Professional Documents
Culture Documents
DISUSUN OLEH
: KELOMPOK VI
NAMA
NIM
: PO.71.20.1.12.026
TINGKAT
: 2B
DOSEN PENGAMPUH :
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kehamilan ektopik adalah adalah suatu kehamilan yang berbahaya bagi wanita yang
BAB II
TINJAUN TEORI
A.
Pengertian
Kehamilan Ektopik Terganggu adalah implantasi dan pertumbuhanhasil konsepsi di
luar endometrium (Mansjoer A, 2000 ; 267). Kehamiian Ektopik Terganggu adalah kehamilan
yang terjadi bilatelur yang dibuahi berimplantasi dan tumbuh di luar endometrium
kavumuteri (Prawiroharjo S, 2002 ; 323). Kehamiian Ektopik Terganggu adalah kehamilan
dimana setelahfertilisasi, implantasi terjadi di luar endometrium kavum uteri (PrawiroharjoS,
1999, ; 1J2). Kehamilan Ektopik Terganggu adalah kehamilan yang terjadi di luar rongga
rahim (kavum uteri)
B.
Etiologi
Etiologi dari kehamilan ektopik telah banyak diselidiki,tetapi sebagian besar penyebabnya
tidak diketahui. faktor-faktor yang memegang peranandalam hal ini ialah sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
C.
Klasifikasi
1.
2.
3.
Ovarium
4.
Intraligamenter
5.
6.
D.
Patofisiologi
Proses implantasi ovum di tuba pada dasarnya sama dengan yang terjadi di kavum
uteri. Telur di tuba bernidasi secara kolumnar atau interkolumnar. Pada nidasi secara
kolumnar telur bernidasi pada ujung atau sisi jonjot endosalping. Perkembangan telur
selanjutnya dibatasi oleh kurangnya vaskularisasi dan biasanya telur mati secara dini dan
direabsorbsi. Pada nidasi interkolumnar, telur bernidasi antara dua jonjot endosalping. Setelah
tempat nidasi tertutup maka ovum dipisahkan dari lumen oleh lapisan jaringan yang
menyerupai desidua dan dinamakan pseudokapsularis. Karena pembentukan desidua di tuba
malahan kadang-kadang sulit dilihat vili khorealis menembus endosalping dan masuk
kedalam otot-otot tuba dengan merusak jaringan dan pembuluh darah. Perkembangan janin
selanjutnya tergantung dari beberapa faktor, yaitu; tempat implantasi, tebalnya dinding tuba
dan banyaknya perdarahan yang terjadi oleh invasi trofoblas.
Di bawah pengaruh hormon esterogen dan progesteron dari korpus luteum graviditi
dan tropoblas, uterus menjadi besar dan lembek, endometrium dapat berubah menjadi
desidua. Beberapa perubahan pada endometrium yaitu; sel epitel membesar, nucleus
hipertrofi, hiperkromasi, lobuler, dan bentuknya ireguler. Polaritas menghilang dan nukleus
yang abnormal mempunyai tendensi menempati sel luminal. Sitoplasma mengalami
vakuolisasi seperti buih dan dapat juga terkadang ditemui mitosis. Perubahan endometrium
secara keseluruhan disebut sebagai reaksi Arias-Stella.
Setelah janin mati, desidua dalam uterus mengalami degenerasi kemudian dikeluarkan
secara utuh atau berkeping-keping. Perdarahan yang dijumpai pada kehamilan ektopik
terganggu berasal dari uterus disebabkan pelepasan desidua yang degeneratif.
4
Sebagian besar kehamilan tuba terganggu pada umur kehamilan antara 6 sampai 10
minggu. Karena tuba bukan tempat pertumbuhan hasil konsepsi, tidak mungkin janintumbuh
secara utuh seperti dalam uterus. Beberapa kemungkinan yang mungkin terjadi adalah :
1. Hasil konsepsi mati dini dan diresorbsi
Pada implantasi secara kolumna, ovum yang dibuahi cepat mati karena vaskularisasi
yang kurang dan dengan mudah diresobsi total.
2. Abortus ke dalam lumen tuba
Perdarahan yang terjadi karena terbukanya dinding pembuluh darah oleh vili korialis
pada dinding tuba di tempat implantasi dapat melepaskan mudigah dari dinding tersebut
bersama-sama dengan robeknya pseudokapsularis. Segera setelah perdarahan, hubungan
antara plasenta serta membran terhadap dinding tuba terpisah bila pemisahan sempurna,
seluruh hasil konsepsi dikeluarkan melalui ujung fimbrae tuba ke dalam kavum peritonium.
Dalam keadaan tersebut perdarahan berhenti dan gejala-gejala menghilang.
3. Ruptur dinding tuba
Penyebab utama dari ruptur tuba adalah penembusan dinding vili korialis ke dalam
lapisan muskularis tuba terus ke peritoneum. Ruptur tuba sering terjadi bila ovum yang
dibuahi berimplantasi pada isthmus dan biasanya terjadi pada kehamilan muda. Sebaliknya
ruptur yang terjadi pada pars-intersisialis pada kehamilan lebih lanjut. Ruptur dapat terjadi
secara spontan, atau yang disebabkan trauma ringan seperti pada koitus dan pemeriksaan
vagina.
E.
Manifestasi Klinis
Gambaran klinik dari kehamilan ektopik terganggu tergantung pada lokasinya. Tanda
dan gejalanya sangat bervariasi tergantung pada ruptur atau tidaknya kehamilan tersebut.
Adapun gejala dan hasil pemeriksaan laboratorium antara lain :
1. Amenore
2. Gejala kehamilan muda
3. Nyeri perut bagian bawah pada ruptur tuba nyeri terjadi tiba-tiba danhebat,
menyebabkan penderita pingsan sampai shock. Pada Abortus tubanyeri mula-mula
5
pada satu sisi, menjalar ke tempat lain. Bila darahsampai diafragma bisa
menyebabkan nyeri bahu dan bila terjadihematokel retrouterina terdapat nyeri
defekasi.
4. Perdarahan pervapina bewarna coklat
5. Pada pemeriksaan vagina terdapat nyeri goyang bila serviks digerakkan,nyeri pada
perabaan dan kavum douglasi menonjol karena ada bekuan darah
G.
Komplikasi
Ada beberapa komplikasi yang muncul mungkin terjadi pada kehamilan ektopik,antara lain :
1. Pada pengobatan konservatif, yaitu apabila ada ruptur tuba telah lama berlangsung (46 minggu), terjadi perdarahan ulang (recurrent bleeding) ini merupakan indikasi
2.
3.
4.
5.
operasi.
Dapat menyebabakan infeksi.
Terjadi subileus karena terdapat massa pada pelvis.
Terjadi sterilitas.
Apabila perdarahan terjadi secara terus-menerus maka bisa terjadi anemia akibat
kekurangan darah
Komplikasi juga tergantung dari lokasi tumbuh berkembangnya mudigah. Misalnya bila
terjadi kehamilan tuba, komplikasi yang sering adalah pecahnya tuba falopii
H.
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium :
a. Pemeriksaan darah lengkap
b. Pemeriksaan kadar hormon progesteron
c. Pemeriksaan kadar HCG serum
d. Pemeriksaan golongan darah
2. Kuldosentesis (Pengambilan cairan peritoneal dari ekstra vasio rektouterina (ruang
Douglas), melalui tindakan pungsi melalui dinding vagina).
3. Ultrasonografi (USG)
I.
Penatalaksanaan
Pada kehamilan ektopik terganggu, walaupun tidak selalu ada bahaya terhadap jiwa
penderita, dapat dilakukan terapi konservatif, tetapi sebaiknya tetap dilakukan tindakan
6
operasi. Kekurangan dari terapi konservatif (non-operatif) yaitu walaupun darah berkumpul
di rongga abdomen lambat laun dapat diresorbsi atau untuk sebagian dapat dikeluarkan
dengan kolpotomi (pengeluaran melalui vagina dari darah di kavum Douglas), sisa darah
dapat menyebabkan perlekatan-perlekatan dengan bahaya ileus. Operasi terdiri dari
salpingektomi ataupun salpingo-ooforektomi. Jika penderita sudah memiliki anak cukup dan
terdapat kelainan pada tuba tersebut dapat dipertimbangkan untuk mengangkat tuba. Namun
jika penderita belum mempunyai anak, maka kelainan tuba dapat dipertimbangkan untuk
dikoreksi supaya tuba berfungsi.
Tindakan laparatomi dapat dilakukan pada ruptur tuba, kehamilan dalam divertikulum
uterus, kehamilan abdominal dan kehamilan tanduk rudimenter. Perdarahan sedini mungkin
dihentikan dengan menjepit bagian dari adneksia yang menjadi sumber perdarahan. Keadaan
umum penderita terus diperbaiki dan darah dari rongga abdomen sebanyak mungkin
dikeluarkan. Serta memberikan transfusi darah.
Untuk kehamilan ektopik terganggu dini yang berlokasi di ovarium bila
dimungkinkan dirawat, namun apabila tidak menunjukkan perbaikan maka dapat dilakukan
tindakan sistektomi ataupun oovorektomi (5). Sedangkan kehamilan ektopik terganggu
berlokasi di servik uteri yang sering menngakibatkan perdarahan dapat dilakukan
histerektomi, tetapi pada nulipara yang ingin sekali mempertahankan fertilitasnya diusahakan
melakukan terapi konservatif
J.
Prognosis
Penderita kehamilan ektopik mempunyai kemungkinan yang lebih besar,untuk
mengalami kehamilan ektopik kembali. Selain itu kemungkinan untuk mengalami kehamilan
akan menurun.
Asuhan Keperawatan
1.
Pengkajian
a.
Biodata
7
Keluhan Utama
Nyeri hebat pada perut bagian bawah dan disertai dengan perdarahanselain itu klien
ammeorrhoe.
c.
adanya nyeri hebat seperti disayat-sayat pada mulanyanyeri hanya satu sisi ke sisi berikutnya
disertai adanya perdarahan pervagina :
1. Kadang disertai muntah
2. Keadaan umum klien lemah dan adanya syok
3. Terkumpulnya darah di rongga perut :
a. Menegakkan dinding perut nyeri
b. Dapat juga menyebabkan nyeri hebat hingga klien pingsan
4. Perdarahan terus menerus kemungkinan terjadi syok hipovolemik
d.
e.
g.
Riwayat Psikososial
Tindakan salpingektomi menyebabkan infertile. Mengalami gangguankonsep diri,
Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
Tergantung banyaknya darah yang keluar dan tuba, keadaan umumialah kurang lebih
normal sampai gawat dengan shock berat dananemi (Prawiroharjo, 1999 ; 255)
2. Pemeriksaan kepala dan leher
Muka dan mata pucat, conjungtiva anemis (Prawiroharjo, 1999 ;155)
3. Pemeriksaan leher dan thorak
Tanda-tanda kehamilan ektopik terganggu tidak dapatdiidentifikasikan melalui leher
dan thorax, Payudara pada KET, biasanya mengalami perubahan.
4. Pemeriksaan abdomen
Pada abortus tuba terdapat nyeri tekan di perut bagian bawah disisiuterus, dan pada
pemeriksaan luar atau pemeriksaan bimanualditemukan tumor yang tidak begitu padat, nyeri
tekan dan dengan batas-batas yang tidak rata disamping uterus.Hematokel retrouterina dapat
ditemukan. Pada repture tuba perutmenegang dan nyeri tekan, dan dapat ditemukan cairan
bebas dalamrongga peritoneum. Kavum Douglas menonjol karena darah yang berkumpul
ditempat tersebut baik pada abortus tuba maupun padarupture tuba gerakan pada serviks nyeri
sekali (Prawiroharjo S,1999, hal 257).
5. Pemeriksaan genetalia
a. Sebelum dilakukan tindakan operasi pada pemeriksaangenetalia eksterna dapat
ditemukan adanya perdarahan pervagina. Perdarahan dari uterus biasanya sedikitsedikit, berwarna merah kehitaman.
b. Setelah dilakukan tindakan operasi pada pemeriksaan genetaliadapat ditemukan
adanya darah yang keluar sedikit.
6. Pemeriksaan ekstremitas
Pada ekstrimitas atas dan bawah biasanya ditemukan adanya akraldingin akibat syok
serta tanda-tanda cyanosis perifer pada tangandan kaki.
10
2.
Analisa Data
Analisa data adalah kemampuan menggabungkan data danmengkaitkan data tersebut
Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan pemenuhan kebutuhan cairan tubuh berhubungan dengan perdarahan.
b. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan adanya rupturetuba atau robekan
lapisan pelvis.
c. Potensial shock berhubungan dengan perdarahan yang hebat
d. Gangguan psikologis (cemas) berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang
kesuburan yang terancam.
4.
Intervensi Keperawatan
a. Gangguan pemebuhan kebutuhan cairan tubuh sehubungan dengan perdarahan.
Rasional : Dengan banyak minum maka dapat membantumengganti cairan tubuh yang hilang.
3.
Cek hemoglobin
11
b.
Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan adanya tuba ataurobekan lapisan
pelvis.
Tujuan : nyeri berkurang atau hilang
Kriteria hasil : Ekspresi wajah klien tidak menyeringai menahan nyeri
Intervensi :
1.
Rasional : Untuk mengetahui tingkat nyeri klien dar mengetahuitindakan yang akan
dilakukan selanjutnya.
2.
Kaji durasi, lokasi, frekuensi, jenis nyeri (akut, kronik, mendadak,terus - menerus)
Rasional : Dengan mengetahui hal tersebut diatas dapatmengetahui tingkat dan jenis nyeri
sehinggamempermudah intervensi selanjutnya.
3.
Rasional : Dengan menciptakan lingkungan yang nyaman bagiklien akan dapat mengurangi
rasa nyeri klien, karenalingkungan yang tidak menambah persepsi nyeri klien.
4.
Rasional : Dengan memberikan kompres dingin akan memberikanrasa nyaman pada klien
sehingga dapat mengurangirasa nyeri.
6.
Rasional : Dengan memberikan support system agar ibu dapatmengerti tentang perubahan
bentuk tubuhnya yangcepat karena ada kelainan pada tubuhnya sehingga ibudapat tenang
pada saat dilakukan tindakan.
7.
Rasional : Dengan mengatur posisi yang nyaman bagi klien akanmengurangi rasa nyeri
9.
c.
Rasional : Monitor tanda-tanda vital akan mengetahui keadaan dan perkembangan klien.
2.
Cek hemoglobin
Pasang infuse
Berikan transfusi
Rasional : Memberikan transfusi darah akan menggantikan banyaknya darah yang keluar
13
7.
3.
Rasional : Sikap terbuka akan mudah mengungkap masalah yangdihadapi klien yang dapat
membantu penyembuhan
4.
Rasional : Memberikan penjelasan pada klien akan membantu menenangkan jiwa klien
5.
14
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marlyn. E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Ed 3. Jakarta : EGC.
Moechtar R. 1998. Kelainan Letak Kehamilan (Kehamialan Ektopik). Dalam: Sinopsis
Obstetri, Obstetri Fisiologis dan Obstetri Patologis. Edisi II. Jakarta: Penerbit Buku
kedokteran EGC ; 226-37
Smelzer,Suzanne.C,2001. Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Brunner and Suddarth. Ed 8.
Jakarta : EGC.
http://sahabatsilat.com/forum/index.php?topic=1309.0;wap2\
www.arifsugiri.blogspot.com
http://astaqauliyah.com/2006/11/kehamilan-ektopik-terganggu/
15