Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Sarana transportasi laut seperti halnya kapal barang merupakan alat transportasi
yang sampai saat ini masih memegang peranan yang sangat penting dan sangat dominan, karena
sangat efisien dalam mengangkut muatan dengan jumlah yang banyak tetapi tetap harus
memperhatikan keselamatan para awak kapal. Keselamatan dan keamanan kerja adalah
suatu kegiatan untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman, nyaman dan cara
peningkatan serta pemeliharaan kesehatan tenaga kerja baik jasmani, rohani dan sosial.
Keselamatan dan keamanan kerja secara khusus bertujuan untuk mencegah atau
mengurangi kecelakaan dan akibatnya, dan untuk mengamankan kapal, peralatan kerja,
dan muatan kapal.
Kapal Mesin (KM) Tonasa lines X adalah kapal cargo milik PT Pelayaran
Tonasa Lines merupakan kapal khusus yang membantu pekerjaan mendistribusikan
produk perusahaan berupa semen ke unit pengantongan yang tersebar di berbagai
wilayah. Jenis type KM Tonasa Lines X adalah Cement Carrier ( Cargo Ship ) dengan
IMO:7353846,Callsign:YGYH MMSI:666000001..
Di perlukan pelatihan keselamatan diatas kapal untuk mengantisipasi keadaan
darurat, keadaan yang lain dari keadaan normal yang mempunyai kecenderungan atau
potensi tingkat yang membahayakan baik bagi keselamatan manusia, harta benda
maupun lingkungan.
Salah satu keadaan darurat dalam pembahasan penelitian ini adalah mengenai
orang jatuh ke laut (Man Over Board) merupakan salah satu bentuk kecelakaan yang
membuat situasi menjadi darurat dalam upaya melakukan penyelamatan. Pertolongan
yang diberikan tidak dengan mudah dilakukan karena akan sangat tergantung pada
keadaan cuaca saat itu serta kemampuan yang akan memberi pertolongan, maupun
fasilitas yang tersedia.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan dalam penelitian ini adalah
1. Bagaimana pelaksanaan Drill Man Over Board untuk penyelamatan orang jatuh
ke laut .
1.3
Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam
penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan Drill Man Over Board untuk
penyelamatan orang jatuh ke laut
2. Untuk mengetahui masalah dan hambatan pelaksanaan Drill Man Over Board
untuk penyelamatan orang jatuh ke laut.
1.4
Manfaat Penelitian
Manfaat
yang
berikut:
1. Manfaat Teoritis
dapat dikemukakan
yaitu
sebagai
1.6
Sistematika Penulisan
Dalam penulisan tugas akhir ini penulis membagi dalam beberapa bagian
penulisan. Setiap bagian pada ini akan membantu dalam memahami maksud dari
penulisan tugas akhir ini.
BAB I
: PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan tentang latar belakang, batasan dan rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika
penulisan.
BAB II
: TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan pustaka yang akan memaparkan tentang landasan teori
yang berhubungan dengan pengertian tentang keselamatan dan
BAB IV
BAB V
2.1.1
dari keselamatan dan kesehatan kerja adalah mewujudkan masyarakat dan lingkungan
kerja yang aman, sehat dan sejahtera, sehingga akan tercapai ; suasana lingkungan kerja
yang aman, sehat, dan nyaman dengan keadaan tenaga kerja yang sehat fisik, mental,
2.2
Tindakan tidak aman dan kondisi tidak aman disebut sebagai penyebab langsung
(immediate / primary causes) kecelakaan karena keduanya adalah penyebab yang jelas
atau nyata dan secara langsung terlibat pada saat kecelakaan terjadi.
Menurut Sumamur, (2009).Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian atau
peristiwa yang tidak diinginkan yang merugikan terhadap manusia, merusak harta
benda atau kerugian terhadap proses. Kecelakaan kerja juga dapat didefinisikan suatu
kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan
korban manusia dan atau harta benda. Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan
bahwa kecelakaan kerja merupakan perbuatan atau kondisi tidak selamat yang dapat
mengakibatkan kecelakaan, kerusakan dan kerugian didalam pekerjaan
2.2.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Kecelakaan Kerja
Kecelakaan kerja yang terjadi menurut Sumamur (2009) disebabkan oleh dua
faktor, yaitu :
1. Faktor manusia itu sendiri yang merupakan penyebab kecelakaan meliputi aturan
kerja, kemampuan pekerja (usia, masa kerja/pengalaman, kurangnya kecakapan
dan lambatnya mengambil keputusan), disiplin kerja, perbuatan-perbuatan yang
mendatangkan kecelakaan, ketidakcocokan fisik dan mental. Kesalahankesalahan yang disebabkan oleh pekerja dan karena sikap yang tidak wajar
seperti terlalu berani, sembrono, tidak mengindahkan instruksi, kelalaian,
melamun, tidak mau bekerja sama, dan kurang sabar. Kekurangan kecakapan
untuk mengerjakan sesuatu karena tidak mendapat pelajaran mengenai pekerjaan.
Kurang sehat fisik dan mental seperti adanya cacat, kelelahan dan penyakit.
Diperkirakan 85% dari kecelakaan kerja yang terjadi disebabkan oleh faktor
manusia. Hal ini dikarenakan pekerja itu sendiri (manusia) yang tidak memenuhi
keselamatan seperti lengah, ceroboh, mengantuk, lelah dan sebagainya.
2. Faktor mekanik dan lingkungan, letak mesin, tidak dilengkapi dengan alat
pelindung, alat pelindung tidak pakai, alat-alat kerja yang telah rusak. Faktor
mekanis dan lingkungan dapat pula dikelompokkan menurut keperluan dengan
b. Memenuhi syarat keselamatan, meliputi kondisi gedung dan tempat kerja yang
dapat menjamin keselamatan
c. Memenuhi penyelenggaraan ketatarumahtanggaan, meliputi pengaturan
penyimpanan barang, penempatan dan pemasangan mesin, penggunaan tempat
dan ruangan
2. Mesin dan peralatan kerja harus didasarkan pada perencanaan yang baik dengan
memperhatikan ketentuan yang berlaku. Perencanaan yang baik terlihat dari
baiknya pagar atau tutup pengaman pada bagian-bagian mesin atau perkakas yang
bergerak, antara lain bagian yang berputar. Bila pagar atau tutup pengaman telah
terpasang, harus diketahui dengan pasti efektif tidaknya pagar atau tutup
Universitas Sumatera Utara pengaman tersebut yang dilihat dari bentuk dan
ukurannya yang sesuai terhadap mesin atau alat serta perkakas yang terhadapnya
keselamatan pekerja dilindungi.
3. Perlengkapan kerja Alat pelindung diri merupakan perlengkapan kerja yang harus
terpenuhi bagi pekerja. Alat pelindung diri berupa pakaian kerja, kacamata,
sarung tangan, yang kesemuanya harus cocok ukurannya sehingga menimbulkan
kenyamanan dalam penggunaannya.
4. Faktor manusia Pencegahan kecelakaan terhadap faktor manusia meliputi
peraturan kerja, mempertimbangkan batas kemampuan dan ketrampilan pekerja,
meniadakan hal-hal yang mengurangi konsentrasi kerja, menegakkan disiplin
kerja,
menghindari
perbuatan
yang
mendatangkan
kecelakaan
serta
10
Keselamatan dalam pelayaran baik yang sedang berlayar, berlabuh atau sedang
melakukan kegiatan bongkar muat di pelabuhan /terminal meskipun sudah dilakukan
usaha/upaya yang kuat untuk menghindarinya. Keadaan darurat dikapal dapat
merugikan, Nahkoda dan ABK, pemilik kapal, lingkungan laut dan terganggunya
ekosistem dasar laut. Perlu pemahaman kondisi keadaan darurat, agar memiliki
kemampuan untuk dapat mengidentifikasi tanda-tanda keadaan darurat, sehingga situasi
tersebut dapat teratasi.
Untuk melindungi pelaut dan mencegah resiko dalam suatu kegiatan diatas
kapal, harus diperhatikan ketentuan dalam Health and Safety Work Act th. 1974.
Kapal laut yang bergerak dengan gaya dorong pada kecepatan yang bervariasi melintasi
berbagai daerah pelayaran dalam kurun waktu tertentu, dapat saja mengalami masalah
yang disebabkan oleh berbagai faktor yang tidak dapat diduga sebelumnya, yang pada
akhirnya akan mengganggu pelayaran. Gangguan tersebut dapat diatasi langsung, perlu
bantuan atau bahkan awak kapal harus meninggalkan kapal.
Dalam Undang-Undang No. 21 tahun 1992 yang masih berlaku hingga
sekarang, keselamatan pelayaran diatur dalam Bab VII pasal 35 hingga pasal 44 dan
pasal 55 hingga pasal 64 (tentang pengawakan kapal). Pengaturan telah disesuaikan
dengan situasi nasional waktu itu. Penyesuaian-penyesuaian dengan situasi setempat ini
dapat dianggap menimbulkan kontroversi terhadap situasi pelayaran internasional.
Kondisi penyelenggaraan transportasi laut saat ini dapat dijabarkan berdasarkan
kondisi 5 (lima) elemen yaitu angkutan di perairan, kepelabuhanan, keselamatan,
keamanan pelayaran, perlindungan lingkungan maritim, dan sumber daya manusia yang
saling berinteraksi guna mewujudkan penyelenggaraan transportasi laut yang efektif
dan efisien berkesinambungan yang yang bisa menjaga keutuhan para pekerja yang
berkaitan dengan transportasi laut.
2.4 Keselamatan Kerja diatas kapal
11
adalah sebagai
berikut :
Sistim manajemen keselamatan merupakan sistim yang dipersyaratkan sesuai
peraturan keselamatan International yaitu Safety Of Life At Sea (SOLAS) yang tertuang
didalam peraturan ISM Code, Sistim Manajemen Keselamatan harus diterapkan pada
seluruh perusahaan pelayaran yang memiliki armada kapal sesuai peraturan.
Perusahaan pelayaran secara berkala ditinjau ulang untuk memastikan agar suatu
manajemen yang efektif tersusun dan telah diterapkan dalam organisasi Perusahaan
maupun kapal-kapalnya.
Perusahaan Pelayaran atau industri perkapalan pada umumnya didirikan untuk
mendapatkan keuntungan dari para pelanggan pelanggannya. Untuk menjalankan
kegiatan didalam hal ini mengoperasikan kapal secara Aman dan mencegah
Pencemaran Lingkungan, perusahaan harus ada 4 faktor yang saling berkaitan erat
antara lain :
a. Karyawan/pelaut
b. Sistim
c. Kapal
d. Manajemen
2.4.1 Peraturan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
Peraturan-peraturan yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja di
kapal antara lain sebagai berikut ini :
1. Undang-undang No. 1 Th. 1970 mengenai keselamatan kerja.
2. Peraturan Menteri No. 4 Tahun 1980 mengenai syarat-syarat pemasangan dan
pemeliharaan alat pemadam api ringan.
3. SOLAS 1974 beserta amandemen -amandemennya mengenai persyaratan
keselamatan kapal.
4. STCW 1978 Amandemen 1995 mengenai standar pelatihan bagi para pelaut.
12
13
diduga oleh kemampuan manusia dan akhirnya menimbulkan gangguan pelayaran dari
kapal.
Gangguan pelayaran pada dasarnya dapat berupa gangguan yang dapat langsung
diatasi, bahkan perlu mendapat bantuan langsung dari pihak tertentu, atau gangguan
yang mengakibatkan nakhoda dan seluruh anak buah kapal harus terlibat baik untuk
mengatasi gangguan tersebut serta harus meninggalkan kapal. Keadaan gangguan
pelayaran tersebut sesuai situasi dapat dikelompokan menjadi keadaan darurat yang di
didasarkan pada jenis kejadian itu sendiri, sehingga keadaan darurat ini dapat disusun
sebagai berikut :
1. Tubrukan
Keadaan darurat karena tubrukan kapal dengan kapal atau kapal dengan
dermaga maupun dengan benda tertentu akan mungkin dapat situasi kerusakan pada
kapal, korban manusia, tumpahan minyak ke laut (kapal tangki), pencemaran dan
kebakaran, situasi lainnya adalah kepanikan atau ketakutan petugas di kapal yang justru
memperlambat tindakan, pengamanan penyelamatan dan penanggulangan keadaan
darurat tersebut.
2. Kebakaran/ledakan
Kebakaran di kapal dapat terjadi di berbagai lokasi yang rawan terhadap
kebakaran, misalnya di kamar mesin, ruang muatan, gudang penyimpanan
perlengkapan kapal, instalasi listrik dan tempat akomodasi Nakhoda dan anak buah
kapal. Sedangkan ledakan dapat terjadi karena kebakaran atau sebaliknya kebakaran
terjadi karena ledakan, yang pasti kedua-duanya dapat menimbulkan situasi darurat
serta perlu untuk diatasi. Keadaan darurat pada situasi kebakaran dan ledakan tertentu
sangat berbeda dengan keadaan darurat karena tubrukan, sebab pada situasi yang
14
demikian terdapat kondisi yang panas dan ruang gerak terbatas dan kadang-kadang
kepanikan atau ketidaksiapan petugas untuk bertindak mengatasi keadaan maupun
peralatan yang digunakan sudah tidak layak atau tempat penyimpanan telah berubah.
3. Kandas
Kapal kandas pada umumnya didahului tanda-tanda putaran Baling-baling terasa
berat, asap di cerobong mendadak menghitam, badan kapal bergetar dan
kecepatan kapal berubah kemudian berhenti mendadak. Pada saat kapal kandas
tidak bergerak, posisi kapal akan sangat tergantung pada permukaan dasar laut
atau sungai dan situasi dalam kapal tertentu akan tergantung juga pada keadaan
kapal tersebut.
Pada kapal kandas kemungkinan kapal bocor dan menimbulkan pencemaran atau
bahaya tenggelam kalau air yang masuk ke dalam kapal tidak dapat diatasi,
sedangkan bahaya kebakaran tentu akan dapat saja terjadi apabila bahan bakar
atau minyak terkondisi dengan jaringan listrik yang rusak menimbulkan nyala api
dan tidak terdeteksi sehingga menimbulkan kebakaran. Kemungkinan kecelakaan
manusia akibat kapal kandas dapat saja terjadi karena situasi yang tidak terduga
atau terjatuh saat terjadi perubahan posisi kapal. Kapal kandas sifatnya dapat
permanen dan dapat pula bersifat sementara tergantung pada posisi permukaan
dasar laut atau sungai, ataupun cara mengatasinya sehingga keadaan darurat
seperti ini akan membuat situasi di lingkungan kapal akan terjadi rumit.
4. Kebocoran/tenggelam
Kebocoran pada kapal dapat terjadi karena kapal kandas, tetapi dapat juga terjadi
karena tubrukan maupun kebakaran serta kerusakan kulit plat kapal karena
korosi, sehingga kalau tidak segera diatasi kapal akan segera tenggelam. Air yang
masuk dengan cepat sementara kemampuan mengatasi kebocoran terbatas,
bahkan kapal menjadi miring membuat situasi sulit diatasi. Keadaan darurat ini
akan menjadi rumit apabila pengambilan keputusan dan pelaksanaannya tidak
15
didukung sepenuhnya oleh seluruh anak buah kapal, karena upaya untuk
mengatasi keadaan tidak didasarkan pada azas keselamatan dan kebersamaan.
Orang jatuh ke laut
Orang jatuh ke laut merupakan salah satu bentuk kecelakaan yang membuat
situasi menjadi darurat dalam upaya melakukan penyelamatan. Pertolongan yang
diberikan tidak dengan mudah dilakukan karena akan sangat tergantung pada
keadaan cuaca saat itu serta kemampuan yang akan memberi pertolongan,
maupun fasilitas yang tersedia.
Pencemaran
Pencemaran laut dapat terjadi karena buangan limbah muatan kapal tangki,
buangan limbah kamar mesin yang melebihi ambang 15 ppm, dan karena muatan
kapal tengki yang tertumpah akibat tubrukan atau kebocoran.
Upaya untuk mengatasi pencemaran yang terjadi merupakan hal yang sulit karena
untuk mengatasi pencemaran yang terjadi memerlukan peralatan, tenaga manusia
yang terlatih dan kemungkinan-kemungkinan resiko yang harus ditanggung oleh
pihak yang melanggar ketentuan tentang pencegahan pencemaran.
Keadaan darurat di kapal dapat merugikan Nakhoda dan anak buah kapal serta
pemilik kapal maupun lingkungan laut bahkan juga dapat menyebabkan
terganggunya ekosistem dasar laut, sehingga perlu untuk memahami kondisi
keadaan darurat itu sebaik mungkin guna memiliki kemampuan dasar untuk
dapat mengidentifikasi tanda-tanda keadaan darurat agar situasi tersebut dapat
diatasi oleh Nakhoda dan anak buah kapal maupun kerja sama dengan pihak yang
terkait.
Dasar Penanggulangan Keadaan Darurat Yang Terjadi Diatas Kapal
Adalah Pola terpadu yang mampu mengintegrasikan seluruh kegiatan atau
upaya-upaya penanggulangan secara cepat, tepat aman terkendali atas dukungan dari
pihak-pihak luar, sumber daya manusia dan fasilitas-fasilitasnya.
2.4.3 Manfaat Adanya Pola Penanggulangan Keadaan Darurat
Manfaat adanya pola penanggulangan keadaan darurat adalah sebagai berikut
Ahmadi (2013) :
16
17
3. Tindakan untuk menolong orang tersebut secara cepat dan aman, tergantung dari
keadaan cuaca
Pada umumnya kapal di olah gerak sehingga segera duduk berhenti di atas
angin dan sedekat mungkin dengan orang yang jatuh tersebut dan kemudian
menurunkan sekoci di sisi olak
2.6.3 Menolong Orang Jatuh Ke Laut Dalam Kondisi Cuaca Tidak Normal
Apabilah keadaan tidak mengijinkan untuk menurunkan sekoci maka, orang
tersebut ditolong dengan tali yang di-ikatkan pada sebuah alat pengapung. Diperairan
sempit kapal tidak dapat diputar keliling. Disini kapal harus mundur dengan kekuatan
penuh untuk menuju ke tempat kecelakaan tersebut.
2.6.4 Tindakan Olah Gerak Menolong Man Over Board
Tindakan olah gerak menolong orang jatuh kelaut tergantung dan pada factorfactor sebagai berikut :
a. Sesuai dengan pengalaman dan kesiapan tim penolong dikapal.
b. Kemampuan olah gerak kapal.
c. Jenis mesin penggerak.
d. Disisi mana motor boat / sekoci yang dapat digunakan.
e. Jarak penglihatan pada saat itu.
f. Keadaan perairan.
g. Jarak dengan kapal lain yang ada disekitarnya.
h. Lokasi kejadian terhadap bahaya navigasi.
Adapun pertolongan dapat dilakukan dengan cara :
1. Double Turn
a. Jika korban telah bebas dari baling- baling, mesin maju penuh dan gunakan
kemudi kembali sehingga kapal dapat kembali pada posisi semula.
b. Jaga jarak secukupnya hingga korban dapat didekat dengan aman.
c. Tempatkan korban pada posisi dibawah angina, dan dekati korban tersebut,
usahakan berada pada lambung kapal jauh dari baling baling dan usahakan
dalam keadaan diam.
Apabila digambarkan dalam gambar tindakan Double Turn yang dapat di
gunakan dalam pertolongan dapat dilihat pada gambar 2.1. berikut ini :
Gambar 2.1.
Double Turn
18
Sumber : Maneuver used to bring a ship or boat under power back to a point it
previously passed through, often for the purpose of recovering a
man overboard" www.cruiseserver.net diakses tanggal 25 September
2015
2. Single Turn
Cara ini sangat cocok digunakan oleh kapal yang mempunyai kemampuan olah
gerak sangat baik khususnya lingkaran putar dan kekuatan mesin.
1. Sebelum memulai olah gerak terlebih dahulu mesin stop.
2. Kemudi putar kearah jatuhnya korban dengan mesin maju penuh.
3. Jika kapal sudah berputar kira-kira 2/3 lingkaran, kurangi kecepatan, maka
4.
Sumber : Single turn (270 manoeuvre): Rudder hard over (in an "immediate
action" www.cruiseserver.net diakses tanggal 25 September 2015
3. Williamson Turn
Dipergunakan jika penglihatan kurang baik, karena cara ini akan membawa
kapal kembali pada posisi semula.
1. Putar kemudi kearah dimana korban jatuh dan stop mesin.
2. Jika diperkirakan korban telah bebas dari baling baling maka mesin maju
3.
19
sebaliknya, kapal akan kembali pada tempat semula dengan haluan yang
4.
Sumber : rudder hard over to the opposite side; when heading 20 short of
opposite course, rudder to midship position and ship to be turned to
opposite course. www.cruiseserver.net diakses tanggal 25 September
2015
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
3.1. Definisi Operasional Penelitian
Definisi operasional sangat diperlukan agar konsep yang digunakan dapat
diukur secara empiris serta untuk menghindari kesalah pahaman dan penafsiran yang
berbeda.
Latihan (drill) menurut Nana Sudjana (1991:86) , metode drill adalah satu
kegiatan melakukan hal yang sama, berulang-ulang secara sungguh-sungguh dengan
tujuan untuk menyempurnakan suatu keterampilan agar menjadi permanen. Ciri yang
khas dari metode ini adalah kegiatan berupa pengulangan yang berkali-kali dari suatu
hal yang sama.
20
Man Over Bord adalah sebuah situasi darurat dan sangat penting di mana
dalam anggota awak kapal jatuh di laut dari kapal, tidak peduli di mana kapal berlayar,
pada lautan yang terbuka atau masih perairan di pelabuhan
Keselamatan Kerja menurut Undang-undang No. 1 Th. 1970. Semua kegiatan
kerja, baik yang didarat, dilaut, diudara ataupun disemua tempat kerja itu dilakukan
sangat memerlukan dukungan keselamatan.
Keselamatan Pelayaran menurut Hananto Soewedo (majalah Figur, edisi
XIV/2007, hal 13) mengatakan bahwa : Keselamatan pelayaran merupakan faktor
yang sangat penting ketika seorang Nakhoda menjalankan tugasnya menahkodai kapal
pelayaran mengarungi samudera
Keadaan Darurat adalah Keadaan yang lain dari keadaan normal yang
mempunyai Kecenderungan atau potensi membahayakan, baik bagi keselamatan
manusia, harta benda maupun lingkungan. Prosedur Keadaan Darurat ialah Tata
cara/pedoman kerja dalam menanggulangi suatu keadaan darurat, dengan maksud
untuk mencegah atau mengurangi kerugian lebih lanjut atau semakin besar. Kecelakaan
pada kapal dapat terjadi setiap saat dalam pelayaran, baik sedang berlabuh maupun
sedang melakukan kegiatan bongkar muat di pelabuhan meskipun sudah dilakukan
upaya untuk menghindarinya. Untuk melindungi para pelaut dan mencegah resiko
dalam suatu aktifitas di atas kapal, setiap pihak harus memperhatikan ketentuan yang
diatur dalam Health and Safety Work Act tahun 1974, terutama yang menyangkut
kesehatan dan keselamatan kerja, baik dalam keadaan normal maupun darurat.
3.2. Objek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di lokasi obyek penelitian yaitu pada Kapal KM Tonasa
Lines X Milik PT. Pelayaran Tonasa Lines
3.3. Jenis Penelitian
Berdasarkan pada masalah yang diangkat dalam penelitian ini maka jenis
penelitian yang digunakan adalah Deskriptif Kualitatif. Habertus (2002:110) Deskriptif
Kualitatif merupakan metode penelitian yang bertujuan mendiskripsikan secara
terperinci fenomena sosial tertentu.
21
22
23
dan mengatur data sedemikian rupa sehingga simpulan penelitian dapat dilakukan
kemudian dilakukan reduksi data.
2. Reduksi data
Inti dari reduksi data adalah proses penyeragaman dan penggabungan semua
bentuk data yang diperoleh menjadi satu bentuk tulisan yang akan dianalisis.
3. Display data
Display data adalah proses pengolahan semua data berbentuk tulisan menjadi
beberapa kategori sesuai dengan tema atau kelompok masing-masing dan
biasanya disajikan dalam bentuk tabel, diagram, matriks, ataupun grafik.
4. Kesimpulan/verifikasi
Setelah ketiga tahapan selesai, tahapan akhir adalah penarikan
kesimpulan/verifikasi.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Gambaran Umum Objek Penelitian
Obyek penelitian skripsi ini adalah pada KM Tonasa line X milik PT. Pelayaran
Tonasa Lines yang beralamat di TONASA Pangkep Sulawesi Selatan Telephone 62
410 310031, 310033 fax 62 410 310032, adapun data kapal yang menjadi obyek
penelitian adalah sebagai berikut :
Name Of Vessel
: KM. TL-X
Nationality
: Indonesia
Part Of Register
: Makassar
Owner
: PT. Tonasa Lines
Bahan Utama Kapal
: Baja
Call Sign
:YGYH
Tahun Pembuatan
: Tahun 1993 / 1973 Japan
Tanda Pendaftaran
: 2002 LIa No. 2433/ L
Tanda Selar
: 2266 No. 608 / LIa
GRT
: 2266 GT
NRT
: 1211 NT
DWT
: 3.994.090 Ton
24
LOA
LWL
LBP
Bread Moulded
Deep Moulded
Light Draft
Full Draft
List At Light
Light Ship
Bale Of Space
Speed
Main Engine
: 92.00 Meter
: 86.26 Meter
: 85.50 Meter
: 13.80 Meter
: 6.95 Meter
: 1.80 Meter
: 6.014 Meter
: 5.383.00 Ton/ M3
: 389.00 M3
: 3471.88 M3
: 14.92 Knot
: Diesel AKASAKA AHYOYTAK Tunggal
2700HP / RPM 290
Auxiliary engine
: (A/E) DAIHATSU bpkt 16 (2X184 KW)
A/E No. 1 : No. 2025-616078
A/E No. 2 : No. 2026-616079
Master
: Kunrad Saleh
ChiefEngineer
: Muchtar Razaff
Chief Officer
: Armansyah
Selain spesifikasi tentang objek penelitian yang tersebut diatas berikut juga di
cantumkan gambar objek penelitian ini yaitu KM Tonasa line X yang berhasil peneliti
dokumentasikan selama periode penelitian. Adapun gambar objek penelitian tersebut
dapat dilihat pada gambar 4.1 sebagai berikut :
Gambar 4.1
KM Tonasa line X
25
pada siang hari digunakan isyarat asap apung (bouyant smoke signal). Pada
malam hari dapat digunakan obor tangan (red hand flare) atau obor parasut
(parachute signal)
5. Pesawat luput maut (survival craft) : Gunanya untuk menolong/mempertahankan
jiwa orang-orang yang berada dalam bahaya dari sejak orang tersebut
meninggalkan kapal
6. Sekoci penyelamat (life boat) : Gunanya selain digunakan untuk menyelamatkan
orang-orang dalam keadaan bahaya juga digunakan untuk memimpin pesawat
luput maut
Gambar 4.2
Gambar Life boat Kapal KM Tonasa Lines X
Gambar 4.3
Gambar Life bouy Kapal KM Tonasa Lines X
26
27
28
29
30
kebakaran, kandas, pencemaran dari pada kondisi darurat man over board atau orang
jatuh kelaut.
Berkaitan dengan hal diatas dalam pembahasan ini penulis mencoba
menyimpulkan dari hasil observasi langsung serta wawancara, pelatihan banyak
difokuskan pada antisipasi resiko besar apabila penanganan keadaan darurat
tidak
31
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari pembahasan dan pemaparan pada bab-bab sebelumnya,
maka penulis mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Kurang maksimal dan terorganisir secara sistematis tentang bentuk drill man
over board baik berupa materi, waktu pelaksanaan di KM Tonasa Lines X.
2. Kurang terdokumentasikanya jenis pelatihan drill man over board KM Tonasa
Lines X.
3. Sistem pelaksanaan tentang Drill Man Over Board minim praktek, hanya sebatas
teori jarang dilakukan simulasi, hal ini dapat diketahui dari hasil wawancara
sebagian besar para awak kapal dapat menjelaskan tentang bagaimana
pertolongan apabila ada orang jatuh kelaut, dan sebagian besar awak kapal bisa
menjawab secara teoritis. Dan lebih lanjut ditanyakan tentang rutinitas pelatihan
Man Over Board di KM Tonasa Lines X secara praktek sebagian besar banyak
yang lupa kapan terakhir kali dilakukan serta kapan jadwal selanjutnya untuk
dilakukan pelatihan Man Over Board
5.2. Saran
Selanjutnya untuk melengkapi penulisan ini, dan dari hasil kesimpulan yang
disampaikan diatas, maka penulis memberikan beberapa saran sebagai berikut;
1. Sebagai antisipasi dari keselamatan seluruh awak kapal agar dimaksimalkan Drill
Man Over Board melalui materi pelatihan yang lengkap serta waktu pelaksanaan
yang teratur
2. Setiap pelaksanaan seluruh pelatihan keadaan darurat agar selalu di
dokumentasikan dengan baik, hal ini juga merupakan bukti bahwa KM Tonasa
Lines X peduli terhadap keselamatn kerja
32