 5 hari ). Pola demam
dapat bersifat khas atau klasik tifoid yaitu demam yang rendah dan
perlahan-lahan demam meningkat dari hari kehari sehingga demam
cenderung konstan tinggi. Demam dapat disertai gejala non spesifik
lainnya seperti menggigil, sakit kepala, lemas, pusing, batuk kering,
dan nyeri otot, atau pegal-pegal. Gejala tidak spesifik tersebut sering
juga dikenal dengan istilah flu-like illness dan dapat disebabkan oleh
infeksi laiinya. Pada demam tifoid juga terdapat keluhan gangguan
pencernaan yaitu nyeri perut, diare atau konstipasi. Diare leih sering
ditemukan pada nak-anak.

Prognosis :
- Ad vitam

; ad bonam
Di karenakan pada pasien ini belum terjadi komplikasi walaupun TB
sudah termasuk berat tetapik kesembuhannya masih baik.
- Ad fungsionam : Ad bonam
Fungsi paru bias kembali normal jika pengobatan adekuat.
-

Ad sanationam : dubia ad bonam


Kekambuhan bias kembali karena tergantung paparan(lingkungan)
dan system imun.

Komplikasi :
Paru
- pneumothoraks
- bronkiektasis
- abses paru
Penyebab secara hematogen
- TB kulit
- meningitis tb
- spondylitis
- tb ginjal
Penyebaran secara limfogen
- lymphodenitis TB

Penatalaksanaan
Terapi yang diberikan kepada pasien adalah 4 obat anti tuberculosis yang
diberikan selama 6-10 bulan tergantung dari hasil terapinya.
Pada anak ini diberikan:
1. INH 108 mg/hari (7,2 kg x 10 mg)
2. Rifampisin 144 mg/hari (7,2 kg x 20 mg)
3. Pirazinamid 216 mg/hari (7,2 kg x30 mg)
4. Ethambuthol 144 mg/ hari (7,2 x 20 mg)

Ada 5 macam obat anti tuberculosis (OAT) lini pertama: rifampisin, INH,
pirazinamid, etambutol dan streptomisin. Rifampisin memberikan efek samping
berupa kemerahan dalam air seni sehingga harus diedukasikan kepada orang tua
pasien. Etambutol memiliki efek samping yaitu terjadinya gangguan visus mata pada
anak dan streptomisin mempunyai efek samping terhadap nervus VIII (nervus
vestibulokoklearis) yang dapat memberikan gangguan pendengaran kepada anak atau
janin dari ibu hamil sehingga streptomisin tidak diberikan pada terapi anak ini.
4 OAT yang diberikan adalah INH, rifampisin, etambutol dan pirazinamid.

INH diberikan sampai bulan ke 6-12 (dosis 5-15 mg/kgbb/hari, max


300mg/hari)

Rifampisin diberikan sampai bulan ke 6-12 (dosis 10-20 mg/kgbb/hari, max


600mg/hari)

Pirazinamid diberikan sampai bulan ke 2 (dosis 20-40 mg/kgbb/hari, max 2


g/hari)

Etambutol diberikan sampai bulan pertama (dosis 15-20 mg/kgbb/hari, max


2.5 g/hari)

Pada bulan pertama, pasien diberikan 4 macam OAT, kemudian setelah bulan
pertama, etambutol dihentikan sehingga pasien hanya menerima 3 OAT, dilanjutkan
setelah bulan kedua, pirazinamid dihentikan sehingga pasien hanya menerima INH
dan rifampisin hingga terapi selesai.
Terapi dapat diberikan juga kortikosteroid seperti prednisone dengan dosis 1-2
mg/kgbb/hari secara tapering off atas indikasi TB milier. Pemberian kortikosteroid
ditujukan untuk mengurangi reaksi inflamasi akibat infeksi TB tersebut.

Obat Antituberkulosis yang biasa dipakai dan dosisnya


Nama obat
Dosis harian
Dosis
Efek samping
( mg/kgBB/hari )
maksimal ( mg
per hari )
Isoniazid
5 15*
300
Hepatitis,
neuritis
perifer,
hipersensitivitas
Rifampisin**
10 20
600
Gastrointestinal, reaksi kulit,
hepatitis,
trombositopenia,
peningkatan enzim hati, cairan
tubuh
berwarna
oranye
kemerahan
pirazinamid
15 30
2000
Toksisitas
hati,
artralgia,
gastrointestinal
etambutol
15 20
1250
Neuritis optik, ketajaman mata
berkurang, buta warna merah
hijau,
penyempitan
lapang
pandang,
hipersensitivitas,
gastrointestinal
streptomisin
15 - 40
1000
Ototoksik, nefrotoksik
* Bila isoniazid dikombinasikan dengan rifampisin, dosisnya tidak boleh melebihi 10
mg/kgBB/hari.
** Rifampisin tidak boleh diracik dalam satu puyer dengan OAT lain karena dapat
mengganggu bioaviabilitas rifampisin.

Dosis Kombinasi pada Tuberkulosis Anak


Berat badan (kg)
2 bulan
RHZ ( 75/50/150 mg )
59
1 tablet
10 14
2 tablet
15 19
3 tablet
20 32
4 tablet

4 bulan
RH ( 75/50 mg )
1 tablet
2 tablet
3 tablet
4 tablet

Catatan :
Bila BB 33 kg, dosis disesuaikan dengan tabel diatas ( perhatikan dosis
maksimal )
Bila BB < 5kg, sebaiknya dirujuk ke RS
Obat tidak boleh diberikan setengah dosis tablet
Perhitungan pemberian tablet di atas sudah memperhatikan kesesuaian dosis
per kgBB.
Dosis kombinasi tetap berdasarkan WHO

Berat badan ( kg )
<7

Fase inisial ( 2 bulan


)
1

Fase lanjutan ( 4
bulan )
1

89

1,5

1,5

10 14

15 19

20 24

25 - 29

Kisaran dosis
R:9-2mg, H:4-10mg,
Z:21-50mg
R:8-9mg, H:5-5,6mg,
Z:19-22mg
R:11-12mg, H:43,6mg, Z21-30mg
R:9,4-12mg, H:4,36mg, Z:16-30mg
R:10-12mg, H:5-6mg,
Z:25-30mg
R:10,3-12mg, H:56mg, Z:15-30mg

Catatan :
R : Rifampisin
H : Isoniazid
Z : Pirazinamid

BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
Demam
Definisi demam adalah keadaan suhu tubuh di atas suhu normal, yaitu suhu tubuh di
atas 38 Celsius. Suhu tubuh adalah suhu visera, hati, otak, yang dapat diukur lewat
oral, rektal, dan aksila. Cara pengukuran suhu menentukan tinggi rendahnya suhu
tubuh. Pengukuran suhu melalui mulut dilakukan dengan mengambil suhu pada mulut
(mengulum termometer dilakukan pada anak yang sudah kooperatif ), hasilnya hampir
sama dengan suhu dubur, namun bisa lebih rendah bila frekuensi napas cepat.
Pengukuran suhu melalui dubur (rektal) dilakukan pada anak di bawah 2 tahun.
Termometer masuk ke dalam dubur sedalam 2-3 cm dan kedua pantat dikatupkan,
pengukuran dilakukan selama 3 menit. Suhu yang terukur adalah suhu tubuh yang
mendekati suhu yang sesungguhnya (core temperature). Dikatakan demam bila suhu
di atas 380C. Pengukuran suhu melalui ketiak (axilar) hanya dapat dilakukan pada

anak besar mempunyai daerah aksila cukup lebar, pada anak kecil ketiaknya sempit
sehingga terpengaruh suhu luar. Pastikan puncak ujung termometer tepat pada tengah
aksila dan pengukuran dilakukan selama 5 menit. Hasil pengukuran aksila akan
lebih rendah 0,5-1,00C dibandingkan dengan hasil pengukuran melalui dubur.
Pengukuran suhu dengan cara meraba kulit, daerah yang diraba adalah daerah yang
pembuluh darahnya banyak seperti di daerah pipi, dahi, tengkuk. Meskipun cara ini
kurang akurat (tergantung kondisi tangan ibu), namun perabaan ibu cukup bisa
dipercaya dan digunakan sebagai tanda demam pada program MTBS (Manajemen
Terpadu Balita Sakit ).

Tuberkulosis
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang menjangkit lebih dari sepertiga penduduk
dunia. Pada akhir abad 20 ini diseluruh negara terdapat peningkatan jumlah kasus
baru TB, dan 95 % dari kasus terdapat di negara berkembang. WHO memperkirakan
terdapat lebih dari 8 juta kasus baru, dan yang meninggal adalah 3 juta setiap tahun, di
antaranya 1.4 juta kasus adalah terdiri dari anak 450,000 kematian.
Etiologi
Penyebabnya adalah Mycabacterium tuberculosis termasuk dalam famili
Mycobacteriaceae.
Basil TB mempunyai sifat tidak membentuk spora, tidak bergerak, pleomorf, gram
positif, tahan asam (basil tahan asam), berbentuk batang. Dinding sel mengandung
banyak lemak yang bermanfaat untuk pertahanan terhadap daya bakterisida dari
antibodi dan komplemen.
Inhalasi basil TB melalui percikan waktu batuk atau bersin menimbulkan infeksi TB
laten (ITBL), dengan tanda adanya uji Mantoux positif tanpa disertai adanya kelainan
fisis dan radiologi. Penyakit TB adalah diartikan bila pada pasien didapatkan gejala
fisis dan radiologi yang jelas. Beban akibat TB terus meningkat karena adanya
berbagai faktor, yaitu keadaan sosial ekonomi, hunian padat dan tidak sehat,
terbatasnya akses layanan kesehatan, migrasi / urbanisasi, epidemi HIV AIDS,
program pemberantasan TB tidak efisien / efektif, dan lain lain. Penularan TB terjadi
melalui udara dengan percikan partikel mukus yang mengandung M.tuberculosis.
Penularan jarang terjadi secara kontak dengan bahan sekresi atau yang terpajan basil
TB. Kemungkinan tertular meningkat bila sputum bersifat tahan asam (acid
fast)adanya infiltrat luas atau kavitas si lobus atas paru, banyak sputum, batuk sangat
kuat, dan lingkungan kurang sirkulas udara. Setelah mendapat pengobatan selama 2
minggu kasus TB pada orang dewasa biasanya tidak lagi menularkan. Anak dengan
TB jarang sekali menularkan karena jumlah basil di sekresi bronkus hanya sedikit,
dan batuk pada anak adalah jarang dan tidak kuat.
Patogenesis/patologi
Tempat kuman TB masuk ke paru-paru yaitu di alveoli / duktus, disebut fokus primer
atau fokus Ghon, disini basil memperbanyak diri. Banyak kuman yang dimusnahkan,

dan sebagian yang hidup masuk ke makrofag inaktif dan kelenjar getah bening
disekitar (kompleks primer) termasuk kelenjar hilus dan kelenjar paratrakea. Proses
selanjutnya adalah terjadi nekrosis jaringan dan pembentukan simpai. Penyembuhan
kompleks primer sering terjadi dengan pembentukan jaringan fibrotik atau
perkapuran. Proses dapat berlanjut dan terjadilah pneumonitis atau pleuritis, atau
terjadi proses perkejuan (caseous formation) yang isinya kemudian mengalami
perlunakan dan mengalir ke bronkus dengan meninggalkan suatu kaverna. Basil dapat
bertahan hidup dalam waktu lama bahkan puluhan tahun. Pembesaran kelenjar di
hilus dan paratrakea dapat menekan bronkus dan mengakibatkan hiperinflasi atau
atelektasis paru dibagian distalnya, Terutama di lobus medialis (sindrom Brock),w
dapat pula mengakibatkan erosi dinding bronkus sehingga terbentuk fistula atau TB
endobronkial. Lesi berupa gabungan dari pneumonitis dan atelektasis disebut lsi
segmental atau konsolidasi kolap. Sepanjang perjalanan dari proses tersebut. Basil TB
dapat menyebar secara hematogen atau limfogen ke jaringan atau organ tubuh seperti
sistem retikuloendotelial, paru, otak, ginjal, dan tulang. Hal ini dapat terjadi bila
jumlah basil TB sangat banyak disertai dengan adanya keterbatasan respons imun dari
pasien. Bila jumlah basil tidak cukup banyak untuk menimbulkan gejala klinik maka
terbentuklah fokus metastasis di berbagai organ.
Secara imunologi infeksi TB menyebabkan adanya respon antibodi humoral yang
kurang berperan dalam pertahanan tubuh. Di pihak lain, dinding basi mengandung
sulfatide yang mampu menghalangi fusi antara fagosom dan lisosom sehingga basil
terhindar dari destruksi oleh ensim intraseluler. Dalam waktu 2-12 minggu setelah
infeksi terbentuklah cell mediated immunity dan juga hipersensitivitas jaringan.
Setelah basil masuk ke mkakrofag inaktif, maka limfosit yang mengenal antigen TB
mengadakan proliferasi dan memproduksi limfokin dan mediator lain yang dapat
menarik limfosit dan makrofag ketempat infeksi. Selanjutnya limfokin mengaktivasi
makrofag untuk menghasilkan ensim lisis dalam kadar tinggi yang mampu
meningkatkan fungsi mikobakterisida. Progresifitas infeksi TB tergantung pada
keseimbangan antara jumlah antigen TB dengan cell mediated immunity
( meningkatkan penghancuran basil dalam sel) dan hipersensitifitas jaringan
( mendorong memusnahkan basil diluar sel). Bila antigen TB lemah maka terbentuk
granuloma dari hasil pengorganisasian oleh limfosit, makrofag, dan fibroblast. Bila
kedua unsur adalah seimbang maka terbentuk granuloma yang kurang
terorganisasikan disertai adanya daerah nekrosis dan perkejuan. Bila hipersensitifitas
jaringan lebih lemah seperti pada anak dengan immunocompromized, maka reaksinya
adalah difus dengan penyebaran infeksi disertai destruksi jaringan.
Manifestasi klinik
Manifestasi dari infeksi TB pada sebagian besar anak adalah asimtomatik dengan
tidak pernah memperlihatkan gejala apapun. Sebagian yang lain memperlihatkan
gejala demam tak tinggi, batuk ringan, maleis, gejala menyerupai flu dan gejala ini
hilang dalam seminggu. Diperkirakan terdapat 25-30% dari anak dengan infeksi TB
akan mengalami TB ekstrapulmoner. TB paru primer merupakan manifestasi inisial
dari infeksi TB di paru. Kompleks primer adalah terdiri dari fokus primer dijaringan
parenkim paru dan kelenjar limfe regional. Pada umumnya 70% dari fokus primer
terletak subpleura dan biasanya disertai adanya pleuritis lokal. Tanda utama dari TB
primer adalah pembesaran kelenjar limfe regional. Pembesaran kelenjar di hilus dapat
berlanjut dan menekan bronkus mengakibatkan obstruksi dan hiperinflasi dan
atelektasis paru yang pada foto toraks nampak adanya konsolidasi kolap atau TB

segmental. Kadang pembesaran kelenjar menimbulkan erosi pada dinding bronkus


dan esofagus sehingga menimbulkan fistula bronko-esofagus. Dengan terapi adekuat
primer dan penyertanya dapat pulih total dengan terkadang meninggalkan perkapuran
dan ini menandakan bahwa proses telah berlangsung selama lebih dari 6-12 bulan.
Bila proses TB primer berlanjut maka dapat terjadi pnemonia lobaris, atau berturut
turut terjadi destruksi, nekrosis, dan perkejuan lalu terbentuk kaverna, atau parenkim
paru dapat pecah menimbulkan pneumothoraks, dan mungkin pula terjadi penyebaran
basil TB di lapangan paru kanan dan kiri menimbulkan nodul nodul halus yang pada
foto thoraks nampak sebagai TB miliaris. Lebih dari 50 % bayi dan anak Dengan TB
primer menunjukan kelainan yang nyata pada foto thoraks, namun pada pemeriksaan
fisis tidak dijumpai adanya kelainan yang jelas. Keluhan yang sering dikemukakan
adalah batuk tidak produktif dan sesak nafas ringan. Selain itu juga disertai demam,
keringat malam, anoreksia, anak terlihat kurang akrif bermain, berat badan tidak
bertambah atau terjadi sindrom gagal tumbuh ( failure to thrive syndrome). Secara
fisis mungkin dijumpai adanya takipnea, suara napas melemah, mengi (wheezing),
dan tanda distres pernapasan. Konfirmasi diagnosis adalah dengan isolasi M.
Tuberculosis dari biakan sputum 24 jam atau aspirasi lambung yang diambil pagi hari.
Dengan cara ini basil dapat diidentifikasi pada 50% kasus. Biakan dengan hasil
negativ tidak menyingkirkan kemungkinan adanya TB paru. Untuk diagnosis TB
diperlukan data data tentang adanya kontak dengan kasus positif TB, keluhan dan
temuan fisis, uji mantoux, dan pemeriksaan penunjang lainnya seperti darah tepi dan
pemeriksaan pencitraan.

BAB V
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang,


pasien ini menderita tuberculosis milier. TB milier merupakan komplikasi dari
tuberculosis yang biasa terjadi pada bayi dan anak kecil dan terjadi dalam waktu 6
bulan, terutama dalam 3 bulan setelah terbentuknya komplek primer., sebagian besar
penyebab dari tuberculosis adalah microbakterium tuberculosis.
Bila pasien ini mengikuti anjuran pada tatalaksana yang telah diberikan secara
medica mentosa atapun nonmedicamentosa, maka keadaan pasien ini akan membaik.

DAFTAR PUSTAKA
1. Hidayat, AAA. Buku Saku Praktikum Keperawatan Anak. ed 1st. Jakarta: EGC;
2008. Page 20-21
2. Matondang,CS; Wahidiyat,I; Sastroasmoro,S. Diagnosis Fisis pada Anak. ed 2nd.
Jakarta: Sagung Seto; 2003. Page 60

3. Widagdo. Masalah dan Tatalaksana Penyakit Infeksi Pada Anak. Jakarta: Sagung
Seto; 2011. page 161-167
4. Rahajoe,NN; Supriyanto,B; Setyanto,DB. Buku Ajar Respiratologi Anak. Jakarta:
Badan Penerbit IDAI; 2012. Page 214-220
5. Kliegman RM, Behrman RE. Fever. Dalam: Behrman RE, Kliegman RM, Nelson
WE, Vaughn VC, penyunting. Nelson textbook of pediatrics, edisi 14, Philadelphia:
WB Saunders, 1992;h.647-56.
6. Sinclair JC. The control of body temperature and the pathogenesis of fever:
developmental aspects. Dalam: Annales Nestle: Fever in children. Vevey, Switzerland:
Nestle Nutrition SA, 1984;h.1-10.
7. Hardiono D Pusponegoro. Penatalaksanaan demam pada anak.
8. Behrman, Kliegman, Arvin. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Vol.II. Jakarta:
EGC;200:1681
9.Kee JL. Buku Saku Pemeriksaan Laboratorium & Diagnostik dengan Implikasi
Keperawatan. 2nd ed. Jakarta: EGC Penerbit Buku Kedokteran; 1997. p.173-174
10.Kee JL. Buku Saku Pemeriksaan Laboratorium & Diagnostik dengan Implikasi
Keperawatan. 2nd ed. Jakarta: EGC Penerbit Buku Kedokteran; 1997. p.72-74

You might also like