You are on page 1of 9

NEUTRON, Vol.4, No.

2, Agustus 2004

105

Pengendalian dan Evaluasi Kualitas Beton Dengan


Metode Statistical Process Control (SPC)
Ir. Helmy Darjanto, MT
ABSTRAK
Hingga saat ini dalam evaluasi kualitas beton hanya menggunakan
statistik deskriptif saja yakni dengan batasan jika uji tekan individual
lebih besar 0,85 fc dan rata-rata 4 uji tekan melampaui atau sama
dengan fc + 0,82 S maka evaluasi terhadap mutu dapat diterima.
Kondisi tersebut belum bisa mengungkapkan sumber variasi dari
proses tersebut. Oleh karenanya pengendalian kualitas beton sudah
saatnya menggunakan tool statistik yang lebih baik (SPC). Sebagai
contoh variasi penyebab khusus (special causes variation), misalnya
kondisi trends (six points in a row, all increasing/decreasing) dan runs
(nine points in a row on same side of center line) adalah kejadiankejadian di luar sistem manajemen kualitas yang mempengaruhi
variasi dalam sistem itu. Dalam suatu proses kondisi itu perlu
dihilangkan agar mencegah titik-titik pengamatan yang melewati
atau keluar dari batas-batas pengendalian yang didefinisikan
(defined control limits). Variasi penyebab khusus ini memiliki polapola
non-acak
(non-random
patterns)
sehingga
dapat
diidentifikasikan/ ditemukan dengan menggunakan peta kendali
(control chart). Selain itu metode SPC ini mampu mengukur index
dari kemampuan proses (Cp/Cpk) sehingga harapan pelanggan
terhadap mutu juga efisien dan efektifitas akan terpenuhi.
Kata kunci: kendali kualitas beton, SPC, variasi, peta kontrol, index
kemampuan proses
1. PENDAHULUAN
Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas produksi beton, antara lain :
material, campuran beton, pengang-kutan, pengecoran, curing, dan lainlain. Faktor tersebut menimbulkan variasi kekuatan beton tersebut. Oleh
karenanya maka dibutuhkan pengawasan dan pengendalian kualitas agar
diperoleh kuat tekan beton yang memiliki variasi rendah dan sesuai dengan
spesifikasi yang diharapkan.
Umumnya kriteria penerimaan mutu beton di laboratorium menurut
Peraturan Beton 1989 (PB 89) dikatakan memuaskan bila kedua
persyaratan berikut dipenuhi: [1, 3]
a. Nilai rata-rata dari semua pasangan benda uji yang masing-masing dari
empat hasil uji kuat tekan tidak kurang dari fc + 0,82 S).
b. Tidak satupun dari hasil uji tekan (rata-rata dari 2 silinder) mempu-nyai
nilai di bawah 0,85 fc.
Hasil kuat tekan beton berdasarkan kriteria tersebut di atas dapat
digambarkan sebagai berikut (Gambar 1):

106 Pengendalian & Evaluasi Kualitas Beton - Metode Statistical Process


Control (Helmy D)
Hasil Uji Kuat Tekan Silinder Beton
400

Kuat Tekan Beton (kg/cm^2)

350
300
250
200
150
100

Kuat Tekan
0,85 fc'
Rata-2 4 Sampel
f'c + 0.82 s

50
0
0

10

20

30

40

50

60

70

Nomor Benda Uji

Gambar 1. Hasil Uji Kuat Tekan Beton


Evaluasi mutu beton pada Gambar 1 bahwa mutu beton telah memenuhi
spesifikasi yang diharapkan akan tetapi batasan variasi dari hasil uji kuat
tekan beton masih belum bisa ditampilkan sehingga permasalahnnya
adalah pada proses apakah terjadi variasi special causes, atau tidak
(common causes) masih belum bisa terjawab. Suatu proses perlu juga
diketahui index kemampuannya. Evaluasi kriteria di atas masih belum
sempurna untuk mengetahui kejadian tersebut di atas.
Statistical Process Control. SPC adalah suatu alat kendali proses yang
menggunakan statistik. Metode yang sering digunakan untuk mengetahui
sumber variasi dari proses adalah peta-peta kendali/kontrol (control charts)
beserta analisis kapabilitas proses.
Peta kontrol pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Walter Andrew Shewhart
dari Bell Telephone Laboratories, Amerika Serikat, pada tahun 1924 dengan
maksud untuk menghilangkan variasi tidak normal melalui pemisahan
variasi yang disebabkan oleh penyebab khusus (special-causes variation)
dari variasi yang disebabkan oleh penyebab umum (common-causes
variation).
Pada dasarnya semua proses menampilkan variasi, namun manajemen
harus mampu mengenda-likan proses dengan cara menghilangkan varlasi
penyebab khusus dari proses itu, sehingga varlasi yang melekat pada
proses hanya disebabkan oleh variasi penyebab umum. Peta-peta kontrol
merupakan alat ampuh dalam mengen-dalikan proses, asalkan
penggunaannya dipahami secara benar. Pada dasarnya peta-peta kontrol
dipergunakan untuk:
Menentukan apakah suatu proses berada dalam pengendalian? Dengan
demikian peta-peta kontrol digunakan
untuk
menca-pai
suatu
keadaan terkendali, di mana semua nilai rata-rata dan range dari sub-sub
kelompok (subgroups) contoh berada dalam batas-batas pengendallan
(control limits), maka itu variasi penyebab khusus menjadi tidak ada lagi
dalam proses.
Memantau proses terus-menerus sepanjang waktu agar proses tetap
stabil secara statistikal dan hanya menagandung variasi penyebab
umum.
Menentukan kemampuan proses (process capability). Setelah proses
berada dalam pengendalian, batas-batas dari variasi proses dapat
ditentukan.
Peta kontrol X-Bar (Rata-rata) dan R (Range) digunakan untuk
memantau proses yang mempunyai karakteristik berdimensi kontinu,
sehingga peta kontrol X-Bar dan R sering disebut sebagai peta kontrol untuk
data variabel. Peta kontrol X-Bar menjelaskan kepada kita tentang apakah
perubahan-perubahan telah terjadi dalam ukuran titik pusat (central

107 Pengendalian & Evaluasi Kualitas Beton - Metode Statistical Process


Control (Helmy D)

tendency) atau rata-rata dari suatu proses. Hal ini mungkin disebabkan oleh
faktor-faktor seperti: peralatan yang dipakai, peningkatan temperatur
secara gradual, perbedaan metode yang digunakan dalam shift, material
baru, tenaga kerja baru yang belum dilatih, dll.
Sedangkan peta kontrol R (Range) menjelaskan tentang apakah perubahanperubahan telah terjadi dalam ukuran variasi, dengan demikian berkaitan
dengan perubahan

NEUTRON, Vol.4, No. 2, Agustus 2004

108

homogenitas produk yang dihasilkan melalui suatu proses. Hal ini mungkin
disebabkan oleh faktor-faktor seperti: bagian peralatan yang hilang, minyak
pelumas mesin yang tidak mengalir dengan baik, kelelahan pekerja, dan
lain-lain.
A. Hubungan/Formula
Dari data uji kuat tekan beton nilai rata-rata pasangan subgroup ( X )
dan proses ( X ) serta nilai range (R) dan rata-ratanya ( R ) adalah sebagai
berikut :

Kalkulasi Average () Subgroup

X1 X2 X3 ..... Xn
X
n
Kalkulasi Process Average ( X )
X

X1 X2 ..... Xm
m

Kalkulasi Range (R) Subgroup

R R highest R lowest

Kalkulasi Average Range ()

R1 R2 ..... Rm
m

B. Control Limit
Control Limit adalah batas-batas pe-ngendalian yang didefinisikan
(defined control limits)
Range
UAL = D.001* (UAL = Upper Action Limit)
UWL = D.025* (UWL= Upper Warning Limit)
LWL = D.975* (LWL= Lower Warning Limit)
LAL = D.999* (LAL = Lower Action Limit)
Average
UAL = X +A2*
(UAL = Upper Action Limit)
LAL = X - A2*
(LAL= Lower Action Limit)
UWL = X +2/3*A2* (UWL=Upper Warning Limit)
LWL = X - 2/3*A2* (LWL=Lower Warning Limit)
dimana D.001, D.025, D.975, D.999, dan A2 adalah konstanta (Lihat lampiran).

C. Chart
Peta dari proses Range dan Average adalah sebagai berikut:

Range
UA
L
UWL

R
LWL
LAL

Gambar 2. Peta Range

S
a
m
pl
e
R
an
ge
,
R

109 Pengendalian & Evaluasi Kualitas Beton - Metode Statistical Process


Control (Helmy D)

Average
UAL
UWL

Mean,

LWL

Sample

LAL

Gambar 3. Peta Average


D. Principle Of Mean Control Chart
Batas-batas pengendalian Action dan Warning masing-masing 3 Standard
Error (SE) dan 2 SE dapat dilihat seperti Gambar 4 di bawah ini :
Ca. 1/1000

3n = 3 SE

UA
L
UWL

2n = 2 SE
LWL

Di
st.
S
a
m
pl
e
M
ea
n

Ca. 1/40

LAL

Gambar 4. Prinsip Peta Kontrol


E. Three Zones on the Mean Chart
Peta kontrol dibagi menjadi 3 zona yaitu : Zona Stable, Zona Warning
dan Zona Action seperti Gambar 6 di bawah ini :
Zona 3

Action

Zona 2

Warning

Zona 1

Stable

Zona 1

Stable

Zona 2

Warning

Zona 3

Action

Gambar 5. Zona pada Peta Kontrol


F. Process Capability
Process Capability (Gambar 6) adalah kemampuan dari proses dalam menghasilkan produk yang memenuhi spesi-fikasi. Jika proses memiliki
kapabilitas yang baik, proses itu akan menghasilkan produk yang berada
dalam batas-batas spesifikasi. Sebaliknya bila proses memi-liki kapabilitas
yang jelek proses itu akan menghasilkan

NEUTRON, Vol.4, No. 2, Agustus 2004

110

banyak produk yang berada di luar batas-batas spesifikasi, sehingga


menimbulkan kerugian karena banyak produk akan ditolak.

Gambar 6. Process Capability


Sedangkan hubungan index kemam-puan prosesnya adalah sebagai
berikut:

Gambar 7. Index Kemampuan Proses


Cp

dan

USL LSL
1,33(SangatBaik)
6

Cpk

USL X
X LSL
or
3
3

dimana :
USL : Upper Specification Limit
LSL
: Lower Specification Limit
Spec. : X T (sesuai dengan kemampuan mesin)
T
: Toleransi
6
: Natural Tolerance Limit

d2

: d
2
: koefisien untuk menduga simpangan baku

111 Pengendalian & Evaluasi Kualitas Beton - Metode Statistical Process


Control (Helmy D)

2. DATA
Data uji kuat tekan beton diambil dari produksi suatu readymix di Surabaya
untuk pekerjaan pengembangan bandar udara.[4] Jumlah benda uji kuat
tekan beton ada 60 pasang dengan mutu fc = 225 kg/cm 2 dan variasi
rencana Sr = 50 kg/cm2 (lihat Lampiran).
Kasus lain adalah produksi PT Multi Borneo Abadi, Samarinda dengan beton
mutu fc = 500 kg/cm2. [2]
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil. Evaluasi mutu beton dari data di atas berdasarkan Peraturan Beton
1989 telah memenuhi spesifikasi kualitas yang diharapkan (fc = 225
kg/cm2), lihat Gambar 1. Akan tetapi berdasarkan SPC pada peta kontrol
Average terjadi variasi penyebab khusus yakni trends (Gambar 8).

Trends

Gambar 8. Variasi Penyebab Khusus Trends


Begitu juga pada peta kontrol Range terjadi variasi penyebab khusus runs
(Gambar 9).

Runs

Gambar 9. Variasi Penyebab Khusus Runs


Dari X-bar chart (peta kontrol Average) nilai LAL (Lower Action Limit) adalah
201 kg/cm2 dan nilai UAL (Upper Action Limit) adalah 417 kg/cm2 maka
untuk mengetahui nilai Cp tau Cpk nya kedua batasan tersebut digunakan.
Hasilnya adalah seperti pada Gambar 10 di bawah ini.
Nilai Cp dan Cpk yang terjadi masing-masing adalah sebesar 0,71 < 1 yang
artinya proses yang terjadi kurang baik.
Sedangkan pada kasus lainnya [2] hasil peta kontrol Range dan Process
Capability nya adalah seperti pada Gambar 10 dan 11. Pada kasus yang ke
2 ini cukup menarik, selain ada 1 titik Range melampaui 3 Standard Error
juga nilai Cpk yang terjadi sangat jelek, yakni 0,19 tetapi secara mutu
melampaui K500, atau sangat baik.

NEUTRON, Vol.4, No. 2, Agustus 2004

112

Gambar 10. Kemampuan Proses

Gambar 10. R Chart K500

Gambar 11. Process Capability K500


Hal-hal di atas perlu diteliti lebih lanjut kemudian untuk menemukan
permasalahnnya dapat digunakan metode diagram tulang ikan yang
menyangkut : man, material, method, machine dan environment (4 M dan 1
E).
4. KESIMPULAN
SPC memang suatu tool yang digunakan untuk dapat menentukan apakah
suatu proses berada dalam pengendalian artinya variasi yang terjadi
diharapkan variasi penyebab umum. Hal ini dapat mengoptimalkan hasil
yang selain sesuai dengan spesifikasi/ harapan pelanggan juga efisiensi.
REFERENSI
Aman S, 1995, Teknologi Beton Dalam Praktek, Jurusan Teknik Sipil FTSP,
ITS dipakai untuk kalangan sendiri.

113 Pengendalian & Evaluasi Kualitas Beton - Metode Statistical Process


Control (Helmy D)

Ari S A, Aman S, Helmy D, 2003, Evaluasi Mutu Beton Dengan Metode SPC
Produksi PT Multi Borneo Abadi, Tesis Program Magister Teknik Sipil,
Untag Surabaya.
Departemen Pekerjaan Umum, 1989, Draft Pedoman Beton.
Endang B R, Nurul R, Helmy D, 2003, Studi Analisa Pemantauan Mutu
Beton Dengan Menggunakan Prinsip-prinsip SPC, Tugas Akhir,
Jurusan Teknik Sipil FT, Untag Surabaya.
Helmy D, 2002, SPC Untuk Pengendalian dan Evaluasi Mutu Beton, tidak
dipublikasikan.
Tabel Data Pasangan Uji Kuat Tekan Beton Mutu K225
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30

I
305.00
317.00
265.00
242.00
254.00
259.00
253.00
259.00
271.00
288.00
288.00
265.00
265.00
276.00
282.00
299.00
305.00
276.00
311.00
340.00
340.00
265.00
271.00
276.00
276.00
288.00
294.00
294.00
299.00
299.00

II
317.00
363.00
328.00
334.00
317.00
340.00
323.00
334.00
351.00
374.00
369.00
346.00
323.00
274.00
326.00
260.00
278.00
300.00
357.00
380.00
253.00
386.00
286.00
380.00
380.00
334.00
317.00
357.00
374.00
380.00

No
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60

I
299.00
311.00
299.00
271.00
265.00
271.00
271.00
265.00
276.00
271.00
276.00
276.00
269.00
265.00
275.00
280.00
275.00
265.00
357.00
380.00
397.00
250.00
287.00
260.00
284.00
268.00
260.00
374.00
363.00
380.00

II
397.00
265.00
248.00
397.00
285.00
295.00
386.00
278.00
397.00
317.00
272.00
386.00
298.00
269.00
284.00
351.00
380.00
392.00
346.00
369.00
334.00
317.00
363.00
397.00
282.00
267.00
293.00
298.00
249.00
276.00

You might also like