You are on page 1of 29

Ancaman Globalisasi Budaya Terhadap Identitas Nasional Bangsa

Indonesia
Ibu adalah orang pertama yang mengajarkan kita tentang
bagaimana memaknai hidup dan daripadanyalah diajarkan tentang
lingkungan sosio cultural yang dekat dengan diri kita. Bahasa ibu adalah
bahasa tentang kejujuran kearifan kebijaksanaan serta cinta dan kasih
sayang, budaya kita berangkat daripada bagaimana memaknai
lingkungan yang pertama ketika terlahirkan dalam struktur masyarakat
dari sinilah kesadaran kita sebagai mahluk sosial terpenuhi.
Apakah globalisasi budaya itu ? yang manakah budaya nasional
kita ? ini adalah serangkaian pertanyaan yang mungkin akan kita
lontarkan ketika melihat dan berusaha memahami tema yang diatas.
Seiring dengan pertanyaan tadi maka pasti dalam alam pikiran kita
mencoba menulusuri tentang akar budaya yang mana yang membesrkan
kita, dan bagaimana budaya global itu mempengaruhi bangsa ini. Dalam
pembahasan nanti penulis akan berusaha mencoba memetakan tentang
struktur budaya Nasional dan bagaimana Globalisasi budaya
mengancam identitas bangsa kita.
Apakah gerak pelestarian budaya nasional sebagaimana sering
dikumandangkan membantu pevitalisasiannya atau malah menjurus ke
involusi kebudayan ? bagaimana dapat dicegah bahwa himbauan sekitar
kebudayaan bangsa menjadi tameng pamrih generasi yang
telah established, jadi jangan sampai kritik vokal terhadap materialisme
Barat menjadi tameng materialisme Timur ?
Jadi kebudayaan Indonesia mau dibawa ke mana ?
Sejak memasuki bangku sekolah diajarkanlah tentang Bhineka
Tungggal Ika, faham tentang aneka ragam budaya dan kesatuan akan
identitas itu dibawah simbol Pancasila. Pelajaran Pendidikan Moral

Pancasila (PMP) atau sekarang Kewiraan adalah sebuah cara yang


dilakukan oleh institusi negara untuk menanamkan identitas nasional
kepada rakyatnya. Maka dimunculkanlah simbol-simbol persatuan dan
simbol-simbol persaudaraan, karena dengan memasuki wilayah institusi
pendidikanlah penanaman ideologi negara dan nasionalisme itu bisa
efektif karena akan menyentuh kesadaran pikir mereka.

Dalam literatur historikal manusia tidak ada suatu peradaban yang


hadir tampa peradaban sebelumnya, dapat dilihat bahwa peradaban
tertua adalah yunani, babilonia, dan sumeria ternyata sangat berkaitan
dengan peradaban timur dan begitupula peradaban timur sangat
berpengaruh terhadap peradaban barat, akan ada pergesekan budaya dari
setiap entitas-entitas dalam sejarah manusia. Oleh karena itu sebelum
membahas tentang pengaruh budaya global maka semestinya
diidentifikasi dulu, apa identitas nasional itu dan seperti apa budaya
global tersebut, atukah diperlukan sebuah pemetaan-pemetaan dalam
menafsirkan identitas nasional dan budaya global.

Identitas nasional sesuai dengan undang-undang dasar negara ini


adalah segala hal yang berupa warisan nenek moyang bangsa, baik itu
sebuah nilai, sistem sosial, dan artefak (benda-benda). Jadi ketika yang
dibicarakan adalah identitas nasional maka itu akan berisi tentang sistem
nilai norma hukum yang ada dalam masyarakat Indonesia, yang apabila
dilihat secara holistik teryata terdapat sistem nilai yang berupa entitas
budaya asli bangsa ini yang coba di akumulasikan dalam kata Pancasila.
Dengan pancasila ini coba dibangun kesadaran bangsa ini tentang
norma-norma tata hidup bernegara dan bermasyarakat, maka
diajarkanlah tentang toleransi, tepa selira, persatuan, keadilan dan
persamaan, dan kebebasan berketuhanan, jadi secara umum yang
menjadi gambaran identitas bangsa ini adalah Pancasila sebagai sebuah
sistem nilai. Namun yang paling umum dalam melihat identitas nasional
adalah nilai spiritual adalah yang lebih dominan dan nilai rasional adalah
yangs selanjutnya ada nuansa-nuansa agamis dalam entitas budaya
nasional.

Budaya global yang lahir dari faham modernisme adalah implikasi


dari budaya barat yang mengedepankan rasionlitas empiris dengan
pemisahan wilayah nilai spirit dan wilayah rasional (sekular), hal ini

sanagat mempengaruhi karakter budaya masyarakat barat denagan


mengedepankan rasio sebagai sumber utama peradaban maka setiap
prinsip-prinsip nilai kemasyarakatan dibangun dalam kerangka rasio
tadi. Namun rasio dala ini yang berlandaskan empirisme dimana
mengedapankan pengalaman-pengalaman dalam menentukan nilai, etika
kebebasan, demokrasi, dan hak asai manusia diterrjemahkan dalam
wilayah esensial rasional manusia.
Sebelum melanjutkan kenapa terjadi globalisasi budaya semestinya
ada pahaman yang dikedepankan dalam pembentukan masyarakat,
dalam pembentukan kelompok terjadi melalui interaksi dan proses
sosial, maka demikian pula dalam pembentukan masyarakat melalui
proses interaksi antar kelompok. Kedua proses pembentukan kelompok
maupun dalam pembentukan masyarakat semuanya terjadi melalui
proses komunikasi. Komunikasi merupa+kan suatu proses interaksi
dimana suatu stimulus (rangsangan) yang memeperoleh arti tertentu
dijawab oleh orang lain(respons), secra lisan maupun tertulis maupun
dengan isyarat. Kata-kata lain dari Charlotte Buhler sosialisasi dalam
proses yang membantu individu-individu belajar dan menyesuaikan diri,
bagaimana cara hidup dan bagaimana cara berfikir kelompoknya agar
supaya dia dapat berperan dan berpungsi dalam kelompoknya.
Pembentukan karakter dalam masyarakat tidaklah terlepas dari tingkah
laku daripada individu dalam masyarakat tersebut, dari hal ini maka
tingkah laku individu melahirkan suatu bentuk dalam kelompok dan dari
tingkah laku kelompok ini yang membentuk sebuah dinamika etika
dalam masyarakat. Namun pembentukan tingkah laku individu dalam
masyarakat tidaklah terlepas dari faktor lingkungan yang memebentuk
individu tersebut termasuk didalamnya perkembangan pengetahuan
dalam maasyarakat.

Berdasarkan pola hubungan diatas maka terbentuklah masyarakat,


dalam masyarakat maka lahirlah nilai-nilai dan norma-norma yang mesti
dituruti oleh individu maupun kelompok dalam masyarakat. Hal ini
dapat dilihat konteks budaya sulaewesi dimana sistem struktur sosial
masyarakat dikur dari pada harga diri kemanusiaan dan ini melahirkan
sublimasi dalam bebtuk-bentuk lain. Maka individu maupun kelompok
dalam struktur masyarakat sulawesi haruslah mengikuti aturan-aturan
masyarakat yang terbentuk. Dan dari perkembangan pengetahuan
manusia membentuk karakter baru dalam konsep harga diri kemanusiaan
masyarakat bugis makassar. Begitu pula dalam masyarakat barat yang
mengedepankan unsur rasional empiris maka budaya dan entitas
kemasyarakatannya dikedepankan melalui kerangka rasional empiris.
Setelah mengetahui bagaimana proses terjadinya sebuah sistem
nilai dalam masyarakat yang akan membentuk kebudayaan. Maka
selanjutnya akan berangkat bagaimana proses terjadinya globalisasi
budaya dan hal-hal yang mempengaruhi terjadinya globalisasi budaya,
yang akan menjadi pembahasan adalah bagaimana budaya global
tersebut mempengaruhi budaya nasional. Pada dasarnya setiap
kebudayaan adalah perwujudan hasil cipta rasa dan karsa manusia yang
mempunyai kesamaan berupa upaya untuk menjawab kebutuhankebutuhan manusia. Maka penulis akan membagi dalam beberapa
pembagian pembahasan sebagai berikut :
1. Nilai universal dan kebudayaan lokal

Nilai
kemanusiaan
universal.
Masalah dapat
dirumuskan
tentang bagimana
membangun
masyarakat yang
satu sesuai dengan
harkat segenap
anggota
masyarakat
sebagai manusia,
dan dilain pihak sekaligus mempertahankan identitas budaya khas
bangsa, kongkretnya budaya bangsa indonesia. Nilai universal dalam
setiap kebudayaan adalah nilai-nilai kemanusiaan universal keadilan
universal semua kebudayan memiliki nilai kemanusiaan universal dan
nilai-nilai keadilan universal yang lain.
Walupun tidak semua kebudayaan mampu mengejawantahkan
nilai-nilai universal tadi, dalam beberapa kebudayaan ada yang kurang
mewadahi nilai uiversal tadi. Namun itu bukan berarti bahwa terjadi
pertententangan antara nilai universal dan budaya lokal, paling-paling
lebih atau kurang dalam mewadahi nilai universal. Dengan ini kita mesti
memurnikan budaya-budaya lokal kita dari unsur-unsur yang
bertentangan dengan nilai universal tadi, sebab budaya sebagai nilai
adalah dinamis tidak statis.
Permasalahannya terletak adakah budaya yang sangat agresif
dalam memaksakan budayanya keseluruh dunia ? dan dapat kita
simpulkan kebudayaan barat modernlah yang menyatakan diri agresif.

Dan bagaimana budaya lokal menghadapi atau bereaksi terhadap budaya


barat tersebut.
2. Kebudayaan barat modern
Kebudayaan teknologis modern
Pertama harus dibedakan antara kebudayaan teknologi modern dan
kebudayaan barat walau sebenarnya mempunyai asal yang sama.
Kesamaannya adalah bahwa kebudyaan baratlah yang melahirkan
kebudayaan teknologi modern. Walaupun kebudayaan teknologis
modern jelas sekali menentukan kebudayaan barat, anak yang sudah
dewasa itu sekarang memperoleh semakin banyak masukan non barat,
misalnya dari jepang.
Kebudayaan teknologis modern itu kontradiktif bisa atau dengan
kata lain dia bebas nilai, sebab dia berupa hasil sains dan teknologi. Hal
ini mempunyai kedudukan dominan dalam lingkup sebuah masyarakat.
Dan siapapun berhak untuk memakai hasil-hasil kebudayaan teknologis
modern ini.
Kebudayaan modern tiruan
Dari kebudayaan teknologis modern perlu dibedakan dengan yang
penulis sebut kebudyaan modern tiruan (pengertian kedua Kebudayaan
barat modern). Kebudayaan modern tiruan ini terwujud dari lingkungan
yang nampaknya gemerlapnya teknologi tinggi dan modern, tapi
sebenarnya hanya mencakup simbol-simbol lahiriahnya saja, misalnya
kebudayaan, kebudayaan supermarket, kebudayaan kentucki fried
chicken atau McDonald.

Kebudayaan modern tiruan hidup dari ilusi bahwa asal orang


bersentuhan dengan hasil-hasil teknologi modern, ia merasa menjadi
orang modern. Padahal dunia artifisial tidak menyumbangkan sesuatu
dalam identitas budaya kita selain baudaya konsumerisme tinggi bahkan
kita dibiarkan kosong dan membiarkan diri kita dikendalikan. Selera
kita, kelakuan kita, piliha rasa kita, penilaian kita dimanipulasi dan kita
semakin tidak memiliki diri sendiri. Itulah sebenarnya kebudayaan ini
tidak nyata, melainkan tiruan atau belasteran.
Anak dari kebudayaan ini adalah konsumerisme tinggi;orang
ketagihan untuk membeli bukan karena kebutuhan (need) mereka atau
menikmati apa yang dibeli tetapi demi (want) keinginan sendiri atau
status sosial yang semu. Orang memakai HP bukan karena kebutuhan
tapai status sosial semu, orang makan di McDonald bukan karena lebih
enak rasanya, melainkan fast food adalah gayanya manusia
yangtrendy adalah modern.

Kebudayaan-kebudayaan barat
Kadangkala kita keliru dalam menyamakan antara kebudayaan
blasteran tadi dengan kebudayaan barat. Kebudayaan blasteran tadi
adalah memang anak dari kebudayaan barat, tetapi itu bukan hatinya,
bukan pusatnyadan bukan kunci vitalitasnya. Ia mengancam kebudayaan
barat berarti mencaplok kebudayaan lain, Italia, Prancis, Spanyol bahkan
Amerika sendiri masih mempertahankan budaya mereka walaupun
mereka minom coca cola tidak langsung mereka akan berbudaya coca
cola.
Dengan adanya orang pergi ke Disneyland lantas mereka akan
disebut modern, ia juga belum mengerti akan orang barat menilai apa
yang dicita-citakan, apa selera estetik dan cita rasanya, apakah
keyakinan moral dan religiusnya, apakah faham tanggung jawabnya.
Dari orang-orang konsuerisme inilah kita lalu mendengar misalnya
bahwa kebudayaan barat sama dengan free sex dan sablon-sablon lain
semacam ini.
Dengan demikian kita dapat mengidentifikasi letak tantangan bagi
kebudayaan Indonesia. Kebudayaan barat asli bukanlah tantangan bagi
identitas nasional kita, kita mempunyai kebudayaan tersendiri dan tidak
perlu menjadi jerman atau kanada.Tetapi sebagai orang yang berbudaya
akan beruntung apabila mengenal dan akrab dengan budaya barat.
Sebaliknya kebudayaan teknologis modern harus kita peluk,
bahkan harus menjadi kebudayan kita kalau kita masih mau survive
sebagai bangsa pad abad yang akan datang. Tidak ada survival bagi
negara yang tidak termodernisasi.
Kebudayaan yang sungguh-sungguh mengancam kita
adalah kebudayaan modern tiruan, dia menjadi ancaman karena tidak
sejati dan tidak substansial. Yang ditawarkan adalah kesemuan, Ersatz.

Kebudayaan itu membuat kita menjadi manusia plastik, manusia tampa


kepribadian, manusia terasing, manusia kosong, manusia latah.
3. Catatan sekitar Identitas budaya nasional
Pertanyaannya adalah apakah dalam proses peresapan kebudayaan
kebudayaan teknologis modern indonesia dapat mempertahankan diri ?
Sebuah banhsa dengan mata terbuka menghadapi segala tantangan
tentu akan breubah. Tetapi dalam perubahan dia tidak sekedar
dikemudikan dari atas, dia tidak asal ikut-ikutan saja. Dia menetukan
dirinya sendiri. Jadi ada penghargaan atas identias nasional dan ini
dijadikan modal sosia untuk membangun bangsa ini, bansa ini tidak
mesti tertutupo dengan perubahan-perubahan yang datang dari luar
tetapi di terus mempelajari hal-hal baru dan menjadikan osial kapitalnya
sebagai lat untuk mengembangkan dan membangun identitas-identitas
dalam setiap pribadi dalam bansa ini,
Identitas adalah sesuatu yang dinamis, pertemuan dengan identitas
yang lai n akan memperkaya dapat juga menjadi sebuah ancaman. Kalu
kita hanya berusaha untuk menyesuaikan diri kita akan kehilangan
identitas kita. Atau menutup diri itupun tidak akan menyelamtkan kita,
karena identitas kita adalah cerminan negatif bagi lingkungan kita.
Agar dalam pertemuan identitas kita tidak menderita melaikan
bertambah kuat maka kita mesti memenuhi dua syarat :

Pertama identitas mesti harus


kuat,Indonesia sadar akan identitas
nsionalnya sendiri dalam hal
kebudayaan itu berarti harus mengenal
kebudayaannya dan sejarahnya serta

merasa bangga atasnya. Dan mengidentifikasi akan-kelemahankelemahannya.


Kedua identitas mesti harus terbuka, dalm arti dia harus terbuka
denagn kebudayaan-kebudayaan lain seperti kebudayaan tekhnologi
modern dia mesti harus mempelajarinya. Peresapan kebudayaan modern
akan menghadapkan kita dalam pertanyaan yang barangkali belum dapat
dijawab terutama ; mungkinkah kita akan bergaul akrab, mandiri dan
kreatif dengan sains dan teknologi modern tampa mengembangkan iklim
intelektual dan gaya berfikir yang secara historis menjadi asal-usul
kebudayaan teknologis modern ?
Jadi keyakinan akan diri sendiri, kesadarn harga diri yang kuat, disertai
keterbukaan itulah yang dianggap sikap yang memungkinkan indonesia
menjadi bangsa yang modern tampa kehilangan jiwanya sendiri.
Pertemuan kebudayaan dengan kebudayaan teknologis modern
hanya dapat berhasil jika masyarakat memiliki sikap positif terhadap
identitas sejarah dan kebudayaannya sendiri.
Akan tetapi, kiranya perlu dipertanyakan kembali apa artinya
menghargai kebudayaan sendiri. Apa itu sama dengan terus menerus
diperingatkan tentang sopan-santun ketimuran, kekeluargaan, gotong
royong, tenggang rasa, keselarasan dan kerukunan tentang bahawa kita
anti liberalisme dan anti individualisme dan sebagainya ?

GLOBALISASI DAN IDENTITAS BUDAYA NASIONAL UNTUK


INDONESIA

Proses globalisai nampaknya tidak dapat diabaikan oleh setiap


masyarakat dan bangsa di dunia ini. Tidak ada satu pun manusia,
masyarakat, dan bangsa yang luput dari pengaruh globalisasi. Enrique
Subercaceaux, Direktur Pasific Economic Cooperation, menyatakan
bahwa bangsa-bangsa di Asia Pasifik perlu mempunyai outward dan
forward looking. Pembangunan nasional sebuah bangsa tidak hanya
melihat kepada kebutuhan internal masyarakat dan bangsa itu sendiri,
tetapi juga pembangunan harus melihat keluar dan ke depan serta perlu
dijalin dengan bangsa yang lain. Karena masyarakat dan bangsa kita
adalah bagian dari suatu masyarakat dunia yang semakin maju dan
menyatu.
Globalisasi telah
merupakan
kenyataan hidup
bahkan suatu
kesadaran baru
bagi setiap
manusia di bumi
ini. Sebagai pakar
telah melihat
betapa besar
impact yang
disebabkan oleh
perubahan global
ini sebagai suatu
global revolution. Globalisasi telah menimbulkan gaya hidup baru yang
tampak dengan jelas di kota-kota besar dan semakin merebak merasuki
kehidupan-kehidupan yang dulunya terisolasi.

Kekuatan globalisasi menurut analisis para ahli pada umumnya


bertumpu kepada 4 kekuatan global, yaitu :

(1) Kemajuan IPTEK terutama dalam bidang informasi dan inovasiinovasi baru di dalam teknologi yang mempermudah kehidupan
manusia.
(2) Perdagangan bebas yang ditunjang oleh kemajuan IPTEK.
(3) Kerjasama regional dan internasional yang telah menyatukan
kehidupan berusaha dari bangsa-bangsa tanpa mengenal batas negara.
(4) Meningkatnya kesadaran terhadap hak-hak asasi manusai serta
kewajiban manusia di dalam kehidupan bersama, dan sejalan dengan itu
semakin meningkatnya kesadaran bersama dalam alam demokrasi.
Kekuatan global tersebut di atas mengakibatkan suatu revolusi di dalam
kehidupan manusia yang terkotak-kotak, baik di dalam ikatan bangsa
negara, maupun di dalam ikatan budaya. Dengan kemajuan teknologi
komunikasi, terciptanya information market place telah memungkinkan
manusia untuk berhubungan satu dengan yang lain, belajar satu dengan
yang lain dengan lebih cepat, dan tersedianya informasi secara cepat dan
akurat. Gelombang globalisasi selain merupakan tantangan juga peluang.
Dengan kata lain, proses gelombang globalisasi mempunyai dampakdampak positif dan negatif. Berbagai pola kehidupan akan muncul yang
sifatnya dapat merugikan pribadi, masyarakat dan kehidupan suatu
bangsa. Ancaman-ancaman tersebut antara lain:

1. Ancaman terhadap budaya bangsa.


Gelombang globalisasi melahirkan budaya global. Didukung oleh
information super highway atau information market place maka unsurunsur budaya global akan memasukli dunia lokal dengan sangat cepat
dan intensif. Proses globalisasi budaya akan merupakan ancaman
terhadap budaya suatu bangsa. Apabila budaya suatu bangsa yang
terisolir akan tumbuh dan berkembang secara mantap dan statis, maka
dalam dunia terbuka keadaan yang demikian mulai terusik. Orang akan
berpaling terhadap apa yang terjadi di sebelah bumi sana, apa yang

dirasakan oleh orang lain di seberang lautan sana, dan kini orang akan
mulai bertanya-tanya makna hidup kebudayaannya sendiri. Mungkin dia
hanya sekedar ingin tahu, mungkin ingin melepaskan diri dari ikatan
budaya lokal dan ingin mencoba-coba sesuatu yang baru. Semua hal
tersebut akan dapat menggoyahkan sendi-sendi budaya suatu bangsa.
Apakah proses tersebut suatu yang negatif? Kita lihat misalnya
bagaimana kebudayaan Bali yang mulai terusik dengan budaya yang
dibawa oleh turisme internasional. Dapatkah budaya Bali bertahan
terhadap rangsekan budaya global tersebut?

2. Lunturnya Identitas Bangsa.


Pengaruh budaya global terhadap budaya lokal berarti pula suatu
serangan terhadap identitas suatu bangsa. Inti dari kehidupan berbangsa
adalah budaya. Apabila budaya bangsa diusik, maka terusiklah pula
identitas bangsa itu. Gelombang globalisasi dapat melunturkan rasa
kebangsaan atau identitas bangsa. Oleh sebab itu diperlukan usaha-usaha
agar supaya budaya dan identitas bangsa akan tetap hidup dan
berkembang di dalam budaya global. Titik tolak dari kedua hasil usaha
ini tidak lain daripada SDM yang dikembangkan berdasarkan budaya
bangsa itu sendiri. Tidak ada orang lain yang akan mempertahankan
kebudayaannya sendiri selain dari pendukung kebudayaannnya itu
sendiri, yaitu manusia dan bangsa yang memilikinya.

3. Kesadaran terhadap Wawasan Nusantara.


Erat kaitannya dengan budaya serta identitas bangsa ialah kesadaran
terhadap Wawasan Nusantara. Suatu masyarakat dan bangsa akan
kehilangan wawasannya sebagai suatu bangsa yang memiliki suatu
wilayah kehidupan, apabila bangsa itu kehilangan identitasnya. Budaya
global, perdagangan bebas, dunia yang terbuka, semuanya bisa
mengendorkan wawasan kita sebagai suatu bangsa Indonesia yang hidup

dan berkembang di dalam wilayah nusantara. Apabila hal ini tidak


dicermati dan dikembangkan pada setiap sumber daya manusia
Indonesia maka bukan tidak mungkin akan menimbulkan hapusnya
kesadaran terhadap wawasan nusantara. Kendornya penghayatan
terhadap wawasan nusantara berarti akan lenyapnya suatu bangsa di atas
permukaan bumi ini. Dalam menghadapi ancaman-ancaman globalisasi
tersebut, pertanyaan mendasar yang perlu merupakan salah satu
sumbangan yang positif di dalam terbentuknya masyarakat madani yang
berperadaban.
Identitas kebudayaan nasional dalam dimensi wawasan nusantara
memuat 3 kepentingan nasional yang paling mendasar, yaitu:
(1) Persatuan dan kesatuan nasional,
(2) Identitas atau jatidiri bangsa,
(3) Kelangsungan hidup bangsa dan negara.

Identitas kebudayaan dalam bingkai Wawasan Nusantara bisa


diartikan juga sebagai cara pandang bngsa Indonesia terhadap dirinya
yang serba nusantara dari dalam lingkungannya berdasarkan Pancasila
dan UUD 1945 dengan memperlihatkan kondisi geografis, latar
belakang sejarah dan kondisi sosial budayanya dalam rangka untuk
mencapai cita-cita dan tujuan nasional. Disamping itu, untuk
mempertahankan identitas nasional dari ancanman globalisasi, maka
dibutuhkan juga adanya pendekatan sistem ketahanan nasional. Identitas
kebudayaan dalam perspektif ketahanan nasional merupakan kondisi
dinamik yang meliputi segala aspek kehidupan yang terintegrasi dari
bangsa dan negara Indonesia. Aspek-aspek yang dikedepankan dalam
ketahanan nasional ini meliputi:
(1) Kemampuan dan kekuatan untuk mempertahankan kelangsungan
hidup (survival, identitas dan integritas bangsa dan negara),

(2) kemampuan dan kekuatan untuk mengembangkan kehidupan


bernegara dan berbangsa dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan
nasional. Dengan pendekatan tersebut kita berharap akan semakin
mengokohkan kondisi identitas kebudayaan nasional dengan lahirnya
manusia Indonesia yang berbudaya dan berperadaban). Karena, hanya
manusia Indonesia yang berbudaya yang mempunya kemampuan dan
kekuatan untuk survive dan sekaligus berkembang, yang berarti dapat
hidup bersaing dan bersanding bangsa-bangsa lain. Untuk itulah kita
memandang pentingnya mendorong political will dalam pengembangan
pusat kebudayaan nasional.

P EN GA R U H G LO B A LI S A S I T ER HA DA P
I DE N T ITAS N AS IO N A L
Indonesia adalah Bangsa yang kaya akan nilai-nilai budaya dan
sejarah, yang tentunya budaya dan sejarah tersebut mempengaruhi
semua aspek kehidupan dan memberikan serta membantu dalam
pembentukan pola fikir dan paradigma masyarakat dalam bernegara dan
bertanah air.
Di era globalisasi dan jaringan informasi yang dapat di akses oleh
siapapun dan kapanpun mengakibatkan terjadinya perkembangan di
segala sektor dan pemahaman baru tentang budaya serta penerapanpenerapan akan pola yang diterapkan oleh Negara lain.
Salah satu Negara yang menjadi tujuan dan penyebaran jaringan
informasi dan budaya global adalah Indonesia, karena Indonesia adalah
Negara berkembang dengan tingkat populasi yang selalu meningkat dan
ditunjang dengan fasilitas-fasilitas yang memungkinkan untuk

mengakses informasi baik itu dalam bentuk informasi data maupun


informasi global yang termasuk di dalamnya unsur-unsur budaya asing
yang notabene tidaklah sesuai dengan budaya Timur yang merupakan
ciri khas Bangsa Indonesia. Dari kemajuan bidang ini kemudian
mempengaruhi sektor-sektor lain dalam kehidupan, seperti bidang
politik, ekonomi, sosial, budaya dan bahkan identitas nasional dari suatu
bangsa itu sendiri.
Pengertian Globalisasi
Globalisasi adalah keterkaitan dan ketergantungan antar bangsa dan
antar manusia di seluruh dunia melalui perdagangan, investasi,
perjalanan, budaya populer, dan bentuk-bentuk interaksi yang lain
sehingga batas-batas suatu negara menjadi semakin sempit.
Globalisasi adalah proses penyebaran unsur-unsur baru khususnya yang
menyangkut informasi secara mendunia melalui media cetak dan
elektronik.
Khususnya, globalisasi terbentuk
oleh adanya kemajuan di bidang
komunikasi dunia.
Ada pula yang mendefinisikan
globalisasi sebagai hilangnya
batas ruang dan waktu akibat
kemajuan teknologi informasi
Pengertian Globalisasi
menurut bahasa adalah Global
dan sasi, Global adalah
mendunia, dan Sasi adalah
Proses, jadi apabila pengertian

Globalisasi menurut ahasa ini di gabungkan menjadi Proses sesuatu


yang mendunia.
Pengertian Globalisasi menurut para ahli :
a. Thomas L. Friedman : Globalisasi memiliki dimensi idiology dan
tekhnologi. Dimensi tekhnologi yaitu kapitalisme dan pasar bebas,
sedangkan dimensi tekhnologi adalah tekhnologi informasi yang telah
menyatukan dunia .
b. Malcom Waters : Globalisasi adalah sebuah proses sosial yang
berakibat bahwa pembatasan geografis pada keadaan sosial budaya
menjadi kurang penting, yang terjelma didalam kesadaran orang .
c. Emanuel Ritcher : Globalisasi adalah jaringan kerja global secara
bersamaan menyatukan masyarakat yang sebelumnya terpencar pencar
dan terisolasi kedalam saling ketergantungan dan persatuan dunia .
d. Achmad Suparman : Globalisasi adalah sebuah proses menjadikan
sesuatu benda atau perilaku sebagai ciri dan setiap individu di dunia ini
tampa dibatasi oleh wilayah .
Pengertian Identitas Nasional

Istilah Identitas Nasional


dapat disamakan dengan
identitas kebangsaan, secara
etimologis, identitas nasional
dari kata identitas dan
nasional. Identitas berasal
dari bahasa Inggris identity
memiliki pengertian harfiah;
ciri, tanda, atau jati diri yang
melekat pada seorang, kelompok masyarakat bahkan suatu bangsa
sehingga dengan identitas membedakan dengan yang lain. Kata
Nasional menunjuk pada konsep kebangsaan. Nasional menunjuk
pada kelompok-kelompok persekutuan hidup manusia yang lebih besar
dari sekedar pengelompokan berdasarkan ras, agama, budaya, bahasa,
dan sebagainya. Identititas nasional lebih merujuk pada identitas bangsa
dalam pengertian politik.
Dengan demikian identitas nasional suatu bangsa adalah ciri khas
yang dimiliki suatu bangsa yang membedakannya dari bangsa lainnya.
Namun demikian proses pembetukan Identitas nasional bukan
merupakan sesuatu yang sudah selesai, tetapi sesuatu yang terbuka dan
terus berkembang mengikuti perkembangan jaman. Akan terjadi
pergeseran nilai dari identitas itu sendiri apabila identitas itu tidak dapat
dijaga dan dilestarikan, sehingga mengakibatkan identitas global akan
mempengaruhi nilai identitas nasional itu sendiri.
Secara umum terdapat beberapa dimensi yang menjelaskan kekhasan
suatu bangsa. Unsur-unsur identitas itu secara normatif, berbentuk
sebagai nilai, bahasa, adat istiadat, dan letak geografis.
Pengaruh Globalisasi terhadap Identitas Nasional
Pengaruh tersebut meliputi dua sisi, yaitu pengaruh positif dan
pengaruh negatif. Pengaruh globalisasi di berbagai bidang kehidupan

seperti kehidupan politik, ekonomi, ideologi, sosial budaya dan lain-lain


akan mempengaruhi kehidupan berbangsa dan bernegara masyarakat di
Indonesia. Pengaruh itu dapat dilihat sebagai berikut :
Pengaruh Positif dari Globalisasi terhadap Kehidupan Berbangsa dan
Bernegara :
1. Globalisasi di bidang politik, pemerintahan dijalankan secara terbuka
dan demokratis. Karena pemerintahan adalah
bagian dari suatu negara, jika pemerintahan
dijalankan secara akuntabel, transparan dan
dinamis tentunya akan mendapat tanggapan
positif dari rakyat. Tanggapan positif
tersebut berupa menjadikan rasa bangga
terhadap Negara Indonesia menjadi
meningkat.
2. Globalisasi dalam bidang ekonomi,
terbukanya pasar internasional,
meningkatkan kesempatan kerja dan
meningkatkan devisa negara. Dengan adanya hal tersebut akan
meningkatkan kehidupan ekonomi bangsa yang menunjang kehidupan
nasional bangsa.
3. Globalisasi dalam bidang sosial budaya, dapat meniru pola berpikir
yang baik seperti etos kerja yang tinggi dan disiplin dan Iptek dari
bangsa lain yang sudah maju untuk meningkatkan kemajuan bangsa
yang pada akhirnya memajukan bangsa dan akan mempertebal bangga
kita terhadap bangsa.

4. Globalisasi dalam dunia pendidikan, memberikan informasi tentang


ilmu pengetahuan dari belahan bumi yang lain melalui internet maupun

discovery televisi, sehingga pendidikan akan menjadi maju dan mampu


bersaing dengan negara maju lainnya, karena ilmu/pengetahuan yang
diperoleh hampir sama.
Pengaruh Negatif dari Globalisasi terhadap Kehidupan Berbangsa dan
Bernegara :
1. Globalisasi mampu meyakinkan masyarakat Indonesia bahwa
liberalisme dapat membawa kemajuan dan kemakmuran. Sehingga tidak
menutup kemungkinan berubah arah dari ideologi Pancasila ke ideologi
liberalisme. Jika hal tesebut terjadi akibatnya rasa nasionalisme bangsa
akan hilang.
2. Globalisasi di bidang ekonomi,
hilangnya rasa cinta terhadap
produk-produk dalam negeri
karena banyaknya produk luar
negeri (seperti Mc Donald, Coca
Cola, Pizza Hut,dll.) menjamur di
Indonesia. Dengan hilangnya rasa
cinta terhadap produk dalam
negeri menunjukan gejala berkurangnya rasa nasionalisme masyarakat
kita terhadap bangsa Indonesia.
3. Masyarakat kita khususnya anak muda banyak yang lupa akan
identitas diri sebagai bangsa Indonesia, karena gaya hidupnya cenderung
meniru budaya barat seperti seks bebas dikalangan remaja , yang saat ini
dianggap bukan hal yang tabu lagi, perkembangan pornografi yang
dengan kemajuan teknologi yang canggih banyak dikonsumsi oleh anak
dibawah umur dengan bebas dan mudah mendapatkannya, tingkat
peggunaan obat-obat terlarang yang sangat memprihatinkan dan bahkan
negara Indonesia dijadikan objek pasar dari penjualan obat terlarang
internasional.

4. Mengakibatkan adanya kesenjangan


sosial yang tajam antara yang kaya dan
miskin, karena adanya persaingan bebas
dalam globalisasi ekonomi. Hal tersebut
dapat menimbulkan pertentangan antara
yang kaya dan miskin yang dapat mengganggu kehidupan nasional
bangsa.
5. Munculnya sikap individualisme yang menimbulkan ketidakpedulian
antar perilaku sesama warga. Dengan adanya individualisme maka orang
tidak akan peduli dengan kehidupan bangsa.
6. Perusahaan-perusahaan dalam negeri tidak mampu bersaing dengan
perusahaan multinasional yang ada di negara kita, karena kualitas
sumber daya manusia dan peralatannya lebih canggih dibandingkan
perusahaan dalam negeri kita. Sehingga yang menguasai pasar lebih
banyak produk dari perusahaan multinasional, yang dianggap produknya
lebih berkualitas oleh masyarakat.
Suka atau tidak suka, globalisasi adalah fakta yang harus dihadapi.
Belum pernah dalam sejarah terdapat suatu negara yang mampu secara
konsisten menghadapi globalisasi dengan menutup diri. Isolasi hanya
mengakibatkan terhambatnya pertukaran gagasan dan teknologi yang
mengakibatkan kemunduran. Cina merupakan contoh paling klasik.
Politik isolasi China dimulai ketika teknologi navigasi kelautan
dipandang mulai memberikan ancaman sebagai sumber masuknya
pengaruh asing. Namun pada akhir abad ke-19 China yang lemah dalam
hal teknologi dan ekonomi tidak mampu menahan penggerogotan yang
dilakukan kekuatan-kekuatan asing. kemudian muncul lah glokalisasi.
Glokalisasi adalah salah satu konsep yang ikut berkembang bersama
globalisasi adalah glokalisasi. Istilah glokalisasi dipopulerkan oleh

Roland Robertson pada tahun 1977 dalam konfrensi Globalization and


Indigenous Culture. Secara umum glokalisasi adalah penyesuaian
produk global dengan karakter lokal. Ada juga yang berpendapat
glokalisasi adalah berfikir global bertindak lokal. Menurut Eko Budiarjo
guru besar Universitas Diponegoro glokalisasi adalah glokalisasi dengan
cita rasa lokal.glokalisasi dimaknai dengan munculnya interpretasi
produk-produk global dalam konteks lokal yang dilakukan oleh
masyarakat didalam berbagai wilayah budaya. Interpretasi lokal
masyarakat tersebut kemudian juga membuka kemungkinan adanya
pergeseran makna atas nilai budaya. Dalam proses glokalisasi medium
bahasa juga di pergunakan.
Hal ini yang mengakibatkan banyak terjadi penyimpangan
terhadap nilai-nilai yang dulunya sangat dominan pada kalangan
masyarakat dan dijalankan dengan sepenuh hati, sekarang sudah menjadi
barang yang aneh dan langka. Pengaruh globalisasi terhadap masyarakat
yang ditransformasikan ke dalam budaya Indonesia yang akhirnya akan
mensinergikan budaya-budaya Timur Indonesia terhadap budaya
Barat yang cenderung kepada Liberalisme dalam usaha pencapaian
Glokalisasi yang meminimalisasi bahkan menghilangkan budaya-budaya
Indonesia yang terkenal dengan keramahtamahan dan kesopanan.

(biru= barat, merah=timur)


Globalisasi memang tidak bisa dihindari, memang perdebatan mengenai
pengaruh baik buruknya globalisasi sebenarnya menjadi perdebatan

yang klasik. Namun sekarang bagaimana globalisasi mampu


mempengaruhi identitas bangsa Indonesia ditengah ancaman pengaruh
asing dan masuk dalam arena global, secara jelas telah dijelaskan pada
bahasan terdahulu bahwa globalisasi mempunyai pengaruh positif dan
negatif terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara.
Globalisasi mempunyai dampak negatif terhadap kehidupan
berbangsa dan bernegara di Indonesia. Dampak negatif tersebut, antara
lain : globalisasi yang berlandaskan asas liberalis akan membuat sedikit
pergeseran ideologi dari Pancasila menuju Liberalisme, rasa bangga
terhadap produk-produk dalam negeri akan berkurang karena
masyarakat lebih senang membeli produk asing yang lebih berkualitas
dan lebih higienis seperti Coca-cola, Mc Donalds, Pizza Huts, dan
sebagainya. Dan yang paling memprihatinkan yaitu, gaya hidup remaja
kita yang sudah meniru gaya hidup orang barat seperti potongan rambut
Punk dan dicat berwarna-warni, seks bebas bukan menjadi hal tabu,
konsumsi narkoba dan bahkan negara kita sudah menjadi jalur
internasional peredaran narkoba di dunia. Sikap individualisme dari
masyarakat sehingga prinsip gotong-royong luntur, dan terjadi
kesenjangan antara si kaya dan si miskin dengan dilihat materi yang
dimiliki seperti handphone, laptop, mobil dan lain sebagainya.
Globalisasi juga menjadi hantu yang menakutkan bagi perusahaanperusahaan dalam negeri, karena dengan globalisasi telah dibuka krankran pasar bebas sehingga perusahaan-perusahaan luar bisa berinvestasi
di negara kita. Hal ini yang menyebabkan perusahaan dalam negeri kita
tidak mampu bersaing dengan perusahaan asing yang mempunyai
produk-produk yang mutu dan kualitasnya lebih bagus dari produksi
dalam negeri, sehingga publik lebih memilih produk buatan perusahaan
asing.
Globalisasi dan pengaruh asing sudah menjadi kekuatan alamiah
yang mempengaruhi semua masyarakat di muka bumi, sesuatu yang

tidak mungkin dihindari. Pilihan yang tersedia hanyalah menghadapinya


dengan cermat. Pengaruh asing dapat diibaratkan sebagai kuman yang
menakutkan, namun selama bangsa kita memiliki sistem kekebalan
tubuh yang cukup kuat, kuman tersebut tidak akan menjadi kekuatan
yang mengancam bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.
Ini adalah harapan kita semua, bagaimana kita dapat mengadopsi nilai
dan budaya dari luar yang baik bagi bangsa ini serta adanya badan
pengawasan serta pengembangan budaya asli Indonesia dari Pemerintah,
jangan sampai budaya tersebut menjadi terkikis dan hilang dari
masyarakatnya sendiri, akibat dari arus globalisasi yang begitu besar.

Bentuk-bentuk Ancaman Terhadap Budaya Nasional dan Bentukbentuk Upaya Bela Negara dalam Mewujudkan Ketahanan Budaya
Nasional
Bentuk-bentuk identitas bangsa terangkum dalam suatu ideologi
bangsa, yaitu Pancasila. Pancasila menjadi pedoman bangsa dalam
berbagai bidang kehidupan yang berisikan tingkah laku dan
karaktersistik bangsa. Identitas atau jati diri bangsa yang dirumuskan
dalam Pancasila tersebut adalah hasil perenungan para pendiri bangsa
yang diserap dari ciri khas berbagai daerah yang ada di Indonesia yang
kemudian dikembangkan dan dibudayakan menjadi suatu identitas
nasional. Keanekaragaman ciri khas daerah tersebut menguatkan
identitas bangsa dan memberikan cirri khusus yang unik untuk
membedakannya bangsa Indonesia dengan bangsa yang lain. Sementara
kelangsungan hidup bangsa dalam menentukan seberapa kuat suatu
bangsa dapat bertahan menghadapi dan mengatasi segala bentuk
tantangan, ancaman, hambatan, serta gangguan dari dalam maupun dari

luar negeri. Berbagai bahaya tersebut dapat berupa ancaman terhadap


integritas dan identitas bangsa. Contoh ancaman terhadap integritas
bangsa adalah terorisme, separatisme, konflik antar daerah, sukuisme,
antar etnis. Sedangkan contoh ancaman terhadap identitas bangsa adalah
pengaruh budaya luar yang tidak sesuai dengan karakteristik bangsa,
seperti hedonisme, konsumerisme, dan materialisme.
Oleh karena itu untuk menjaga kelangsungan hidup bangsa
diperlukan suatu keuletan, ketangguhan, dan kemampuan yang disebut
Ketahanan Nasional. Ketahanan Nasional yang tinggi, bangsa kita akan
menjadi bangsa yang semakin berkembang dan maju, sehingga dapat
bertahan hidup dan menyejahterakan rakyatnya. Ancaman dari luar
tampaknya akan lebih berbentuk upaya menghancurkan moral dan
budaya bangsa melalui disinformasi, propaganda, peredaran narkotika
dan obat-obat terlarang, pornografi atau berbagai kegiatan kebudayaan
asing yang mempengaruhi bangsa Indonesia terutama generasi muda,
yang pada gilirannya dapat merusak budaya bangsa. Potensi ancaman
dari luar lainnya adalah dalam bentuk penjarahan sumber daya budaya
Indonesia melalui eksploitasi sumber daya budaya yang tidak terkontrol
yang pada gilirannya dapat merusak tatanan kebudayaan Indonesia yang
dilakukan melalui kolusi dengan pejabat pemerintah terkait sehingga
meyebabkan kerugian bagi negara. . Oleh karena itu untuk menjaga
kelangsungan hidup bangsa diperlukan suatu keuletan, ketangguhan, dan
kemampuan yang disebut Ketahanan Nasional. Dengan Ketahanan
Nasional yang tinggi, bangsa kita akan menjadi bangsa yang semakin
berkembang dan maju, sehingga
dapat
bertahan
hidup
dan
menyejahterakan
rakyatnya.
Bentuk-bentuk
Upaya Bela
Negara dalam
Mewujudkan
Ketahanan Budaya Nasional

Gerakan revitalisasi budaya lokal adalah salah satu alternatif


jawaban untuk menahan laju degradasi identitas bangsa dalam rangka
bela negara. Meski terkesan reaktif, paling tidak wacana ini mampu
menyedot perhatian segenap bangsa untuk sekedar kembali menengok
budaya adiluhung warisan nenek moyang. Aksi penolakan atas klaim
reog oleh Malaysia salah satu contohnya. Apresiasi yang tinggi kita
haturkan atas gerakan tersebut. Namun sekali lagi patut digarisbawahi,
gerakan ini jangan hanya berhenti pada titik gerakan reaktif yang tak
jelas follow upnya. Kekuatan yang terhimpun sekian besarnya sangatlah
mubazir jika tak memberikan dampak secara luas dan sistemik terhadap
ranah budaya kita. Patut kiranya segenap komponen bangsa memikirkan
bagaimana memaknai budaya secara kontekstual dan bukan hanya
sebagai aset yang layak untuk dijual. Seperangkat komponen statis yang
perlu dimuseumkan dan dijaga. Karena budaya adalah sesuatu yang
dinamis dan kontekstual dengan jamannya. Perlu diketahui bahwa
perubahan sosial budaya diantaranya disebabkan oleh faktor yang
datangnya dari luar dan dari dalam, dan faktor dari luar biasanya jauh
lebih dominan.
Oleh karena itu, faktor dari luar perlu mendapat perhatian khusus.
Untuk itu hal-hal yang perlu dikembangkan sebagai wujud bela negara
dalam wujud kebudayaan sebagai upaya membentuk ketahanan budaya
nusantara adalah sebagai berikut.
a. Pembekalan mental spiritual di kalangan masyarakat agar dapat
menangkal pengaruh-pengaruh budaya asing yang tidak sesuai
dengan norma-norma kehidupan bangsa Indonesia
b. Upaya peningkatan perasaan cinta tanah air (patriotisme) melalui
pemahaman dan penghayatan (bukan sekedar penghafalannilai-nilai
kebudayaan bangsa.
c. Pengawasan yang ketat terhadap eksploitasi sumber daya alam
nasional termasuk kekayaan budaya nasional Indonesia
d. Meningkatkan peran pemerintah dalam melindungi kebudayaan
nusantara dengan cara membuat perlindungan hukum terhadap hasil-

hasil kebudayaan Indonesia dengan mendaftarkan hak paten untuk


setiap hasil budaya nusantara agar tidak diklaim oleh bangsa lain.
e. Kegiatan-kegiatan lain yang bersifat kecintaan terhadap tanah air
serta menanamkan semangat juang untuk membela negara, bangsa
dan tanah air serta mempertahankan Pancasila sebagai ideologi
negara dan UUD 1945 sebagai landasan berbangsa dan bernegara.
f. Memberi
apresiasi
kepada
masyarakat
yang
berusaha
mengembangkan kebudayaan asli masyarakatnya.
Selain hal-hal yang perlu dikembangkan diatas, langkah yang dapat
diambil sebagai wujud bela negara adalah sebagai berikut:
1. Mendorong berkembangnya potensi budaya dalam masyarakat.
2. Seharusnya pemerintah member perhatian yang sama terhadap
pengembangan budaya daerah.
3. Bersikap bijaksana dalam perkembangan arus globalisasi
4. Membangkitkan lagi semangat kebudayaan nasional melalui berbagai
media, misalnya melalui jaringan internet.
5. Member apresiasi kepada kalangan yang mengusahakan
perkembangan budaya.
6. Mendorong kesadaran masyarakat untuk merespon arus budaya asing
yang baik.
7. Memperkuat dan mempertahankan jati diri bangsa agar tidak luntur.
8. Bersikap bijaksana dalam menerima segala macam perubahan.
9. Tidak mencampuradukkan kebudayaan sendiri dengan kebudayaan
bangsa asing.
10. Memperkuat dan mepertahankan rasa cinta terhadap budaya sendiri.
Langkah nyata yang harus segera dilakukan dan mungkin dilakukan
adalah membentuk aturan perundang-undangan dalam negeri yang
menyediakan kebutuhan pengelolaan keragaman budaya nasional.
Perlindungan secara hukum perundang-undangan terhadap keragaman
budaya nasional, selanjutnya dapat dijadikan pijakan dasar untuk
menjaga kedaulatan bangsa sehingga bisa diakui di dunia internasional.

Lebih jauh, harus ada sebuah kesadaran dan pengakuan oleh dunia
internasional bahwa perundang-undangan akan kepemilikan Negara
terhadap ekspresi budaya, sangat diperlukan oleh Indonesia guna
menjaga ketahanan nasional dan kedaulatan negaranya. Hal ini tentunya
bisa dijadikan momentum bersama bangsa Indonesia dalam memaknai
Kebangkitan Nasional yang baru, yang diwujudkan dalam tindakan
nyata dalam menegakkan kedaulatan bangsa melalui Konsep Pertahanan
Budaya. Sudah saatnya kini bangsa Indonesia membuat suatu
perlindungan hukum semisal Paten Negara atau yang lebih jauh
Pengakuan Internasional bagi Ekspresi Budaya Bangsa Indonesia. Usaha
ini tentu harus pula dibarengi dengan upaya mendorong kesadaran
masyarakat untuk merspon arus budaya asing dengan baik. Budaya yang
baik dapat diterima dan yang tidak baik dibuang. Hal ini dapat dilakukan
dengan pola pendidikan yang baik, pemerintah harus juga memberikan
perhatian yang cukup terhadap bidang ini. Artinya tidak hanya para
seniman atau budayawan yang bertanggungjawab memulai gerakan ini.
Pemerintah dan segenap komponen bangsa ini bertanggung jawab atas
tantangan pengidentifikasian kita sebagai bangsa. Pemerintah dalam hal
ini harus mulai berani menolak intervensi asing jika hal tersebut jelasjelas merugikan. Kebijakan harus diarahkan untuk membangun
kemandirian mayarakat serta memotori kekuatan perubahan sosial
kapital di tiap-tiap daerah. Pada saatnya nanti kita sebagai bangsa
mampu berdiri tegak dan membusungkan dada karena mempunyai
identitas nasionalnya secara alami. Karena budaya diyakini memiliki
makna aturan dan praktek-praktek khas sendiri yang tidak bisa yang
direduksi atau dijelaskan semata oleh ketegori,level atau formasi sosial
lainnya.

You might also like