Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
karakteristik,
umur, serta
lingkungan
pengendapan
dan
penyebarannya?
4. Bagaimana pembagian satuan batuan dan hubungan stratigrafi litologi
batuan yang menyusun daerah penelitian?
5. Bagaimana struktur geologi yang berkembang di daerah penelitian?
6. Bagaimana geologi sejarah dari daerah penelitian?
7. Bagaimana potensi sumberdaya geologi dan risiko bencana geologi dari
daerah penelitian?
Evaluation
Model),
serta
proses-proses
geologi
yang
Pembuatan peta dasar berdasarkan hasil digitasi dari peta rupa bumi.
Pembuatan peta pola aliran sungai didasarkan pada analisis lembahan pada
kontur, kelurusan sungai dan punggungan, serta analisis terhadap
morfologi dari DEM. Peta rencana lintasan dibuat berdasarkan hasil
analisis mengenai kontak satuan geomorfologi dan kelurusan punggungan.
Peta geomorfologi awal dibuat berdasarkan hasil morfometri dan orde
sungai pada daerah penelitian.
2. Inventarisasi data sekunder, meliputi Peta Geologi Regional Lembar
Bogor skala 1:100.000, peta Rupa Bumi Indonesia (Bakosurtanal) lembar
Cigombong No. 1209-112, peta DEM (digital evaluation system), serta
laporan penelitian terdahulu.
3. Pengurusan izin ke pemerintah Kabupaten Sukabumi, Kecamatan
Warungkiara, dan beberapa desa terkait.
1.4.3.2 Penelitian Lapangan
Pengamatan yang dilakukan selama di lapangan antara lain:
1. Orientasi lokasi menggunakan GPS maupun pengenalan kondisi pada peta
terhadap kondisi alam sekitar dengan memanfaatkan objek sekitar seperti
sungai, jalan, jembatan, dan bukit.
2. Plotting data untuk penempatan setiap lokasi pengamatan pada peta.
3. Pengamatan singkapan batuan yang meliputi deskripsi batuan berdasarkan
karakter megaskopis, pengukuran arah dan kemiringan perlapisan, serta
pengukuran ketebalan lapisan.
4. Pengamatan dan pengukuran unsur-unsur struktur geologi (lipatan, kekar,
dan sesar).
5. Pengambilan contoh batuan yang dianggap mewakili satuan-satuan batuan
untuk selanjutnya dianalisa di laboratorium.
6. Penggambaran sketsa singkapan, sketsa map view, dan pengambilan foto.
7. Pengukuran penampang stratigrafi pada lintasan yang tegak lurus arah
penyebaran batuan.
dengan
cara
mengelompokkan
Pola
PengaliranDasar
Dendritik
Paralel
Trelis
Rektangular
Karakteristik
Bentuk umum seperti daun, berkembang pada batuan dengan
kekerasan relatif sama, perlapisan batuan sedimen relatif datar
serta tahan akan pelapukan, kemiringan landai, kurang
dipengaruhi struktur geologi.
Bentuk umum cenderung sejajar, berlereng sedang-agak curam,
dipengaruhi struktur geologi, terdapat pada perbukitan
memanjang dipengaruhi perlipatan, merupakan transisi pola
dendritik dan trelis.
Bentuk memanjang sepanjang arah jurus perlapisan batuan
sedimen,induk sungainya seringkali membentuk lengkungan
menganan memotong kepanjangan dari alur jalur
punggungannya. Biasanya dikontrol oleh struktur lipatan.
Batuan sedimen dengan kemiringan atau terlipat, batuan
vulkanik serta batuan metasedimen berderajat rendah dengan
perbedaan pelapukan yang jelas. Jenis pola pengalirannya
berhadapan pada sisi sepanjang aliran subsekuen.
Induk sungai dengan anak sungai memperlihatkan arah
lengkungan menganan, pengontrol struktur atau sesar yang
Radial
Angular
Multibasinal
Kontorted
b. Ordo Sungai
Orde sungai adalah nomor urut setiap segmen sungai terhadap sungai
induknya.Metode penentuan orde sungai yang banyak digunakan adalah Strahler
(1975).Sungai orde 1 menurut Strahler (1975) adalah anak-anak sungai yang
letaknya paling ujung dan dianggap sebagai sumber mata air pertama dari anak
sungai tersebut.Segmen sungai sebagai hasil pertemuan dari orde yang setingkat
adalah orde 2, dan segmen sungai sebagai hasil pertemuan dari dua orde sungai
yang tidak setingkat adalah orde sungai yang lebih tinggi.Ilustrasi dari
penggunaan metode Strahler (1975) tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.1.
c. Bentuk Lahan
- Dataran
Dataran adalah bentuk lahan dengan kemiringan lereng 0%-2% biasanya
digunakan sebutan bentuk lahan asal marin, fluvial, campuran marin dan
fluvial dan plato.Bentuklahanasal fluvial padaumumnyadisusunoleh
-
material
penyusun
berupa
batuan
sedimen
(batupasir,
1.4.3.3.2Analisis Fosil
Tahap ini merupakan tahap analisis fosil untuk menentukan umur satuan
batuan dan lingkungan pengendapan. Prosedur standar dalam analisis fosil adalah
sebagai berikut:
1. 100-300 gram sampel batuan ditumbuk hingga halus.
2. Bubuk sampel batuan ke dalam mangkuk dan dicampur dengan larutan H2O2
30% dan NaOH 1 M secukupnya untuk memisahkan mikrofosil dalam sampel
batuan tersebut dari matriks yang melingkupinya. Campuran tersebut
didiamkan selama 3 jam.
3. Hasil pencampuran di atas selanjutnya dicuci dengan air dalam saringan yang
berukuran 60 mesh dan 120 mesh.
4. Sampel batuan yang telah disaring dimasukkan kedalam oven untuk
dikeringkan.
5. Sampel batuan yang telah kering dianalisis di bawah mikroskop.
6. Fosil yang tampak selanjutnya dipisahkan dari sampel batuan dan menaruhnya
pada fossil plate.
7. Fosil pada fossil platedideskripsikan dan dicocokkan dengan literatur.
1.4.3.3.3 Analisis Stratigrafi
Analisis stratigrafi merupakan tahapan analisis untuk memperoleh
hubungan dan posisi antara satu batuan dengan batuan lainnya, umur relatif dan
lingkungan pengendapan. Pembagian satuan batuan didasarkan pada satuan
litostratigrafi tidak resmi, yaitu penamaan satuan batuan yang berdasarkan pada
ciri fisik batuan yang dapat diamati di lapangan, yang meliputi jenis batuan,
keseragaman gejala litologi, dan posisi stratigrafinya, serta diterapkan pula konsep
metode 3 titik dan hukum V pada analisis satuan.
Penentuan batas penyebarannya harus memenuhi persyaratan Sandi
Stratigrafi Indonesia (1996) sebagai berikut:
1. Batas satuan litostratigrafi adalah bidang sentuh antara dua satuan yang
berlainan ciri fisik litologinya.
10
2. Batas satuan ditempatkan pada bidang yang nyata perubahan litologinya atau
bila perubahan tersebut tidak nyata, maka batasnya merupakan bidang yang
diperkirakan kedudukannya.
3. Satuan-satuan yang berangsur berubah atau menjari peralihannya dapat
dipisahkan sebagai satuan tersendiri apabila memenuhi persyaratan sandi.
4. Penyebaran satuan litostratigrafi semata-mata ditentukan oleh kelanjutan
gejala-gejala litologi yang menjadi cirinya.
5. Dari segi praktis, penyebaran suatu satuan litostratigrafi dibatasi oleh batasan
cekungan pengendapan atau aspek geologi lainnya.
6. Batas-batas daerah hukum tidak boleh digunakan sebagai alasan berakhirnya
penyebaran lateral suatu satuan.
Penamaan satuan litostratigrafi didasarkan atas jenis litologi yang paling
dominan dalam satuan tersebut. Pengamatan terhadap litologi di lapangan
dilakukan secara megaskopis meliputi warna batuan, ukuran butir, kebundaran,
kemas, pemilahan, kekerasan, struktur sedimen, dan lain-lain.
Batas satuan stratigrafi ditentukan sesuai dengan batas penyebaran ciri
satuan dan keseragaman secara lateral atau suatu lapisan tergantung dari jenis
litologi dan media pengendapan. Jadi kontak antar satuan batuan atau sentuh
stratigrafi dapat bersifat tajam ataupun berangsur. Ada dua macam hubungan
stratigrafi, yaitu :
1. Selaras: sedimentasi berlangsung menerus tanpa interupsi dari satuan
stratigrafi di bawah lapisan yang diatasnya,
2. Tidak selaras: terdapat empat jenis ketidakselarasan, yaitu :
a. Paraconfomity, dimana siklus sedimentasi tidak menerus atau terdapat
gap umur, sedangkan pola arah jurus dan kemiringan batuan relatif
sama,
b. Disconformity, dimana terjadi kontak erosional yang cukup berarti
antara dua satuan batuan,
c. Nonconformity, dimana terdapat kontak antara dua satuan batuan yang
berbeda genetik, seperti kontak antara batuan sedimen dengan batuan
11
beku, atau antara batuan sedimen dengan batuan metamorf, atau antara
batuan metamorf dengan batuan beku,
d. Angular Unconformity, dimana terdapat perbedaan pola arah jurus dan
kemiringan yang cukup signifikan antara dua satuan batuan.
1.4.3.3.4 Analisis Struktur Geologi
Analisis struktur geologi dimulai dengan interpretasi peta dasar berskala
1:25.000 dan DEM (Digital Elevation Model). Analisis ini diharapkan dapat
memberikan petunjuk mengenai struktur yang berkembang pada daerah pemetaan.
Hal-hal yang diamati antara lain adalah kelurusan sungai, kelurusan punggungan,
belokan sungai yang tiba-tiba, gawir, dan lain sebagainya.
Tahap berikutnya adalahinventarisasi data lapangan yang meliputi
pengukuran arah jurus dan kemiringan lapisan batuan, pengamatan terhadap
unsur-unsur struktur geologi yang ditemukan seperti cermin sesar, batuan sesar
dan indikasi struktur lainnya. Data yang diperoleh diplot dalam peta dasar.
Data-data kekar dan sesar yang didapatkan di lapangan, kemudian diolah
dengan menggunakan stereogram untuk mengetahui arah tegasan relatifnya. Data
lapangan yang berupa data struktur geologi digunakan guna mengetahui tentang
mekanisme tektonik daerah pemetaan. Umur lipatan dan sesar di daerah pemetaan
ditentukan berdasarkan umur satuan batuan penyusun daerah pemetaan yang
terpengaruh oleh stuktur yang berkembang dan didukung oleh data stratigrafi serta
di kontrol oleh periode tektonik regional yang berpengaruh terhadap daerah
pemetaan.
1.4.3.3.5 Analisis Geologi Sejarah
Analisis sejarah geologi bertujuan untuk menguraikan suatu seri kejadian
geologi yang disusun secara berurutan berdasarkan waktu kejadiannya dimulai
dari yang pertama terbentuk hingga yang terakhir ataupun yang sekarang tengah
terjadi. Analisis ini pada dasarnya merupakan hasil penafsiran dari seluruh aspek
12
geologi seperti stratigrafi dan struktur geologi. Hasil pembahasan stratigrafi dan
struktur geologi disusun berdasarkan urutan kejadian dan waktu sehingga dengan
demikian dapat diketahui perubahan sedimentasi, tektonik, dan erosi yang telah
terjadi selama kurun waktu tersebut. Dengan demikian maka sejarah geologi
daerah pemetaan dapat dianalisis dengan merekonstruksi aspek-aspek material dan
gaya atau proses yang merupakan bagian dari stratigrafi dan geologi struktur.
Lokasi
Penelitia
n
13
Skala 1:100.000
Gambar 1.2 Lokasi daerah penelitian (Peta Jawa Barat)
2.
3.
begitu berarti tetapi pada saat di bualan tertentu, terjadi musim hujan di bulan
Desember 2014 sekarang yang menyulitkan dalam proses pengambilan data
lapangan.
Pemetaan ini diawali dengan tahap persiapan, penelitian ke lapangan,
analisis
laboratorium,
dan
diakhiri
dengan
penyempurnaan
penulisan
14